Anda di halaman 1dari 137

RANCANG BANGUN GENERATOR DAYA KECIL

MAGNET PERMANEN FLUKS AKSIAL


DENGAN KUMPARAN TIPE WAVE

TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh :
Arwan Gunawan
167002035

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020

i
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Arwan Gunawan

NPM 167002035

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Elektro

Bersama ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa laporan

skripsi ini merupakaan hasil harya saya sendiri dan saya pribadi bertanggung

jawab secara penuh terhadap hasil harya ini.

Tasikmalaya, 04 Agustus 2020

Yang menyatakan,

Arwan Gunawan
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir ini diajukan oleh:


Nama : Arwan Gunawan
NPM : 167002035
Program Studi : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Rancang Bangun Generator Daya Kecil Magnet Permanen
Fluks Aksial Dengan Kumparan Tipe Wave

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik pada Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Siliwangi.

DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Nurul Hiron, S.T., M.Eng (.....................)

Pembimbing II : Nundang Busaeri, Ir. M.T (.....................)

Penguji I : Ifkar Usrah, Ir., M.T (.....................)

Penguji II : Drs. H. Abdul Chobir, M.T (.....................)

Ditetapkan di : Tasikmalaya
Tanggal : 04 Agustus 2020

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi
Teknik Elektro

Prof. Dr. Eng. H. Aripin Nurul Hiron, S.T., M.Eng


NIDN: 0016086704 NIDN: 0419087504
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik di program studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Siliwangi Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan Ridho-Nya sehingga penulis bisa

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan dukungan baik secara moril

ataupun materil serta doa yang senantiasa mengantarkan penulis hingga

menyelesaikan Tugas Akhir.

3. Bapak Prof. Dr. Eng. H. Aripin selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Siliwangi Tasikmalaya.

4. Bapak Nurul Hiron, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan, Dosen Wali serta

Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi,

petunjuk, dan arahan kepada penulis dalam Kegiatan juga penyusunan

Tugas Akhir ini.

5. Bapak Nundang Busaeri, Ir., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk, dan arahan kepada penulis

dalam Kegiatan juga penyusunan Tugas Akhir ini.


6. Bapak dan Ibu Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Siliwangi

Tasikmalaya yang telah memberikan ilmu, wawasan, dan inspirasinya

kepada penulis selama perkuliahan.

7. Kakak tingkat yang telah memeberikan motivasi, saran dan bantuan secara

tenaga maupun pikiran.

8. Teknik elektro angkatan 2016 terimakasih atas kebersamaan, do’a,

dukungan, bantuan, dan pengalaman hidup yang berharga untuk penulis

selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis dapat

ladang pahala dari Allah SWT.

Amiin ya Rabbal’alamin.

Tasikmalaya, 04 Agustus 2020

Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN MENYERAHKAN HAK MILIK
ATAS TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Siliwangi, saya yang bertanda tangan


dibawah ini :
Nama : ARWAN GUNAWAN
NPM 167002035
Fakultas : TEKNIK
Program studi : TEKNIK ELEKTRO
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
universitas siliwangi hak bebas royaliti noneklusif (non-exclusif royality free
right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
RANCANG BANGUN GENERATOR DAYA KECIL MAGNET
PERMANEN FLUKS AKSIAL DENGAN KUMPARAN TIPE WAVE
Dengan hak bebas royalti noneksklusif ini Universitas Siliwangi berhak
menyimpan, mangalih media/formatkan, mengembangkan, mengubah, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat, dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Demkian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tasikmalaya
Pada tanggal : 04 Agustus 2020
Yang menyatakan,

ARWAN GUNAWAN
ABSTRAK
Nama : Arwan Gunawan
Program Studi : Teknik Elektro
Judul : Rancang Bangun Generator Daya Kecil Magnet Permanen
Fluks Aksial Dengan Kumparan Tipe Wave
Generator magnet permanen fluks aksial (GMPFA) merupakan jenis mesin
listrik yang dapat mengubah energi mekanik menjadi listrik menggunakan prinsip
kerja sesuai hukum faraday. GMPFA ini dapat digunakan untuk pemanfaatan
energi baru terbarukan seperti air, angin dan gelombang, pemanfaatan energi baru
terbarukan ini membutuhkan generator yang memiliki efisiensi dan kualitas yang
tinggi supaya energi mekanik dapat menghasilkan energi listrik yang maksimal.
Pada penelitian ini generator yang dirancang tanpa inti besi dengan kumparan tipe
wave dan menggunakan magnet jenis Neodymium-Iron-Boron (NdFeB) dengan
jumlah 10 kutub. Hasil pengujian pada 1200 RPM didapatkan pada diameter
kawat email 0,2 mm dapat membangkitkan daya sebesar 0,108 Watt dengan nilai
efisiensi 1,833%, pada diameter kawat email 0,5 mm dapat membangkitkan daya
sebesar 0,774 Watt dengan nilai efisiensi 9,978% dan pada diameter kawat email
0,8 mm dapat membangkitkan daya sebesar 0,805 Watt dengan nilai efisiensi
11,554%. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa GMPFA ini memiliki
efisiensi yang yang sangat kecil.

Kata kunci : generator magnet permanen fluks aksial (GMPFA), kumparan wave
ABSTRACT
Name : Arwan Gunawan
Study Program : Electrical Engineering
Title : The Manufacture Design of Low Power Axial Flux
Permanent Magnet Generator with Coil Wave Type
The axial flux permanent magnet generator (AFPMG) is a type of electric
machine that can convert mechanical energy into electricity using the working
principle according to Faraday's law. This GMPFA can be used for the utilization
of renewable energy such as air, wind and waves, the utilization of this renewable
energy requires a generator that has high efficiency and quality, mechanical
energy management can produce maximum electrical energy. In this study, a
generator designed without an iron core with a coil wave type and using a
Neodymium-Iron- Boron (NdFeB) type of magnet with a total of 10 poles. The
results at 1200 RPM are obtained at 0.2 mm enamel wire diameter can generate
power of 0.108 Watt with an efficiency value of 1.833%, at 0.5 mm enamel wire
diameter can generate power of 0.774 Watt with an efficiency value of 9.978%
and at an enamel wire diameter 0 , 8 mm can generate power of 0.805 Watt with
an efficiency value of 11.554%. From this study it was found that AFPMG had
very little inefficiency.

Keywords: axial flux permanent magnet generator (AFPMG), wave coil


DAFTAR ISI

Halama
n HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS...................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN MENYERAHKAN HAK MILIK
ATAS TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................I-1
1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................I-1
1.2 Perumasan Masalah ................................................................................I-3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................I-3
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................I-3
1.5 Batasan Masalah .....................................................................................I-4
1.6 Sistematika Pelaporan ............................................................................I-4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. II-1
2.1 Generator .............................................................................................. II-1
2.2 Hukum Faraday .................................................................................... II-1
2.3 Hukum Lenz ......................................................................................... II-2
2.4 Aturan Tangan Kanan (Fleming) ......................................................... II-3
2.5 Fluks Magnet ........................................................................................ II-3
2.6 Generator Magnet Permanen................................................................ II-5
2.7 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial .......................................... II-6
2.8 Kontruksi Generator Magnet Permanen Fluks Aksial ......................... II-
7 2.8.1 Kumparan Stator ........................................................................... II-8
2.8.2 Rotor Generator Magnet Permanen Fluks Aksial ......................... II-9
2.8.3 Celah Udara Generator Magnet Permanen Fluks Aksial ............ II-
11 2.9 Konfigurasi Kumparan Wave............................................................. II-12
2.10 Prinsip Kerja Generator Magnet Permanen Fluks Aksial .................. II-
12 2.11 Rangakaian Ekuivalen Generator
....................................................... II-13
2.12 Tegangan Induksi Yang Dibangkitkan Generator .............................. II-
15 2.13 Arus Generator ................................................................................... II-
16 2.14 Daya Semu Generator ........................................................................ II-
16 2.15 Magnet Permanen ............................................................................... II-
17 2.16 Fringging Effect ................................................................................. II-
22 BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................
III-1 3.1 Flowchart Penelitian............................................................................ III-
1 3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. III-2
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................. III-2
3.4 Blok Diagram Perakitan Alat .............................................................. III-3
3.5 Perancangan Alat................................................................................. III-4
3.5.1 Komponen.......................................................................................I-4
3.5.2 Rancangan Stator Generator MPFA............................................. III-5
3.5.3 Rancangan Rotor Generator MPFA ............................................. III-8
3.6 Pemodel Sistem ................................................................................... III-9
3.6.1 Arsitektur ................................................................................... III-10
3.6.2 Blok Diagram ............................................................................. III-10
3.6.3 Flowchart sistem ........................................................................ III-12
3.7 Pengujian Alat ................................................................................... III-14
3.7.1 Pengukuran Resistansi Kumparan ............................................. III-14
3.7.2 Pengujian Short Circuit .............................................................. III-14
3.7.3 Pengujian Tanpa Beban.............................................................. III-15
3.7.4 Pengujian Berbeban ................................................................... III-15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... IV-1
4.1 Perencanaan Generator MPFA ............................................................ IV-1
4.1.1 Perhitungan Generator ................................................................. IV-1
4.1.2 Spesifikasi Generator MPFA ....................................................... IV-5
4.1.3 Hasil Perencanaan Generator MFPA ........................................... IV-6
4.2 Pengujian Generator MPFA .............................................................. IV-12
4.2.1 Pengukuran Resistansi Kumparan ............................................. IV-12
4.2.2 Pengujian Short Circuit .............................................................. IV-13
4.2.3 Pengujian Tanpa Beban.............................................................. IV-14
4.2.4 Pengujian Berbeban ................................................................... IV-19
4.2.5 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Motor (Prime Mover) pada
Kondisi Berbeban..................................................................................... IV-
38
4.3 Analisa Perhitungan dan Pengujian Generator MPFA ...................... IV-40
4.3.1 Daya Generator .......................................................................... IV-40 4.3.2
Efisiensi (η) ................................................................................ IV-52
4.3.3 Nilai Impedansi Sinkron dan Reaktansi Sinkron ....................... IV-53
4.3.4 Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa
Beban IV-55
4.3.5 Perbandingan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa Beban dan
Berbeban .................................................................................................. IV-59
4.3.6 Nilai Regulasi Tegangan ............................................................ IV-60
BAB V PENUTUP.............................................................................................. V-
1 5.1 Kesimpulan........................................................................................... V-1
5.2 Saran ..................................................................................................... V-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prinsip Hukum Lenz (Amelia et al., 2017)........................................I-2


Gambar 2.2 Kaidah Tangan Kanan (Fleming) (Jearl Walker, 2014) .................. II-
3 Gambar 2.3 Fluks Magnetik Menembus Bidang (Emitor et al., 2005)...............
II-4 Gambar 2.4 Tipe Generator Magnet Permanen (Rochman & Sembodo,
2018) . II-6 Gambar 2.5 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (Muliawati &
Ramadhan,
2017) ................................................................................................................... II-
7
Gambar 2.6 Kontruksi Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (Situmorang,
2016) ................................................................................................................... II-
7
Gambar 2.7 Bentuk-bentuk Kumparan Stator (Putra & Bachtiar, n.d.) .............. II-
9 Gambar 2.8 Rotor Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (Fajar, 2017) ... II-
10 Gambar 2.9 Pemasangan Magnet Permanen Pada Rotor (Setia & Pramana,
2017)
........................................................................................................................... II-11
Gambar 2.10 Konfigurasi Kumparan Wave...................................................... II-
12
Gambar 2.11 Rangkaian Ekuivalen Generator.................................................. II-
13 Gambar 2.12 Garis Medan Magnet untuk Magnet Batang(Jearl Walker,
2014) .. II- 17
Gambar 2.13 Magnet Permanen (Fajar, 2017).................................................. II-17
Gambar 2.14 Kurva Demagnetisasi Magnet Permanen (Hermiyanty, Wandira Ayu
Bertin, 2017) ..................................................................................................... II-
20
Gambar 2.15 Garis-garis Gaya Magnet Tolak-Menolak (Asy & Ardiyatmoko,
2012) ................................................................................................................. II-21
Gambar 2.16 Garis-garis Gaya Magnet Tarik-Menarik (Asy & Ardiyatmoko, 2012)
........................................................................................................................... II-21
Gambar 2.17 Fringing Effect (Lesani, Monsef, Darabi, & Elec, 2008)............ II-23
Gambar3.1FlowchartPenelitian....................................................................... III-2
Gambar 3.2 Blok Diagram Perakitan Alat ......................................................... III-3
Gambar3.3PerancanganGeneratorMPFA............................ III-4
Gambar 3.4 Skematik Kumparan....................................................................... III-6
Gambar 3.5 Skematik Kumparan dan Magnet ................................................... III-7 Gambar 3.6 Skematik
Stator....................................... III-7
Gambar3.7Skematik Rotor............................................................................... III-8
Gambar 3.8 Arsitektur Sistem.......................................................................... III-10
Gambar 3.9 Blok Diagram Sistem ................................................................... III-10
Gambar 3.10 Flowchart Pengujian Tanpa Berbeban ....................................... III-12
Gambar 3.11 Flowchart Pengujian Berbeban ......................... III-13 Gambar 3.12 Rangakaian Pengukuran
Resistansi Kumparan.......................... III-14 Gambar 3.13 Rangkaian Pengujian Short Circuit
............................................ III-14
Gambar3.14RangkaianPengujianTanpaBeban....................... III-15
Gambar 3.15 Rangkaian Pengujian Berbeban ......................... III-15 Gambar 3.16 Rangkaian Pengukuran
Tegangan dan Arus Motor ................... III-16 Gambar4.1GeneratorHasilRancangan............................... IV-6
Gambar 4.2 Stator Hasil Rancangan ................................. IV-6
Gambar4.3HasilRancanganKumparanDiameterKawatEmail0,2mm..... IV-7 Gambar4.4HasilRancanganKumparan
DiameterKawatEmail0,5mm..... IV-8 Gambar4.5HasilRancanganKumparanDiameterKawatEmail0,8mm..... IV-9
Gambar4.6MagnetPermanen(Fajar,2017)........................... IV-10
Gambar 4.7 Rotor Hasil Rancangan..................................................................V-11
Gambar4.8DiameterKawatterhadapResistansiKumparan.............. IV-13 Gambar 4.9 Pengaruh Diameter Kawat
terhadap Arus Short Circuit ....... IV-14 Gambar 4.10 Grafik Hubungan Putaran Rotor
terhadap Tegangan dengan Variasi CelahUdarapadaDiameterKawat0,2mm........................... IV-15
Gambar 4.11 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
CelahUdarapadaDiameterKawat0,5mm........................... IV-16
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
CelahUdarapadaDiameterKawat0,8mm........................... IV-16
Gambar 4.13 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban pada Diameter
Kawat 0,2 mm dengan Celah Udara 2 mm ........................... IV-17
Gambar 4.14 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Diameter Kawat Email pada Celah Udara 2 mm ....................... IV-17 Gambar 4.15 Grafik
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Diameter Kawat Email pada
Celah Udara 3 mm ....................... IV-18 Gambar 4.16 Grafik Hubungan Putaran Rotor
terhadap Tegangan dengan Variasi Diameter Kawat Email pada Celah Udara 4 mm
....................... IV-18 Gambar 4.17 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban
pada Diameter Kawat 0,5 mm dengan Celah Udara 2 mm ........................... IV-19
Gambar 4.18 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 2 mm ............. IV-21 Gambar 4.19
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter
Kawat Email 0,2 mmdan Celah Udara 3 mm ............. IV-21 Gambar 4.20 Hubungan Putaran
Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2 mmdan
Celah Udara 4 mm ............. IV-22 Gambar 4.21 Gelombang Pengukuran Tegangan
Berbeban 5 Ohm pada Diameter Kawat 0,2 mm dengan Celah Udara 2 mm .......................... .
IV-23
Gambar 4.22 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm ............. IV-24 Gambar 4.23
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter
Kawat Email 0,5 mmdan Celah Udara 3 mm ............. IV-24 Gambar 4.24 Hubungan Putaran
Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mmdan
Celah Udara 4 mm ............. IV-25 Gambar 4.25 Gelombang Pengukuran Tegangan
Berbeban 5 Ohm pada Diameter Kawat 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm .............................. IV-
26
Gambar 4.26 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 2 mm ............. IV-27 Gambar 4. 27
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter
Kawat Email 0,8 mmdan Celah Udara 3 mm ............. IV-27 Gambar 4.28 Hubungan Putaran
Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8 mmdan
Celah Udara 4 mm ............. IV-28 Gambar 4.29 Gelombang Pengukuran Tegangan
Berbeban 5 Ohm pada Diameter Kawat 0,8 mm dan Celah Udara 2 mm .............................. IV-
29
Gambar 4.30 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
DiameterKawatEmail0,2mmdanCelahUdara2mm................. IV-30 Gambar 4.31 Hubungan Putaran
Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada DiameterKawatEmail0,2mmdanCelahUdara3
mm................. IV-30
Gambar 4.32 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 4 mm...................................V-31
Gambar 4.33 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter
Kawat 0,2 mm dan Celah Udara 2 mm .............................. IV-32
Gambar 4.34 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
DiameterKawatEmail0,5mmdanCelahUdara2mm................. IV-33 Gambar 4.35 Hubungan Putaran
Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada DiameterKawatEmail0,5mmdanCelahUdara3
mm ................. IV-33 Gambar 4.36 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan
Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 4 mm ................. IV-34 Gambar
4.37 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter Kawat 0,5
mm dan Celah Udara 2 mm .............................. IV-35
Gambar 4.38 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
DiameterKawatEmail0,8mmdanCelahUdara2mm................. IV-36 Gambar 4.39 Hubungan Putaran
Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada DiameterKawatEmail0,8mmdanCelahUdara3
mm ................. IV-36 Gambar 4.40 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan
Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 4 mm ................. IV-37 Gambar
4.41 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter Kawat0,8
mmdanLebarCelahUdara2mm.......................... IV-38
Gambar 4.42 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan
Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,2 mm danLebar CelahUdara 2 mm .. IV-42 Gambar
4.43 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban
Pada Diameter Kawat Email 0,2 mm danLebar CelahUdara 3 mm .. IV-42 Gambar 4.44 Grafik
Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban Pada Diameter
Kawat Email 0,2 mm danLebar CelahUdara 4 mm .. IV-43 Gambar 4.45 Grafik Hubungan
Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,5
mm dan Lebar Celah Udara 2 mm .. IV-43 Gambar 4. 46 Grafik Hubungan Kecepatan
terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Lebar
CelahUdara 3 mm .. IV-44 Gambar 4.47 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya
Masukan dengan Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Lebar CelahUdara 4 mm
.. IV-44 Gambar 4.48 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan
dengan Variasi Beban Pada Diameter KawatEmail 0,8 mm danLebar CelahUdara 2 mm .. IV-45
Gambar 4.49 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan
Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,8 mm danLebar CelahUdara 3 mm .. IV-45 Gambar
4. 50 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban
Pada Diameter Kawat Email 0,8 mm danLebar CelahUdara 4 mm .. IV-46 Gambar 4.51 Grafik
Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi Beban pada Diameter
Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 2 mm.............. IV-48 Gambar 4.52 Grafik Hubungan
Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi BebanpadaDiameterKawatEmail0,2mm
dan Celah Udara 3 mm.............. IV-48 Gambar 4.53 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap
Daya Keluaran dengan Variasi BebanpadaDiameterKawatEmail0,2mmdanCelahUdara4mm..............
IV-49 Gambar 4.54 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan
Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm.............. IV-49 Gambar 4.55
Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi Beban pada
DiameterKawatEmail0,5mmdanCelahUdara3mm.............. IV-50
Gambar 4.56 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan
Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 4 mm...V-50
Gambar 4.57 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan
Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 2 mm.............. IV-51 Gambar 4.58
Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi Beban pada
Diameter KawatEmail 0,8mm danCelah Udara3mm.............. IV-51 Gambar 4.59 Grafik Hubungan
Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi BebanpadaDiameterKawatEmail0,8mm
danCelahUdara4mm.............. IV-52 Gambar4.60GrafikEfisiensi..................................... IV-53
Gambar 4.61 Grafik Nilai Impedansi Sikron dan Reaktansi Sinkron ....... IV-55 Gambar 4.62 Grafik
Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada Diameter Kawat Email 0,2
mm..................................... IV-57
Gambar 4.63 Grafik Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada
DiameterKawatEmail0,5mm..................................... IV-58
Gambar 4.64 Grafik Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada
DiameterKawatEmail0,8mm..................................... IV-58
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komponen yang Digunakan..................................................................I-4


Tabel 3.2 Dimensi Stator.................................................................................... III-5
Tabel 3.3 Ukuran Kumparan.............................................................................. III-6
Tabel 3.4 Ukuran Stator ..................................................................................... III-7
Tabel 3.5 Ukuran Rotor...................................................................................... III-9
Tabel 4.1 Spesifikasi Generator ..................................... IV-5
Tabel4.2DimensiStator........................................... IV-7
Tabel4.3UkuranKumparanDiameterKawatEmail0,2mm.............. IV-8
Tabel4.4UkuranKumparanDiameterKawatEmail0,5mm.............. IV-8
Tabel 4.5 Ukuran Kumparan Diameter Kawat Email 0,8 mm.............. IV-9 Tabel 4.6 Ukuran Magnet Permanen
................................ IV-11
Tabel4.7UkuranRotor........................................... IV-12
Tabel 4.8 Pengukuran Resistansi Kumparan .......................... IV-12
Tabel4.9PengujianShortCircuit.................................................................... IV-13
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Tanpa Beban ............................ IV-15
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,2 mm ......... IV-20 Tabel 4.12 Hasil Pengujian
Berbeban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm . IV-23 Tabel 4.13 Hasil Pengujian Berbeban padaKawat
Email 0,8 mm ......... IV-26 Tabel 4.14 Hasil Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,2 mm ......... IV-
29 Tabel 4.15 Hasil Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,5 mm ......... IV-32 Tabel 4.16 Hasil
Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,8 mm ......... IV-35 Tabel 4.17 Hasil Pengukuran
Tegangan dan Arus Motor dalam Kondisi Berbeban
............................................................. IV-38
Tabel 4.18 Nilai Daya Masukan pada Kondisi Berbeban ................ IV-40 Tabel 4.19 Nilai Daya Keluaran
Generator............................ IV-46 Tabel4.20NilaiEfisiensi................................................................................. IV-52
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Short Circuit dan Open Circuit .............. IV-54
Tabel 4.22 NilaiImedansi Sikron dan Reaktansi Sinkron ................ IV-54 Tabel 4.23 Perbandingan
Perhitungan dan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa Beban pada Celah Udara 2
mm..................................... IV-55
Tabel 4.24 Perbandingan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa Beban dan Berbeban
padaCelahUdara2mm.................................. IV-59
Tabel 4.25 Regulasi Tegangan ..................................... IV-60
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dibarengi

penggunaan perangkat elektronik yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari

sehingga menyebabkan semakin tingginya kebutuhan energi listrik. Energi listrik

yang selama ini menggunakan bahan bakat fosil sebagai sumber pembangkitannya

menyebabkan ketersediaan bahan bakar fosil akan semakin menipis akibat

pemakaian yang terus-menerus selain itu penggunaan bahan bakar fosil ini

memiliki dampak buruk bagi lingkungan, hal ini mendorong pemanfaatan energi

baru terbarukan seperti angin, air dan gelombang laut. Pemanfaatan energi baru

terbarukan ini membutuhkan generator yang memiliki efisiensi dan kualitas yang

tinggi supaya energi mekanik ini dapat menghasilkan energi listrik yang

maskimal. Generator yang tersedia dipasaran biasanya membutuhkan energi listrik

awal untuk membangkitan medan magnetnya, sehingga generator jenis ini tidak

cocok untuk pemanfaatan energi baru terbarukan. Generator yang menggunakan

magnet permanen sebagai pembangkitan medan magnetnya

sangat cocok untuk pemanfaatan energi baru terbarukan

serta memiliki keunggulan yaitu mengurangi volume mesin karena tidak adanya

lilitan digunakan untuk bidang eksitasi rotor, efisiensi yang lebih tinggi karena

mengurangi kerugian rotor tembaga, keandalan yang lebih baik karena tidak

adanya sikat dan slip ring dan faktor daya yang lebih tinggi yang bisa mendekati 1

(Rochman & Sembodo, 2018). Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

(GMPFA) ialah suatu mesin listrik yang arah aliran fluks memotong stator secara

aksial, generator jenis ini terus dikembangkan dengan

I-1
I-2

desain variasi agar dapat meningkatkan efisiensi serta dapat diimplementasikan

untuk pemanfaatan energi baru terbarukan.

Pada umumnya GMPFA menggunakan tipe Trapezoidal, Rhomboidal,

hexagonal dan circular. Masalah yang dihadapi pada kumparan pada umumnya,

yaitu sambungan antar kumparan yang mempengaruhi gelombang keluaran

generator, kumparan tipe wave ialah lilitan yang mirip dengan motor DC

konvensional dan menyerupai gelombang, kumparan wave ini terdiri dari satu

kumparan kontinu sehingga mengatasi masalah konfigurasi kumparan lainnya

yaitu mengurangi sambungan antar kumparan sehingga menghasilkan bentuk

gelombang sinusoidal hampir sempurna (Jagau, 2011). GMPFA pada umumnya

menggunakan magnet jenis Neodymium-Iron-Boron (NdFeB) karena magnet jenis

ini mempunyai kerapatan fluks magnet yang sangat tinggi, sehingga sangat baik

digunakan untuk merancang generator magnet permanen (Situmorang, 2016).

Dalam penelitian ini dan berdasarkan masalah di atas, penulis ingin

merancang suatu generator permanen magnet fluks aksial dengan menggunakan

kumparan tipe wave dan magnet permanen jenis Neodymium-Iron-Boron. agar

mengetahui karekteristrik generator magnet permanen fluks aksial maka

dilakukan pengujian short circuit, berbeban dan tanpa berbeban dengan variasi

kecepatan (300, 600, 900, 1200) RPM, diameter kawat (0,2, 0,5, 0,8) mm dan

celah udara (2, 3, 4) mm. Dengan dilandasi latar belakang ini maka penulis

melakukan penelitian perencanaan generator fluks aksial dengan daya 0,65 Watt

dan merangkumnya dalam laporan tugas akhir dengan judul “RANCANG

BANGUN GENERATOR DAYA KECIL MAGNET PERMANEN FLUKS

AKSIAL DENGAN KUMPARAN TIPE WAVE”.


I-3

1.2 Perumasan Masalah

Berdasarankan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan dalam

penyusunan Tugas Akhir ini mempunyai masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang GMPFA.

2. Begaimana daya keluaran yang dihasilkan oleh GMPFA.

3. Bagaimana pengaruh kecepatan putar rotor dan lebar celah udara GMPFA

terhadap daya yang dihasilkan.

4. Bagaimana pengaruh beban terhadap tegangan keluaran GMPFA.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Merancang dan membuat GMPFA.

2. Mengetahui daya yang dihasilkan oleh GMPFA.

3. Menganalisa pengaruh putaran terhadap tegangan keluaran dari GMPFA.

4. Menganalisa tegangan keluaran GMPFA dari pengaruh beban.

1.4 Manfaat Penelitian

Harapan yang ingin diwujudkan dalam laporan penelitian ini tercakup secara

teoretis dan secara praktis yang meliputi :

1. Secara teoritis

Laporan penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan

sumbangan terhadap usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.

2. Secara praktis

Tujuan praktis dari laporan penelitian ini adalah mengaplikasikan teori

yang dipelajari dengan kondisi dan kenyataan yang terjadi di lapangan.


I-4

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya mengenai GMPFA dengan kumparan tipe wave.

2. Mengunakan magnet jenis NdFeB (Neodymium-Iron-Boron) grade N52.

3. Pengujian dengan parameter variasi kecepatan putar rotor, celah udara dan

beban.

4. Menggunakan motor DC sebagai prime mover.

1.6 Sistematika Pelaporan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penulisan laporan tugas

akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab yang berisi penjelasan mengenai latar belakang

masalah, identifikasi masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,

metode pembahasan, serta sistematika pembahasan yang

digunakan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi fundamental yang berkaitan dengan bentuk dan

generator magnet permanen fluks aksial.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan

tugas akhir ini.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan hasil perhitungan dan hasil

pengujian perangkat keras sistem, pengujian sistem dengan beban,

pengujian short circuit.


I-5

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan saran sebagai

masukan yang bermanfaat dan mungkin dapat dipergunakan oleh

pihak yang berkepentingan.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Generator

Generator merupakan salah satu jenis mesin listik yang ada saat ini, secara

umum generator ialah suatu mesin yang dapat mengubah energi mekanik dari uap

air dan angin menjadi energi listrik. Generator yang saat ini beredar di pasaran di

bagi 2 jenis berdasarkan listrik yang dihasilkannya yaitu generator AC dan

generator DC.

2.2 Hukum Faraday

Hukum faraday menyatakan bahwa jika fluks melewati perubahan

kumparan kawat, tegangan akan diinduksi pada pergantian kawat yang langsung

sebanding dengan tingkat perubahan fluks sehubungan dengan waktu (Stephen J,

2005). Dari hukum faraday di atas dapat disimpulkan bahwa ketika medan magnet

memotong suatu kumparan akan menghasilkan tegangan induksi begitu juga

halnya sama ketika medan magnet dipotong oleh suatu kumparan. Jika sebuah

kumparan memiliki N belitan dan jika fluks yang sama melewati semuanya, maka

tegangan diinduksikan di sebuah kumparan dijelaskan pada persamaan sebagai

berikut :
𝑑𝑡
𝑑Φ
𝑒𝑖𝑛𝑑 = −𝑁 (2.1)

Dimana :

𝑒𝑖𝑛𝑑 = GGL Induksi (Volt)

N = Jumlah lilitan

𝑑Φ = Perubahan fluks magnetic (Weber atau Wb)

𝑑𝑡 = Perubahan waktu (second)


II-1
II-2

2.3 Hukum Lenz

Fisikawan asal Rusia yang bernama Heinrich Friedrich Emil Lenz,

mengemukakan suatu pernyataan sebagai berikut :

“Arus induksi memiliki arah sedemikian rupa sehingga medan magnet akibat

arus menentang perubahan fluks magnet yang menginduksi arus” (Jearl

Walker, 2014).

Gambar 2.1 Prinsip Hukum Lenz (Amelia et al., 2017)

Pada dasarnya hukum lenz mengacu pada hukum faraday. Hukum faraday

menjelaskan bahwa suatu medan magnet yang memotong suatu kumparan akan

menghasilkan tegangan induksi pada ujung konduktor tersebut, tetapi pada hukum

faraday tidak menjelaskan arah arus induksi. Pada hukum lenz ini menjelaskan

tentang arah arus induksi yang menentang perubahan medan magnet awal yang

menghasilkannya. Oleh sebab itu muncul tanda negatif pada rumus faraday yang

menandakan arah gaya gerak listrik (GGL) induksi, tanda negatif pada rumus

faraday bukan menyatakan suatu nilainya. Arus induksi yang muncul akan

berlawanan arah dengan arah perubahan fluks yang menyebabkan arus induksi

mengalir. Dengan kata lain, arah induksi menghasilkan medan magnet yang

melawan arah perubahan fluks magnet (Amelia et al., 2017).


II-3

2.4 Aturan Tangan Kanan (Fleming)

Kaidah tangan kanan atau Fleming adalah sebuah metode untuk

memudahkan menentukan arah vektor dari ketiga komponen hukum Faraday,

yakni arah gaya gerak kumparan kawat, arah medan magnet, serta arah arus

listrik(Stephen J, 2005).

Gambar 2.2 Kaidah Tangan Kanan (Fleming) (Jearl Walker, 2014)

Pada gambar di atas ibu jari akan menunjukkan arah gaya, telunjuk

menunjukkan arah medan magnet dan jari tengah menunjukkan arah arus listrik.

2.5 Fluks Magnet

Jika dalam suatu ruang terdapat medan magnet, jumlah garis gaya yang

menembus permukaan dengan luas tertentu bisa berbeda-beda, tergantung pada

kuat medan magnet dan sudut antara medan magnet dengan vector permukaan.

Fluks magnetik ialah jumlah garis gaya yang menembus suatu permukaan

(Warsito et al., 2018). Fluks magnetik dilambangkan Φ (phi) dengan saturan Wb

(Weber).
II-4

Gambar 2.3 Fluks Magnetik Menembus Bidang (Emitor et al., 2005)

Kerapatan medan magnet yang dilambangkan (B) didefinisikan banyaknya

garis medan magnet yang menembus suatu bidang secara tegak lurus (yaitu 90̊ dari

garis ke bidang yang ditembus) persatuan luas. Nilai fluks magnetik dapat

dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Φ = 𝐵⃗ . 𝐴 (2.2)

Dimana:

Φ = Fluks Magnet (Weber)

𝐵 = Medan Magnet (Wb/𝑚2)

𝐴 = Luas bidang (𝑚2)

Tetapi persamaan di atas hanya berlaku untuk medan magnet yang tegak

lurus pada gambar 2.3 diilustrasikan garis medan magnet pada garis normal, dan

jika garis medan magnet tidak tegak lurus maka berlaku persamaan sebagai

berikut :

Φ = |𝐵||𝐴| cos 𝜃 (2.3)

Dimana:

Φ = Fluks Magnet (Weber)

𝐵 = Medan Magnet (Wb/𝑚2)

𝐴 = Luas Penampang (𝑚2)


II-5

𝜃 = Sudut antara garis-garis magnet dengan garis

normal

2.6 Generator Magnet Permanen

Generator merupakan sebuah mesin listrik yang mengubah energi mekanik

menjadi energi listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Banyaknya putaran

rotor yang sama dengan putaran medan magnet pada stator pada mesin ini

sehingga dikatakan sebagai generator sinkron.

Secara umum generator memiliki dua bagian yaitu rotor dan stator, pada

generator magnet permanen pembangkitan fluks magnet (eksitasi) yaitu

menggunakan magnet permanen yang dipasang pada rotor, berbeda dengan

generator konvensional yang menggunakan arus DC untuk membangkitkan fluks

magnet (eksitasi) sehingga generator jenis ini membutuhkan slip ring dan brush,

dari segi perawatan generator jenis yang ini juga terbilang ribet karena harus

mengecek dan mengganti sikat secara berkala, tetapi kelebihan dari generator

konvensional ini meda magnet (eksitasi) bias diatur oleh Automatic Voltage

Regulator (AVR) sehingga tegangan keluaran generator ketika terjadi perubahan

beban dapat stabil berbeda dengan generator yang menggunakan magnet

permanen sebagai eksitasinya yang memiliki medan magnet yang tetap sehingga

ketika terjadi perubahan beban tegangan terminal ikut berubah. Generator magnet

permanen dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan stuktur aliran fluksnya yaitu tipe

aksial (Generator Magnet Permanen Fluks Aksial) dan tipe radial (Generator

Magnet Permanen Fluks Radial).


II-6

a. Fluks Aksial b. Fluks Radial

Gambar 2.4 Tipe Generator Magnet Permanen (Rochman & Sembodo, 2018)

Pada gambar di atas menunjukan perbedaan dari segi kontruksi tipe aksial

dan tipe radial. Generator magnet permanen fluks aksial merupakan generator

magnet permanen yang memiliki arah medan fluks sejajar dengan sumbu putar.

Fluks tersebut merupakan hasil dari gaya tarik menarik antara dua buah magnet

permanen yang memiliki kutub yang berbeda (Rochman & Sembodo, 2018).

Generator fluks aksial ini tentunya memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari

yang biasanya, dan sering dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga angin

(Fajar, 2017).

Sedangkan generator magnet permanen fluks radial ialah generator magnet

permanen yang memiliki arah fluks radial terhadap sumbu putar sehingga arah

fluks searah dengan arah putaran rotor, hal ini dikarenakan fluks dihasilkan oleh

magnet magnetik inner-rotor yang letaknya melingkari lilitan bagian luar,

sedangkan lilitan terdapat inti dalam yang terhubung pusat rotor (Rochman &

Sembodo, 2018).

2.7 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Generator Magnet Permanen Fluks Aksial adalah jenis generator yang

memiliki arah aliran fluks rotor yang memotong stator secara tegak lurus atau

aksial. Generator jenis ini menggunakan magnet permanen pada bagian rotornya
II-7

untuk menghasilkan medan magnet yang digunakan sebagai penginduksi lilitan

kawat kumparan pada stator (Amelia et al., 2017).

Gambar 2.5 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (Muliawati & Ramadhan,
2017)

2.8 Kontruksi Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Tipe generator fluks aksial ada beberapa tipe yaitu tipe single stator dan rotor

dan double stator dan single rotor.

Gambar 2.6 Kontruksi Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (Situmorang,


2016)

Secara umum kontruksi generator sinkron dibagi menjadi 3 bagian utama,

yaitu :
II-8

2.8.1 Kumparan Stator

Stator (armature) adalah bagian yang berfungsi sebagai tempat untuk

menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke beban disalurkan

melalui stator.

Pada generator fluks aksial terdapat beberapa model jenis stator, yaitu

model torus dan tanpa inti stator. Stator dengan bentuk torus memiliki slot

kumparan dan ada juga yang tidak memiliki slot pada inti besinya, stator torus

biasanya digunakan pada putaran kecepatan tinggi. Inti besi pada bagian tengah

lilitannya untuk lebih membantu mengarahkan induksi magnetik menuju

kumparan. Menurut [Jarekson Ramadhan, 2011] pada (Setia & Pramana, 2017).

Perancangan bentuk kumparan terdiri dari 4 jenis bentuk kumparan. Bentuk

pertama yaitu trapezoidal yang mempunyai flux linkage yang maksimum tetapi

membutuhkan ujung sambungan yang panjang. Bentuk kedua yaitu rectangular /

rhomboidal yaitu memiliki ujung sambungan yang lebih pendek namum

kemampuan flux linkage yang lebih kecil. Adapun gabungan dari kedua bentuk

trapezoidal dan rectangular yaitu hexagonal dan bentuk yang terakhir yaitu cicular

yang tidak memiliki sudut sama sekali menurut [Prisandi, 2011] pada (Putra &

Bachtiar, n.d.).
II-9

Gambar 2.7 Bentuk-bentuk Kumparan Stator (Putra & Bachtiar, n.d.)

Dari bentuk-bentuk kumparan di atas maka akan didapat untuk mementukan

jumlah lilitan yang akan digunakan, yang disesuaikan dengan tegangan induksi,

frekuensi dan fluks magnet. Maka jumlah lilitan dapat dicari menggunakan

persamaan sebagai berikut :

𝑁𝑝ℎ EA (2.4)
= 4,44.𝑓𝑒 .Φ𝑃 .𝐾𝑤1

Dimana :

𝑁𝑝ℎ = Jumlah lilitan

EA = Tegangan induksi yang dihasilkan ( V )

𝑓𝑒 = Frekuensi listrik ( Hz )

Φ𝑃 = Fluks perkutub ( Wb )

𝐾𝑤1 = Faktor belitan

2.8.2 Rotor Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Rotor yaitu bagian yang berputar dalam suatu generator dimana tempat

menyimpan magnet permanen. Kecepatan putar rotor mempengaruhi frekuensi

yang dihasilkan, dinyatakan pada persamaan sebagai berikut :


II-10

𝑒 (2.5)
𝑓𝑛=𝑠
𝑃
120 Dimana :

k
II-11

( k

H r

z o

) n

P k

= c

J p

u a

m t

l a

a n

h r

k t

u o

t r

u s

b a

𝑛𝑠 = m

Ke a

cep d

ata e

n n

sin g
II-12

an ditempelkan di atas permukaan

kec rotor sehingga terdapat celah

epa udara antar PM. Sedangkan pada

tan tipe embedded PM, kutub magnet

me seolah-olah dimasukkan ke dalam

dan rotor kemudian permukaan rotor

) dan magnet di buat rata(Setia &

Pada rotor terdapat jumlah Pramana, 2017).

kutub magnet yang akan

mempengaruhi banyaknya putaran

per menit yang harus bekerja untuk

menimbulkan frekuensi listrik yang

diinginkan(Fajar, 2017).

Gambar 2.8 Rotor Generator


Magnet Permanen Fluks Aksial
(Fajar, 2017)

Terdapat dua cara dalam

menyusun magnet pada mesin

magnet permanen fluks aksial,

diantaranya yaitu surface-mounted

PM dan embedded PM. Pada tipe

surface- mounted PM, kutub magnet


II-11

a. Surface-mounted PM b. Embedded

Gambar 2.9 Pemasangan Magnet Permanen Pada Rotor (Setia & Pramana, 2017)

Untuk menghitung keliing rotor dapat dihitung menggunakan persamaan

sebagai berikut :

Kr = (𝜏f x 𝑝) + (a x 𝑝) (2.6)

Dimana :

Kr = Keliling rotor ( m )

𝜏f = Jarak antara magnet ( m )

a = Lebar magnet ( m )

𝑝 = Jumlah Kutub magnet

Nilai jarak antara magnet pada generator magnet permanen fluks aksial

didapat dengan persamaan sebagi berikut :

𝜏f = Sin θ o x 𝑙𝑎 (2.7)

Dimana :

𝜏f = Jarak antara magnet ( m )

𝑙𝑎 = Panjang magnet ( m

) θ 0 = Sudut Antara magnet

2.8.3 Celah Udara Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Celah udara ialah celah antara stator dan rotor, celah udara inilah yang

merupakan tempat berpindahnya fluks dari magnet permanen yang ada di rotor
II-12

kemudian terinduksi pada kumparan stator. Celah udara ini sangat mempengaruhi

terhadap penginduksian fluks magnet pada kumparan.

2.9 Konfigurasi Kumparan Wave

a. Gambar Skematis b. Gambar 3D

Gambar 2.10 Konfigurasi Kumparan Wave

Kumparan jenis wave winding diilustrasikan pada gambar 2.10. Kumparan

tipe wave mirip dengan motor DC konvensional dan menyerupai gelombang,

kumparan wave ini terdiri dari satu kumparan kontinu sehingga mengatasi

masalah konfigurasi kumparan lainnya yaitu mengurangi sambungan antar

kumparan sehingga menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal hampir sempurna

(Hartmut Jagau, 2011).

2.10 Prinsip Kerja Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Prinsip kerja dari generator aksial tidak terlalu berbeda dengan generator

konvensional pada umumnya, penggunaan magnet permanen sebagai penghasil

medan magnet sehingga tidak memerlukan sistem eksitasi untuk memasok arus

searah untuk mengahasilkan medan magnet seperti yang digunakan generator

konvensional pada umumnya. Prinsip kerja generator ialah menurut hukum

faraday
II-13

“Setiap perubahan medan magnet pada kumparan akan menyebabkan gaya gerak

listrik (GGL) induksi yang sebanding dengan laju perubahan fluks”. Jadi prinsip

kerja generator ketika sebuah magnet diputar pada kecepatan yang konstan pada

sebuah kumparan akan terinduksi tegangan, begitupun jika sebaliknya jika

kumparan di putar pada kecepatan konstan pada medan magnet maka akan

terinduksi tegangan pada kumparan tersebut. Besarnya tegangan yang akan

dibangkitkan akan meningkat sesuai dengan meningkat-nya medan magnet dan

kecepatan gerak magnet. Selain itu, tegangan yang di bangkitkan juga

bertambah besar bila jumlah kumparannya ditambah.

2.11 Rangakaian Ekuivalen Generator

Gambar 2.11 Rangkaian Ekuivalen Generator

Tegangan induksi EA dibangkitkan pada generator sinkron, tegangan ini

bisanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator.

Tegangan induksi dan tegangan terminal bernilai sama ketika tidak ada arus

jangkar pada mesin.

2.11.1 Generator Pada Kondisi Tanpa Beban

Ketika sebuah medan magnet diputar dengan kecepatan konstan maka fluks

magnet pada rotor terinduksi pada kumparan rotor yang besarnya Ea dapat

dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :


II-14

EA = C 𝑛𝑠 Φ (2.8)

Dimana : C = Konstanta
Mesin

𝑛𝑠 =

Kecepata

sinkron

(kecepat

an rotor

sama

dengan

kecepata

medan)

Φ = Fluks yang
dihasilkan (Wb)

2.11.2 Generator Pada Kondisi Berbeban

Ketika generator diberi beban yang

berubah ubah maka tegangan pada

terminal (𝑉Φ ) juga akan ikut berubah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya perbedaan nilai antara tegangan

induksi dan tegangan terminal, antara lain :

1. Induktansi sendiri kumparan


jangkar.

2. Resistansi kumparan jangkar.

3. Terjadinya reaksi jangkar atau

mengalirnya arus pada stator


II-15

yang Reaksi jangkar

menyebabkan 𝑋𝐴 = Induktansi
sendiri kumparan
distorsi medan
Jadi untuk persamaan dari rangkaian
magnet pada celah
Equivalen generator pada gambar 2.11 di
udara.
atas yaitu sebagai berikut :
Untuk efek reaksi

jangkar dan induktansi

sendiri kumparan jangkar

digabungkan menjadi

reaktansi tunggal, yang

disebut reaktansi sinkron :



𝑆
=




𝐴

(
2
.
9
)

Dimana
:

𝑋𝑆 =
Reaktans
i
Sinkron
(Ohm)

𝑋 =
II-15

𝑉Φ = 𝐸𝐴 − 𝑗𝑋𝑆𝐼𝐴 − 𝑅𝐴𝐼𝐴 (2.10)

Dimana :

𝑉Φ = Tegangan terminal (V)

𝐸𝐴 = Tegangan terbangkit (V)

𝑋𝑆 = Reaktansi sinkron (Ohm)

𝑅𝐴 = Resistansi kumparan (Ohm)

𝐼𝐴 = Arus Jangkar (A)

Untuk mencari impedansi sinkron dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut :

𝑍𝑆 = √𝑅𝐴2 + 𝑋𝑆2 = EA (2.11)


I sc

Untuk mencari Reaktansi Sinkron tegangan dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut :

Untuk mencari regulasi tegangan dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut :

𝑉𝑛𝑜 𝑙𝑜𝑎𝑑 − 𝑉𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑


Regulasi Tegangan = 𝑥 100% (2.13)
𝑉𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑

2.12 Tegangan Induksi Yang Dibangkitkan Generator

Besar tegangan induksi yang dibangkitkan oleh generator magnet permanen

fluks aksial menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝐸𝑟𝑚𝑠 𝐸𝑚𝑎𝑥
=
√2
2π𝑓𝑒
𝐸𝑟𝑚𝑠 = √2
. Φ𝑝 . 𝐾𝑤1 . 𝑁𝑝ℎ (2.14)
II-16

Dimana :

𝐸𝑟𝑚𝑠 = Tegangan induksi yang terukur (Volt)

𝐸𝑚𝑎𝑥 = Tegangan induksi maksimum (Volt)

𝑁𝑝ℎ = Jumlah lilitan

𝑓𝑒 = Frekuensi listrik (Hz)

Φ𝑝 = Fluks perkutub (Wb)

𝐾𝑤1 = Faktor belitan

2.13 Arus Generator

Untuk mencari arus pada Generator dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut ini :

𝑆
I= (2.15)
Erms

Dimana :

I = Arus (Ampere)

S = Daya Semu (VA)

Erms = Tegangan Induksi (Volt)

2.14 Daya Semu Generator


Untuk mencari daya semu dari generator dapat dihitung menggunakan

persamaan sebagai berikut


:
S = Erms . I (2.16)

Dimana :

S = Daya Semu (VA)

Erms = Tegangan Induksi (Volt)


II-17

I = Arus Fasa (Ampere)

2.15 Magnet Permanen

Magnet Permanen sebagai penghasil medan magnet. magnet selalu

mempunyai 2 kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan dan garis-garis gaya

magnet (fluks) keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan, seperti yang

diilustrasikan pada gambar 2.14. Magnet permanen tidak memerlukan tenaga atau

bantuan dari luar untuk menghasilkan medan magnet(Fajar, 2017).

Gambar 2.12 Garis Medan Magnet untuk Magnet Batang(Jearl Walker, 2014)

Pada gambar di atas mempresentasikan bahwa garis medan magnet pada

magnet batang membentuk loop tertutup, efek magnetik eksternal dari magnet

batang adalah terkuat didekat ujungnya, dimana garis-garis medan berjarak paling

dekat (Jearl Walker, 2014).

Gambar 2.13 Magnet Permanen (Fajar, 2017)


II-18

Bahan-bahan yang didekatkan dengan magnet memiliki respon yang

berbeda. Ada bahan yang ditarik oleh magnet dengan sangat kuat dan ada yang

lemah, dan ada yang ditolak. Berdasarkan respon bahan terhadap suatu gaya

magnet, maka kita kelompokan menjadi 3 jenis, yaitu bahan feromagnetik, bahan

paramagnetik, dan bahan diamagnetik.

1) Bahan Feromagnetik

Suatu bahan yang memiliki permeabilitas yang tinggi jika diletakan

pada pada suatu medan magnet, inilah pernyebab bahan feromagnetik

mudah sekali ditarik oleh magnet dan mudah sekali dibuat magnet buatan.

Contoh benda feromagnetik ialah besi, nikel, kobalt, dan baja. Bila berada

dalam medan magnetik, bahan ini akan menarik banyak sekali garis-garis

gaya medan magnetik luar.

2) Bahan paramagnetik

Suatu bahan yang memiliki permeabilitas sedikit jika diletakan pada

suatu medan magnet, bahan ini tergolong tidak cukup kuat ditarik magnet

jika diletakan pada suatu medan magnet. Contoh benda paramagnetic ialah

aluminium, platina, dan kayu dinamakan bahan paramagnetik.

3) Bahan Diamagnetik

Suatu bahan yang sedikit menolak garis-garis gaya magnetik luar

seperti tembaga, bismuth, emas, seng, dan sebagainya dinamakan bahan

diamagnetik.

Kebutuhan akan magnet permanen setiap tahun semakin meningkat

terutama untuk kebutuhan hardware komputer dan energi khususnya wind

power(Sudrajat, 2013). Jenis magnet permanen yang diketahui sampai saat ini

ialah (Fajar, 2017):


II-19

1) Magnet Neodymium

Magnet Neodymium, yaitu jenis magnet tetap yang paling kuat,

Magnet neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo),

merupakan sejenis magnet tanah, terbuat dari campuran logam

neodymium(Fajar, 2017). Karakteristrik magnet Neodymium Iron Boron

(NdFeB), yang memiliki nilai produk energi maksimum sampai dengan 400

kJm3. Sedangkan magnet NdFeB bonded memiliki nilai produk energi

maksimum sampai dengan 200 kJm3(Sudrajat, 2013).

2) Magnet Samarium

Magnet samarium - cobalt salah satu dari dua jenis magnet bumi yang

langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat dari paduan

samarium dan kobalt.

3) Magnet keramik

Magnet keramik seperti barrium ferrite (BaOx6Fe2O3) dan strontium

ferrite SrOx6Fe2O3.

4) Magnet Alnico (Al, Ni, Co, Fe)


II-20

Gambar 2.14 Kurva Demagnetisasi Magnet Permanen (Hermiyanty, Wandira


Ayu Bertin, 2017)

Pada gambar 2.16 kurva demagnetisasi magnet permanen yang paling tinggi

densitas fluks ialah Neodymium-Iron Boron. Magnet neodymium memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan jenis magnet yang lain, yaitu (Fajar, 2017):

1. Kekuatan medan magnet yang besar

2. Resistansi terhadap kehilangan daya magnetik

3. Kepadatan energi magnetik

4. Ketahanan terhadap suhu yang tinggi

5. Magnet neodymium tidak tahan terhadap korosi sehingga di-coating

Magnet memiliki arah fluks dari kutub utara ke kutub selatan, ketika kutub

yang berbeda didekatkan maka akan saling Tarik-menarik, begitu sebaliknya jika

kutub yang sama didekatkan maka akan saling tolak-menolak. Hal ini disebabkan

garis-garis yang arahnya sama akan saling tolak-menolak diilustrasikan pada

gambar 2.17 dan garis-garis yang mempunyai arah berlawanan akan saling tarik-

menarik diilustrasikan pada gambar 2.18 (Asy & Ardiyatmoko, 2012).


II-21

Gambar 2.15 Garis-garis Gaya Magnet Tolak-Menolak (Asy & Ardiyatmoko,


2012)

Gambar 2.16 Garis-garis Gaya Magnet Tarik-Menarik (Asy & Ardiyatmoko,


2012)

Untuk memperoleh nilai medan magnet maksimum maka bisa dilihat dari

persamaan sebagai berikut :

𝐵𝑎𝑣𝑔 = 𝑎𝑖 𝐵𝑚𝑔 (2.17)

Dimana :

𝐵𝑎𝑣𝑔 = Rata-rata kepadatan fluks di pusat celah udara

𝑎𝑖 = Rasio nilai rata-rata ke puncak kerapatan fluks magnetik

ditengah celah udara

𝐵𝑚𝑔 = Nilai puncak dari kerapatan fluks celah udara


II-22

𝐵𝑟
𝐵 = (2.18)
𝑚𝑔 1 𝜇 𝑔
𝑟
�+ ℎ𝑚






Dimana :

𝐵𝑚𝑔 = Nilai puncak


dari kerapatan fluks
celah udara

𝐵𝑟 = Kerapatan
fluks remamen dari
magnet

𝜇𝑟 = Permeabilitas
recoil relative magnet

𝑔 = Celah udara

𝑓𝐿𝐾𝐺 = Koefisien
kebocoran

ℎ𝑚 = Tinggi
magnet

Dan besarnya fluks perkutub

magnet yang melalui suatu bidang

dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut :

Φ− ) (2.19)
𝜋 𝑙�

𝑝 𝑎𝑣𝑔 𝑜 𝑎
𝑝

Dimana :

Φ𝑝 = Fluks
perkutub (Wb)

𝐵𝑎𝑣𝑔 = Rata-rata
kepadatan fluks di
pusat celah udara
II-23

𝑙𝑎 = Panjang magnet
(m)

𝑝 = Jumlah kutub

𝑅𝑜 = Radius luar
magnet (m)

2.16 Fringging Effect

Penomena fringing effect

disebabkan oleh jarak antara dua kutub

magnet yaitu kutub utara dan kutub

selatan, jika jarak antara kedua magnet

ini sangat dekat ini menyebabkan

garis-garis gaya magnet yang keluar

dari kutub utara masuk ke kutub

selatan memiliki sudut yang sangat

kecil atau tidak memiliki sudut sama


II-23

sekali ke arah horizontal sehingga membuat garis-garis magnet tidak memotong

kumparan yang akan terinduksi menjadi tegangan.

Gambar 2.17 Fringing Effect (Lesani, Monsef, Darabi, & Elec, 2008)

Pada Gambar 2.17 bisa dilihat garis-garis magnet memiliki sudut sangat

kecil ini dikarenakan jarak antarmagnet terlalu dekat. jika jarak antar permanen

magnet terlalu kecil ini menyebabkan rugi akibat fringing effect menjadi besar,

begitu sebaliknya jika jarak permanen magnet di perbesar sedikit maka rugi akibat

fringing effect ini akan semakin kecil hingga penambahan jarak antara magnet

tidak perpengaruh secara signifikan terhadap rugi akibat fringing effect ini.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Flowchart Penelitian

Ada beberapa tahapan dalam penelitian generator MPFA (Magnet permanen

Fluks Aksial) ini, berikut merupakan tahapan-tahapannya:

1. Tahapan pertama ialah memulai penelitian GMPFA dengan kumparan tipe

wave.

2. Tahapan kedua ialah mengumpulkan referensi serta observasi mengenai

GMPFA yang menggunakan kumparan tipe wave.

3. Tahapan ketiga ialah mengumpulkan alat dan bahan yang akan digunakan

untuk pembuatan generator ini.

4. Tahapan keempat ialah melakukan perencanaan parameter GMPFA ini

meliputi menentukan dimensi serta kontruksinya.

5. Tahapan kelima ialah pembuatan unit berupa part stator, rotor, serta

kontruksi lainnya.

6. Tahapan keenam ialah melakukan pengujian terhadap unit yang telah dibuat

seperti pengujian kumparan dengan mengukur resistansi dan memastikan

kawat email tidak ada yang luka dan pengujian rotor yaitu memastikan

penempatan kutub magnet N-S-N-S, dan bila tidak sesuai maka kembali ke

tahap keempat.

7. Tahapan ketujuh ialah asembly (menggabungkan unit yang telah dibuat).

8. Tahapan kedelapan ialah tahap untuk menguji alat dan bila tidak

sesuai kembali ketahap keempat.

III-1
III-2

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

3.2 Lokasi Penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi studi yaitu di Laboratorium Teknik

Elektro Universitas Siliwangi jln. Siliwangi No.24 Kota Tasikmalaya.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada tugas akhir

ini adalah dengan cara berikut:


III-3

1. Metode Studi Literatur

Merupakan metode untuk mengumpulkan kajian-kajian teori yang

dapat menunjang dalam tugas akhir sehingga dapat menjadi dasar dalam

pembuatan tugas akhir ini.

2. Metode Eksperimen

Metode ini adalah melakukan pengujian langsung terhadap objek

penelitian atau percobaan. Adapun tujuan penggunaan metode ini adalah

untuk membuktikan studi literatur dengan melihat hasil dari suatu pengujian

atau percobaan.

3.4 Blok Diagram Perakitan Alat

Dalam pembuatan generator fluks radial magnet permanen ini dijelaskan

dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.2

Gambar 3.2 Blok Diagram Perakitan Alat

Perancangan alat pada penelitian ini meliputi penentuan dimensi generator

serta jumlah magnet permanen selanjutnya menentukan jenis material untuk

pembuatan generator.

Untuk pembuatan desain generator dalam bentuk 3D menggunakan software

solidwork yang merupakan salah satu aplikasi perancangan mesin-mesin.


III-4

3.5 Perancangan Alat

Pada tahap perancangan alat ini meliputi beberapa tahap yaitu perancangan

komponen yang digunakan serta merancang alat untuk input, process dan output

pada rancang bangun generator aksial ini.

Gambar 3.3 Perancangan Generator MPFA

3.5.1 Komponen

Dalam pembuatan alat ini diperlukan ketepatan pemilihan komponen. Bila

pemilihan komponen kurang tepat akan terjadi permasalahan pada kerja alat yang

akan dibuat. Ketelitian dan toleransi dari komponen sangat mempengaruhi dari

pada ketepatan kerja alat tersebut. Biasanya, penentuan komponen yang akan

digunakan adalah jenis komponen yang mudah didapatkan di pasaran. Selain

mudah juga memiliki nilai ekonomis sehingga pembuatan peralatan tersebut tidak

membutuhkan biaya yang mahal. Pada pembuatan generator magnet permanen

fluks aksial memerlukan Komponen meliputi:

Tabel 3.1 Komponen yang Digunakan

No Nama Bahan Ukuran Jumlah


1 Magnet NdFeB N52 30x10x4 mm 10 buah
2 Akrilik 10 mm 20x92 cm
3 Akrilik 4 mm 12x92 cm
III-5

4 Kawat tembaga Ɵ 0,2 mm 0,5 Kg


5 Kawat tembaga Ɵ 0,5 mm 0,5 Kg
6 Kawat tembaga Ɵ 0,8 0,5 Kg
7 Terminal Blok 4 Slot 1 buah
8 Shaft Ɵ 0,8 mm 1 buah
9 Bearing Ɵ 0,8 mm 2 buah
10 Baut Ɵ 0,9 mm 1 buah
11 Baut Ɵ 0,8 mm 1 buah
12 Insulating Varnish - 1 kaleng
13 Linier Motion Bearing Ɵ 8 mm 1 buah
14 Motor DC - 1 buah
15 Dimmer - 1 buah
16 Power Supply 24 V - 1 buah
17 Flexible Coupling Ɵ 0,8 1 buah

3.5.2 Rancangan Stator Generator MPFA

Jenis Stator yang diajukan yaitu jenis stator tanpa inti besi yang memiliki

kelebihan gaya tarik antara stator dan rotor diabaikan, struktural massa generator

ringan dan memberikan keandalan desain untuk diameter generator (Daghigh,

Javadi, & Torkaman, 2016).

Rancangan stator generator MPFA berdasarkan perhitungan jumlah lilitan

yang digunakan pada bab selanjutnya sehingga pada bab ini hanya menjelaskan

tentang ukuran-ukuran dari tiap dimensi hasil dari perhitungan stator generator

yang dirancang. Berikut adalah rancangan dari stator generator yang akan dibuat.

Tabel 3.2 Dimensi Stator

No Keterangan Ukuran (mm)


1 Diameter Stator 116
2 Ketebalan Stator 4
III-6

Gambar 3.4 Skematik Kumparan

Tabel 3.3 Ukuran Kumparan

No Simbol Keterangan Ukuran (mm)


1 Wco Lebar bagian luar 31
2 Wci Lebar bagian dalam 27
3 Wso Lebar lubang bagian luar 10
4 Wsi Lebar lubang bagian dalam 6
5 Wt Panjang kumparan 40

Stator yang direncanakan yaitu berdiameter 116 mm dengan ketebalan 3mm

dengan bentuk kumparan wave. Pada penelitian ini menggunakan 3 diameter

kawat email yaitu diameter kawat email 0,2 mm, 0,5 mm dan 0,8 mm dengan

tujuan untuk mengetahui karakteristik ketika diameter kawat email diperbesar.

Berdasarkan perhitungan perancangan jumlah lilitan yang digunakan adalah

sebanyak 60 turn, gambar 3.6 adalah dimensi dari kumparan stator generator.
III-7

Gambar 3.5 Skematik Kumparan dan Magnet

Gambar 3.6 Skematik Stator

Tabel 3.4 Ukuran Stator

No Simbol Keterangan Ukuran (mm)


1 rs Jari-jari stator 58
2 rsi Jari-jari kumparan dalam bagian dalam 11
3 rso Jari-jari kumparan dalam bagian luar 15
4 rci Jari-jari kumparan luar bagian dalam 49,5
5 rco Jari-jari kumparan luar bagian luar 53.5
6 Tw Tebal kumparan 4
III-8

3.5.3 Rancangan Rotor Generator MPFA

Rancangan rotor pada pembuatan generator MPFA ini yaitu single rotor

dengan bahan yang digunakan pada tatakan rotor ini yaitu arkilik dengan tebal 10

mm. Pembangkitan fluks magnet (eksitasi) yaitu menggunakan magnet permanen

yang dipasang pada rotor, berbeda dengan generator konvensional yang

menggunakan arus DC untuk membangkitkan fluks magnet (eksitasi) sehingga

generator jenis ini membutuhkan slip ring dan brush, dari segi perawatan

generator jenis yang ini juga terbilang ribet karena harus mengecek dan mengganti

sikat secara berkala.

Pada penelitian ini magnet permanen yang digunakan magnet NdFeB

(Neodymium -Iron-Boron) grade N52 dengan kerapatan fluks magnet sebesar

1,43 Tesla. Magnet neodymium ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan

jenis magnet yang lain, yaitu (Fajar, 2017): Kekuatan medan magnet yang besar ,

resistansi terhadap kehilangan daya magnetik, kepadatan energi magnetik dan

ketahanan terhadap suhu yang tinggi.

Gambar 3.7 Skematik Rotor


III-9

Tabel 3.5 Ukuran Rotor

No Simbol Keterangan Ukuran (mm)


1 Ryo Jari-jari bagian bagian luar yoke rotor 50
2 Ryi Jari-jari bagian bagian dalam yoke rotor 8
3 Ro Jari-jari bagian bagian luar magnet 48
4 Ri Jari-jari bagian dalam magnet 18
5 𝜏𝑓 Jarak antar magnet 17

Pemasangan magnet permanen jenis surface-mounted yaitu magnet

permanen diletakan pada tatakan rotor tanpa harus menanamnya, jenis

pemasangan ini terdapat celah disekitar magnet bertujuan agar terdapat ventilasi

sebagai aliran udara untuk mendinginkan magnet. Pada perancangan rotor

menggunakan 10 magnet dengan kombinasi kutub magnet dilakukan dengan tipe

N-S-N-S.

3.6 Pemodel Sistem

Untuk mempermudah dalam memahami model sistem maka dibuatlah

arsitektur, blok diagram, dan flowchart sistem.


III-10

3.6.1 Arsitektur

Gambar 3.8 Arsitektur Sistem

Rancang bangun sistem Generator ini meliputi beberapa tahap. Tahap

pertama yaitu menggunakan penggerak (prime mover) yaitu motor dan mengatur

variasi kecepatan dengan menggunakan dimmer. Putaran dari rotor akan

menghasilkan fluks magnet yang akan memotong kumparan pada stator.

Tegangan yang dihasilkan pada kawat dihubungkan pada terminal blok untuk

memudahkan pengukuran.

3.6.2 Blok Diagram

Gambar 3.9 Blok Diagram Sistem


III-11

Blok digram bertujuan untuk memepermudah mememahami proses kerja dari

generator.

1) Input

Speed dan torka memutarkan rotor.

2) Proses

Rotor yang terdapat magnet sehingga medan magnet memotong

kumparan yang terdapat pada stator sehingga terjadi GGL induksi.

3) Outuput

Hasil dari proses menghasilkan arus dan tegangan.


III-12

3.6.3 Flowchart sistem

Gambar 3.10 Flowchart Pengujian Tanpa Berbeban

Berdasarkan flowchart pengujian tanpa beban, langkah pertama yang

dilakukan adalah menentukan diameter kawat dan celah udara lalu memutar rotor

dengan variasi kecepatan 300, 600, 900 dan 1200 RPM. Fluks magnet yang

berputar mengikuti rotor akan memotong kumparan pada stator sehingga timbulah

ggl induksi pada kumparan tersebut. Selanjutnya dilakukanlah pengujian

generator berupa pengukuran tegangan pada variasi celah udara dan kecepatan

rotor (RPM) mempengaruhi tegangan output maka berlanjut tahap selanjutnya

yaitu analisis data dan penyusunan laporan sesuai dan jika tidak kembali ke tahap

ke-2.
III-13

Gambar 3.11 Flowchart Pengujian Berbeban

Berdasarkan flowchart pengujian berbeban, langkah pertama yang dilakukan

adalah menentukan diameter kawat, celah udara lalu man beban yang digunakan

memutar rotor dengan variasi kecepatan 300, 600, 900 dan 1200 RPM. Beban

yang digunakan yatu beban linear berupa resistor 5, 10 dan 15 ohm. Fluks magnet

yang berputar mengikuti rotor akan memotong kumparan pada stator sehingga

timbulah ggl induksi pada kumparan tersebut. Selanjutnya dilakukanlah pengujian

generator berupa pengukuran tegangan dan arus. Jika celah udara, kecepatan rotor

(RPM) dan beban mempengaruhi tegangan dan arus maka berlanjut tahap

selanjutnya yaitu analisis data dan penyusunan laporan dan jika tidak kembali ke

tahap ke-2.
III-14

3.7 Pengujian Alat

Pengujian alat ini dilakukan dengan lima pengujian yaitu :

3.7.1 Pengukuran Resistansi Kumparan

Gambar 3.12 Rangakaian Pengukuran Resistansi Kumparan.

Pada Gambar 3.12 pengukuran resistansi kumparan dilakukan dengan cara

menghubung kedua probe ohm meter ke kedua terminal.

3.7.2 Pengujian Short Circuit

Gambar 3.13 Rangkaian Pengujian Short Circuit

Pada Gambar 3.13 pengujian short circuit dilakukan dengan cara

menghubung singkatkan terminal generator, dan dengan Ampermeter diletakan

antara kedua terminal tersebut.


III-15

3.7.3 Pengujian Tanpa Beban

Gambar 3.14 Rangkaian Pengujian Tanpa Beban

Pada Gambar 3.14 pengujian tanpa beban dilakukan dengan cara

menghubungkan probe osiloskop ke kedua terminal, pengujian ini dilakukan

dengan kecepatan bervariasi 300, 600, 900 dan 1200 RPM dengan rangkaian

jangkar terbuka.

3.7.4 Pengujian Berbeban

Gambar 3.15 Rangkaian Pengujian Berbeban

Pada Gambar 3.15 pengujian berbeban dilakukan dengan cara

menghubungkan ampere meter secara seri dengan rangkaian jangkar tertutup dan

menghubungkan probe osiloskop pada kedua terminal diberi variasi beban berupa

resistor 5, 10 dan 15 ohm, pengujian berbeban dilakukan dengan kecepatan

bervariasi 300, 600, 900 dan 1200 RPM.


III-16

3.7.5 Pengukuran Tegangan dan Arus Motor (Prime Mover)

Gambar 3.16 Rangkaian Pengukuran Tegangan dan Arus Motor

Pada Gambar 3.16 Pengukuran tegangan dan arus motor dilakukan dengan

cara menghubungkan ampere meter secara seri pada salah satu kabel masukan

motor pada saat beban generator diberi variasi beban berupa resistor 5, 10 dan 15

ohm, pengujian ini dilakukan dengan kecepatan bervariasi 300, 600, 900 dan 1200

RPM.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Generator MPFA

4.1.1 Perhitungan Generator

Generator dirancang dan dihitung menggunakan perameter awal yang telah

ditentukan.

4.1.1.1 Dimensi Rotor

Untuk menghitung nilai jarak antara magnet dengan sudut antar magnet yaitu

36 o dapat dengan persamaan (2.7) sebagi berikut :

𝜏f = Sin θ o x 𝑙𝑎 (2.7)

= Sin 36 o . 0,03

= 0,017 m

Pada perencanaan pembuatan rotor harus menentukan keliling rotor dan

jarak antar magnet. Untuk menghitung keliling rotor dengan jarak antara magnet

(𝜏f) 17 mm, Lebar magnet (a) 10 mm, jumlah kutub ( 𝑝) 10 pole dapat dihitung

menggunakan persamaan (2.6) sebagai berikut :

Kr = (𝜏f x p) + (a x 𝑝) (2.6)

= (0,017 . 10) + (0,01 . 10)

= 0,17 + 0,1

= 0,27 m

4.1.1.2 Kerapatan Fluks

Untuk mengetahui nilai puncak dari kerapatan fluks celah udara dengan

besar kerapatan fluks remamen dari magnet (𝐵𝑟) sebesar 1,43 Tesla, celah

udara (𝑔) 2
IV-1
IV-2

mm, tinggi magnet (ℎ𝑚 ) 4 mm, menurut (Hartmut Jagau, 2011)

permeabilitas recoil relative magnet (𝜇𝑟 ) sebesar 1 serta Koefisien kebocoran

(𝑓𝐿𝐾𝐺 ) sebesar 0,5 menggunakan persamaan (2.18) sebagai berikut :


𝐵𝑟
𝐵 = (2.18)
𝑚𝑔 1 𝜇𝑟 𝑔
𝑓𝐿𝐾𝐺 + ℎ𝑚

1,43
= 1 1.0,002
0,5 + 0,004

= 0,572 T

Untuk mengetahui nilai rata-rata kepadatan fluks di pusat celah udara

dengan rasio nilai rata-rata ke puncak kerapatan fluks magnetic ditengah celah

udara (𝑎 𝑖) menurut (Hartmut Jagau, 2011) sebesar 0,38 dan nilai puncak dari

kerapatan fluks celah udara (𝐵𝑚𝑔 ) sebesar 0,572 Tesla, menggunakan persamaan

(2.17) sebagai

berikut
:
𝐵𝑎𝑣𝑔 = 𝑎𝑖 𝐵𝑚𝑔 (2.17)

= 0,38 . 0,572

= 0,217 T

Untuk mengetahui nilai fluks perkutub dengan Rata-rata kepadatan fluks di

pusat celah udara (𝐵𝑎𝑣𝑔 )sebesar 0,217 Tesla, Panjang magnet (𝑙𝑎 ) 30 mm, Jumlah

kutub (𝑝) 10 pole, Radius luar magnet (𝑅𝑜 ) 48 mm, menggunakan persamaan

(2.19) sebagai berikut :


𝜋 𝑙𝑎
Φ =𝐵 (2𝑅 −𝑙 ) (2.19)
𝑝 𝑎𝑣𝑔 𝑜 𝑎
𝑝
3,14 . 0,03
= 0,217 (2 . 0,048 − 0,03)
10

= 1,35.10−4 Wb
IV-3

4.1.1.3 Kecepatan Putaran Rotor

Jika generator magnet permanen fluks aksial ini bekerja dalam frekuensi 50

Hz, dengan jumlah kutub (𝑝) 10 pole menggunakan persamaan (2.5) sebagai

berikut :

𝑛𝑠 𝑝 (2.5)
𝑓𝑒 = 120

120.𝑓𝑒
`𝑛𝑠 = 𝑝

120 ×50
= 10

= 600 𝑟𝑝𝑚

4.1.1.4 Jumlah lilitan

Untuk mengetahui jumlah lilitan dengan tegangan induksi yang dihasilkan

(𝐸𝑟𝑚𝑠 ) sebesar 1,8 Volt, faktor belitan (𝐾𝑤1 ) 1, kerapatan fluks perkutub

(Φ𝑃 ) sebesar 1,35.10−4 Wb pada frekuensi (𝑓𝑒 ) 50 Hz. Maka jumlah lilitan

dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (2.4) sebagai berikut :

𝑁𝑝ℎ EA
= 4,44.𝑓 .Φ𝑃 .𝐾𝑤1 (2.4)
𝑒

1,8
= 4,44 . 50 . 1,35×10−4 . 1

= 60 turn

4.1.1.5 Tegangan Induksi Yang Dibangkitkan Generator


Untuk mengetahui tegangan induksi yang dibangkitkan generator magnet

permanen fluks aksial ini diketahui jumlah lilitan per kumparan (𝑁𝑝ℎ) sebesar 60

turn, kerapatan fluks perkutub (Φ𝑝) sebesar 1,35. 10−4 wb, faktor belitan
IV-4

(𝐾𝑤1) sebesar 1, pada frekuensi listrik (𝑓𝑒) sebesar 50 hz. Maka tegangan

induksi dihasilkan oleh generator dapat dihitung dengan persamaan (2.14) berikut

𝑟𝑚𝑠 2𝜋𝑓
∈ = . 𝑓𝑒 . Φ . 𝑤1 . 𝑁𝑝ℎ (2.14)
√2
𝐾

= 4,44 . 50 . 1,35. 10−4 . 1 . 60

= 1,8 𝑉𝑜𝑙𝑡

4.1.1.6 Daya Semu Generator

Dalam perencanaan generator, daya yang diinginkan adalah sebesar 0,65

VA, dengan arus (I) sebesar 0,36 A dan tegangan (Erms ) sebesar 1,8 V

menggunakan persamaan (2.16) sebagai berikut :

S = Erms . I (2.16)

= 1,8 . 0,36

= 0,65 VA

4.1.1.7 Arus Generator

Untuk mengetahui arus generator dengan daya semu yang diinginkan adalah

sebesar 0,65 VA, dengan dan tegangan 1,8 V menggunakan persamaan (2.15)

sebagai berikut :
𝑆
I= (2.15)
Erms

0,65
= 1,8

= 0,36 A
IV-5

4.1.2 Spesifikasi Generator MPFA

Sesuai perancangan dan perhitungan generator magnet permanen fluks aksial

ini maka speksifikasi generator yang diinginkan tertera pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Spesifikasi Generator

No Lambang Keterangan Besaran


1 ns Kecepatan putar Rotor 600 rpm/10 rps

2 𝐵𝑟 Kerapatan fluks magnet 1,43 T

3 𝐾𝑤1 Faktor Belitana 1

4 𝐸𝑟𝑚𝑠 Tegangan 1,8 V

5 S Daya Semu 0,65 VA

Kerapatan Fluks remamen


6 Br 1,43 T
dari magnet
7 Φ𝑝 Kerapatan fluks perkutub 1,35.10−4 Wb
8 ℎ𝒎 Tinggi Magnet 4 mm
9 𝑔 Celah Udara 2 mm
10 Nm Jumlah Magnet 10 Kutub
11 Ri Radius Dalam Magnet 18 mm
12 Ro Radius Luar Magnet 48 mm
13 θ Sudut Antara Magnet 36o
14 𝜏𝑓 Jarak Antar Magnet 15 mm
15 Nph Jumlah lilitan 60 Turns
Permeabilitas recoil relative 1
16 𝜇𝑟 magnet
17 𝑓𝐿𝐾𝐺 Koefisien kebocoran 0,5
Rasio nilai rata-rata ke
puncak kerapatan fluks
18 𝑎𝑖 0,38
magnetik ditengah celah
udara
IV-6

4.1.3 Hasil Perencanaan Generator MFPA

Gambar 4.1 Generator Hasil Rancangan

4.1.3.1 Stator Generator MPFA

Jenis Stator yang diajukan yaitu jenis stator tanpa inti besi yang memiliki

kelebihan gaya tarik antara stator dan rotor diabaikan, structural massa generator

ringan dan memberikan keandalan desain untuk diameter generator besar

(Daghigh et al., 2016).

Gambar 4.2 Stator Hasil Rancangan


IV-7

Tabel 4.2 Dimensi Stator

No Keterangan Ukuran (mm)


1 Diameter Stator 116
2 Ketebalan Stator 4

Pada perancangan generator ini kumparan yang digunakan ialah kumparan

tipe wave, kumparan wave ini terdiri dari satu kumparan kontinu sehingga

mengatasi masalah konfigurasi kumparan lainnya yaitu mengurangi sambungan

antar kumparan sehingga menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal hampir

sempurna (Hartmut Jagau, 2011). Pada penelitian ini menggunkan tiga ukuran

diameter kawat email yaitu ukuran 0,2 mm, 0,5 mm dan 0,8 mm

1) Kumparan Diameter Kawat Email 0.2 mm

Gambar 4.3 Hasil Rancangan Kumparan Diameter Kawat Email 0,2 mm


IV-8

Tabel 4.3 Ukuran Kumparan Diameter Kawat Email 0,2 mm

No Simbol Keterangan Ukuran (mm)


1 Wco Lebar bagian luar 29
2 Wci Lebar bagian dalam 24
3 Wso Lebar lubang bagian luar 17
4 Wsi Lebar lubang bagian dalam 13
5 Wt Panjang kumparan 40
6 Tw Tebal kumparan 3
8 rsi Jari-jari kumparan dalam bagian dalam 11
9 rso Jari-jari kumparan dalam bagian luar 15
10 rci Jari-jari kumparan luar bagian dalam 49
11 rco Jari-jari kumparan luar bagian luar 53

2) Kumparan Diameter Kawat Email 0,5 mm

Gambar 4.4 Hasil Rancangan Kumparan Diameter Kawat Email 0,5 mm

Tabel 4.4 Ukuran Kumparan Diameter Kawat Email 0,5 mm

No Simbol Keterangan Ukuran (mm)


1 Wco Lebar bagian luar 34
2 Wci Lebar bagian dalam 24
3 Wso Lebar lubang bagian luar 15
IV-9

4 Wsi Lebar lubang bagian dalam 5


5 Wt Panjang kumparan 42
6 Tw Tebal kumparan 6
8 rsi Jari-jari kumparan dalam bagian dalam 11
9 rso Jari-jari kumparan dalam bagian luar 16
10 rci Jari-jari kumparan luar bagian dalam 48,5
11 rco Jari-jari kumparan luar bagian luar 54,5

3) Kumparan Diameter Kawat Email 0,8 mm

Gambar 4.5 Hasil Rancangan Kumparan Diameter Kawat Email 0,8 mm

Tabel 4.5 Ukuran Kumparan Diameter Kawat Email 0,8 mm

No Simbol Keterangan Ukuran (mm)


1 Wco Lebar bagian luar 37
2 Wci Lebar bagian dalam 17
3 Wso Lebar lubang bagian luar 15
4 Wsi Lebar lubang bagian dalam 5
5 Wt Panjang kumparan 48
6 Tw Tebal kumparan 11,5
8 rsi Jari-jari kumparan dalam bagian dalam 11
9 rso Jari-jari kumparan dalam bagian luar 21
IV-10

10 rci Jari-jari kumparan luar bagian dalam 48


11 rco Jari-jari kumparan luar bagian luar 58

4.1.3.1 Rotor Generator MPFA

Pada perencanaan generator magnet permanen fluks aksial ini, magnet

permanen di susun N-S-N-S diletakan pada tatakan penyangga (yoke) stator

dimna tatakan ini terbuat dari arkilik. Pemasangan magnet permanen

menggunakan jenis surface-mounted yaitu magnet permanen diletakan pada

tatakan rotor tanpa harus menanamnya.

Gambar 4.6 Magnet Permanen (Fajar, 2017)

Magnet permanen yang digunakan pada pembuatan rotor ini yaitu Jenis

magnet permanen neodynium-iron-boron (NdFeB). Magnet Neodymium, yaitu

jenis magnet tetap yang paling kuat, Magnet neodymium (juga dikenal sebagai

NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan sejenis magnet tanah, terbuat dari

campuran logam neodymium(Fajar, 2017). Karakteristrik magnet Neodymium

Iron Boron (NdFeB), yang memiliki nilai produk energi maksimum sampai

dengan 400 kJm3. Sedangkan magnet NdFeB bonded memiliki nilai produk

energi maksimum sampai dengan 200 kJm3(Sudrajat, 2013). Magnet neodynium-

iron-boron (NdFeB)
IV-11

yang digunakan adalah grade N52 yang memiliki kerapatan fluks magnet sebesar

1,43 T.

Tabel 4.6 Ukuran Magnet Permanen

No Simbol Ukuran (mm)


1 𝑙𝑎 30
2 a 10
3 Tm 4

Pada rotor ini menggunakan 10 kutub magnet. Perancangan jumlah magnet

permanen yang maksimum akan memperbesar nilai frekuensi serta perencanaan

jumlah kumparan yang maksimum akan memperbesar tegangan induksi yang

dihasilkan. Kombinasi pemasangan antara kutub magnet dilakukan sesuai dengan

tipe N-S-N-S.

Gambar 4.7 Rotor Hasil Rancangan


IV-12

Tabel 4.7 Ukuran Rotor

No Simbol Keterangan Ukuran (mm)


1 Ryo Jari-jari bagian luar yoke rotor 50
2 Ryi Jari-jari bagian dalam yoke rotor 8
3 Ro Jari-jari bagian bagian luar magnet 48
4 Ri Jari-jari bagian dalam magnet 18
5 𝜏𝑓 Jarak antar magnet 17

4.2 Pengujian Generator MPFA

Pengujian generator MPFA yang telah dirancang berupa pengukuran

resistansi kumparan, pengujian short circuit, pengujian tanpa beban pengujian

berbeban dan pengukuran tegangan dan arus motor(prime mover). variasi

kecepatannya diterapkan berada di 300, 600, 900 dan 1200 RPM

4.2.1 Pengukuran Resistansi Kumparan

Pengujian resistansi kumparan menggunakan AVO Meter dengan

menghubungkan langsung probe ke kedua ujung kumparan sesuai pada gambar

3.12, pengujian ini dilakukan pada tiap kumparan.

Tabel 4.8 Pengukuran Resistansi Kumparan

Kawat Resistansi
Email Kumparan
(mm) (Ohm)
0,2 20,01
0,5 3,302
0,8 1,389
IV-13

Diameter Kawat terhadap Resistansi Kumparan

Resistansi (Ohm)
25

20

15

10

0
0.2 0.5 0.8
Diameter Kawat Email (mm)

Gambar 4.8 Diameter Kawat terhadap Resistansi Kumparan

Pada Gambar 4.8 menunjukan bahwa besar diameter kawat email pada

kumparan berbanding terbalik terhadap resistansi kumparan, nilai resistansi yang

terbesar pada diameter kawat email 0,2 mm yaitu senilai 20,01 ohm.

4.2.2 Pengujian Short Circuit

Pengujian shorth circuit ini dilakukan pada kecepatan rotor yang rendah yaitu

100 RPM, pengujian ini dilakukan sesuai gambar 3.13 yaitu dengan cara

menghubungkan ampere meter ke kedua ujung kumparan untuk mengukur arus

yang mengalir. Tegangan induksi yang dibangkitkan ketika kecepatan rotor 100

RPM dan pada celah udara 2 mm pada setiap diameter kawat email ialah pada

diameter kawat email 0,2 mm 0,317 V, diameter kawat email 0,5 mm 0,257 V dan

diameter kawat email 0,8 mm 0,201 V.

Tabel 4.9 Pengujian Short Circuit

Kawat
Email Isc (A)
(mm)
0,200 0,015
0,500 0,056
0,800 0,099
IV-14

Diameter Kawat terhadap Arus Short Circuit


0.120

Arus Short Circuit 0.100

0.080

0.060

0.040

0.020
0.200 0.500 0.800
0.000 Diameter Kawat Email (mm)

Gambar 4.9 Pengaruh Diameter Kawat terhadap Arus Short Circuit

Pada Gambar 4.9 menunjukan bahwa besar diameter kawat pada kumparan

berbanding lurus terhadap arus short circuit. Nilai arus short circuit tertinggi pada

diameter kawat 0,8 mm yaitu 0,099 A, serta nilai arus short circuit terendah pada

diameter kawat email 0,2 mm yaitu 0,015 A.

4.2.3 Pengujian Tanpa Beban

Pengujian tanpa beban dilakukan sesuai gambar 3.14 dilakukan dilakukan

dengan cara menghubungkan probe osiloskop ke kedua terminal, menggunakan

motor DC sebagai prime mover dan pengendalian kecepatan menggunakan

dimmer, dilakukan dengan variasi kecepatan 300, 600, 900 dan 1200. Pengujian

ini dilakuka pada celah udara 2 mm, 3 mm dan 4 mm pada semua diameter kawat

email (0,2 mm, 0,5 mm dan 0,8 mm). bertujuan untuk mengetahui hubungan

kecepatan rotor dan celah udara terhadap tegangan yang dibangkitkan generator

ketika tidak berbeban.


IV-15

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Tanpa Beban

Pengujian Tanpa Berbeban


Celah Udara
2 mm 3 mm 4 mm
Volt Volt Volt
300 0,935 0,808 0,665
600 1,906 1,626 1,355
900 2,914 2,537 2,077
1200 3,908 3,37 2,785
300 0,8032 0,6358 0,49
600 1,618 1,293 1,0009
900 2,52 1,987 1,515
1200 3,334 2,653 2,045
300 0,6155 0,4644 0,4092
600 1,245 0,9626 0,8284
900 1,915 1,47 1,279
1200 2,545 1,961 1,695

4.2.6.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah

Udara

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Diameter Kawat Email 0,2 m

5
Tegangan (V)

1
300 600 900 1200
RPM
0 2 mm3 mm4 mm

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Diameter Kawat 0,2 mm
IV-16

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Diameter Kawat Email 0,5 mm

Tegangan (V)
3

0
300 600 900 1200
RPM
2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.11 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan


Variasi Celah Udara pada Diameter Kawat 0,5 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Diameter Kawat Email 0,8 mm

3
Tegangan (V)

2.5
2
1.5
1
0.5
0

300 600 900 1200


RPM
2 mm3 mm4 mm

Gambar 4.12 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan


Variasi Celah Udara pada Diameter Kawat 0,8 mm

Dari Gambar 4.10, 4.11 dan 4.12 di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan

kecepatan rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator terbukti

pada grafik di atas menunjukan semakin cepat kecepatan rotor maka tegangan

keluaran semakin besar. Sebaliknya ketika celah udara semakin lebar maka

tegangan keluaran generator semakin kecil, ini diakibatkan oleh fluks yang

menembus kumparan ketika celah udara diperbesar akan semakin mengecil.


IV-17

Gambar 4.13 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban pada Diameter


Kawat 0,2 mm dengan Celah Udara 2 mm

Pada Gambar 4.13 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat

putaran rotor 1200,6 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (𝑉𝑟𝑚𝑠 )

sebesar 3,91 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 100,2 Hz pada diameter kawat

email 0,2 mm.

4.2.6.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi

Diameter Kawat Email

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Diameter Kawat Email pada
Lebar Celah Udara 2 mm
5
Tegangan (V)

0 300 600 900 1200


RPM
0,2 mm0,5 mm0,8 mm

Gambar 4.14 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Diameter Kawat Email pada Celah Udara 2 mm
IV-18

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Diameter Kawat Email pada Lebar Celah Udara

Tegangan (V) 4

1
300 600 900 1200
0 RPM
0,2 mm0,5 mm0,8 mm

Gambar 4.15 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan


Variasi Diameter Kawat Email pada Celah Udara 3 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan


dengan Variasi Diameter Kawat Email pada
3 Lebar Celah Udara 2 mm
Tegangan (V)

2.5
2
1.5
1
0.5
0

300 600 900 1200


RPM
0,2 mm0,5 mm0,8 mm

Gambar 4.16 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan


Variasi Diameter Kawat Email pada Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.14, 4.15 dan 4.16 menunjukan bahwa hubungan kecepatan

rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator, dibuktikan pada

grafik di atas menunjukan tegangan semakin naik ketika kecepatan putar rotor ikut

naik. Sebaliknya pengaruh diameter kawat email berbanding terbalik dengan nilai

tegangan generator, dibuktikan pada grafik ketika semakin besar diameter kawat
IV-19

email nilai tegangan generator semakin kecil, ini diakibatkan oleh ketebalan dari

kumparan yang mempengaruhi fluks yang menembus kumparan itu semakin kecil.

Gambar 4.17 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban pada Diameter


Kawat 0,5 mm dengan Celah Udara 2 mm

Pada Gambar 4.17 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat

putaran rotor 1200,8 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (𝑉𝑟𝑚𝑠 )

sebesar 3,35 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 99,90 Hz pada diameter kawat

email 0,5 mm.

4.2.4 Pengujian Berbeban

Pengujian berbeban dilakukan sesuai gambar 3.14 yaitu dengan cara

menghubungkan ampere meter secara seri dengan rangkaian jangkar tertutup,

menggunakan motor DC sebagai prime mover dan pengendalian kecepatan

menggunakan dimmer, dilakukan dengan variasi kecepatan 300, 600, 900 dan

1200. Pengujian ini dilakuka pada celah udara 2 mm, 3 mm dan 4 mm pada semua

diameter kawat email (0,2 mm, 0,5 mm dan 0,8 mm) dengan menggunakan beban

resistor 5 Ohm, 10 Ohm dan 15 Ohm. Pengujian berbeban ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan kecepatan rotor dan beban terhadap tegangan serta arus
IV-20

generator ketika berbeban. Pengujian ini dilakukan dengan menghubungkan probe

osiloskop ke kedua ujung kumparan dan menghubungkan secara seri kedua probe

ampere meter.

4.2.4.1 Hubungan Tegangan dan Putaran Rotor dan Beban terhadap

Tegangan

1) Hubungan Tegangan dan Putaran Rotor terhadap Beban Pada

Diameter Kawat Email 0,2 mm

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,2 mm

Celah Tegangan (V)


Udara RPM Beban (Ohm)
(mm) 5 10 15
300 0,180 0,308 0,399
600 0,362 0,624 0,807
900 0,556 0,946 1,221
1200 0,740 1,26 1,628
300 0,155 0,261 0,337
600 0,315 0,523 0,685
900 0,486 0,814 1,054
1200 0,6614 1,073 1,41
300 0,123 0,213 0,277
600 0,264 0,434 0,569
900 0,403 0,662 0,865
1200 0,5438 0,8769 1,152
IV-21

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Ud

2.000

Tegangan (V)
1.500

1.000

0.500

0.000

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.18 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat
Email 0,2 mm dan Celah Udara 3 mm
1.5
Tegangan (V)

0.5

0
300 600 900 1200
RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.19 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 3 mm
IV-22

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Uda

1.400

Tegangan (V)
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.20 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.19, 4.19 dan 4.20 dapat disimpulkan bahwa hubungan

kecepatan putar rotor pada diameter kawat 0,2 mm berbanding lurus terhadap

tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan tegangan

saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif semakin besar

maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai persamaan 𝑉Φ = 𝐸𝐴 −

𝑗𝑋𝑆 𝐼𝐴 − 𝑅𝐴 𝐼𝐴 jika resistansi kumparan (𝑅𝐴 ) dan arus jangkar (𝐼𝐴 ) yang di

pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran pada saat berbeban

akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.


IV-23

Gambar 4.21 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter


Kawat 0,2 mm dengan Celah Udara 2 mm

Pada Gambar 4.21 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat

putaran rotor 1200,7 RPM dengan beban 5 Ohm, tegangan keluaran generator

(𝑉𝑟𝑚𝑠 ) sebesar 0,736 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒 ) 100,1 Hz pada

diameter kawat email 0,2 mm.

2) Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban

pada Diameter Kawat Email 0,5 mm

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Berbeban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm

Celah Tegangan (V)


Udara RPM Beban
(mm) 5 10 15
300 0,4995 0,5973 0,6512
600 0,985 1,217 1,343
900 1,517 1,872 2,04
1200 2,016 2,503 2,752
300 0,385 0,484 0,540
600 0,780 0,992 1,068
900 1,188 1,493 1,634
1200 1,589 2,001 2,2
300 0,2969 0,3722 0,4213
600 0,6055 0,7622 0,8257
IV-24

900 0,9226 1,161 1,257


1200 1,238 1,545 1,683

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat
Email 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm
3
Tegangan (V)

2.5
2
1.5
1
0.5
0

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.22 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan


dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat
2.500
Email 0,5 mm dan Celah Udara 3 mm
Tegangan (V)

2.000

1.500

1.000

0.500

0.000 300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.23 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 3 mm
IV-25

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat
Email 0,5 mm dan Celah Udara 4 mm
2

Tegangan (V)
1.5

0.5

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.24 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.22, 4.23 dan 4.24 dapat disimpulkan bahwa hubungan

kecepatan putar rotor pada diameter kawat 0,5 mm berbanding lurus terhadap

tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan tegangan

saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif semakin besar

maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai persamaan 𝑉Φ = 𝐸𝐴 −

𝑗𝑋𝑆 𝐼𝐴 − 𝑅𝐴 𝐼𝐴 jika resistansi kumparan (𝑅𝐴 ) dan arus jangkar (𝐼𝐴 ) yang di

pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran pada saat berbeban

akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.


IV-26

Gambar 4.25 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter


Kawat 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm

Pada Gambar 4.25 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat

putaran rotor 1201,2 RPM dengan beban 5 Ohm, tegangan keluaran generator

(𝑉𝑟𝑚𝑠 ) sebesar 2,01 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒 ) 100,1 Hz pada diameter

kawat email 0,5 mm.

3) Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban

Pada Diameter Kawat Email 0,8 mm

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,8 mm

Celah Tegangan (V)


Udara RPM Beban
(mm) 5 10 15
300 0,5021 0,5483 0,5685
600 1,021 1,101 1,155
900 1,551 1,659 1,749
1200 2,058 2,246 2,36
300 0,3759 0,4126 0,4258
600 0,7679 0,8278 0,8598
900 1,16 1,272 1,308
1200 1,563 1,701 1,8
300 0,2619 0,3381 0,3558
600 0,591 0,662 0,710
IV-27

900 0,9128 0,9729 1,102


1200 1,256 1,297 1,47

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat
Email 0,8 mm dan Celah Udara 2 mm
2.5
Tegangan (V)

1.5

0.5

0 300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.26 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat
Email 0,8 mm dan Celah Udara 3 mm
2
Tegangan (V)

1.5

0.5

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4. 27 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban


pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 3 mm
IV-28

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat
Email 0,8 mm dan Celah Udara 4 mm
2

Tegangan (V)
1.5

0.5

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.28 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.26, 4.27 dan 4.28 dapat disimpulkan bahwa hubungan

kecepatan putar rotor pada diameter kawat 0,8 mm berbanding lurus terhadap

tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan tegangan

saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif semakin besar

maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai persamaan 𝑉Φ = 𝐸𝐴 −

𝑗𝑋𝑆 𝐼𝐴 − 𝑅𝐴 𝐼𝐴 jika resistansi kumparan (𝑅𝐴 ) dan arus jangkar (𝐼𝐴 ) yang di

pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran pada saat berbeban

akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.


IV-29

Gambar 4.29 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter


Kawat 0,8 mm dan Celah Udara 2 mm

Pada Gambar 4.29 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat

putaran rotor 1201 RPM dengan beban 5 Ohm, tegangan keluaran generator (𝑉𝑟𝑚𝑠 )

sebesar 2,07 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 100 Hz pada diameter kawat email

0,8 mm.

4.2.4.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban

1) Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada

Diameter Kawat Email 0,2 mm

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,2 mm

Celah Arus (mA)


Udara RPM Beban (Ohm)
(mm) 5 10 15
300 36 31 26
600 73 62 53
900 109 94 81
1200 145 125 108
300 30 26 22
600 65 51 45
900 96 78 67
1200 124 105 91
IV-30

300 24 21 17
600 52 43 37
4
900 77 65 56
1200 102 86 74

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2
mm dan Celah Udara 2 mm
200
Arus (mA)

150

100

50

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.30 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2
mm dan Celah Udara 3 mm
140
120
Arus (mA)

100
80
60
40
20
0

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.31 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 3 mm
IV-31

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2
mm dan Celah Udara 4 mm
120

100

Arus (mA)
80
60
40
20
0

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.32 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.30, 4.31 dan 4.32 dapat disimpulkan bahwa hubungan

kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator

serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada

grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada diameter kawat email

0,2 mm grafik menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor

ditambah, sebaliknya jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang

dihasilkan generator semakin kecil.


IV-32

Gambar 4.33 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter


Kawat 0,2 mm dan Celah Udara 2 mm

Pada gambar 4.33 menunjukan gelombang keluaran generator pada diameter

kawat email 0,2 mm dan celah udaran 2 mm, saat putaran rotor 1200,6 RPM

dengan beban 5 Ohm, tegangan keluaran generator (𝑉𝑟𝑚𝑠 ) sebesar 0,743 Volt,

arus (IA ) yang dihasilkan 0,145 Ampere dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 100,2 Hz .

2) Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada

Diameter Kawat Email 0,5 mm

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,5 mm

Celah Arus (mA)


Udara RPM Beban (Ohm)
(mm) 5 10 15
300 100 59 43
600 194 121 87
900 295 185 131
1200 384 245 175
300 76 48 33
600 153 97 70
900 233 146 105
1200 310 195 140
300 59 37 27
600 117 75 54
IV-33

900 180 114 81


1200 240 151 108

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5
mm dan Lebar Celah Udara 2 mm
500
Arus (mA)

400

300

200

100

0 300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.34 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5
mm dan Lebar Celah Udara 3 mm
350
300
Arus (mA)

250
200
150
100
50
0

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.35 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 3 mm
IV-34

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5
mm dan Lebar Celah Udara 4 mm
300

250

Arus (mA)
200
150
100
50
0

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.36 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.34, 4.35 dan 4.36 dapat disimpulkan bahwa hubungan

kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator

serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada

grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada diameter kawat email

0,5 mm grafik menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor

ditambah, sebaliknya jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang

dihasilkan generator semakin kecil.


IV-35

Gambar 4.37 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter


Kawat 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm

Pada Gambar 4.36 menunjukan gelombang keluaran generator pada

diameter kawat email 0,5 mm dan celah udaran 2 mm, saat putaran rotor 1200,9

RPM dengan beban 5 Ohm, tegangan keluaran generator (𝑉𝑟𝑚𝑠 ) sebesar 2,02 Volt,

arus (IA ) yang dihasilkan 0,384 Ampere dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 100,2 Hz .

3) Hubungan Putaran Rotor Terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada

Diameter Kawat Email 0,8 mm

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Berbeban pada Kawat Email 0,8 mm

Celah Arus (mA)


Udara RPM Beban (Ohm)
(mm) 5 10 15
300 98 53 37
600 190 109 76
900 300 164 115
1200 391 220 151
300 74 40 28
600 149 82 58
900 228 124 87
1200 305 164 118
300 52 33 23
600 113 66 47
IV-36

900 177 97 73
1200 239 128 96

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8
mm dan Celah Udara 2 mm
500
Arus (mA)

400

300

200

100

0 300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.38 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8
mm dan Celah Udara 3 mm
350
300
Arus (mA)

250
200
150
100
50
0

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.39 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 3 mm
IV-37

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8
mm dan Celah Udara 4 mm
300

250

Arus (mA)
200
150
100
50
0

300 600 900 1200


RPM
5 Ohm10 Ohm15 Ohm

Gambar 4.40 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.38, 4.39 dan 4.40 dapat disimpulkan bahwa hubungan

kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator

serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada

grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada diameter kawat email

0,8 mm grafik menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor

ditambah, sebaliknya jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang

dihasilkan generator semakin kecil.


IV-38

Gambar 4.41 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 5 Ohm pada Diameter


Kawat 0,8 mm dan Lebar Celah Udara 2 mm

Pada Gambar 4.31 menunjukan gelombang keluaran generator pada

diameter kawat email 0,8 mm dan celah udaran 2 mm, saat putaran rotor 1201

RPM dengan beban 5 Ohm, tegangan keluaran generator (𝑉𝑟𝑚𝑠 ) sebesar 2,07 Volt,

arus (IA ) yang dihasilkan 0,391 Ampere dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 100 Hz .

4.2.5 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Motor (Prime Mover) pada

Kondisi Berbeban.

Pengukuran tegangan dan arus pada motor dilakukan sesuai gambar 3.16

dengan cara menghubungkan ampere meter secara seri pada salah satu kabel

masukan motor pada saat beban generator diberi variasi beban berupa resistor 5,

10 dan 15 ohm, pengujian ini dilakukan dengan kecepatan bervariasi 300, 600,

900

dan 1200 RPM.

Tabel 4.17 Hasil Pengukuran Tegangan dan Arus Motor dalam Kondisi Berbeban

Kawat Celah Tegangan (V) Arus (A)


Email Udara RPM Beban(Ohm) Beban (Ohm)
(mm) (mm) 5 10 15 5 10 15
300 1,793 1,664 1,667 1,221 1,032 1,024
600 2,560 2,426 2,412 1,421 1,181 1,122
IV-39

900 3,175 3,114 3,092 1,531 1,317 1,259


1200 3,705 3,754 3,758 1,584 1,439 1,382
300 1,808 1,766 1,726 1,277 1,119 1,078
600 2,592 2,547 2,531 1,391 1,315 1,281
900 3,338 3,274 3,288 1,472 1,473 1,433
1200 3,972 3,944 3,820 1,551 1,543 1,575
300 1,823 1,797 1,748 1,028 1,029 0,981
600 2,540 2,575 2,556 1,213 1,187 1,191
900 3,250 3,246 3,200 1,350 1,328 1,291
1200 3,902 3,867 3,821 1,436 1,386 1,342
300 1,747 1,754 1,662 1,123 1,052 0,967
600 2,635 2,660 2,575 1,398 1,332 1,318
900 3,403 3,397 3,293 1,639 1,549 1,465
1200 4,158 4,071 4,042 1,866 1,671 1,592
300 1,756 1,742 1,790 1,117 1,099 1,057
600 2,661 2,570 2,514 1,402 1,378 1,292
900 3,434 3,258 3,207 1,592 1,475 1,444
1200 4,140 3,924 3,842 1,757 1,621 1,537
300 1,798 1,705 1,744 1,101 1,001 0,923
600 2,555 2,699 2,462 1,257 1,148 1,183
900 3,279 3,446 3,219 1,382 1,306 1,316
1200 3,901 4,095 3,855 1,490 1,351 1,381
300 1,795 1,814 1,784 1,129 1,070 1,079
600 2,621 2,623 2,470 1,358 1,275 1,252
900 3,364 3,308 3,227 1,565 1,395 1,353
1200 4,065 3,953 3,886 1,714 1,529 1,486
300 1,775 1,784 1,784 1,050 1,019 0,980
600 2,617 2,593 2,477 1,244 1,248 1,192
900 3,345 3,262 3,147 1,460 1,368 1,288
1200 4,062 3,878 3,772 1,619 1,457 1,332
300 1,728 1,782 1,775 1,111 1,068 1,053
600 2,570 2,509 2,475 1,257 1,240 1,246
900 3,266 3,264 3,139 1,408 1,356 1,360
1200 3,903 3,876 3,770 1,523 1,443 1,433

Pada Tabel 4.19 menunjukan nilai tegangan dan arus berbanding lurus

terhadap kecepatan pada motor, semakin besar nilai tegangan dan arus maka
IV-40

keceptan motor juga ikut bertambah, sebaliknya semakin kecil nilai tegangan dan

arus maka kecepatan motor juga ikut berkurang.

4.3 Analisa Perhitungan dan Pengujian Generator MPFA


4.3.1 Daya Generator
4.3.1.1 Daya Masukan (𝑷𝒊𝒏 )
Pada pengujian generator ini menggunakan motor dc sebagai prime mover

(penggerak). Jadi daya masukan menggunakan besaran daya elektrik yang

diperlukan oleh motor dc.

Untuk mengetahui besar daya masukan (𝑃𝑖𝑛) menggunakan persamaan

sebagai berikut :

PIn = VDCmotor IDCmotor

Tabel 4.18 Nilai Daya Masukan pada Kondisi Berbeban

Kawa Celah Daya (W)


t Udara RPM Beban (Ohm)
Email (mm) 5 10 15
(mm)
300 2,189 1,718 1,707
600 3,637 2,866 2,705
900 4,859 4,101 3,892
1200 5,869 5,402 5,191
300 2,308 1,975 1,860
600 3,605 3,349 3,242
900 4,915 4,821 4,710
1200 6,159 6,085 6,017
300 1,873 1,850 1,715
600 3,082 3,056 3,044
900 4,388 4,310 4,129
1200 5,604 5,361 5,129
300 1,961 1,845 1,606
600 3,685 3,544 3,393
900 5,576 5,262 4,824
1200 7,759 6,801 6,434
300 1,962 1,913 1,892
600 3,732 3,542 3,249
900 5,469 4,806 4,630
IV-41

1200 7,274 6,360 5,906


300 1,979 1,706 1,610
600 3,210 3,100 2,911
900 4,531 4,501 4,236
1200 5,943 5,533 5,325
300 2,026 1,941 1,924
600 3,560 3,344 3,094
900 5,263 4,615 4,367
1200 6,968 6,042 5,776
300 1,864 1,819 1,748
600 3,256 3,237 2,952
900 4,884 4,463 4,053
1200 6,576 5,649 5,022
300 1,920 1,903 1,869
600 3,231 3,112 3,085
900 4,599 4,425 4,268
1200 5,811 5,594 5,403

Pada Tabel 4.18 menunjukan nilai daya masukan tertinggi terjadi pada

diameter kawat email 0,5 mm, celah udara 2 mm dengan kecepatan putar rotor

1200 RPM pada beban 5 Ohm dengan nilai daya masukan 7,759 Watt. Sedangkan

nilan daya masukan terendah terjadi pada diameter kawat email 0,5 mm, celah

udara 2 mm dengan kecepatan putar rotor 300 RPM saat beban 15 ohm dengan

nilai daya masukan 1,606 Watt.


IV-42

1) Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan (𝐏𝐢𝐧 ) dengan Variasi

Beban pada Diameter Kawat Email 0,2 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban pada Celah Udara 2 mm
Daya Masukan (W)

7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.42 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Lebar Celah Udara 2 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban pada Celah Udara 3 mm
Daya Masukan (W)

7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000

300 600 900 1200


RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.43 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Lebar Celah Udara 3 mm
IV-43

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban pada Celah Udara 4 mm

Daya Masukan (W)


6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.44 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Lebar Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.42, 4.43 dan 4.44 dapat disimpulkan bahwa daya masukan

pada diameter kawat 0,2 mm berbanding lurus terhadap kecepatan putar rotor

serta berbanding terbalik terhadap nilai beban resistif.

2) Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan (𝐏𝐢𝐧 ) dengan Variasi

Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban pada Celah Udara 2 mm
Daya Masukan (W)

10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.45 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Lebar Celah Udara 2 mm
IV-44

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban pada Celah Udara 3 mm

Daya Masukan (W)


8.000

6.000

4.000

2.000

0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4. 46 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Lebar Celah Udara 3 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban pada Celah Udara 2 mm
Daya Masukan (W)

7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.47 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Lebar Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.45, 4.46 dan 4.47 dapat disimpulkan bahwa daya masukan

pada diameter kawat 0,5 mm berbanding lurus terhadap kecepatan putar rotor

serta berbanding terbalik terhadap nilai beban resistif.


IV-45

3) Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan (𝐏𝐢𝐧 ) dengan

Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan


Daya Masukan (W)

dengan Variasi Beban pada Celah Udara 2 mm


8.000

6.000

4.000

2.000

0.000
3006009001200
RPM
10 Ohm
5 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.48 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Lebar Celah Udara 2 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban pada Celah Udara 3 mm
Daya Masukan (W)

8.000

6.000

4.000

2.000

0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.49 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Lebar Celah Udara 3 mm
IV-46

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan Variasi Beban pada Celah Udara 4 mm

Daya Masukan (W)


7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4. 50 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Masukan dengan


Variasi Beban Pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Lebar Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.48, 4.49 dan 4.50 dapat disimpulkan bahwa daya masukan

pada diameter kawat 0,8 mm berbanding lurus terhadap kecepatan putar rotor

serta berbanding terbalik terhadap nilai beban resistif.

4.3.1.2 Daya Keluaran (𝑷𝒐𝒖𝒕)

Daya keluaran di dapat pada pengujian generator saat berbeban hasil

pengukuran nilai tegangan dan arus, untuk mencari daya keluaran menggunakan

persamaan sebagai berikut


:
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑉Φ 𝐼𝐴 cos 𝜑

Tabel 4.19 Nilai Daya Keluaran Generator

Daya Keluaran
Kawa Celah (Watt)
t Udara RPM Beban (Ohm)
Email (mm)
5 10 15
(mm)
300 0,006 0,009 0,010
600 0,026 0,039 0,043
900 0,060 0,089 0,099
1200 0,108 0,158 0,175
300 0,005 0,007 0,007
600 0,020 0,027 0,031
IV-47

900 0,046 0,064 0,071


1200 0,082 0,113 0,128
300 0,003 0,004 0,005
600 0,014 0,018 0,021
900 0,031 0,043 0,048
1200 0,056 0,075 0,085
300 0,050 0,035 0,028
600 0,191 0,147 0,116
900 0,447 0,347 0,267
1200 0,774 0,613 0,481
300 0,029 0,023 0,018
600 0,119 0,097 0,075
900 0,277 0,218 0,171
1200 0,492 0,390 0,307
300 0,017 0,014 0,011
600 0,071 0,057 0,044
900 0,166 0,132 0,101
1200 0,297 0,233 0,182
300 0,049 0,029 0,021
600 0,194 0,120 0,088
900 0,465 0,273 0,201
1200 0,805 0,494 0,357
300 0,028 0,016 0,012
600 0,114 0,068 0,049
900 0,264 0,157 0,114
1200 0,476 0,279 0,212
300 0,014 0,011 0,008
600 0,067 0,044 0,033
900 0,162 0,094 0,080
1200 0,300 0,166 0,141

Pada Tabel 4.19 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada

diameter kawat email 0,8 mm, celah udara 2 mm dengan kecepatan putar rotor

1200 RPM pada beban 5 Ohm dengan nilai daya keluaran (𝑃𝑜𝑢𝑡) 0,805 Watt.

Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter kawat email 0,2

mm, celah udara 2 mm dengan kecepatan putar rotor 300 RPM saat beban 5 ohm

dengan nilai daya masukan 0,003 Watt.


IV-48

1) Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran (𝐏𝐨𝐮𝐭 ) dengan Variasi

Beban pada Diameter Kawat Email 0,2 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran


Daya Keluaran (W)

dengan Variasi Beban pada Celah Udara 2 mm


0.200

0.150

0.100

0.050

0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.51 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi Beban pada Celah Udara 3 mm
Daya Keluaran (W)

0.140
0.120
0.100
0.080
0.060
0.040
0.020
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.52 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 3 mm
IV-49

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi Beban pada Celah Udara 4 mm

Daya Keluaran (W)


0.100
0.080
0.060
0.040
0.020
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.53 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,2 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.51, 4.52 dan 4.53 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran

pada diameter kawat 0,2 mm berbanding lurus terhadap kecepatan putar rotor dan

besar nilai beban resistif.

2) Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran (𝐏𝐨𝐮𝐭 ) dengan Variasi

Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi Beban pada Celah Udara 2 mm
Daya Keluaran (W)

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.54 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 2 mm
IV-50

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi Beban pada Celah Udara 3 mm

Daya Keluaran (W)


0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.55 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 3 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan Variasi Beban pada Celah Udara 4 mm
Daya Keluaran (W)

0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.56 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,5 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.54, 4.55 dan 4,56 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran

pada diameter kawat 0,5 mm berbanding lurus terhadap kecepatan putar rotor dan

berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.


IV-51

3) Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran (𝐏𝐨𝐮𝐭 ) dengan Variasi

Beban pada Diameter Kawat Email 0,8 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran


Daya Keluaran (W)

Beban pada Celah Udara 2 mm


1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.57 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran Beban pada Celah Udara 3 mm


Daya Keluaran (W)

0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.58 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 3 mm
IV-52

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran Beban pada Celah Udara 4 mm

Daya Keluaran (W)


0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
3006009001200
RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.59 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran dengan


Variasi Beban pada Diameter Kawat Email 0,8 mm dan Celah Udara 4 mm

Dari Gambar 4.57, 4.58 dan 4.59 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran

pada diameter kawat 0,8 mm berbanding lurus terhadap kecepatan putar rotor dan

berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.

4.3.2 Efisiensi (η)


Efisiensi didapat dengan melakukan perbandingan hasil antara daya

keluaran (Pin) dan daya masukan (Pout ), untuk mencari nilai efisiensi pada

kecepatan putar rotor 1200 RPM dan beban 5 ohm menggunakan persamaan

sebagai berikut :

𝜂 = 𝑃𝑂𝑢𝑡 × 100%
𝑃𝐼𝑛

Tabel 4.20 Nilai Efisiensi

Kawat Daya Daya


Celah Efisiensi
Email Keluaran Masukan
Udara (%)
(mm) (W) (W)
2 0,108 5,869 1,833
3 0,082 6,159 1,334
4 0,056 5,604 0,992
2 0,774 7,759 9,978
3 0,492 7,274 6,761
4 0,297 5,943 5,000
2 0,805 6,968 11,554
IV-53

3 0,476 6,576 7,245


4 0,300 5,811 5,161

Pada Tabel 4.20 menunjukan nilai efisiensi tertinggi terjadi pada diameter

kawat email 0,8 mm, celah udara 2 mm dengan nilai efisiensi 11,554 %.

Sedangkan nilan Efisiensi terendah terjadi pada diameter kawat email 0,2 mm

pada celah udara 4 mm dengan nilai daya masukan 0,992%.

Efisiensi Generator
14.000
Efisiensi (%)

12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000

2 3 4
Celah Udara (mm)

0,2 mm 0,5 mm 0,8 mm

Gambar 4.60 Grafik Efisiensi

Dari Gambar 4.60 dapat disimpulkan bahwa efisiensi generator berbanding

terbalik dengan lebar celah udara, semakin lebar celah udara maka efisiensi

generator semakin kecil.

4.3.3 Nilai Impedansi Sinkron dan Reaktansi Sinkron

Untuk menghitung impedansi sinkron dan reaktansi sinkron dari data yang

tersedia yang didapatkan dari pengujian short circuit pada tabel.


IV-54

Tabel 4.21 Hasil Pengujian Short Circuit dan Open Circuit

Kawat Email (mm)


0.2 0.5 0.8
Isc (A) EA (V) Isc (A) EA(V) Isc (A) EA (V)
0,015 0,317 0,031 0,257 0,028 0,201

Dari Tabel 4.21 yang kita peroleh kita bisa mendapatkan nilai Impedansi

sinkron dengan persamaan berikut :

Zs = EA (2.12)
Isc

Setelah mendapatkan Impedansi Sinkron kita bisa mendapatkan Reaktansi

sinkron dengan persamaan berikut :

Tabel 4.22 Nilai Imedansi Sikron dan Reaktansi Sinkron

Kawa
Zs Xs
t
(Ohm) (Ohm)
Email
(mm)
0,2 21,855 8,789
0,5 4,596 3,197
0,8 2,026 1,475

Pada Tabel 4.22 dapat disimpulakan bahwa nilai resistansi kumparan (𝑅𝐴)

semakin besar disebabkan oleh kawat email terlalu kecil pada tabel di atas nilai

resistansi kumparan yang paling besar ditunjukan pada diameter kawat email 0,2

mm dengan nilai resistansi kumparan (𝑅𝐴 ) 20,01 Ohm, impedansi sinkron

(𝑍𝑆 ) 21,855 Ohm dan reaktansi sinkron (XS) 8,789 Ohm.


IV-55

Nilai Impedansi Sinkron dan Reaktansi


Sinkron
25.000
20.000
15.000
Ohm 10.000
5.000
0.000

0.2 0.5 0.8


Kawat Email (mm)

Impedansi Sinkron Reaktansi Sinkron

Gambar 4.61 Grafik Nilai Impedansi Sikron dan Reaktansi Sinkron

Pada Gambar 4.64 Menunjukan diameter kawat email berbanding terbalik

terhadap besar nilai impedansi dan reaktansi sinkron. Semakin kecil diameter

kawat email maka nilai impedansi sinkron dan reaktansi sinkron semakin besar,

sebaliknya jika diameter kawat email semakin besar maka nilai impedansi sinkron

dan reaktansi sinkron semakin kecil.

4.3.4 Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa

Beban

Dari hasil pengujian terhadap tegangan keluaran generator tanpa beban

dengan lebar celah udara 2 mm serta hasil perhitungan di dapat data-data yang

akan dianalisa.

Tabel 4.23 Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tegangan Keluaran


Tanpa Beban pada Celah Udara 2 mm

Tegangan Tegangan
Kawa
Hasil Hasil
t RPM
Perhitungan Pengujian
Email
(V) (V)
(mm)
300 0,9 0,935
600 1,8 1,906
900 2,7 2,914
IV-56

1200 3,6 3,908


300 0,9 0,803
600 1,8 1,618
900 2,7 2,520
1200 3,6 3,334
300 0,9 0,616
600 1,8 1,245
900 2,7 1,915
1200 3,6 2,545

Pada Tabel 4.23 menunjukan perbedaan dari hasil perhitungan dan hasil

pengujian ini dikarenakan pada saat pengujian terdapat kekurangan dari segi

akurasi alat ukur, kerapihan kumparan dan akurasi perakitan generator. Disamping

itu ada penyebab lain yang membedakan tegangan keluaran antara tiap diameter

kawat yaitu penomena fringing effect di gamabarkan pada Gambar 2.17

Penomena fringing effect ini disebabkan oleh jarak antara dua kutub magnet yaitu

kutub utara dan kutub selatan. Pada persamaan 2.19 dijelaskan bahwa rugi akibat

fringing berbanding terbalik terhadap jarak antar magnet permanen. Dengan

demikian jika jarak antar permanen magnet terlalu kecil ini menyebabkan rugi

akibat fringing effect menjadi besar, begitu sebaliknya jika jarak permanen

magnet di perbesar sedikit maka rugi akibat fringing effect ini akan semakin kecil

hingga penambahan jarak antara magnet tidak perpengaruh secara signifikan

terhadap rugi akibat fringing effect ini.

Pada penelitian ini menggunkan tiga ukuran diameter kawat email yaitu 0,2

mm, 0,5 mm dan 0,8 mm, hal ini menyebabkan akan semakin tebalnya kumparan

seiring diameter kawat diperbesar ini berpengaruh terhadap distribusi medan

magnet sampai lilitan terakhir pada kumparan karena tidak adanya inti besi pada

stator sebagai media penyalur fluks magnet untuk memotong kumparan.


IV-57

Pada Tabel 4.23 bisa kita simpulkan semakin besar diameter kawat email ini

berpengaruh terhadap distribusi fluks magnet yang memotong kumparan sehingga

didapatkan pada pengujian generator MPFA tanpa beban yang paling besar

tegangan keluaranya serta mendekati hasil perhitungan. Pada hasil pengujian

diameter kawat email 0,2 mm pada kecepatan putar rotor 600 RPM didapatkan

tegangan keluaran generator 1,906 Volt mendekati hasil perhitungan yaitu 1,8

Volt.
Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada Diameter Kawat 0,2 mm
Tegangan (V)

0
300 600 900 1200
RPM
Tegangan Hasil Perhitungan (V)Tegangan Hasil Pengujian (V)

Gambar 4.62 Grafik Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada
Diameter Kawat Email 0,2 mm

Pada Gambar 4.62 Menunjukan perbandingan perhitungan dan pengujian

tegangan keluaran generator tanpa beban pada diameter kawat email 0,2 mm,

perbedaan hasil kisaran 3,889% sampai 8,556% lebih besar tegangan keluaran

hasil pengujian.
IV-58

Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada Diameter Kawat 0,5 mm

Tegangan (V)
4

0 300 600 900 1200


RPM
Tegangan Hasil Perhitungan (V)Tegangan Hasil Pengujian (V)

Gambar 4.63 Grafik Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada
Diameter Kawat Email 0,5 mm

Pada Gambar 4.63 menunjukan perbandingan perhitungan dan pengujian

tegangan keluaran generator tanpa beban pada diameter kawat email 0,5 mm,

perbedaan hasil kisaran 6,667% sampai 10,756% lebih besar tegangan keluaran

hasil perhitungan.

Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada Diameter Kawat 0,8 mm
Tegangan (V)

0 300 600 900 1200


RPM
Tegangan Hasil Perhitungan (V)Tegangan Hasil Pengujian (V)

Gambar 4.64 Grafik Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada
Diameter Kawat Email 0,8 mm

Pada Gambar 4.64 Menunjukan perbandingan perhitungan dan pengujian

tegangan keluaran generator tanpa beban pada diameter kawat email 0,8 mm,
IV-59

perbedaan hasil kisaran 29,074% sampai 31,611% lebih besar tegangan keluaran

hasil perhitungan.

4.3.5 Perbandingan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa Beban dan

Berbeban

Dari hasil pengujian terhadap tegangan keluaran generator tanpa beban dan

pengujian berbeban pada lebar celah udara 2 mm serta kecepatan putar rotor 1200

RPM di dapat data-data yang akan dianalisa.

Tabel 4.24 Perbandingan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa Beban dan


Berbeban pada Celah Udara 2 mm

Kawa Vfull load (Volt)


Vno load
t Beban (Ohm)
(Volt)
Email 5 10 15
(mm)
0,2 mm 3,908 0,74 1,26 1,628
0,5 mm 3,334 2,016 2,503 2,752
0,8 mm 2,545 2,058 2,246 2,36

Pada Tabel 4.24 menunjukan perbedaan tegangan tanpa beban dan

berbeban, pada saat berbeban terjadi drop tegangan yang terjadi akibat adanya

arus jangkar sesuai persamaan 𝑉Φ = 𝐸𝐴 − 𝑗𝑋𝑆𝐼𝐴 − 𝑅𝐴𝐼𝐴 jika pada rangkaian

tertutup/berbeban maka tegangan terbangkit tidak sama dengan tegangan terminal.

Jika nilai resistansi kumparan sangat besar maka drop tegangan juga semakin

besar begitu juga jika semakin besarnya arus. Drop tegangan yang paling besar

pada diameter kawat 0,2 mm dengan beban 5 ohm mengalami drop tegangan

sebesar 81,064%, serta drop tegangan terkecil pada diameter kawat 0,8 mm

dengan beban 15 ohm yaitu mengalami drop tegangan sebesar 7,269%.


IV-60

4.3.6 Nilai Regulasi Tegangan

Dari hasil pengujian tanpa beban dan pengujian generator pada celah udara

2 mm dan kecepatan putar rotor 1200 RPM, untuk mencari besarnya faktor

regulasi tegangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :


𝑉 𝑛𝑜 𝑙𝑜𝑎𝑑 − 𝑉𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑
Regulasi Tegangan = 𝑥 100% (2.13)
𝑉𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑

Tabel 4.25 Regulasi Tegangan

Kawa Vfull load (Volt) Regulasi Tegangan (%)


Vno load
t Beban (Ohm) Beban (Ohm)
(Volt)
Email 5 10 15 5 10 15
(mm)
0,2 3,908 0,740 1,260 1,628 427,823 210,159 140,049
0,5 3,334 2,016 2,503 2,752 65,377 33,200 21,148
0,8 2,545 2,058 2,246 2,360 23,664 13,313 7,839

Dari Tabel 4.25 menunjukan diameter kawat berbanding terbalik terhadap

besar nilai regulasi tegangan serta besar nilai beban resistif berbanding terbalik

dengan besar regulasi tegangan. Nilai regulasi yang paling besar pada diameter

kawat 0,2 mm dengan beban 5 ohm yaitu nilai regulasi 427,823%, serta nilai

regulasi terkecil pada diameter kawat 0,8 mm dengan beban 15 ohm yaitu nilai

regulasi 7,839%. Nilai regulasi tergangan ini tergantung pada drop tegangan pada
𝑉𝑛𝑜 𝑙𝑜𝑎𝑑 − 𝑉𝑙𝑜𝑎𝑑
saat berbeban sesuai persamaan 𝑥 100% jika nilai 𝑉𝑙𝑜𝑎𝑑 semakin
𝑉𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑

kecil dan terlalu jauh perbedaannya dengan 𝑉𝑛𝑜 𝑙𝑜𝑎𝑑 maka nilai regulasi tegangan

akan semakin besar.

Perbedaan besar diameter antara kawat email 0,2 mm dan 0,5 mm berbeda

150%, perbedaan besar diameter antara kawat email 0,5 mm dan 0,8 mm berbeda

60% dan perbedaan besar diameter antara kawat email 0,2 mm dan 0,8 mm

berbeda 300%. Pada tegangan tanpa beban perbedaan antar diameter 0,2 mm dan

0,5 mm
IV-61

perbedaan hasil 14,668% lebih besar tegangan keluaran pada diameter kawat

email 0,2 mm, perbedaan antar diameter 0,5 mm dan 0,8 mm perbedaan hasil

23,665% lebih besar tegangan keluaran pada diameter kawat email 0,5 mm, serta

perbedaan antar diameter 0,2 mm dan 0,8 mm perbedaan hasil 34,887% lebih

besar tegangan keluaran pada diameter kawat email 0,2 mm.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian generator fluks aksial magnet permanen dengan

kumparan tipe wave, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Generator permanen magnet fluks aksial pada perancangan desain

generator yang telah dibuat pada aplikasi solidwork yang merupakan salah

satu aplikasi perancangan sebuah mesin-mesin, perancangan dibuat mulai

dari awal yang meliputi rotor, stator serta kontruksi tambahan lainnya.

Generator yang telah dibuat mempunyai spesifikasi 10 kutub magnet yang

digunakan jenis Neodymium-Iron-Boron grade N52 dengan kerapatan

fluks magnet 1,42 Tesla, pemasangan magnet permanen pada rotor

menggunakan jenis jenis surface-mounted. Kumparan tipe wave kawat

serta tembaga yang digunakan yaitu ukuran 0,2 mm, 0.5 mm dan 0,8 mm

dengan jumlah lilitan

60. Bahan yang digunakan untuk pembuatan stator dan rotor ialah arkilik

dengan tebal diameter luar stator 116 mm dengan tebal stator 4 mm serta

diameter rotor 100 mm dengan tebal rotor 10 mm.

2. Daya keluaran generator diperoleh dari hasil pengujian berbeban,

menggunakan persamaan daya aktif sama dengan tegangan dikali arus

dikali cos 𝜑. Hasil pengujian berbeban di dapatkan daya pada diameter

kawat email 0,2 mm yaitu senilai 0,026 Watt, pada diameter kawat email

0,5 mm yaitu senilai 0,191 Watt dan pada diameter kawat email 0,8 mm

yaitu senilai 0,194 Watt sehingga daya hasil sangat jauh dari daya yang

diinginkan yaitu sebesar 0,65 Watt.


V-1
V-2

3. Dari hasil pengujian generator MPFA kecepatan putar rotor berbanding

lurus terhadap nilai tegangan keluaran generator. Lebar celah udara

berbanding terbalik terhadap tegangan keluaran generator, ini diakibatkan

oleh fluks yang menembus kumparan ketika celah udara diperbesar akan

semakin kecil.

4. Pengaruh beban terhadap tegangan keluaran diperoleh dari hasil pengujian

tanpa beban dan pengujian berbeban dimana terjadi drop tegangan. Drop

tegangan ini terjadi karena adanya arus yang mengalir pada kumparan, jika

generator bekerja pada rangkaian tertutup/berbeban maka tegangan

terbangkit tidak sama dengan tegangan terminal, jika resistansi kumparan

sangat besar maka drop tegangan juga semakin besar begitu juga jika arus

semakin besar.

5.2 Saran

Sebagai masukan dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya, berikut

ini saran-saran yang perlu diperhatikan :

1. Dalam perencanaan generator aksial ini sebaiknya harus dibuat pemodelan

terlebih dahulu agar mengetahui karakteristik dari generator dengan

menggunakan kumparan wave, serta menentukan material utama untuk

pembuatan generator agar hasil yang didapat maksimal serta sesuai

perhitungan.

2. Perlu diperhatikan kerapihan, kepadatan dan ketebalan dalam pembuatan

jenis kumparan wave ini karena mempengaruhi pendistribusian fluks

magnet.
V-3

3. Pada penelitian ini nilai effisiensi sangat kecil dan terjadi drop tegangan

sangat besar, untuk penelitian lebih lanjut perlu memperhatikan besar

diameter kawat email yang digunakan supaya nilai resistansi kumparan

kecil yang berpengaruh pada tegangan keluaran pada saat berbeban dan

memaksimalkan jumlah lilitan kumparan supaya tegangan induksi semakin

besar.

4. Diharapkan pemodelan generator aksial ini bisa diteliti lebih lanjut untuk

bahan pembelajaran dan penelitian dalam bidang mesin-mesin listrik.


DAFTAR PUSTAKA

Amelia, C., Hadi, Y., Fisika, D., Matematika, F., Alam, P., Teknologi, I., &

Nopember, S. (2017). Pembuatan Alternator Axial Flux Coreless Dengan

Menggunakan Magnet Permanen. 6(2), 256–260.

Asy, H., & Ardiyatmoko, A. (2012). DESAIN GENERATOR MAGNET

PERMANEN KECEPATAN RENDAH UNTUK. 2012(Snati), 15–16.

Daghigh, A., Javadi, H., & Torkaman, H. (2016). Design optimization of direct-

coupled ironless axial flux permanent magnet synchronous wind generator

with low cost and high annual energy yield. IEEE Transactions on

Magnetics, 52(9), 1–10. https://doi.org/10.1109/TMAG.2016.2560143

Emitor, J., Budiman, A., Hakim, A. R., Elektro, J. T., Teknik, F., & Surakarta, U.

M. (2005). DESAIN GENERATOR MAGNET PERMANEN UNTUK. 12(01), 59–

67.

Fajar, A. (2017). RANCANG BANGUN GENERATOR SINKRON AXIAL FLUX

PERMANENT MAGNET AXIAL FLUX PERMANENT MAGNET 1500

WATT.

(December).

Haqiqi, A. K., & Sutikno, M. (2015). MAGNETIC POWER ELECTRIC BOARD

SEBAGAI MEDIA AJAR UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

PADA PEMBELAJARAN MAGNET. IV, 97–102.

Hartmut Jagau. (2011). Design of a Permanent Magnet Generator for a

Sustainable Wind Energy Capture and Storage System.

Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, D. S. (2017). Axial Flux Permanent Magnet

Brushless Machines. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol.


8). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Jagau, H. (2011). Design of a Permanent Magnet Generator for a Sustainable

Wind Energy Capture and Storage System.

Jearl Walker. (2014). Fundamentals of Physics Halliday & resnick 10ed. In Wiley.

Lesani, H., Monsef, H., Darabi, A., & Elec, F. (2008). Leakage Flux

Consideration in modeling of High Speed Axial Flux PM Generator. (1).

Muliawati, F., & Ramadhan, T. (2017). Rancang Bangun Generator Portable

Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium ( NdFeB ). (V), 38–46.

Putra, S., & Bachtiar, I. K. (n.d.). PERANCANGAN ELEMENTER GENERATOR

AXIAL TIPE ROTOR GANDA. 1–15.

Rochman, S., & Sembodo, B. P. (2018). RANCANG BANGUN GENERATOR

TURBIN ANGIN PUTARAN RENDAH SEBAGAI PEMBANGKIT ENERGI

LISTRIK ALTERNATIF DI. 70, 25–34.

Setia, P., & Pramana, R. (2017). Rancang Bangun Mini Generator Fluks Aksial 1

Fasa Putaran Rendah Menggunakan Neodymium Magnet (NdFeB) Berbasis

Multi Cakaram. 1–17.

Situmorang, M. (2016). GENERATOR LISTRIK MAGNET PERMANEN TIPE

AKSIAL FLUKS. (November), 31–43.

Soedjanaatmadja, A. M., Cipta, F., Puspanegara, A., Hardiansyah, H.,

Nainggolan, B., & Jannus, P. (2019). Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap

Back emf Pada Permanent Magnet Synchronous Generator. 1–6.

Stephen J, C. (2005). ELECTRIC MACHINERY FUNDAMENTALS.

Sudrajat, N. (2013). Fabrikasi Magnet Permanen Bonded NdFeB untuk Prototipe

Generator. 12–14.
Warsito, A., Haning, A. E. P., Fisika, J., Sains, F., Cendana, U. N., Metode, C., &

Carlo, M. (2018). Komparasi Solusi Kasus Fluks Magnetik di Sekitar Kawat

Berarus Listrik dengan Metode Analitik dan Komputasi Comparation of

Magnetic Flux Cases Solution in Around Electrified Wire between Analytical

and Computational Methods. 19(1), 23–28.


LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Kuat Hantar Arus Kawat Email


Lampiran 2 Gambar Komponen Tambahan

Power Suplay 24 V 15 A Dimmer

Anda mungkin juga menyukai