Anda di halaman 1dari 3

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa diantara salah satu tujuan dari

diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam bermasyarakat akhlak
merupakan cerminan dari suatu orang. Menurut pendapat Al-Ghazali bahwa, akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan
perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik. Sifat-
sifat terpuji (akhlak mahmudah) harus dimiliki setiap muslim, sehingga dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Cara memperoleh akhlak yang mulia

Akhlak yang mulia bisa berupa sifat alami dan bisa berupa sifat yang dapat diusahakan atau
diupayakan . Jika bersifat alami tidak akan bisa hilang dari seseorang, sedangkan akhlak yang
dihasilkan dengan cara membiasakannya bisa saja terlewat dari seseorang dalam situasi dan kondisi
tertentu . Setiap orang bisa mendapatkan akhlak yang mulia, hal ini dapat dilakukan dengan cara
membiasakan, bersungguh-sungguh, dan melatih dirinya. Maka, ia dapat menjadi orang yang
berakhlak mulia dengan beberapa perkara, diantaranya:

1. Hendaklah ia mengamati dan menelaah kitab Allah SWT dan Sunnah Rasul-Nya.
Mengamati nash-nash yang menunjukkan pujian terhadap akhlak yang
agung tersebut, yang mana ia berkemauan untuk berperilaku dengannya. Jika
seorang mukmin melihat nash-nash yang memuji-muji akhlak atau perilaku tertentu,
maka ia akan berusaha untuk dapat menerapkan perilaku yang terpuji tersebut pada
dirinya. {Madaarijus Saalikiin (2/ 300)}.
2. Bersahabat dengan orang yang telah dikenal kemuliaan akhlaknya, dan jauh dari sifat-
sifat rendah dan perbuatan-perbuatan hina.
Sehingga ia menjadikan persahabatan tersebut ibarat sebuah sekolah yang
ia menimba akhlak yang mulia darinya.
3. Hendaklah ia memperhatikan akibat buruk dari akhlak tercela
Orang yang berakhlak buruk pasti dibenci, ditinggalkan, dan akan dikenal
dengan sebutan yang jelek. Maka, jika seseorang mengetahui bahwa akhlak yang
buruk bisa mengakibatkan semua ini, niscaya ia akan segera menjauhinya.
4. Hendaklah ia selalu menghadirkan gambaran akhlak mulia Rasulullah
Rasulullah merendahkan dirinya di hadapan sesama, bersikap santun
terhadap mereka, mau memaafkan mereka, dan juga selalu bersabar dari gangguan
mereka. (Akhlaqul Karimah, Imam Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 2008,
Maktabah Abu Salma)

Tawakkal

Tawakkal berasal dari bahasa arab, yaitu tawakkul dari kata wakala yang artinya
menyerah pada-Nya. Dalam agama islam, tawakkal berarti berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan. Atau menanti akibat dari
suatu keadaan. Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari
keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini
bahwa hanya Allah yang hanya menciptakan segala-galanya, pengetahuan-Nya Maha Luas,
Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Ciri-Ciri Orang Bertawakkal:

a. Selalu bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak
tercapai apa yang diinginkannya.
b. Tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah.
c. Tidak meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu.
d. Menyerahkan dirinya atas semua keputusan kepada Allah SWT setelah
melakukan usaha dan ikhtiar secara sempurna.
e. Menerima segala ketentuan Allah dengan ridho terhadap diri dan keadaannya.
f. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang
lain.

Ridha

1. Pengertian

Ridha berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang berarti senang, suka,
rela. Ridha merupakan sifat yang terpuji yang harus dimiliki oleh manusia. Ridha
menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Pengertia ridha juga ialah
menerima dengan senang segala apa yang diberikan oleh Allah SWT baik berupa
peraturan (hukum) ataupun qada’ atau sesuatu ketentua Allah SWT.

2. Jenis-Jenis Ridha
a. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Ridha untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya. Pada hakekatnya
seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan
sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam.
b. Ridha terhadap taqdir Allah
Ketika tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar.
Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah
keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim. Sabar
merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian,
sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah.
Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima takdir Allah SWT.
c. Ridha terhadap perintah orang tua
Merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT,
karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, sebagaimana
perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14:

d. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara


Mentaati peraturan yang berlaku merupakan bagian dari ajaran
Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT, karena
dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial.

3. Sikap Orang-Orang Yang Ridha


a. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha
atau ikhtiar dan penuh tanggungjawab.
b. Senantiasa mengingat Allah SWT dan tetap melaksanakan shalat dengan
khusyuk.
c. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk
dikagumi hasil usahanya.
d. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat
pemberian-Nya.
e. Tetap beramal shaleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan
kemampuan.
f. Menunjukkan kerelaan atau ridha terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga ridha
terhadap kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah
dan terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai