Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI MIKROBA

SIMBIOSIS BINTIL AKAR


TANAMAN LEGUM

Tugas ini disusun


untuk memenuhi syarat mata kuliah Ekologi Mikroba

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Bernadetta Octavia M.Si.

Disusun Oleh :

Khoiruna Arifah (18308141073)


Kelas Biologi F 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
PENDAHULUAN

A. Judul
Simbiosis Bintil Akar Tanaman Legum

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
Untuk mengetahui symbiosis yang terjadi pada bintil akar tanaman legum

C. Abstrak
Bakteri bintil akar atau rhizobia merupakan bakteri rizosfir yang mampu
melakukan penambatan nitrogen udara melalui simbiosis dengan tanaman
kacang-kacangan, dan secara genetik sangat beragam dan secara fisiologi
merupakan kelompok mikroorganisme yang heterogen, oleh karena itu
diklasifikasikan sesuai kemampuannya membentuk bintil akar pada sekelompok
tanaman dari famili Leguminosae. Klasifikasi ini mengacu pada kelompok
”inokulasi silang”, dimana satu spesies Rhizobium dapat membentuk bintil akar
pada semua jenis legum dalam satu kelompok legum. Bintil akar berfungsi
untuk mengikat unsur nitrogen bebas. Selain itu juga dapat menyuburkan tanah
karena dapat menghemat penggunaan Nh3 yang tersedia ditanah dan penyediaan
unsur nitrogen ke tanah. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
symbiosis yang terjadi pada bintil akar tanaman legume. Dan pada praktikum ini
menggunakan Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica) dan tanaman orok-orok
(Crotalaria juncea). Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah bahwa
terdapat symbiosis bakteri______________ pada akar tanaman
Kata Kunci : tanaman legume, Rhizobium, symbiosis, putri malu dan orok-orok.

D. Kajian Pustaka
Bakteri merupakan mikroba uniseluler, pada umumnya tidak mempunyai
klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksual dengan
pembelahan sel. Bakteri umumnya berukuran kecil dengan karakteristik dimensi
sekitar 1 µm. Sel dapat tunggal ataupun rantaian. Beberapa kelompok memiliki
flagella dan dapat bergerak aktif. Bakteri memiliki berat jenis 1,05-1,1 g cm -3
dan berat sekitar 10-12 g sebagai partikel kering, bentuknya ada bulat (cocci),
batang (bacil) dan lengkung. Bentuk bakteri dipengaruhi oleh umur dan syarat
pertumbuhan tertentu. Bakteri dikenal dengan bentuk yang disebut involusi,
yaitu perubahan bentuk yang disebabkan karena faktor-faktor keadaan sekitar
yang tidak menguntungkan seperti faktor makanan, suhu dan hal lain yang
kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain bentuk involusi dikenal pula
pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur yang terdapat pada
suatu bakteri meskipun ditumbuhkan pada syarat-syarat pertumbuhan yang
sesuai (Hidayat et al., 2006).
Rhizobium merupakan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan
tanaman leguminosa. Akar tanaman akan mengeluarkan suatu zat yang
merangsang aktifitas bakteri Rhizobium. Apabila bakteri sudah bersinggungan
dengan akar rambut, akar rambut akan mengeriting. Setelah memasuki akar,
bakteri berkembang biak ditandai dengan pembengkakan akar. Pembengkakan
akar akan semakin besar dan akhirnya terbentuklah bintil akar (Hidayat et al.,
2006).
Nitrogen adalah salah satu unsur yang diperlukan oleh semua jasad hidup
untuk sintesis protein. Mikroba membutuhkan nitrogen baik nitrogen anorganik
maupun organik. Menurut Puspitasari dan Sidik (2009) nitrogen anorganik biasa
didapat dari ammonium sulfat (NH4)2 SO4, ammonium nitrat (NH4NO3),
diammonium phospat (NH4)2 HPO4 dan urea (NH2)2CO. Pertumbuhan
mikroba membebaskan enzim proteolitik yang dapat merubah senyawa-senyawa
protein menjadi asam amino. Sejumlah nitrogen sangat dibutuhkan dalam
pertumbuhan, karena nitrogen tersebut terkandung dalam protein dan asam
nukleat.
Menurut Sumarsih (2003) mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam
bentuk ammonium, nitrat, asam amino, protein dan sebagainya. Beberapa
mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara.
Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.
Tanaman orok-orok atau Crotalaria juncea L adalah tanaman leguminosa
yang termasuk ke dalam keluarga perdu dan semak yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan berpotensi sebagai pupuk hijau. Crotalaria juncea L
merupakan spesies yang tinggi nilainya, karena menghasilkan produksi serat
yang mempunyai peranan penting untuk dipakai sebagai industri pakan.
Crotalaria juncea L termasuk tanaman leguminosa yang mampu mengikat N
secara bebas dari udara, dapat menghasilkan biomassa dengan cepat, tinggi
kandungan air dan N dan memiliki perakaran yang dalam sehingga dapat
memompa unsur hara ke permukaan tanah. Di berbagai negara tropika Crotalaria
juncea L, di tanam dalam rotasi tanaman dengan padi, jagung, tembakau, kapas,
nanas, kopi dan digunakan sebagai tanaman penutup tanah dalam perkebunan.
Tanaman ini dapat menjadi sumber N yang berasal dari bagian vegetatif
tanaman dan hasil fiksasi N2 udara maupun N dalam tanah oleh bintil akar
tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp sehingga diharapkan
mampu menambah kandungan N dalam tanah (Bang, 1990; Julianto et al.,
2011).
Tumbuhan putri malu memiliki akar tunggang berwarna putih
kekuningan. Diameter akar tidak labih dari 1 - 5 mm. Akar mimosa memiliki
bau yang khas yakni menyerupai buah jengkol (Dalimartha, 2008). Putri malu
memiliki batang berbentuk bulat, berbulu, dan berduri tajam. Bagian batang
putri malu terdapat bulu halus dan tipis berwarna putih dengan panjang sekitar 1
- 2 mm. Batang muda berwarna hijau mencolok dan batang tua berwarna merah
(Dalimartha, 2008). Bentuk daun menyirip dan bertepi rata. Daun berbentuk
kecil tersusun secara majemuk, berbentuk lonjong serta letak daun berhadapan.
Warna daun hijau namun ada juga yang berwarna kemerah-merahan. Bunga
berbentuk bulat seperti bola, warnanya merah muda dan bertangkai serta bentuk
bunga berambut. Putik berwarna kuning dan tangkai bunga berbulu halus. Pada
saat matahari tenggelam, bunga akan menutup seakan layu dan mati, tapi jika
terkena sinar matahari lagi maka bunga itu akan kembali mekar (Dalimartha,
2008). Buah dari putri malu menyerupai buah kedelai dalam ukuran kecil. Pada
buah putri malu, terdapat bulu-bulu halus berwarna merah, namun hanya
terdapat pada bagian tertentu saja. Tangkai buah memiliki panjang tangkai
sekitar 3 - 4 cm dengan diameter 1 - 2 mm.
E. Metode Penelitian
Penelitian observasi ini dilakukan pada :
Hari, tanggal : Kamis, 29 September 2020 dan 08 Oktober 2020
Pukul : 16:30 – 17:00 WIB
Tempat : Dsn. Bandung RT 30, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Alat dokumentasi
b. Kertas HVS berwarna putih
c. Cangkul
d. Pisau

2. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :

Di perhatikan tanaman di sekitar rumah.

Jika terdapat tanaman legume, maka di cabut menggunakan cangkul


untuk diamati bintil yang terdapat pada akarnya.

cari sebanyak-banyaknya agak mengetahui lebih banyak lagi bintil akar


tanaman legume.

Jika sudah, diamati bintil akarnya dan dibelah menggunakan pisau.


Kemudian amati dan tulis hasilnya.

Kemudian di amati warna dari bintil akar tersebut

Jika berwarna merah maka bintil akar tersebut aktif,

Tulis hasilnya. Dan dokumentasikan menggunakan alat dokumentasi.


ISI

A. Hasil dan Pembahasan


1. Putri malu (Mimosa pudica).

Daun dari Putri malu (Mimosa


pudica) terlihat sedang
menguncup. Dan buahnya yang
berbentuk polong berwarna
kehijauan saat masih muda,
setelah tua akan berwarna
coklat.

Untuk akar tanaman Putri malu


(Mimosa pudica), merupakan
akar serabut. Terlihat bintil-
bintil akar yang ada pada
akarnya. Jumlahnya >10.

Kondisi bintil akar pada


tanaman Putri malu (Mimosa
pudica). Warna merah
menunjukkan bahwa bintil akar
aktif.

2. Orok-orok (Crotalaria juncea).


Berikut ini adalah buah dari
tanaman Orok-orok
(Crotalaria juncea). Buahnya
seperti kacang kedelai namun
memiliki kulit yang lebih tebal.
Daunnya menyirip dan
bercabang banyak.

Akar dari tanaman Orok-orok


(Crotalaria juncea),
merupakan akar serabut.
Terlihat bintil akar yang ada
pada akarnya. Jumlahnya >10.

Kondisi bintil akar pada


tanaman Orok-orok
(Crotalaria juncea). Warna
merah menunjukkan bahwa
bintil akar aktif.

Warna merah ini memiliki berbagai macam tingkatan, yaitu :


- Warna pink : bintil akar aktif memfiksasi nitrogen
- Warna merah : bintil lebih aktif memfiksasi Nitrogen
- Warna hijau : kemampuan memfiksasi nitrogen tidak terlalu baik.
- Warna abu-abu : bintil masih muda dan belum mampu memfiksasi
nitrogen
Pada observasi kali ini, bintil akar yang sudah ditemukan
memiliki warna merah sedikit orange. Hal ini menandakan jika bintil
akar tersebut aktif. Udara yang menyelubungi bumi mengandung gas
nitrogen sebanyak 80 %, sebahagian besar dalam bentuk N2 yang tidak
dapat dimanfaatkan. Tanaman dan kebanyakan mikroba tidak
mempunyai cara untuk mengikat nitrogen menjadi senyawa dalam
selnya. Tanaman dan mikroba umumnya mendapatkan nitrogen dari
senyawa seperti ammonium (NH4 +) dan nitrat (NO3 -). Untuk
memanfaatkan nitrogen dalam bentuk gas, pakar bioteknologi
memusatkan perhatiannya pada hubungan antara tanaman dengan jenis
mikroba tertentu yang dapat menambat nitrogen dari udara dan
menyusun atom nitrogen kedalam molekul ammonium, nitrat, atau
senyawa lain yang dapat digunakan oleh tumbuhan (Prentis, 1984).
Tanaman kacang-kacangan akarnya mempunyai bintil-bintil
berisi bakteri yang mampu menambat nitrogen udara, sehingga nitrogen
tanah yang telah diserap tanaman dapat diganti. Simbiosis antara
tanaman dan bakteri saling menguntungkan untuk kedua pihak. Bakteri
mendapatkan zat hara yang kaya energi dari tanaman inang sedangkan
tanaman inang mendapatkan senyawa nitrogen dari bakteri untuk
melangsungkan kehidupannya.
Bakteri penambat nitrogen yang terdapat didalam akar kacang-
kacangan adalah jenis bakteri Rhizobium. Bakteri ini masuk melalui
rambut-rambut akar dan menetap dalam akar tersebut dan membentuk
bintil pada akar yang bersifat khas pada kacang-kacangan. Belum
diketahui sepenuhnya bagaimana rhizobium masuk melalui rambut akar,
terus ke dalam badan akar dan selanjutnya membentuk bintil-bintil akar.
Simbiosis Rhizobium dengan tanaman legum dicirikan oleh
pembentukan bintil akar pada tanaman inang . Pembentukan bintil akar
diawali dengan sekresi produk metabolisme tanaman ke daerah
perakaran (nod factors) yang menstimulasi pertumbuhan bakteri, berupa
liposakarida (Rahmawati,2005) Eksudat akar yang dihasilkan tanaman
legum tersebut memberikan efek yang menguntungkan untuk
pembelahan Rhizobium di tanah).
Nodulasi dan fiksasi nitrogen tergantung pada kerjasama dari
faktor-faktor yang berbeda yaitu kehadiran strain Rhizobium yang efektif
pada sel akar, peningkatan jumlah sel Rhizobium di rizosfer, infeksi akar
oleh bakteri, pertumbuhan, dan aktivitas Rhizobium itu sendiri
(Adisarwanto,1999). Pelekatan Rhizobium pada rambut akar juga dapat
terjadi karena pada permukaan sel Rhizobium terdapat suatu protein
pelekat yang disebut rikodesin. Senyawa ini adalah suatu protein
pengikat kalsium yang berfungsi dalam pengikatan kompleks kalsium
pada permukaan rambut akar (Arsyad, 2009).secara umum pembentukan
bintil akar pada tanaman legum terjadi melalui beberapa tahapan:
- Pengenalan pasangan sesuai antara tanaman dengan bakteri yang
diikuti oleh pelekatan bakteri Rhizobium pada permukaan rambut
akar tanaman.
-   Invasi rambut akar oleh bakteri melalui pembentukan benang-
benang infeksi (infection thread).
-   Perjalanan bakteri ke akar utama melalui benang-benang infeksi.
- Pembentukan sel-sel bakteri yang mengalami deformasi, yang
disebut sebagai bakteroid, di dalam sel akar tanaman.
- Pembelahan sel tanaman dan bakteri sehingga terbentuk bintil akar.
Mekanisme penambatan nitrogen pada bintil akar adalah dengan
peran utama Rhizobium adalah memfiksasi nitrogen dengan adanya
aktivitas nitrogenase. Tinggi rendahnya aktivitas nitrogenase
menentukan banyak sedikitnya pasokan ammonium yang diberikan
Rhizobium kepada tanaman (Asyad,2009). Aktivitas nitrogenase
Rhizobium ditentukan oleh 2 jenis enzim yaitu enzim dinitrogenase
reduktase dan dinitrogenase. Dinitrogenase reduktase dengan kofaktor
protein Fe berperan sebagai penerima elektron untuk selanjutnya
diteruskan ke protein MoFe, sedangkan enzim dinitrogenase yang
memiliki protein MoFe berperan dalam pengikatan
N2(Rahmawati,1999). reaksi penambatan nitrogen pada bintil akar
legum dalam persamaan sebagai berikut:
N2 + 8 H+ + 8 e- + 16 Mg-ATP 2NH3 + H2 +16 Mg-ADP + 16 Pi
Menurut Arimurti (2000), kemampuan Rhizobium dalam
menambat nitrogen dari udara dipengaruhi oleh besarnya bintil akar dan
jumlah bintil akar. Semakin besar bintil akar atau semakin banyak bintil
akar yang terbentuk, semakin besar nitrogen yang ditambat. Semakin
aktif nitrogenase semakin banyak pasokan nitrogen bagi tanaman,
sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman (Jumini,2010).
Jumlah N 2yang dapat difiksasi oleh tanaman legum sangat bervariasi,
tergantung pada jenis tanaman legum, kultivar, jenis bakteri dan tempat
tumbuh bakteri tersebut dan terutama pH tanah (Norviani,2011).
Efisiensi dan efektivitas dari suatu strain Rhizobium pada bintil
akar dapat diamati dari warna kemerahan yang tampak pada bintil akar
meninggalkan sejumlah nitrogen untuk tanaman berikutnya. Rhizobium
mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan
meningkatkan produksi antara 10-25%. Tanggapan tanaman untuk
memfiksasi nitrogen dari udara tergantung pada kondisi medium tumbuh
dan efektivitas populasi asli (Rahmawati, 2005).
Pembentukan simbiosis antara rhizobium dengan leguminose .
Simbiosis antara Rhizobium dengan Leguminose dicirikan oleh struktur
bintil akar pada tanaman inang (leguminoseae). Pembentukan bintil akar
dimulai dengan sekresi produk metabolism tanaman ke daerah perakaran
yang menstimulasi pertumbuhan bakteri. Proses pembentukan bintil akar
di awaali dengan kolonisasi bakteri bintil akar di rhizosfer tanaman
kacang-kacangan. memperlihatkan kolonisasi B japonicum 5 hari setelah
inokulasi pada tanaman kedelai terdapat pada ujung akar dan permukaan
akar dekat ujung akarmengatakan Koinokulasi antara A. lipoferum
T1371 dan R. leguminosarum pada tanaman clover white, menunjukkan
terjadinya kolonisasi bakteri pada pangkal akar, akar sekunder pada
rambut akar (Rahmawati, 2005)
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan, maka kesimpualn yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1. Bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan
yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau
bintil-bintil akar. Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu
mengikat nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang
dapat diserap oleh tumbuhan. Berkat kemampuannya mengikat nitrogen di udara,
bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian.
Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis.
2. Rhizobium merupakan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan tanaman
leguminosa. Akar tanaman akan mengeluarkan suatu zat yang merangsang aktifitas
bakteri Rhizobium. Apabila bakteri sudah bersinggungan dengan akar rambut, akar
rambut akan mengeriting. Setelah memasuki akar, bakteri berkembang biak ditandai
dengan pembengkakan akar. Pembengkakan akar akan semakin besar dan akhirnya
terbentuklah bintil akar (Hidayat et al., 2006)
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. 2009. Studi Isolasi bakteri Rhizobium yang diinokulasikan ke dalam Dolomit
 

Sebagai Pembawa (Carrier) Serta Pemanfaatannya Sebagai Pupuk Mikroba.


Departemen Kimia FMIPA USU Medan.

Adisarwanto, T. dan R. Wudianto. 1999. Peningkatan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah
Kering Pasang Surut. Penebar Swadaya: Jakarta. p. 4-10

Armiadi. 2009. Penambatan nitrogen secara Biologis pada Tanaman Leguminosa. Jurnal
Wartazoa 19(1): 23-30.

Budiman, S dan Saraswati, D. 2007. Kesuburan Tanah Masyarakat Badui karena Mikoriza
V-A terjaga. Penerbit Niaga Swadaya. Bandung

Delvian, 2006. Optimalisasi Daya Tumbuh Tanaman terhadap Daya Dukung


Perkembangbiakan Jamur Mikoriza. Institut Teknologi Surabaya. Surabaya.

Jumini dan R. Hayati.2010. Kajian Biokomplek Trico-G dan Inokulasi Rhizobium pada
Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Jurnal Floratek 5: 23-30.

Musfati, A  dkk. 2006. Modifikasi Sistem Pertanian Organik dengan Cendawan Mikoriza
Arbuskular (CMA). Universitas Lampung . Lampung.

Novriani. 2011. Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen Bagi


Tanaman Kedelai. Jurnal Agronobis, 3(5): 35-42.

Noor, Z. 2006. Produktivitas dan Mutu Jagung terhadap Mikoriza diDesa Pare Kediri .
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahmawati, N. 2005. Pemamfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik. Fakultas


Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai