Anda di halaman 1dari 8

KOMPLIKASI PADA PASIEN HEMODIALISA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan kebutuhan khusus
Yang dibina oleh Ibu Engkartini, M.Kep.,Ns

Disusun oleh Kelompok 2 :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD


AL-ISLAMIYYAH CILACAP
SEPTEMBER
2020
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komplikasi Hemodialisa
1. Sakit Kepala (Headcache)
Daugirdas, Blake dan Ing (2007) serta Teta (2007) menyebutkan
bahwa frekwensi sakit kepala saat dialysis (dialysis headache) adalah
5% dari keseluruhan prosedur hemodialisis. Sebuah penelitian di Italia
tahun 1999 menunjukkan bahwa 70% pasien hemodialisis mengeluh
sakit kepala. Sebanyak 57,5% pasien mengalami intradialysis
headache. Penelitian menunjukkan bahwa migren akibat gangguan
vaskuler dan tension headache adalah dua tipe sakit kepala yang
dialami oleh pasien saat hemodialisis (Antoniazzi, Bigal, Bordini,
Tepper dan Speciali, 2003). Patogenesis dialysis headache belum
diketahui dengan pasti. Walaupun demikian hipertensi selama
hemodialisis bisa menjadi penyebab. Bana, et al (2008, dalam
Incekara, Kutluhan, Demir & Seze, 2008) melaporkan bahwa ada
korelasi antara beratnya hipertensi dengan dialysis headache.
Pengaturan untuk mengurangi sakit kepala saat hemodialisa :
a. Kecilkan kecepatan aliran darah
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Jika tensi tinggi, beritahu dokter
d. Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program dialisis
kembali seperti semula
e. Mencari penyebab sakit kepala, cairan dialisat, minum kopi,
atau ada masalah.
Pencegahan sakit kepala saat hemodialisa :
a. Anjurkan pasien untuk mengurangi minum kopi
b. Memberikan kedekatan pasien untuk memecahkan masalah
yang sedang dihadapi.

2. Mual & Muntah


Nausea atau mual adalah perasaan ketidaknyamanan di
tenggorokan dan atau perut yang bisa menyebabkan terjadinya muntah
(NCI, 2000). Frekuensi mual dan muntah saat hemodialisis adalah 5-
15% dari keseluruhan hemodialisis (Barkan, et al, 2006; Daugirdas,
Blake & Ing, 2007). Mual dan muntah saat hemodialisis kemungkinan
dipengaruhi beberapa hal yaitu lamanya waktu hemodialisis,
perubahan homeostasis selama hemodialisis, banyaknya ureum yang
dikeluarkan dan atau besarnya ultrafiltrasi (Holley, Berns & Post,
2007). Gangguan keseimbangan dialysis (Dialysis Disequilibrium
Syndrome) akibat ultrafiltrasi yang berlebihan dan hemolisis juga bisa
menyebabkan mual dan muntah saat hemodialisis (Thomas, 2003;
Daugirdas, Blake & Ing, 2007). Thomas (2003) lebih lanjut
menyebutkan mual dan muntah juga berhubungan dengan hipotensi.
Penyebab :
a. Ketakutan
b. Reaksi obat
c. Hipotensi
Pengaturan untuk mengurangi mual dan muntah saat hemodialisa :
a. Kecilkan kecepatan aliran darah
b. Kecilkan UFR
c. Berikan kantong plastik
d. Bantu kebutuhan pasien
e. Observasi tanda-tanda vital selama proses dialisis berlangsung
f. Jika tensi turun, guyur 100 cc NaCl 0,9% sesuai keadaan umum
pasien
g. Jika keadaan sudah membaik, program dialisis diatur secara
bertahap
h. Kolaborasi dokter jika tidak ada perbaikan.
Pencegahan mual dan muntah saat hemodialisa :
a. Anjurkan pasien untuk membatasi jumlah cairan yang masuk
dengan cairan yang keluar.
b. Observasi tanda-tanda vital selama dialisis berlangsung.
3. Hipotensi
Hipotensi saat hemodialisa (IHEMODIALISA; intradialytic
hypotension, kadang disebut juga sebagai dialysis-induced
hypotension) merupakan komplikasi yang paling sering ditemui saat
pasien menjalani hemodialisa. Angka kejadiannyadiperkirakan
berkisar antara 15% sampai 30% pada setiap sesi hemodialisa.
Saat tekanan darah pasien menurun, keluhan yang umum timbul
adalah pasien merasa pusing, kepala terasa ringan, mual, atau kram
otot. Gejala klinis yang dapat diamati adalah penurunan tekanan darah,
muntah, kesadaran pasien menurun atau menjadi gelisah, tangan dan
kaki lembab dan dingin dengan nadi yang kecil dan cepat, pasien
berkeringat. Pada penurunan tekanan darah yang berat, gejala yang
timbul adalah sesuai dengan gambaran klinis iskemia organ-organ
yang terkena (jantung dan otak) seperti nyeri dada, kejang, koma dan
lain-lain.
Akibat Hipotensi saat hemodialisa Seorang pasien yang mengalami
hipotensi saat menjalani hemodialisa berisiko mengalami:
1. iskemia otot jantung
2. stroke
3. iskemia mesenterik
4. pembekuan darah pada akses vaskuler
5. atrofi saraf penglihatan
6. klirens yang tidak memadai karena memendeknya waktu
hemodialisa
7. kelebihan cairan setelah hemodialisa

4. Kram Otot
Kram otot merupakan kontraksi otot yang memendek atau
kontraksi sekumpulan otot yang terjadi secara mendadak dan singkat,
yang biasanya menimbulkan nyeri. Otot yang mengalami kram sulit
untuk menjadi rileks kembali. Bisa dalam hitungan menit bahkan jam
untuk meregangkan otot yang kram itu. Kontraksinya sendiri dapat
terjadi dalam waktu beberapa detik sampai beberapa menit. Selain itu,
kram otot seringkali dapat menimbulkan keluhan nyeri.
Penyebab :
a. Penarikan cairan dibawah berat badan standar
b. Penarikan cairan terlalu cepat
c. Berat badan naik lebih dari 1 kg/hari
Pengaturan untuk mengurangi kram otot saat hemodialisa :
a. Kecilkan kecepatan aliran darah
b. Masage pada daerah yang kram
c. Beri obat gosok
d. Kompress air hangat
e. Observasi tanda-tanda vital
f. Kalau perlu kolaborasi dokter
Pencegahan kram otot saat hemodialisa :
a. Jangan menarik cairan telalu cepat
b. Anjurkan pasien untuk membatasi intake
cairan

5. Nyeri dada
Frekuensi nyeri dada saat hemodialisis adalah 2-5% dari
keseluruhan hemodialisis (Holley, Berns & Post, 2007; Daugirdas,
Blake & Ing, 2007; Teta, 2008). Lebih lanjut Daugirdas, Blake dan Ing
(2008) menyebutkan bahwa nyeri dada hebat saat hemodialisis
frekwensinya adalah 1-4%. Nyeri dada saat hemodialisis dapat terjadi
pada pasien akibat penurunan hematokrit dan perubahan volume darah
karena penarikan cairan (Kallenbach, et al,2005). Perubahan dalam
volume darah menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah
miokard dan mengakibatkan berkurangnya oksigen miokard.
Penyebab :
a. Minum obat jantung
b. Program HD terlalu cepat
Pengaturan untuk mengurangi nyeri dada saat hemodialisa :
a. Kecilkan kecepatan aliran darah
b. Pasang EKG monitor
c. Kolaborasi dokter
Pencegahan nyeri dada saat hemodialisa :
a. Sirkulasi pada waktu priming agak lama, antara 10 – 15 menit
b. Minum obat jantung secara teratur
c. Anjurkan pasien untuk kontrol ke dokter secara teratur

DAFTAR PUSTAKA

Akhyani M, Ganji M-R, Samadi N, Khamesan B, Daneshpazhooh M. Pruritus


in hemodialysis patients, BMC Dermatology 2005, 5:7.
Ali Ihsan Gunal, Goksel Ozalp, Tahir Kurtulus Yoldas, Servin Yesil Gunal,
Ercan Kirciman and Huseyin Celiker, Gabapentin therapy for
pruritus in haemodialysis patients: a randomized,
Atieh Makhlough, Topical Capsaicin Therapy for Uremic Pruritus in Patients
on Hemodialysis, Iranian J. f Kidney Dis. 2010, 4:2.
Julia RN, Dirk ME. Dermatologic Manifestations of Renal Disease,
http://emedicine.medscape. com/article/1094846.
Mettang T, Weisshaar E. Pruritus: Control of Itch in Patients Undergoing
Dialysis, 2012 SkinThearpyLetter®,Last modii ed: Thursday, 21-
Jun-2012 16:53:26.
Narita I, Iguchi S, Omori K, Gejyo F. Uremic pruritus in chronic
hemodialysis patients, J.Nephrol 2008; 21: 161-5.

Anda mungkin juga menyukai