Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR DAN RAGAM PEMEBLAJARAN

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Arief Rahman


Nim : A410180050
Kelas :4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Konsep Dasar dan Ragam Pembelajaran”. Makalah ini berisikan
tentang penjelasan mengenai pengertian pembelajaran, prinsip pembelajran,
komponen pembelajaran dan ragam pembelajran. Tujuan penyusunan makalah ini
adalah untuk memberikan pemahaman kepada kita semua tentang konsep dasar
dan ragam pembelajaran. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya sampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Wassalamu’alaikum wr wb.

Surakarta, 26 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
I. PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................
II. PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Pengertian Pembelajaran.........................................................................................
B. Prinsip Pembelajaran...............................................................................................
C. Komponen Pembelajaran.........................................................................................
D. Behaviorisme Vs Konstruktivisme..........................................................................
E. Konseptual Vs Konstektual.....................................................................................
F. Individual Vs Kooperatif ........................................................................................
G. Teacher’s Vs Student’s Centered............................................................................
III. PENUTUP................................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui
kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi antara pendidik
dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi belajar mengajar yang
bertumpu pada tujuan pendidikan di sekolah adalah media pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang,
dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta
didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap
ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus
berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relatif
sempurna dan bermakna, Konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu
objek. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Maka dari itu dalam makalah ini, akan di bahas tentang pengertian
pembelajaran, prinsip pembelajran, komponen pembelajaran dan ragam
pembelajran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran?
2. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran?
3. Apa saja kompome dalam pembelajaran?
4. Bagaimana perbedaan metode pembelajaran Behaviorisme dan
Konstruktivisme?
5. Bagaimana perbedaan metode pembelajaran Konseptual dan Konstektual ?
6. Bagaiman perbedaan metode pemebelajaran Individual Vs Kooperatif ?
7. Bagaiman perbedaan metode pembelajaran Teacher’s Vs Student’s Centered ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertiam pembelajaran.
2. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran.
3. Untuk mengetahui komponen pembelajaran.
4. Untuk mengetahui perbedaan metode pembelajaran Behaviorisme dan
Konstruktivisme.
5. Untuk mengetahui perbedaan metode pembelajaran Konseptual dan
Konstektual.
6. Untuk mengetahui perbedaan metode pemebelajaran Individual Vs Kooperatif.
7. Untuk mengetahui perbedaan metode pembelajaran Teacher’s Vs Student’s
Centered.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran

Pengertian pembelajaran secara umum adalah proses interaksi antara peserta


didik atau siswa dengan pendidik atau guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi.Definisi pembelajaran juga bisa diartikan sebagai suatu proses oleh guru
atau tenaga didik untuk membantu murid atau peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.

Arti pembelajaran yang lain adalah usaha sadar dari guru untuk membuat
siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu tertentu dan karena adanya usaha.

Menurut Gagne (1977) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa


eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat
internal. Menurut Gagne dan Briggs (1979) pembelajaran adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Jadi dapat saya
simpulkan bajwa pembelajaran adalah serangakaian peristiwa yang dirancang
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
eksternal.

B. Prinsip Pembelajaran

Menurut Syaiful Sagala prinsip-prinsip pembelajaran yaitu prinsip


perkembangan, perbedaan individu, minat, kebutuhan, aktivitas dan motivasi.
Sementara Ahmad Rohani berpendapat bahwa prinsip pembelajaran adalah
termasuk aktivitas, motivasi, individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan,
peragaan, kerjasama dan persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektivitas,
globalitas, permainan dan hiburan.

Adapun penjelasan tentang prinsip-prinsip pembelajaran diuraikan sebagai


berikut:
1.      Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Menurut
Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:42), dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat
juga bersifat eksternal yakni dari orang lain, guru, teman, orang tua dan
sebagainya. Motivasi dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
Intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata
pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
Sedangkan Motif Ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan
yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Contoh, siswa belajar bersungguh-
sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya
melainkan didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah.
2.      Keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin tejadi apabila anak aktif mengalaminya
sendiri. Menurut Jhon Dewey dalam Davies (1937:31), mengemukakan bahwa,
belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,
maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan
pengarah.
Menurut Thorndike dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:45)
mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “Law of Exercise”-
nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc
Keachie berkenan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu
merupakan “Manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial”. (Mc Keachie,
1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105).
Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala
pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa
memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-
kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan mencerna adalah peserta
didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-
masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan
pelajaran.
3.      Keterlibatan Langsung/Pengalaman
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru
harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini
mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini
diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas
sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Menurut Edgar Dale dalam Dimyati (2009:45), “Belajar yang baik adalah
belajar dari pengalaman langsung”. Dalam belajar melalui pengalaman langsung
siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh Jhon
Dewey dengan “Learning by Doing”. . Walaupun demikian perlu dijelaskan
bahwa keterlibatan itu bukan dalam bentuk fisik semata, bahkan lebih dari itu
keterlibatan secara emosional dengan kegiatan kognitif dalam perolehan
pengetahuan, penghayatan dalam pembentukan afektif dan pada saat latihan
dalam pembentukan nilai psikomotor.
4.      Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang
barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya.
Menurut teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan,
berpikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah
teorinkoneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya
yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-
pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar . Selanjutnya teori dari
phychology psikologi conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut
dari teori koneksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa
perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula
mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga
menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang
sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam
pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama
menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang
kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar
dan membentuk kebiasaan.
Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai
dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah
digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latihan, pengulangan, dan pembiasaan.
5.      Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan: “if you give a man fish, he will
have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”.
Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa
tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi
sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa
tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak
berkesan materi yang diterimanya.
6.      Balikan dan Penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan,
ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta
didik akan belajar bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang
baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar
tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan
negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.
7.      Perbedaan Individu
Siswa merupakan individual yang unik artinya orang satu dengan yang
lain berbeda. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan
sifat lainnya. Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat
memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu
mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan
sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik
secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan
yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.

C. Komponen Pembelajaran
komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling
berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar
mengajar. Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan
dengan proses pembelajaran, yaitu :
1. Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir
yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Secara
terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu
tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata
pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus,
lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar, media
dan sumber-sumber belajar yang memadai.
2. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi
arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju,
guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-
pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas
sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,
pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi
kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu
program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah
bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid
digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang
tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai objek
belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan
serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring (nurturent
effect) berupa terapan pengetahuan dan atau kemampuan di bidang lain sebagai
suatu transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai
keutuhan dan kemandirian.
4. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu
proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara
lain :

1. Metode Ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan


informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif.
2. Metode Tanya Jawa adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau
memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya
murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu .
3. Metode DiskusI dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar
yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan
alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
4. Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
5. Metode Eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk
mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi

5. Materi
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun
karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:

1. Adanya teks yang menarik.


2. Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi
kemampuan berpikir siswa.
3. Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan yang sudah mereka miliki.
4. Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.

Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga


cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang
lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sentral. Pemilihan materi
harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari.
6. Alat Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media
pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard ware)
yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand
dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah
kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang
bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil
belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
D. Behaviorisme Vs Konstruktivisme

Behaviorisme adalah sebuah aliran psikologi yang memandang individu


hanya dari sisi jasmani dan rohani dengan mengabaikan aspek mental.
Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat dan minat dalam
pembelajaran. Teori behaviorisme hanya menekankan pada perilaku atau tingkah
laku yang diamati. 

Contohnya jika awalnya seorang anak tidak bisa menulis lalu dibimbing
secara terus menerus dan membawa perubahan pada peserta didik yang
menjadikan dia bisa menulis maka dia telah dikatakan belajar dan mengalami
perubahan. Menurut teori ini yang paling penting adalah stimulus dan respon.
Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa sedangkan respon
adalah tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan.

Teori konstruktivisme, berbeda dengan teori yang pertama teori ini bertolak
belakang dengan teori behaviorisme. Karena teori ini menekankan perubahan
perilaku pada pelajar, contohnya dari yang tidak diketahui akan menjadi
diketahui. Dalam teori ini menekankan pada peserta didik untuk dapat aktif
membangun konsep baru. Teknik ini membebaskan peserta didik untuk
memanfaatkan teknik belajar, asalkan tujuan belajarnya dapat tercapai.

Teori ini lebih menekankan pada proses daripada hasil. Dalam proses belajar
Hasil belajar akan mempengaruhi perkembangan pola pikir seseorang. Belajar
menurut teori ini tidak hanya dengan menghafal melainkan mengkonstruksi
pengetahuan. Pengetahuan bukanlah hasil dari pemberian orang lain melainkan
pengetahuan adalah proses yang didapatkan dalam belajar.

E. Konseptual Vs Konstektual
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL), yaitu dengan cara guru
memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu
diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual dalam
kehidupan siswa (daily life), kemudian diarahkan melalui modeling agar siswa
termotivasi, questioning agar siswa berfikir, constructivism agar siswa
membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan
bimbingan guru, learning community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan
pengalaman serta terbiasa berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereviu
kembali pengalaman belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian yang
diberikan menjadi sangat objektif.
Pengajaran konsep (concept teaching), adalah cara di mana guru dapat
membantu siswa untuk memperoleh dan mengembangkan konsep-konsep dasar
yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih lanjut dan pemikiran tingkat tinggi.
Model pengajaran konsep tidak dirancang untuk mengajarkan sejumlah besar
informasi kepada siswa. Tetapi dengan mempelajari dan menerapakan konsep-
konsep kunci dalam subjek tertentu, siswa akan mampu mentransfer berbagai
pembelajaran spesifik ke bidang-bidang yang lebih umum.

F. Individual Vs Kooperatif
Model Pembelajaran Individual menawarkan solusi terhadap masalah peserta
didik yang beraneka ragam tersebut. Pembelajaran individual memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan sendiri tempat, waktu, kapan
dirinya merasa siap untuk menempuh ulangan atau ujian. Salah satu model
pembelajaran individual yang sangat populer di kita beberapa waktu yang lalu
adalah pembelajaran dengan modul. Modul adalah suatu paket pembelajaran yang
memuat suatu unit konsep pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik
sendiri.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model
pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model
pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta
struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran
kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan
sosial.
G. Teacher’s Vs Student’s Centered
Teacher Centered Learning (TCL)Menurut Smith dalam Sanjayayang
dikutip ulang oleh Parwati bahwa Teacher Centered Teaching (TCL) adalah suatu
pendekatanbelajaryang berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah
menanamkan pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya Parwati menegaskan
Cara pandang ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut:a.Memakai pendekatan
berpusat pada guru, yakni gurulah yang harus menjadi pusat dalam
pembelajaran.b.Siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai
organisme yang pasif, sebagai penerima informasi yang diberikan guru.
c.Kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Siswa hanya
belajar manakala ada kelasyang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat
belajar.Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
Student Centered Learning merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang memfasilitasi pembelajar untuk terlibat dalam proses Experiential
Learning(pengalaman belajar). Model pembelajaran SCLpada saat ini diusulkan
menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki
beberapa keunggulan:a)Peserta didik dapat merasakan bahwa pembela-jaran
menjadi miliknya sendiri, karena diberi kesempatan yang luas untuk
berpartisipasi.b)Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti
kegiatan pem-belajaran.c)Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembe-lajaran,
sehingga terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara
siswa.
DAFTAR PUSTAKA

http://srimulya25.blogspot.com/2015/11/konsep-dasar-pembelajaran.html
http://nhuynhuy1994.blogspot.com/2014/11/prinsip-prinsip-pembelajaran_11.html
https://www.kompasiana.com/nindaratri/58fe1e577697737a4cd439cd/behaviorism
e-vs-konstruktivisme?page=4
http://riosaputraa.blogspot.com/2013/01/perbedaan-antara-kontekstual-
dan_9206.html
http://eprints.ums.ac.id/30865/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai