Anda di halaman 1dari 16

MANUSIA ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN

“ Bencana Pesisir di Wilayah Jawa Tengah”

Kelompok 3

Disusun oleh :
Kamal Nurul Huda 21020119120030
Kukuh Budi Prayogo 21020119120034
Ahmad Naufal Zuhdi 21020119130056
Nisa’ul Hamidah 21020119130129
Nadhifa Salsabil Tahara 21020119140133
Kiara Arsya Salsabilla N.P. 21020119140167

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bencana Pesisir di
Jawa Tengah” ini dengan baik.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Dr. Ir. R. Siti Rukayah, MTselaku dosen
pengampu mata kuliah manusia, arsitektur, dan lingkungan, yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Semarang, 11 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................................
1

BAB 2 ISI....................................................................................................................................... 2
2.1 Wilayah Pesisir di Jawa Tengah....................................................................................
2
2.2 Bencana di Pesisir Jawa Tengah......................................................................................
2.3 Penyebab Bencana Pesisir................................................................................................
2.4 Solusi terhadap Bencana Pesisir .....................................................................................
2.5 Kajian Bencana Pesisir pada Tiap Wilayah.....................................................................
BAB 3
PENUTUP..............................................................................................................................
3.1 Simpulan..........................................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Wilayah Pesisir
didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling
berinteraksi, di mana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga
dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas
administrasi kabupaten/kota.

Gambar 1.1 Kompleksitas Permasalahan Pesisir

Wilayah pesisir Indonesia yang kaya memiliki berbagai sumberdaya yang


berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk
meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja, dan pendapatan penduduk. Selain kaya
akan sumberdaya alam, wilayah pesisir juga rentan terhadap tekanan lingkungan dan
bencana alam. Potensi Bencana alam yang terjadi di wilayah pesisir Indonesia yaitu
gempa bumi, tsunami, banjir rob, kenaikan permukaan air laut dan angin topan. Potensi
bencana alam tersebut mengancam masyarakat pesisir dan berdampak buruk bagi
ekosistem pesisir.
Bencana yang paling sering terjadi di wilayah pesisir Jawa Tengah adalah banjir
rob.Banjir rob yang terjadi merupakan salah satu dampak dari peristiwa pasang air laut.
Dampak terjadinya banjir rob adalah kerusakan bangunan (banjir rob bersifat korosi),
kualitas air tanah dan air permukaan akan berubah, serta kerusakan lahan dan tambak
(kegiatan ekonomi terganggu). Pada makalah ini, kami akan membahas tentang pengaruh
bencana pesisir di Jawa Tengah, terhadap kehidupan manusia dan arsitekturalnya (rumah,
jalan, dll), serta solusi yang tepat untuk menanganinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis bencana pesisir di Jawa Tengah?
2. Wilayah mana saja yang terdampak?
3. Apa penyebabnya?
4. Bagaimana solusinya?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui daerah-daerah pesisir di Jawa Tengah
2. Mengetahui apa saja jenis bencana pesisir di Jawa Tengah
3. Mengetahui apa penyebab dan solusi dari bencana pesisir
4. Menambah pengetahuan tentang arsitektural apa yang ccocok untuk mengatasi
bencana di daerah pesisir Jawa Tengah
BAB II
ISI
2.1 Wilayah Pesisir di Jawa Tengah
Jawa Tengah terletak koordinat 5 40' dan 8 30' Lintang Selatan dan antara 108 30'
dan 111 30' Bujur Timur (termasuk Kepulauan Karimunjawa). dengan luas wilayah
32.548 km2, atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan
Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta
di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Secara
administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi
pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490
desa/kelurahan. Wilayah pesisir di bagian utara Jawa Tengah meliputi Tegal, Pemalang,
Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Rembang dan di bagian Selatan terdapat
Cilacap.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Jawa Tengah

2.2 Bencana di Pesisir Jawa Tengah


Masyarakat pesisir paling rentan terhimpit berbagai tekanan. Masyarakat pesisir
rentan terkena dampak perubahan iklim, dan banyak tersingkir dari ruang hidup karena
pembangunan infrastruktur, perkembangan industri sampai pertambangan. Saat ini 65%
penduduk Pulau Jawa hidup di daerah pesisir dan sangat tergantung pada sumber daya
pesisirnya. Pertumbuhan Penduduknya mencapai 2,2% pertahun. Seiring pertumbuhan
itu, berbagai bencana terjadi. Faktanya hampir 3.000 desa/kelurahan di Pesisir Jawa
mengalami banjir setiap tahunnya dan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, setidaknya
terdapat 90 lokasi mengalami abrasi pantai hingga puluhan kilometer (Walhi, 2006).
Banjir Rob, pencemaran lingkungan, sedimentasi tanah, dan abrasi merupakan
permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di kawasan pesisir Jawa Tengah.
Gambar 2.2 Kumpulan Artikel Permasalahan Pesisir
Jawa Tengah

Pengertian dari rob (bahasa jawa) adalah banjir air laut atau naiknya permukaan
air laut. Rob adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi
daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka air
laut. Di Semarang permasalahan Rob ini telah terjadi cukup lama dan semakin parah
karena terjadi penurunan muka tanah sedang muka air laut meninggi sebagai akibat
pemanasan suhu bumi.
Permasalahan kedua yang kerap terjadi di daerah pesisir Jawa tengah adalah
sedimentasi tanah. Sedimentasi adalah proses mengendapnya material hasil erosi di suatu
tempat tertentu. Pengendapan material dapat diakibatkan oleh air, angin, es atau gletser
pada suatu cekungan yang kemudian membentuk jenis batuan baru yang dinamakan
batuan sedimen. Endapan-endapan yang terkumpul menjadi batuan baru terdiri dari
komponen abiotik, seperti tanah dan pasir yang berasal dari pelapukan atau pengikisan
dalam jangka waktu yang lama.
Permasalahan selanjutnya adalah abrasi. Abrasi adalah proses pengikisan pantai
oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut
juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya
keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala
alami, tetapi manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara
untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove. Hutan
mangrove sangat bermanfaat agar tidak terjadi pengikisan pantai. Pengikisan pantai dapat
berakibat daratan sekitarnya tergenang air.

2.3 Penyebab
2.4 Solusi
2.4.1 Solusi secara umum
Solusi secara umum yang bisa dilaksanakan terhadap berbagai permasalahan yang
terjadi di wilayah pesisir sebagai berikut :
A. Solusi terhadap permasalahan banjir rob
Memperhatikan pendapat dari Hopley (1992), Leatherman (1996), Zeidler
(1997), El-Raey et al. (1999), Kirshen et al. (2008), Lonsdale et al. (2008),
pilihan yang mungkin dilakukan untuk menghadapi masalah banjir pasang-surut
itu adalah :
a. Membangun tanggul di sepanjang pantai
b. Meninggikan rumah/bangunan dan jalan
c. Tidak melakukan apapun, atau
d. Pindah ke lokasi lain.

B. Solusi terhadap permasalahan abrasi


a. Membangun Pemecah Gelombang
Membuat pemecah gelombang bisa menjadi salah satu cara untuk
mencegah abrasi pantai. Cara ini dimaksudkan agar kekuatan gelombang
yang tiba pada garis pantai tidak terlalu besar sehingga tidak berpotensi
mengikis padatan yang berada dititik tersebut. Beberapa wilayah di
Indonesia sudah banyak yang menerapkan pemecah gelombang sebagai
penangkal abrasi pantai

b. Hutan Mangrove/Bakau
Cara yang paling manjur untuk mengatasi abrasi adalah dengan
menanam mangrove. Langkah penanggulangan berbasis konservasi ini
idealnya disandingkan dengan opsi pemecah gelombang. Manfaat hutan
bakau dalam melindungi garis pantai sebenarnya sudah banyak diketahui
pihak terkait. Namun kesadaran untuk membuat ini masih minim.
Mangrove memiliki banyak manfaat seperti :

● Menjaga stabilitas garis pantai.


● Mengurangi akibat bencana alama tsunami.
● Membantu pengendapan lumpur, dengan demikian kualitas air
lautan jauh lebih terjaga.
● Membantu menahan juga menyerap tiupan angin laut yang cukup
kencang.
● Merupakan sumber plasma nutfah.
● Membantu menjaga keseimbangan alam.
● Membantu mengurangi polusi baik di udara juga di air.
● Sebagai salah satu sumber oksigen bagi makhluk hidup.
● Hutan mangrove juga menjadi habitat alami beragai spesies seperti
kepiting, burung, beberapa jenis ikan dan lain-lain.

2.4.2 Solusi secara arsitektural


Rumah Panggung bisa menjadi solusi bagi daerah pesisir rawan banjir, dinamakan
rumah panggung sistem Floor Lifting Method, yaitu suatu rumah panggung dimana lantai
rumahnya dapat dinaikkan dengan menggunakan sistem ‘Jacking’. Dengan konstruksi
Rumah Panggung dapat disikapi dengan menaikkan ketinggian rumah dengan
mengangkat secara gotong royong menggunakan dongkrak mobil pada titik-titik
baloknya. dongkrak dipasang pada 6 titik di bawah balok jacking, kapasitas 1 dongkrak
yang dipakai adalah 3 ton. Kemampuan kenaikan dongkrak adalah 17 cm.dan beban yang
terdapat pada 1 titik dongkrak terhitung maksimal 2,3 ton. Baut pada plat pelendes di
kolom pedestial dilepas semua sebelum memulai proses dongkrak. Setelah dongkrak
mencapai kenaikan maksimal maka dibawah balok jacking diganjal balok kayu.
Proses pendongkrakan dilakukan secara bersama-sama pada 6 titik. Setelah balok
jacking diganjal, angkur di perpanjang dengan mengelas angkur baru dengan angkur
lama. Dilakukan penambahan tinggi kolom pedestial dengan pengecoran beton. Setelah
beton kering, dongkrak diturunkan pelan-pelan (angkur yang sudah diperpanjang masuk
dalam lubang plat pelendes). Baut-baut dipasang kembali dan dikencangkan.

2.5 Kajian Bencana Pesisir pada Tiap Wilayah


2.5.1 Kabupaten Tegal

A. Kondisi Geografis

Letak geografis Kota Tegal terletak diantara 109°08’-109°10’BT dan


6°50’- 6°53’LS. Letak geografis Kota Tegal sangat strategis karena berada di
pertigaan jalur kota besar Semarang – Cilacap - Jakarta. Batas-batas wilayah kota
Tegal sebagai berikut :

a. Utara : Kota Tegal dan Laut Jawa


b. Timur : Kabupaten Pemalang
c. Barat : Kabupaten Brebes
d. Selatan : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas

Wilayah daratan kabupaten ini mempunyai kemiringan bervariasi, mulai


dari yang datar hingga yang sangat curam. Kemiringan lahan tipe datar/pesisir 0-
2°, tipe bergelombang/dataran 2-15°, tipe curam/berbukit-bukit 15-40°, tipe
sangat curam/pegunungan >40°.

B. Permasalahan

Permasalahan genangan yang diakibatkan oleh banjir pasang di kota tegal


ini dikarenakan letak geografis kota tegal yang berada didaerah pantai dan
dibatasi sungai dengan kondisi kemiringan tanah yang hampir datar dan
diperparah dengan berkurangnya daerah resapan air dikarenakan alih fungsi lahan.
Apabila kondisi kenaikan muka air laut diprediksikan semakin lama akan semakin
meningkat maka dikhawatirkan bahwa genangan banjir pasang akan semakin
meluas. Daerah yang terkena genangan meliputi :

a. Kecamatan Tegal Barat :


● Kelurahan Muarareja,
● Kelurahan Kraton
● Kelurahan Tegalsari.
b. Kecamatan Tegal Timur :
● Kelurahan Mintaragen
● Kelurahan Panggung
c. Kecamatan Margadana :
● Kelurahan Margadana
● Kelurahan Pasuruan Lor

C. Penyebab

Penyebab banyaknya fasilitas umum dan pemukiman yang terkenan


genangan banjir adalah banyaknya alih fungsi lahan dimana meningkatnya
populasi penduduk yang berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan
manusia sehingga daerah pesisir menjadi salah satu solusi dari maraknya
pengembangan kawasan bisnis dan pemukiman untuk memenuhi kebutuhan
tersebut tanpa memperhitungka lebih dalam akibat pengalihan lahan ke wilayah
pesisir.

Dampak banjir yang ditimbulkan berbanding lurus dengan luasan


genangan. Dampak tersebut antara lain :
a. Perubahan ekosistem pantai
b. Meningkatnya laju erosi
c. Terganggunya aktivitas penduduk di pemukiman dan perindustrian
d. Meningkatnya kerusakan bangunan di dekat pantai
e. Mundurnya garis pantai

D. Solusi

Memperhatikan pendapat dari Hopley (1992), Leatherman (1996), Zeidler


(1997), El-Raey et al. (1999), Kirshen et al. (2008), Lonsdale et al. (2008),
pilihan yang mungkin dilakukan untuk menghadapi masalah banjir pasang-surut
itu adalah :
a. Membangun tanggul di sepanjang pantai
b. Meninggikan rumah/bangunan dan jalan
c. Tidak melakukan apapun, atau
d. Pindah ke lokasi lain.

2.5.2 Kota Semarang

A. Kondisi Geografis

Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang memiliki posisi astronomi di


antara garis 6050’ –7010’ Lintang Selatan dan garis 109050’ – 110035’ Bujur
timur. Batas-batas wilayah Semarang sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Laut Jawa (panjang garis pantai 13,6 km)


b. Sebelah Timur : Kab. Demak
c. Sebelah Selatan: Kab. Semarang
d. Sebelah Barat : Kab. Kendal

Suhu Udara berkisar antara 20-30 Celcius dan suhu rata-rata 27 Celcius.
Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai 359,00 meter di atas
permukaan laut. Kota Semarang juga terbagi atas daerah dataran tinggi dan
dataran rendah. Daerah perbukitan/dataran tinggi di sebelah selatan kota yang
dikenal dengan sebutan Semarang atas mempunyai ketinggian 90–359 meter di
atas permukaan laut. Daerah dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75–3,5
meter diatas permukaan laut dan dikenal dengan sebutan Semarang bawah.

B. Permasalahan
a. Penurunan Muka Tanah
Penurunan tanah dapat didefinisikan turunnya elevasi permukaan
tanah terhadap bidang referensi yang dianggap stabil.Penurunan tanah
alami terjadi secara regionalyaitu meliputi daerah yang luas atau terjadi
secaralokal yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah. Hal ini biasanya
disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah. Turunnya
permukaan tanah yang terakumulasi selama rentang waktu tertentu akan
dapat mencapai besaran penurunan hingga beberapa meter (Whittaker dan
Reddish, 1989).
b. Banjir Rob
Banjir rob sering terjadi apalagi terutama pada musim penghujan,
terjadinya banjir rob tidak terlepas dari adanya penurunan muka tanah
pada wilayah peisir.

C. Penyebab

Terjadinya penurunan muka tanah (PMT) disebabkan oleh banyak faktor,


diantaranya sebagai berikut :
a. Proses-proses geologi, seperti aktivitas vulkanik dan tektonik, siklus
geologi, adanya rongga di bawah permukaan tanah dan sebagainya.
b. Pengambilan bahan cair dari dalam tanah, seperti air tanah atau minyak
bumi.
c. Pengambilan bahan padat dari tanah (aktivitas penambangan).
d. Adanya beban-beban berat di atasnya seperti struktur bangunan sehingga
lapisan-lapisan tanah di bawahnya mengalami kompaksi/konsolidasi.

Rob dapat menjadi indikasi terjadinya penurunan tanah di kota semarang


karena ketika daerah yang tanahnya turun dan permukaan tanah menjadi lebih
rendah daripada permukaan air laut, maka air laut akan melimpah ke daratan
sehingga menyebabkan terjadinya banjir rob. Selain PMT, rob juga dapat
disebabkan adanya pemanasan global dan sistem drainase yang buruk meskipun
kedua faktor tersebut tidak cukup signifikan untuk mempengaruhi luasan rob di
kota semarang jika dibandingkan PMT.
D. Solusi

Kota Semarang bagian utara mempunyai ketinggian sekitar 0,75 meter di


atas permukaan air laut sangat rawan terhadap rob. Salah satu akibat yang paling
memprihatinkan dari rob adalah terendamnya rumah tinggal, sehingga rumah
menjadi tidak sehat dan tidak nyaman. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah
Kota Semarang dalam hal ini Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
mencoba untuk merancang sebuah inovasi, yaitu “Rumah Panggung”.

Selain rumah panggung, masyarakat pesisir di daerah Semarang ini dinilai


juga telah melakukan beberapa adaptasi terhadap banjir rob dengan membuat
talud dan tanggul permanen, menambah ketinggian jalan seputar rumah.

2.5.3 Kabupaten Rembang

A. Kondisi Geografis

Terletak pada koordinat Provinsi Jawa Tengah, Indonesia Koordinat


110º15'-111º40' BT dan 6º40'-6º55' LS. Luas wilayah nya 101.408 ha, mempunyai
batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Laut Jawa


b. Sebelah Timur : Kab. Tuban
c. Sebelah Selatan: Kab. Blora
d. Sebelah Barat : Kab. Pati

Kabupaten Rembang memiliki wilayah pesisir seluas 355,95 km 2 atau


sekitar 35% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Rembang. Wilayah pesisir
Kabupaten Rembang dimanfaatkan untuk lahan pertambakan, mangrove/payau,
wisata pantai dan juga terumbu karang. Di samping itu di wilayah perairan
Kabupaten Rembang terdapat 19 gugusan terumbu karang sebagaimana dalam
tabel berikut ini.
B. Permasalahan
Beberapa faktor yang menjadi penyumbang terbesar kerusakan ekosistem
mangrove di pesisir Kabupaten Rembang adalah:

a. Pertambakan ikan/udang dan garam.


b. Penebangan vegetasi mangrove.
c. Reklamasi dan sedimentasi

C. Solusi

Salah satu hal yang dilakukan adalah restorasi hutan mangrove yang
dilakukan secara kontinyu dan cukup berhasil adalah penanaman Rhizophora, di
sepanjang pesisir Pasar Bangi. Pemerintah Kabupaten Rembang berupaya
merestorasi ekosistem mangrove, khususnya di Pasar Bangi, yang termasuk
kecamatan kota dan berpenduduk padat. Pada tahun 1980-an, pemerintah
setempat bersama para pihak melakukan restorasi ekosistem mangrove pada area
dengan panjang sekitar 3000 m, dan lebar antara 100-300 m. Tujuan kegiatan ini
selain untuk menjaga garis pantai dari abrasi dan badai, juga untuk menjaga salah
satu identitas lanskap kabupaten ini, yakni ekosistem mangrove.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/amp/krismiangganar/5a25631bb3f86c470c2a8ce2/isu-strategis-
bencana-alam-dalam-perencanaan-pesisir-di-indonesia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pesisir
https://www.neliti.com/id/publications/195603/mitigasi-bencana-alam-di-wilayah-pesisir-dalam-
kerangka-pengelolaan-wilayah-pesi
http://eprints.undip.ac.id/24136/1/NUR_MILADAN-01.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Rob
https://rimbakita.com/sedimentasi/

https://www.slideshare.net/shantimnccomic/review-pesisir-dan-laut foto kompleksitas masalah


pesisir
https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah foto wilayah jateng

Anda mungkin juga menyukai