Supositoria - Fixed
Supositoria - Fixed
Kelompok: Kamis – 2
I. Tujuan
1. Menentukan formula sediaan supositoria teofilin 200 mg.
2. Menentukan hasil evaluasi sediaan supositoria teofilin 200 mg dari setiap kelompok.
III. Formula
Nama Zat Jumlah Fungsi
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4
Teofilin 200 mg 200 mg 200 mg 200 mg Zat aktif
PEG 1000 : 10 : 90 25 : 75 - - Basis
PEG 4000 supositoria
PEG 6000 : - - 85 : 15 95 : 5 Basis
PEG 400 supositoria
IV. Preformulasi
1. Teofilin (FI IV, hal. 783-784 dan Martindale, hal. 805)
Nama Zat Teofilin
Struktur Molekul
Keterangan
m: 22,3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th ed., hal. 517)
Rumus Molekul HOCH2(CH2OCH2)22,3CH2OH
Bobot Molekul 950-1050 g/mol
Pemerian Putih atau putih keabu-abuan atau kekuningan dengan
konsistensi pasta hingga serpihan seperti lilin, berbau
manis samar
Kelarutan Larut dalam air dan bercampur dalam segala proporsi
dengan polietilen glikol lain. Larut dalam etanol (95%)
Densitas 1,080 g/cm3
Stabilitas Stabil secara kimia di udara dan di dalam larutan
Penyimpanan Wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan kering
Kegunaan Basis supositoria
Keterangan
m: 69,0-84,0
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th ed., hal. 517)
Rumus Molekul HOCH2(CH2OCH2)69,0-84,0CH2OH
Bobot Molekul 3000-4800 g/mol
Pemerian Putih atau putih keabua-abuan atau kekuningan dengan
konsistensi pasta hingga serpihan seperti lilin, berbau
manis samar
Kelarutan Larut dalam air dan bercampur dalam segala proporsi
dengan polietilen glikol lain. Larut dalam etanol (95%)
Densitas 1,080 g/cm3
Stabilitas Stabil secara kimia di udara dan di dalam larutan
Penyimpanan Wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan kering
Kegunaan Basis supositoria
V. Rasionalisasi Formula
Alasan pembuatan supositoria adalah untuk memberikan rute pemberian obat selain
melalui rute oral kepada pasien yang tidak dapat menelan. Efek dari pemberian melalui
rektal lebih cepat daripada rute oral karena obat akan langsung masuk ke dalam sistem
sirkulasi darah. Selain itu, obat melalui rute rektal tidak mengalami first pass effect (yang
dapat mengurangi bioavailibilitas obat di dalam tubuh).
Pada pembuatan sediaan supositoria, diperlukan basis yang dapat meleleh pada suhu
tubuh sehingga obat dapat diserap ketika berada pada saluran rektal. Basis yang akan
digunakan adalah kombinasi PEG 1000 : PEG 4000 (25 : 75). Kombinasi digunakan untuk
mencapai tingkat kekerasan, titik leleh, dan kecepatan disolusi supositoria yang diinginkan
sebagai kompensasi turunnya titik leleh oleh zat aktif. PEG digunakan karena teofilin
merupakan senyawa yang hidrofilik. Basis PEG termasuk basis hidrofilik dan tidak meleleh
pada suhu tubuh, melainkan perlahan-lahan melarut dalam cairan rektal.
VI. Perhitungan
Perhitungan Teoritis
Misal
Jika bobot supositoria = a g dan bobot supositoria + 10% zat aktif = b g, maka 10% zat aktif
= 0,1b g dan 0,1b g zat aktif setara dengan (a – (b – 0,1b)) g atau (a – 0,9b) g basis sehingga 1
a−0,9 b
g zat aktif setara dengan ( ) g. Jika jumlah zat aktif yang digunakan adalah 0,2 g,
0,1 b
a−0,9 b
maka setara dengan (0,2 x ( )) g. Bobot basis yang perlu ditambahkan adalah (a - (0,2
0,1 b
a−0,9 b a−0,9 b
x( ))) g, bobot PEG 1000 adalah ((25/100) x (a - (0,2 x ( )))) g, dan bobot
0,1 b 0,1 b
a−0,9 b
PEG 4000 adalah ((75/100) x (a - (0,2 x ( )))) g.
0,1 b
Bahan Jumlah untuk 1 Supositoria Jumlah untuk 40 supositoria
Teofilin 200 mg 40 x 0,2 = 8 g
PEG 1000 a−0,9 b (40 x ((25/100) x (a - (0,2 x (
((25/100) x (a - (0,2 x ( ))))
0,1 b
a−0,9 b
g ))))) g
0,1 b
PEG 4000 a−0,9 b (40 x (75/100) x (a - (0,2 x (
((75/100) x (a - (0,2 x ( ))))
0,1 b
a−0,9 b
g ))))) g
0,1 b
Perhitungan Nyata
Untuk 20 supositoria hanya basis dengan bobot 1 supositoria = 2 g:
Bobot 20 supositoria = 20 x 2 g = 40 g
Bobot PEG 1000 = 0,25 x 40 = 10 g
Bobot PEG 4000 = 0,75 x 40 = 30 g
Untuk 20 supositoria basis + 10% zat aktif dengan bobot 1 supositoria = 2 g:
Bobot 20 supositoria = 20 x 2 g = 40 g
Bobot PEG 1000 = 0,25 x 40 = 10 g
Bobot PEG 4000 = 0,75 x 40 = 30 g
Bobot zat aktif = 0,1 x 40 = 4 g
Bobot 20 supositoria total = 40 + 4 = 44 g
2,56+2,54+ 2,47
Bobot rata-rata supositoria hanya basis = = 2,523 g
3
Bobot supositoria basis + 10% zat aktif = 2,59 g
Bobot 10% zat aktif = 0,1 x 2,59 = 0,259 g
Bobot basis = 2,59 – 0,259 = 2,331 g
0,259 g zat aktif setara dengan (2,523 – 2,331) atau 0,192 g basis
0,192
1 g zat aktif setara dengan atau 0,741 g basis sehingga 0,2 g zat aktif setara dengan
0,259
(0,2 x 0,741) atau 0,1482 g basis. Jadi, basis yang perlu ditambahkan adalah (2,59 – 0,1482)
atau 2,4418 g basis.
Bahan Jumlah untuk 40 supositoria
Teofilin 40 x 0,2 = 8 g
PEG 1000 40 x 0,25 x 2,4418 = 24,418 g
PEG 4000 40 0,75 x 2,4418 = 73,254 g
VII. Prosedur
A. Penemuan Bilangan Pengganti
1. Semua bahan ditimbang
2. Dua cetakan supositoria disiapkan (cetakan harus bersih dan kering)
3. Parafin cair digunakan sebagai pelumas dan dioleskan pada cetakan. Kemudian, cetakan
ditelungkupkan agar tidak terjadi penumpukan parafin di dalam cetakan dan dioven
4. PEG 1000 dan PEG 4000 dilelehkan dalam cawan penguap di atas penangas air
5. Lelehan diaduk hingga homogen
6. Setelah itu, basis diangkat dari penangas dan dibiarkan mengental, tetapi belum memadat
dan masih dapat dituang
7. Lelehan dengan suhu kurang lebih sama dengan suhu cetakan dituang ke dalam cetakan
melalui pinggir cetakan secara berlebih
8. Lelehan dibiarkan memadat pada suhu ruang dan disimpan di dalam lemari es
9. Kelebihan massa padat dipotong. Lalu, supositoria dikeluarkan dari cetakan
10. Untuk supositoria basis + 10% zat aktif, langkah 1-9 diulangi, hanya saja lelehan basis
dicampurkan dengan zat aktif secara homogen sebelum dituang ke dalam cetakan
11. Bilangan pengganti ditentukan
B. Pembuatan Supositoria
1. Semua bahan ditimbang
2. Dua cetakan supositoria disiapkan (cetakan harus bersih dan kering)
3. Parafin cair digunakan sebagai pelumas dan dioleskan pada cetakan. Kemudian, cetakan
ditelungkupkan agar tidak terjadi penumpukan parafin di dalam cetakan dan dioven
4. PEG 1000 dan PEG 4000 dilelehkan dalam cawan penguap di atas penangas air
5. Lelehan diaduk hingga homogen
6. Setelah itu, basis diangkat dari penangas. Teofilin ditambahkan dan diaduk hingga
homogen
7. Campuran dibiarkan mengental, tetapi belum memadat dan masih dapat dituang
8. Campuran dengan suhu kurang lebih sama dengan suhu cetakan dituang ke dalam
cetakan melalui pinggir cetakan secara berlebih
9. Campuran dibiarkan memadat pada suhu ruang dan disimpan di dalam lemari es
10. Kelebihan massa padat dipotong. Lalu, supositoria dikeluarkan dari cetakan
11. Supositoria dievaluasi
Keseragaman Bobot
No Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
1 2,58 g 2,56 g 2,45 g 2,48 g
2 2,57 g 2,55 g 2,49 g 2,38 g
3 2,55 g 2,60 g 2,50 g 2,45 g
4 2,57 g 2,55 g 2,49 g 2,42 g
5 2,59 g 2,60 g 2,53 g 2,47 g
6 2,57 g 2,69 g 2,49 g 2,48 g
7 2,58 g 2,66 g 2,50 g 2,4 g
8 2,57 g 2,69 g 2,49 g 2,47 g
9 2,59 g 2,63 g 2,51 g 2,44 g
10 2,56 g 2,55 g 2,49 g 2,4 g
11 2,59 g 2,56 g 2,49 g 2,45 g
12 2,56 g 2,65 g 2,49 g 2,41 g
13 2,58 g 2,61 g 2,50 g 2,34 g
14 2,58 g 2,59 g 2,51 g 2,39 g
15 2,58 g 2,60 g 2,50 g 2,45 g
16 2,58 g 2,55 g 2,50 g 2,45 g
17 2,57 g 2,52 g 2,53 g 2,47 g
18 2,58 g 2,57 g 2,51 g 2,39 g
19 2,59 g 2,52 g 2,48 g 2,43 g
20 2,57 g 2,67 g 2,49 g 2,41 g
Rata-rata 2,58 g 2,596 g 2,497 g 2,429 g
Standar Deviasi 0,011 0,054 0,017 0,038
Bobot rata-rata (2,57945- (2,5933- (2,49615- (2,4271-2,4309)
± 5% SD 2,58055) g 2,5987) g 2,49785) g g
IX. Pembahasan
Supositoria adalah sediaan pada yang diberikan lewat rektal, vagina atau uretra yang
akan meleleh, melunak atau melarut di dalam tubuh. Supositoria mempunyai kelebihan
berupa obat tidak mengalami first pass effect; dosis obat bisa lebih besar; dan dapat
digunakan untuk pasien anak-anak, mual muntah, tidak sadar, sulit menelan, dan terganggu
jiwanya. Kekurangan supositoria adalah tidak nyaman untuk digunakan, penggunaan
memerlukan edukasi terlebih dahulu, volume rektum kecil sehingga absorpsi juga terbatas,
cairan tubuh terbatas sehingga absorpsi juga terbatas, dan penyimpanannya harus di dalam
lemari pendingin. Zat aktif yang digunakan dalam supositoria dapat bersifat sistemik (misal
antipiretik, analgesik, dan bronkhodilator) ataupun lokal (misal untuk penyakit hemorhoid
dan antibakteri untuk rute vaginal). Basis yang digunakan dalam supositoria dapat dibagi
menjadi dua, yaitu basis hidrofil (contoh PEG dan campuran gelatin, gliserin, dan air) dan
basis lipofil (contoh oleum cacao). Oleum cacao sebagai basis tidak dapat dipanaskan
langsung atau tidak dapat dipanaskan di atas suhu 40C karena dapat membentuk kristal
metastabil di mana kristal metastabil mempunyai bentuk kristal yang berubah dan pada oleum
cacao menyebabkan oleum cacao tidak lagi dapat membeku. Saat ini, oleum cacao tidak lagi
digunakan dikarenakan adanya kristal metastabil dan organoleptiknya kurang menarik
(berwarna kuning dan bisa saja berbau tengik karena terjadi oksidasi pada lemak bahan
alam). Kombinasi atau pencampuran basis dapat dilakukan untuk mencapai rentang titik leleh
dan kekerasan yang diinginkan. Syarat supositoria yang baik adalah meleleh pada suhu tubuh,
tidak mengiritasi jaringan tubuh, zat aktif homogen dalam basis, stabil dalam penyimpanan,
dan mudah lepas dari cetakan.
Kelompok 1, 2, 3, dan 4 berbeda dalam hal basis di mana kelompok 1 dan 2
menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 (kelompok 1 dengan 2 berbeda dalam hal
perbandingan angka PEG), sedangkan kelompok 3 dan 4 menggunakan PEG 400 dan PEG
6000 (kelompok 3 dengan 4 berbeda dalam hal perbandingan angka PEG). Perbedaan
tersebut mungkin menyebabkan adanya perbedaan titik leleh dan kekerasan dari masing-
masing supositoria. Berdasarkan hasil percobaan, kelompok 1 dan 4 memenuhi syarat uji
penampilan, sedangkan kelompok 2 dan 3 tidak memenuhi syarat karena terdapat lubang
celah di dalam supositoria yang mungkin disebabkan oleh adanya gelembung udara yang
terjerat akibat penuangan adonan supositoria tidak dari pinggir cetakan ataupun karena suhu
adonan dengan cetakan jauh berbeda di mana adonan masih terlalu panas dan ketika dingin
terjadi kontraksi volume yang drastis. Pada uji keseragaman bobot, hasil semua kelompok
tidak memenuhi syarat yang mungkin dapat disebabkan oleh gelembung udara dalam
supositoria (volume yang tidak terisi oleh adonan menyebabkan bobot supositoria kurang dari
seharusnya) dan mungkin saja saat pemotongan ada bagian supositoria yang terpotong tidak
rata sehingga bobotnya menjadi bervariasi. Hanya supositoria kelompok 3 yang tidak
memenuhi syarat uji waktu hancur. Semua supositoria juga tidak memenuhi syarat
kekerasan/ketegaran karena lebih keras daripada yang dipersyaratkan. Zona atau rentang
leleh supositoria kelompok 1 adalah 53-59C, kelompok 2 adalah 59-63C, kelompok 3
adalah 51-57C, dan kelompok 4 adalah 55-61C. Keempat supositoria tidak memenuhi
syarat pengukuran waktu deformasi. Dari keempat formula, dapat disimpulkan bahwa
formula 2 lebih baik karena memenuhi syarat uji waktu hancur (bahkan yang paling singkat)
dan walapun tidak memenuhi syarat kekerasan, tetapi bila dibandingkan dengan supositoria
yang lain formula 2 tetap hancur walapun pada angka yang besar. Formula 2 juga tidak
memenuhi syarat pada uji penampilan yang mungkin disebabkan oleh hal teknis (cara
penuangan adonan supositoria) dan bukan dikarenakan oleh formulanya. Jadi, formula basis
yang menggunakan kombinasi PEG 1000 dan PEG 4000 lebih baik daripada kombinasi PEG
400 dan PEG 6000 dengan perbandingan PEG 1000 : PEG 4000 (25 : 75) lebih baik daripada
PEG 1000 : PEG 4000 (10 : 90).
X. Kesimpulan
1. Dapat menentukan formula sediaan supositoria teofilin 200 mg, yaitu formula 2 dengan
basis PEG 1000 : PEG 4000 (25 : 75)
2. Dapat menentukan hasil evaluasi sediaan supositoria teofilin 200 mg
XI. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 783-784, 999-1000, 1086, 1088.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (ed.). 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. Grayslake: the Pharmaceutical Press. Hal. 517-520.
Wikarsa, S., Rachmawati, H., Mudhakir, D., dan Soewandhi, S.N. 2014. Penuntun Praktikum
Teknologi Farmasi Sediaan Solida FA 4131. Bandung: Sekolah Farmasi Institut
Teknologi Bandung. Hal. 30-44.