Anda di halaman 1dari 10

Penyuluhan tentang HT

Latar belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir semua
golongan masyarakat baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Di seluruh
dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian,
sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh dunia.

Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2018 meningkat sebesar


34,1% (Riskesdas 2013: 25,8%), tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%),
sedangkan terendah di Papua (22,2%). Berdasarkan data tersebut dari 34,1%
orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak
terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 1,17% orang yang terdiagnosis tekanan
darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita hipertensi tidak menyadari menderita hipertensi ataupun
mendapatkan pengobatan.

Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan


komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan
kebutaan. Stroke (51%) dan penyakit jantung koroner (45%) merupakan
penyebab kematian tertinggi.

Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada


besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang
tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang khas.
Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal,
dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer itu sendiri. Oleh
karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter, paramedis, kader maupun
masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan khususnya di wilayah
kerja Puskesmas Kayutangi

Permasalahan
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Kayutangi masih
banyak pasien yang menderita hipertensi. Keadaan ini tentunya sudah tidak
asing dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola
hidup sehat seperti gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat
badan berlebih, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi


menyebabkan minimnya tindakan pencegahan terhadap hipertensi. Selain itu,
pada masyarakat yang telah terdiagnosis hipertensi, kurangnya pengetahuan
mengenai aturan minum obat jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah
menyebabkan mereka tidak rutin minum obat sehingga rentan mengalami
komplikasi.

Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai hipertensi sehingga dengan


mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan
masyarakat Kecamatan banjarmasin utara khususnya kayutangi dapat
melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup
ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

perencanaan dan pemilihan intervensi

Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment).
Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu
(sasaran) melalui penyuluhan yang dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas
yaitu Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) dan Penjaringan Hipertensi. Pesan-
pesan pokok materi penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor risiko,
klasifikasi tekanan darah, penatalaksanaan, komplikasi, konseling dan edukasi
dari hipertensi.

2) Menentukan Sasaran
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah sasaran primer, orang
yang sangat berisiko terhadap hipertensi, yang merupakan masyarakat sekitar
wilayah kayutangi.

3) Menetapkan Tujuan
Tujuan utama dari penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai
penyakit hipertensi.
Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan tentang definisi hipertensi dan angka normal
tekanan darah.
2. Memberikan pengetahuan tentang gejala hipertensi.
3. Memberikan pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi
4. Memberikan pengetahuan tentang klasifikasi tekanan darah
5. Memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan hipertensi
6. Memberikan pengetahuan tentang komplikasi hipertensi
7. Memberikan konseling dan edukasi terhadap pasien hipertensi
8. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi KIE

Pelaksanaan

Kegiatan : Penyuluhan tentang Hipertensi


Hari/tanggal : Jumat, 11 September 2020
Waktu : pukul 09.00-10.00 WITA
Tempat : Kelurahan AKT RT 18
Jumlah peserta : Masyarakat dan kader desa 13 orang
Pemberi materi : dr. Pridina Syadirah

Secara garis besar kegiatan ini dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu:
1. Persiapan, dalam rangka menyiapkan pelaksanaan kegiatan ini terlebih
dahulu tim lapangan beserta dokter internsip melakukan koordinasi dengan
kader posbindu setempat tentang akan diadakannya penyuluhan yang dimaksud
sekaligus menjelaskan latar belakang dan tujuan dilaksanakannya penyuluhan.
2. Perkenalan, tahap selanjutnya adalah dokter internsip yang akan
membawakan materi melakukan perkenalan singkat kepada peserta penyuluhan
setelah kegiatan inti posbindu selesai dilaksanakan.
3. Penyajian materi, materi penyuluhan tentang hipertensi.
4. Tanya - jawab, setelah materi penyuluhan selesai, dilanjutkan dengan sesi
bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan diberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait materi penyuluhan
yang dibawakan.

Monitoring
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Kayutangi masih
banyak pasien yang menderita hipertensi. Keadaan ini tentunya sudah tidak
asing dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola
hidup sehat seperti gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat
badan berlebih, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi


menyebabkan minimnya tindakan pencegahan terhadap hipertensi. Selain itu,
pada masyarakat yang telah terdiagnosis hipertensi, kurangnya pengetahuan
mengenai aturan minum obat jangka panjang untuk mengontrol tekanan darah
menyebabkan mereka tidak rutin minum obat sehingga rentan mengalami
komplikasi.

Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai hipertensi sehingga dengan


mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan
masyarakat Kecamatan Kayutangi dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan
sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.
 Penyuluhan tentang DM

Latar belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes, saat ini telah menjadi ancaman
serius kesehatan global. Dikutip dari data WHO 2016, 70% dari total kematian di
dunia dan lebih dari setengah beban penyakit. 90-95% dari kasus Diabetes adalah
Diabetes Tipe 2 yang sebagian besar dapat dicegah karena disebabkan oleh gaya
hidup yang tidak sehat.(Kemkes 2018), Sebagai bagian dari agenda untuk Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 2030, negara anggota telah menetapkan target
untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit tidak menular (termasuk
diabetes), menjadi sepertiganya, agar dapat mencapai Universal Health Coverage
(UHC) dan menyediakan akses terhadap obat-obatan esensial yang terjangkau
pada tahun 2030. Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup
dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun
1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah
meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi
8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor
risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas. Selama beberapa
dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara
berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara berpenghasilan tinggi.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa penyakit tidak menular seperti stroke, hipertensi, diabetes
melitus, tumor, dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama di
Indonesia. Pada tahun 2007, sebesar 59,5% penyebab kematian di Indonesia
merupakan penyakit tidak menular. Selain itu, persentase kematian akibat
penyakit tidak menular juga meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 41,7% pada
tahun 1995, 49,9% pada tahun 2001, dan 59,5% pada tahun 2007. Jika
dibandingkan dengan tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter
pada penduduk umur ≥ 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2%.

Selain penyakit kardiovaskuler, DM juga merupakan salah satu penyebab utama


penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun, dan juga amputasi
(Marshall dan Flyvbjerg, 2006 dalam Hill, 2011). Selain itu, diabetes juga menjadi
penyebab terjadinya amputasi (yang bukan disebabkan oleh trauma), disabilitas,
hingga kematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi usia harapan
hidup sebesar 5-10 tahun. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter,
paramedis, kader maupun masyarakat diperlukan agar diabetes dan
komplikasinya dapat dikendalikan khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Kayutangi

permasalahan
Dari sekian banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas Kayutangi masih
banyak pasien yang menderita diabetes mellitus. Keadaan ini tentunya sudah
tidak asing dijumpai mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola
hidup sehat seperti gizi tidak seimbang (tinggi gula, garam dan lemak), berat
badan berlebih, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko diabetes mellitus
menyebabkan minimnya tindakan pencegahan terhadap diabetes mellitus. Selain
itu, pada masyarakat yang telah terdiagnosis diabetes mellitus, kurangnya
pengetahuan mengenai aturan minum obat jangka panjang untuk mengontrol
gula darah menyebabkan mereka tidak rutin minum obat sehingga rentan
mengalami komplikasi.

Oleh karena itu diadakan penyuluhan mengenai diabetes mellitus sehingga


dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya diabetes mellitus
diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan
dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi
yang terjadi dapat dihindarkan.

perencanaan
Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment).
Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu
(sasaran) melalui penyuluhan yang dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas
yaitu Pos Pembinaan terpadu (POSBINDU) dan Kunjungan rumah. Pesan-pesan
pokok materi penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor risiko, klasifikasi,
penatalaksanaan, komplikasi, konseling dan edukasi dari Diabetes Mellitus (DM).

Pelaksanaan
Kegiatan : Penyuluhan tentang Diabetes Mellitus (DM)
Hari/tanggal : Sabtu, 12 September 2020
Waktu : pukul 09.00-10.00 WITA
Tempat : Kelurahan AKT RT 06
Jumlah peserta : 15 orang
Pemberi materi : dr. Pridina Syadirah

Secara garis besar kegiatan ini dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu:
1. Persiapan, dalam rangka menyiapkan pelaksanaan kegiatan ini terlebih
dahulu tim lapangan beserta dokter internsip melakukan koordinasi dengan
kader posbindu setempat tentang akan diadakannya penyuluhan yang dimaksud
sekaligus menjelaskan latar belakang dan tujuan dilaksanakannya penyuluhan.

2. Perkenalan, tahap selanjutnya adalah dokter internsip yang akan


membawakan materi melakukan perkenalan singkat kepada peserta penyuluhan
setelah kegiatan inti posbindu selesai dilaksanakan.

3. Penyajian materi, materi penyuluhan tentang Diabetes Mellitus (DM)


dibawakan dengan metode dialog interaktif.

4. Tanya - jawab, setelah materi penyuluhan selesai, dilanjutkan dengan sesi


bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan diberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait materi penyuluhan
yang dibawakan.
monitoring
Saat pemberian penyuluhan, peserta menyimak dengan tenang dan terlihat
antusias walaupun peserta terlihat sudah tidak asing lagi dengan penyakit gula
atau diabetes mellitus ini karena kebanyakan dari peserta pun menderita
penyakit diabetes mellitus sejak cukup lama. Setelah penyuluhan peserta
antusias menanyakan berbagai macam hal seputar diabetes mellitus. Pada
umumnya para peserta ingin mendapat kejelasan yang benar seputar
pencegahan dan cara mempertahankan gula darah di posisi aman mulai dari sisi
farmakologis dan non farmakologis.

Monitoring dilakukan dengan melihat seberapa banyak para peserta memahami


seputar materi yang telah disampaikan. Dengan adanya pemahaman tersebut
diharapkan mampu untuk memberikan informasi yang telah diberikan kepada
anggota keluarga, tetangga, dan warga lainnya. Monitoring dilakukan oleh
petugas kesehatan bersama dengan masyarakat. Monitoring dan evaluasi
dilakukan secara partisipatif dan berkala oleh masyarakat.
 PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN FAKTOR RESIKO PENYAKIT
TIDAK MENULAR (SECONDARY HYPERTENSION) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KAYUTANGI

Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang


memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke (terjadi pada otak
dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi), penyakit jantung koroner
(terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kiri
(terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat menyebabkan penyakit gagal
ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit lainnya (Syahrini et al., 2012).
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari
40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada
stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan
penderitanya (Gunawan, 2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh
Yogiantoro (2006), hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering
tidak disadari oleh penderitanya.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta
dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO,
2013). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat
tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah
menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung setiap tahunnya.

permasalahan
Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu,
akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi,
merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan
gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti
gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara
tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan
keluhan lain.

perencanaan
Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, maka diadakan pengukuran dan
pemeriksaan faktor resiko terkhusus pada kasus hipertensi sekunder. Disertai
dengan edukasi atau penyuluhan tentang definisi, faktor penyebab, tanda gejala,
bahaya hipertensi, Upaya pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi.

pelaksanaan
Kegiatan diadakan di Kelurahan AKT, Kecamatan banjarmasin utara pada
tanggal 19 Oktober 2020.

monitoring
a. Evaluasi Struktur
Dokter dan petugas puskesmas lainnya datang tepat waktu dimana yang
akan mengikuti kegiatan sudah berkumpul.
b. Evaluasi Proses
Pada kegiatan ini, jumlah peserta yang hadir sebanyak 22 orang. Pelaksanaan
kegiatan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hampir sebagian besar peserta
menjadi lebih memahami bagaimana definisi, faktor penyebab, tanda gejala,
bahaya hipertensi, Upaya pencegahan penyalahgunaan dan penatalaksanaan
awal hipertensi.
c. Evaluasi Hasil
Pada kegiatan ini, lebih dari 70% dari peserta yang hadir terdeteksi mengalami
hipertensi sekunder, sehingga di arahkan untuk berobat ke puksemas dan rutin
kontrol berobat serta pengaturan diet yang baik.
penyuluhan tentang skabies dan perilaku hidup bersih.

Scabies merupakan penyakit kulit yang masih dijumpai di Indonesia dan


tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Scabies identik
dengan penyakit pada manusia yang hidup dalam suatu komunitas seperti pondok  pes
antren, hal ini terjadi karena kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi buruk,
kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari
secara langsung. Scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas
yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilaku
k a n   s e c a r a serentak dan menyeluruh pada semua orang  dan lingkungan
pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila dilakukan
pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit
scabies rasa gatal yang
ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung
juga ikutmengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama ter
s i t a n y a   w a k t u   u n t u k   istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan
dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. jika  hal
ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektivitas kerja
menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas
hidup masyarakat. oleh karena itu, maka perlu adanya intervensi t e r h a d a p
penyakit scabies ini, salah satunya adalah dengan melakukan
e d u k a s i terkait perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan.

permasalahan

Scabies masih menjadi masalah di beberapa Negara menyebutkan skabies merupakan salah satu
penyakit kulit yang terabaikan. Heukelbach et al. (2005) menyatakan penyakit Scabies sering diabaikan
oleh individu yang terkena dampaknya dan tidak memotivasi individu tersebut mendatangi pusat
perawatan kesehatan yang berdekatan dengan tempat tinggal. Alasan mengapa skabies sering diabaikan
karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya rendah, namun sebenarnya scabies
kronis dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Scabies menimbulkan
ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat gatal. Akibatnya, penderita sering menggaruk
dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta
Staphylococcus aureus (Golant, et al. 2012). Komplikasi akibat infestasi sekunder GAS dan S.aureus
sering terdapat pada anak-anak di Negara berkembang (Golant, et al. 2012; Gilmore SJ. 2011).

perencanaan

berdasarkan uraian tersebut bahwa pencegahan penyakit skabies lebih penting dari pengobatan,
sehingga menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mencari sebuah solusi untuk pencegahan
penyakit yang lebih efektif Pencegahan penyakit skabies ini lebih efektif jika dilakukan melalui
pendidikan. Pendidikan pencegahan penyakit memberikan informasi pengetahuan yang muaranya
mengubah sikap dan perilaku menjadi lebih higienis sehingga mampu mencegah berbagai macam
penyakit, termasuk scabies. Berdasarkan pemikiran tersebut maka tim pengabdian pada masyarakat
bermaksud mengadakan kegiatan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

pelaksanaan
Kegiatan Penyuluhan tentang skabies dan perilaku hidup bersih diadakan di
puskesmas kayutangi pada tanggal 05 Oktober 2020 pada pukul 09.30 - selesai.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan rangkaian pelayanan poli umum di puskesmas
kayutangi.

Evaluasi
menambah pengetahuan dan wawasan peserta tentang gambaran dan tanda gejala
skabies dan menerapkan perilaku hidup bersih dilakukan pengobatan secara
komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai