Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Generator

Generator merupakan salah satu jenis mesin listik yang ada saat ini, secara

umum generator ialah suatu mesin yang dapat mengubah energi mekanik dari uap

air dan angin menjadi energi listrik. Generator yang saat ini beredar di pasaran di

bagi 2 jenis berdasarkan listrik yang dihasilkannya yaitu generator AC dan

generator DC.

2.2 Hukum Faraday

Hukum faraday menyatakan bahwa jika fluks melewati perubahan

kumparan kawat, tegangan akan diinduksi pada pergantian kawat yang langsung

sebanding dengan tingkat perubahan fluks sehubungan dengan waktu (Stephen J,

2005). Dari hukum faraday di atas dapat disimpulkan bahwa ketika medan magnet

memotong suatu kumparan akan menghasilkan tegangan induksi begitu juga

halnya sama ketika medan magnet dipotong oleh suatu kumparan. Jika sebuah

kumparan memiliki N belitan dan jika fluks yang sama melewati semuanya, maka

tegangan diinduksikan di sebuah kumparan dijelaskan pada persamaan sebagai

berikut :
𝑑𝑡
𝑑Φ
𝑒𝑖𝑛𝑑 = −𝑁 (2.1)

Dimana :

𝑒𝑖𝑛𝑑 = GGL Induksi (Volt)

N = Jumlah lilitan

𝑑Φ = Perubahan fluks magnetic (Weber atau Wb)

𝑑𝑡 = Perubahan waktu (second)

II-1
II-2

2.3 Hukum Lenz

Fisikawan asal Rusia yang bernama Heinrich Friedrich Emil Lenz,

mengemukakan suatu pernyataan sebagai berikut :

“Arus induksi memiliki arah sedemikian rupa sehingga medan magnet akibat

arus menentang perubahan fluks magnet yang menginduksi arus” (Jearl

Walker, 2014).

Gambar 2.1 Prinsip Hukum Lenz (Amelia et al., 2017)

Pada dasarnya hukum lenz mengacu pada hukum faraday. Hukum faraday

menjelaskan bahwa suatu medan magnet yang memotong suatu kumparan akan

menghasilkan tegangan induksi pada ujung konduktor tersebut, tetapi pada hukum

faraday tidak menjelaskan arah arus induksi. Pada hukum lenz ini menjelaskan

tentang arah arus induksi yang menentang perubahan medan magnet awal yang

menghasilkannya. Oleh sebab itu muncul tanda negatif pada rumus faraday yang

menandakan arah gaya gerak listrik (GGL) induksi, tanda negatif pada rumus

faraday bukan menyatakan suatu nilainya. Arus induksi yang muncul akan

berlawanan arah dengan arah perubahan fluks yang menyebabkan arus induksi

mengalir. Dengan kata lain, arah induksi menghasilkan medan magnet yang

melawan arah perubahan fluks magnet (Amelia et al., 2017).


II-3

2.4 Aturan Tangan Kanan (Fleming)

Kaidah tangan kanan atau Fleming adalah sebuah metode untuk

memudahkan menentukan arah vektor dari ketiga komponen hukum Faraday,

yakni arah gaya gerak kumparan kawat, arah medan magnet, serta arah arus

listrik(Stephen J, 2005).

Gambar 2.2 Kaidah Tangan Kanan (Fleming) (Jearl Walker, 2014)

Pada gambar di atas ibu jari akan menunjukkan arah gaya, telunjuk

menunjukkan arah medan magnet dan jari tengah menunjukkan arah arus listrik.

2.5 Fluks Magnet

Jika dalam suatu ruang terdapat medan magnet, jumlah garis gaya yang

menembus permukaan dengan luas tertentu bisa berbeda-beda, tergantung pada

kuat medan magnet dan sudut antara medan magnet dengan vector permukaan.

Fluks magnetik ialah jumlah garis gaya yang menembus suatu permukaan

(Warsito et al., 2018). Fluks magnetik dilambangkan Φ (phi) dengan saturan Wb

(Weber).
II-4

Gambar 2.3 Fluks Magnetik Menembus Bidang (Emitor et al., 2005)

Kerapatan medan magnet yang dilambangkan (B) didefinisikan banyaknya

garis medan magnet yang menembus suatu bidang secara tegak lurus (yaitu 90̊ dari

garis ke bidang yang ditembus) persatuan luas. Nilai fluks magnetik dapat

dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Φ = 𝐵⃗ . 𝐴 (2.2)

Dimana:

Φ = Fluks Magnet (Weber)

𝐵 = Medan Magnet (Wb/𝑚2)

𝐴 = Luas bidang (𝑚2)

Tetapi persamaan di atas hanya berlaku untuk medan magnet yang tegak

lurus pada gambar 2.3 diilustrasikan garis medan magnet pada garis normal, dan

jika garis medan magnet tidak tegak lurus maka berlaku persamaan sebagai

berikut :

Φ = |𝐵||𝐴| cos 𝜃 (2.3)

Dimana:

Φ = Fluks Magnet (Weber)

𝐵 = Medan Magnet (Wb/𝑚2)

𝐴 = Luas Penampang (𝑚2)


II-5

𝜃 = Sudut antara garis-garis magnet dengan garis

normal

2.6 Generator Magnet Permanen

Generator merupakan sebuah mesin listrik yang mengubah energi mekanik

menjadi energi listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Banyaknya putaran

rotor yang sama dengan putaran medan magnet pada stator pada mesin ini

sehingga dikatakan sebagai generator sinkron.

Secara umum generator memiliki dua bagian yaitu rotor dan stator, pada

generator magnet permanen pembangkitan fluks magnet (eksitasi) yaitu

menggunakan magnet permanen yang dipasang pada rotor, berbeda dengan

generator konvensional yang menggunakan arus DC untuk membangkitkan fluks

magnet (eksitasi) sehingga generator jenis ini membutuhkan slip ring dan brush,

dari segi perawatan generator jenis yang ini juga terbilang ribet karena harus

mengecek dan mengganti sikat secara berkala, tetapi kelebihan dari generator

konvensional ini meda magnet (eksitasi) bias diatur oleh Automatic Voltage

Regulator (AVR) sehingga tegangan keluaran generator ketika terjadi perubahan

beban dapat stabil berbeda dengan generator yang menggunakan magnet

permanen sebagai eksitasinya yang memiliki medan magnet yang tetap sehingga

ketika terjadi perubahan beban tegangan terminal ikut berubah. Generator magnet

permanen dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan stuktur aliran fluksnya yaitu tipe

aksial (Generator Magnet Permanen Fluks Aksial) dan tipe radial (Generator

Magnet Permanen Fluks Radial).


II-6

a. Fluks Aksial b. Fluks Radial

Gambar 2.4 Tipe Generator Magnet Permanen (Rochman & Sembodo, 2018)

Pada gambar di atas menunjukan perbedaan dari segi kontruksi tipe aksial

dan tipe radial. Generator magnet permanen fluks aksial merupakan generator

magnet permanen yang memiliki arah medan fluks sejajar dengan sumbu putar.

Fluks tersebut merupakan hasil dari gaya tarik menarik antara dua buah magnet

permanen yang memiliki kutub yang berbeda (Rochman & Sembodo, 2018).

Generator fluks aksial ini tentunya memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari

yang biasanya, dan sering dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga angin

(Fajar, 2017).

Sedangkan generator magnet permanen fluks radial ialah generator magnet

permanen yang memiliki arah fluks radial terhadap sumbu putar sehingga arah

fluks searah dengan arah putaran rotor, hal ini dikarenakan fluks dihasilkan oleh

magnet magnetik inner-rotor yang letaknya melingkari lilitan bagian luar,

sedangkan lilitan terdapat inti dalam yang terhubung pusat rotor (Rochman &

Sembodo, 2018).

2.7 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Generator Magnet Permanen Fluks Aksial adalah jenis generator yang

memiliki arah aliran fluks rotor yang memotong stator secara tegak lurus atau

aksial. Generator jenis ini menggunakan magnet permanen pada bagian rotornya
II-7

untuk menghasilkan medan magnet yang digunakan sebagai penginduksi lilitan

kawat kumparan pada stator (Amelia et al., 2017).

Gambar 2.5 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (Muliawati & Ramadhan,
2017)

2.8 Kontruksi Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Tipe generator fluks aksial ada beberapa tipe yaitu tipe single stator dan rotor

dan double stator dan single rotor.

Gambar 2.6 Kontruksi Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (Situmorang,


2016)

Secara umum kontruksi generator sinkron dibagi menjadi 3 bagian utama,

yaitu :
II-8

2.8.1 Kumparan Stator

Stator (armature) adalah bagian yang berfungsi sebagai tempat untuk

menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke beban disalurkan

melalui stator.

Pada generator fluks aksial terdapat beberapa model jenis stator, yaitu

model torus dan tanpa inti stator. Stator dengan bentuk torus memiliki slot

kumparan dan ada juga yang tidak memiliki slot pada inti besinya, stator torus

biasanya digunakan pada putaran kecepatan tinggi. Inti besi pada bagian tengah

lilitannya untuk lebih membantu mengarahkan induksi magnetik menuju

kumparan. Menurut [Jarekson Ramadhan, 2011] pada (Setia & Pramana, 2017).

Perancangan bentuk kumparan terdiri dari 4 jenis bentuk kumparan. Bentuk

pertama yaitu trapezoidal yang mempunyai flux linkage yang maksimum tetapi

membutuhkan ujung sambungan yang panjang. Bentuk kedua yaitu rectangular /

rhomboidal yaitu memiliki ujung sambungan yang lebih pendek namum

kemampuan flux linkage yang lebih kecil. Adapun gabungan dari kedua bentuk

trapezoidal dan rectangular yaitu hexagonal dan bentuk yang terakhir yaitu cicular

yang tidak memiliki sudut sama sekali menurut [Prisandi, 2011] pada (Putra &

Bachtiar, n.d.).
II-9

Gambar 2.7 Bentuk-bentuk Kumparan Stator (Putra & Bachtiar, n.d.)

Dari bentuk-bentuk kumparan di atas maka akan didapat untuk mementukan

jumlah lilitan yang akan digunakan, yang disesuaikan dengan tegangan induksi,

frekuensi dan fluks magnet. Maka jumlah lilitan dapat dicari menggunakan

persamaan sebagai berikut :

𝑁𝑝ℎ EA (2.4)
= 4,44.𝑓𝑒 .Φ𝑃 .𝐾𝑤1

Dimana :

𝑁𝑝ℎ = Jumlah lilitan

EA = Tegangan induksi yang dihasilkan ( V )

𝑓𝑒 = Frekuensi listrik ( Hz )

Φ𝑃 = Fluks perkutub ( Wb )

𝐾𝑤1 = Faktor belitan

2.8.2 Rotor Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Rotor yaitu bagian yang berputar dalam suatu generator dimana tempat

menyimpan magnet permanen. Kecepatan putar rotor mempengaruhi frekuensi

yang dihasilkan, dinyatakan pada persamaan sebagai berikut :


II-10

𝑒 (2.5)
𝑓𝑛=𝑠
𝑃
120 Dimana :

k
II-11

( k

H r

z o

) n

P k

= c

J p

u a

m t

l a

a n

h r

k t

u o

t r

u s

b a

𝑛𝑠 = m

Ke a

cep d

ata e

n n

sin g
II-12

Pada rotor terdapat jumlah 2017).

kutub magnet yang akan

mempengaruhi banyaknya putaran

per menit yang harus bekerja untuk

menimbulkan frekuensi listrik yang

diinginkan(Fajar, 2017).

Gambar 2.8 Rotor Generator


Magnet Permanen Fluks Aksial
(Fajar, 2017)

Terdapat dua cara dalam

menyusun magnet pada mesin

magnet permanen fluks aksial,

diantaranya yaitu surface-mounted

PM dan embedded PM. Pada tipe

surface- mounted PM, kutub magnet

ditempelkan di atas permukaan rotor

sehingga terdapat celah udara antar

PM. Sedangkan pada tipe embedded

PM, kutub magnet seolah-olah

dimasukkan ke dalam rotor

kemudian permukaan rotor dan

magnet di buat rata(Setia & Pramana,


II-11

a. Surface-mounted PM b. Embedded

Gambar 2.9 Pemasangan Magnet Permanen Pada Rotor (Setia & Pramana, 2017)

Untuk menghitung keliing rotor dapat dihitung menggunakan persamaan

sebagai berikut :

Kr = (𝜏f x 𝑝) + (a x 𝑝) (2.6)

Dimana :

Kr = Keliling rotor ( m )

𝜏f = Jarak antara magnet ( m )

a = Lebar magnet ( m )

𝑝 = Jumlah Kutub magnet

Nilai jarak antara magnet pada generator magnet permanen fluks aksial

didapat dengan persamaan sebagi berikut :

𝜏f = Sin θ o x 𝑙𝑎 (2.7)

Dimana :

𝜏f = Jarak antara magnet ( m )

𝑙𝑎 = Panjang magnet ( m

) θ 0 = Sudut Antara magnet

2.8.3 Celah Udara Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Celah udara ialah celah antara stator dan rotor, celah udara inilah yang

merupakan tempat berpindahnya fluks dari magnet permanen yang ada di rotor
II-12

kemudian terinduksi pada kumparan stator. Celah udara ini sangat mempengaruhi

terhadap penginduksian fluks magnet pada kumparan.

2.9 Konfigurasi Kumparan Wave

a. Gambar Skematis b. Gambar 3D

Gambar 2.10 Konfigurasi Kumparan Wave

Kumparan jenis wave winding diilustrasikan pada gambar 2.10. Kumparan

tipe wave mirip dengan motor DC konvensional dan menyerupai gelombang,

kumparan wave ini terdiri dari satu kumparan kontinu sehingga mengatasi

masalah konfigurasi kumparan lainnya yaitu mengurangi sambungan antar

kumparan sehingga menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal hampir sempurna

(Hartmut Jagau, 2011).

2.10 Prinsip Kerja Generator Magnet Permanen Fluks Aksial

Prinsip kerja dari generator aksial tidak terlalu berbeda dengan generator

konvensional pada umumnya, penggunaan magnet permanen sebagai penghasil

medan magnet sehingga tidak memerlukan sistem eksitasi untuk memasok arus

searah untuk mengahasilkan medan magnet seperti yang digunakan generator

konvensional pada umumnya. Prinsip kerja generator ialah menurut hukum

faraday
II-13

“Setiap perubahan medan magnet pada kumparan akan menyebabkan gaya gerak

listrik (GGL) induksi yang sebanding dengan laju perubahan fluks”. Jadi prinsip

kerja generator ketika sebuah magnet diputar pada kecepatan yang konstan pada

sebuah kumparan akan terinduksi tegangan, begitupun jika sebaliknya jika

kumparan di putar pada kecepatan konstan pada medan magnet maka akan

terinduksi tegangan pada kumparan tersebut. Besarnya tegangan yang akan

dibangkitkan akan meningkat sesuai dengan meningkat-nya medan magnet dan

kecepatan gerak magnet. Selain itu, tegangan yang di bangkitkan juga

bertambah besar bila jumlah kumparannya ditambah.

2.11 Rangakaian Ekuivalen Generator

Gambar 2.11 Rangkaian Ekuivalen Generator

Tegangan induksi EA dibangkitkan pada generator sinkron, tegangan ini

bisanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator.

Tegangan induksi dan tegangan terminal bernilai sama ketika tidak ada arus

jangkar pada mesin.

2.11.1 Generator Pada Kondisi Tanpa Beban

Ketika sebuah medan magnet diputar dengan kecepatan konstan maka fluks

magnet pada rotor terinduksi pada kumparan rotor yang besarnya Ea dapat

dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :


II-14

EA = C 𝑛𝑠 Φ (2.8)

Dimana : C = Konstanta
Mesin

𝑛𝑠 =

Kecepata

sinkron

(kecepat

an rotor

sama

dengan

kecepata

medan)

Φ = Fluks yang
dihasilkan (Wb)

2.11.2 Generator Pada Kondisi Berbeban

Ketika generator diberi beban yang

berubah ubah maka tegangan pada

terminal (𝑉Φ ) juga akan ikut berubah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya perbedaan nilai antara tegangan

induksi dan tegangan terminal, antara lain :

1. Induktansi sendiri kumparan


jangkar.

2. Resistansi kumparan jangkar.

3. Terjadinya reaksi jangkar atau

mengalirnya arus pada stator


II-15

yang Reaksi jangkar

menyebabkan 𝑋𝐴 = Induktansi
sendiri kumparan
distorsi medan
Jadi untuk persamaan dari rangkaian
magnet pada celah
Equivalen generator pada gambar 2.11 di
udara.
atas yaitu sebagai berikut :
Untuk efek reaksi

jangkar dan induktansi

sendiri kumparan jangkar

digabungkan menjadi

reaktansi tunggal, yang

disebut reaktansi sinkron :



𝑆
=




𝐴

(
2
.
9
)

Dimana
:

𝑋𝑆 =
Reaktans
i
Sinkron
(Ohm)

𝑋 =
II-15

𝑉Φ = 𝐸𝐴 − 𝑗𝑋𝑆𝐼𝐴 − 𝑅𝐴𝐼𝐴 (2.10)

Dimana :

𝑉Φ = Tegangan terminal (V)

𝐸𝐴 = Tegangan terbangkit (V)

𝑋𝑆 = Reaktansi sinkron (Ohm)

𝑅𝐴 = Resistansi kumparan (Ohm)

𝐼𝐴 = Arus Jangkar (A)

Untuk mencari impedansi sinkron dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut :

𝑍𝑆 = √𝑅𝐴2 + 𝑋𝑆2 = EA (2.11)


I sc

Untuk mencari Reaktansi Sinkron tegangan dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut :

Untuk mencari regulasi tegangan dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut :

𝑉𝑛𝑜 𝑙𝑜𝑎𝑑 − 𝑉𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑


Regulasi Tegangan = 𝑥 100% (2.13)
𝑉𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑

2.12 Tegangan Induksi Yang Dibangkitkan Generator

Besar tegangan induksi yang dibangkitkan oleh generator magnet permanen

fluks aksial menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝐸𝑟𝑚𝑠 𝐸𝑚𝑎𝑥
=
√2
2π𝑓𝑒
𝐸𝑟𝑚𝑠 = √2
. Φ𝑝 . 𝐾𝑤1 . 𝑁𝑝ℎ (2.14)
II-16

Dimana :

𝐸𝑟𝑚𝑠 = Tegangan induksi yang terukur (Volt)

𝐸𝑚𝑎𝑥 = Tegangan induksi maksimum (Volt)

𝑁𝑝ℎ = Jumlah lilitan

𝑓𝑒 = Frekuensi listrik (Hz)

Φ𝑝 = Fluks perkutub (Wb)

𝐾𝑤1 = Faktor belitan

2.13 Arus Generator

Untuk mencari arus pada Generator dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut ini :

𝑆
I= (2.15)
Erms

Dimana :

I = Arus (Ampere)

S = Daya Semu (VA)

Erms = Tegangan Induksi (Volt)

2.14 Daya Semu Generator


Untuk mencari daya semu dari generator dapat dihitung menggunakan

persamaan sebagai berikut


:
S = Erms . I (2.16)

Dimana :

S = Daya Semu (VA)

Erms = Tegangan Induksi (Volt)


II-17

I = Arus Fasa (Ampere)

2.15 Magnet Permanen

Magnet Permanen sebagai penghasil medan magnet. magnet selalu

mempunyai 2 kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan dan garis-garis gaya

magnet (fluks) keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan, seperti yang

diilustrasikan pada gambar 2.14. Magnet permanen tidak memerlukan tenaga atau

bantuan dari luar untuk menghasilkan medan magnet(Fajar, 2017).

Gambar 2.12 Garis Medan Magnet untuk Magnet Batang(Jearl Walker, 2014)

Pada gambar di atas mempresentasikan bahwa garis medan magnet pada

magnet batang membentuk loop tertutup, efek magnetik eksternal dari magnet

batang adalah terkuat didekat ujungnya, dimana garis-garis medan berjarak paling

dekat (Jearl Walker, 2014).

Gambar 2.13 Magnet Permanen (Fajar, 2017)


II-18

Bahan-bahan yang didekatkan dengan magnet memiliki respon yang

berbeda. Ada bahan yang ditarik oleh magnet dengan sangat kuat dan ada yang

lemah, dan ada yang ditolak. Berdasarkan respon bahan terhadap suatu gaya

magnet, maka kita kelompokan menjadi 3 jenis, yaitu bahan feromagnetik, bahan

paramagnetik, dan bahan diamagnetik.

1) Bahan Feromagnetik

Suatu bahan yang memiliki permeabilitas yang tinggi jika diletakan

pada pada suatu medan magnet, inilah pernyebab bahan feromagnetik

mudah sekali ditarik oleh magnet dan mudah sekali dibuat magnet buatan.

Contoh benda feromagnetik ialah besi, nikel, kobalt, dan baja. Bila berada

dalam medan magnetik, bahan ini akan menarik banyak sekali garis-garis

gaya medan magnetik luar.

2) Bahan paramagnetik

Suatu bahan yang memiliki permeabilitas sedikit jika diletakan pada

suatu medan magnet, bahan ini tergolong tidak cukup kuat ditarik magnet

jika diletakan pada suatu medan magnet. Contoh benda paramagnetic ialah

aluminium, platina, dan kayu dinamakan bahan paramagnetik.

3) Bahan Diamagnetik

Suatu bahan yang sedikit menolak garis-garis gaya magnetik luar

seperti tembaga, bismuth, emas, seng, dan sebagainya dinamakan bahan

diamagnetik.

Kebutuhan akan magnet permanen setiap tahun semakin meningkat

terutama untuk kebutuhan hardware komputer dan energi khususnya wind

power(Sudrajat, 2013). Jenis magnet permanen yang diketahui sampai saat ini

ialah (Fajar, 2017):


II-19

1) Magnet Neodymium

Magnet Neodymium, yaitu jenis magnet tetap yang paling kuat,

Magnet neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo),

merupakan sejenis magnet tanah, terbuat dari campuran logam

neodymium(Fajar, 2017). Karakteristrik magnet Neodymium Iron Boron

(NdFeB), yang memiliki nilai produk energi maksimum sampai dengan 400

kJm3. Sedangkan magnet NdFeB bonded memiliki nilai produk energi

maksimum sampai dengan 200 kJm3(Sudrajat, 2013).

2) Magnet Samarium

Magnet samarium - cobalt salah satu dari dua jenis magnet bumi yang

langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat dari paduan

samarium dan kobalt.

3) Magnet keramik

Magnet keramik seperti barrium ferrite (BaOx6Fe2O3) dan strontium

ferrite SrOx6Fe2O3.

4) Magnet Alnico (Al, Ni, Co, Fe)


II-20

Gambar 2.14 Kurva Demagnetisasi Magnet Permanen (Hermiyanty, Wandira


Ayu Bertin, 2017)

Pada gambar 2.16 kurva demagnetisasi magnet permanen yang paling tinggi

densitas fluks ialah Neodymium-Iron Boron. Magnet neodymium memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan jenis magnet yang lain, yaitu (Fajar, 2017):

1. Kekuatan medan magnet yang besar

2. Resistansi terhadap kehilangan daya magnetik

3. Kepadatan energi magnetik

4. Ketahanan terhadap suhu yang tinggi

5. Magnet neodymium tidak tahan terhadap korosi sehingga di-coating

Magnet memiliki arah fluks dari kutub utara ke kutub selatan, ketika kutub

yang berbeda didekatkan maka akan saling Tarik-menarik, begitu sebaliknya jika

kutub yang sama didekatkan maka akan saling tolak-menolak. Hal ini disebabkan

garis-garis yang arahnya sama akan saling tolak-menolak diilustrasikan pada

gambar 2.17 dan garis-garis yang mempunyai arah berlawanan akan saling tarik-

menarik diilustrasikan pada gambar 2.18 (Asy & Ardiyatmoko, 2012).


II-21

Gambar 2.15 Garis-garis Gaya Magnet Tolak-Menolak (Asy & Ardiyatmoko,


2012)

Gambar 2.16 Garis-garis Gaya Magnet Tarik-Menarik (Asy & Ardiyatmoko,


2012)

Untuk memperoleh nilai medan magnet maksimum maka bisa dilihat dari

persamaan sebagai berikut :

𝐵𝑎𝑣𝑔 = 𝑎𝑖 𝐵𝑚𝑔 (2.17)

Dimana :

𝐵𝑎𝑣𝑔 = Rata-rata kepadatan fluks di pusat celah udara

𝑎𝑖 = Rasio nilai rata-rata ke puncak kerapatan fluks magnetik

ditengah celah udara

𝐵𝑚𝑔 = Nilai puncak dari kerapatan fluks celah udara


II-22

𝐵𝑟
𝐵 = (2.18)
𝑚𝑔 1 𝜇 𝑔
𝑟
�+ ℎ𝑚






Dimana :

𝐵𝑚𝑔 = Nilai puncak


dari kerapatan fluks
celah udara

𝐵𝑟 = Kerapatan
fluks remamen dari
magnet

𝜇𝑟 = Permeabilitas
recoil relative magnet

𝑔 = Celah udara

𝑓𝐿𝐾𝐺 = Koefisien
kebocoran

ℎ𝑚 = Tinggi
magnet

Dan besarnya fluks perkutub

magnet yang melalui suatu bidang

dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut :

Φ− ) (2.19)
𝜋 𝑙�

𝑝 𝑎𝑣𝑔 𝑜 𝑎
𝑝

Dimana :

Φ𝑝 = Fluks
perkutub (Wb)

𝐵𝑎𝑣𝑔 = Rata-rata
kepadatan fluks di
pusat celah udara
II-23

𝑙𝑎 = Panjang magnet
(m)

𝑝 = Jumlah kutub

𝑅𝑜 = Radius luar
magnet (m)

2.16 Fringging Effect

Penomena fringing effect

disebabkan oleh jarak antara dua kutub

magnet yaitu kutub utara dan kutub

selatan, jika jarak antara kedua magnet

ini sangat dekat ini menyebabkan

garis-garis gaya magnet yang keluar

dari kutub utara masuk ke kutub

selatan memiliki sudut yang sangat

kecil atau tidak memiliki sudut sama


sekali ke arah horizontal sehingga membuat garis-garis magnet tidak memotong

kumparan yang akan terinduksi menjadi tegangan.

Gambar 2.17 Fringing Effect (Lesani, Monsef, Darabi, & Elec, 2008)

Pada Gambar 2.17 bisa dilihat garis-garis magnet memiliki sudut sangat kecil ini dikarenakan jarak
antarmagnet terlalu dekat. jika jarak antar permanen magnet terlalu kecil ini menyebabkan rugi akibat
fringing effect menjadi besar, begitu sebaliknya jika jarak permanen magnet di perbesar sedikit maka
rugi akibat fringing effect ini akan semakin kecil hingga penambahan jarak antara magnet tidak
perpengaruh secara signifikan terhadap rugi akibat fringing effect ini.

Anda mungkin juga menyukai