Bab Ii Landasan Teori
Bab Ii Landasan Teori
LANDASAN TEORI
2.1 Generator
Generator merupakan salah satu jenis mesin listik yang ada saat ini, secara
umum generator ialah suatu mesin yang dapat mengubah energi mekanik dari uap
air dan angin menjadi energi listrik. Generator yang saat ini beredar di pasaran di
generator DC.
kumparan kawat, tegangan akan diinduksi pada pergantian kawat yang langsung
2005). Dari hukum faraday di atas dapat disimpulkan bahwa ketika medan magnet
halnya sama ketika medan magnet dipotong oleh suatu kumparan. Jika sebuah
kumparan memiliki N belitan dan jika fluks yang sama melewati semuanya, maka
berikut :
𝑑𝑡
𝑑Φ
𝑒𝑖𝑛𝑑 = −𝑁 (2.1)
Dimana :
N = Jumlah lilitan
II-1
II-2
“Arus induksi memiliki arah sedemikian rupa sehingga medan magnet akibat
Walker, 2014).
Pada dasarnya hukum lenz mengacu pada hukum faraday. Hukum faraday
menjelaskan bahwa suatu medan magnet yang memotong suatu kumparan akan
menghasilkan tegangan induksi pada ujung konduktor tersebut, tetapi pada hukum
faraday tidak menjelaskan arah arus induksi. Pada hukum lenz ini menjelaskan
tentang arah arus induksi yang menentang perubahan medan magnet awal yang
menghasilkannya. Oleh sebab itu muncul tanda negatif pada rumus faraday yang
menandakan arah gaya gerak listrik (GGL) induksi, tanda negatif pada rumus
faraday bukan menyatakan suatu nilainya. Arus induksi yang muncul akan
berlawanan arah dengan arah perubahan fluks yang menyebabkan arus induksi
mengalir. Dengan kata lain, arah induksi menghasilkan medan magnet yang
yakni arah gaya gerak kumparan kawat, arah medan magnet, serta arah arus
listrik(Stephen J, 2005).
Pada gambar di atas ibu jari akan menunjukkan arah gaya, telunjuk
menunjukkan arah medan magnet dan jari tengah menunjukkan arah arus listrik.
Jika dalam suatu ruang terdapat medan magnet, jumlah garis gaya yang
kuat medan magnet dan sudut antara medan magnet dengan vector permukaan.
Fluks magnetik ialah jumlah garis gaya yang menembus suatu permukaan
(Weber).
II-4
garis medan magnet yang menembus suatu bidang secara tegak lurus (yaitu 90̊ dari
garis ke bidang yang ditembus) persatuan luas. Nilai fluks magnetik dapat
Φ = 𝐵⃗ . 𝐴 (2.2)
Dimana:
Tetapi persamaan di atas hanya berlaku untuk medan magnet yang tegak
lurus pada gambar 2.3 diilustrasikan garis medan magnet pada garis normal, dan
jika garis medan magnet tidak tegak lurus maka berlaku persamaan sebagai
berikut :
Dimana:
normal
rotor yang sama dengan putaran medan magnet pada stator pada mesin ini
Secara umum generator memiliki dua bagian yaitu rotor dan stator, pada
magnet (eksitasi) sehingga generator jenis ini membutuhkan slip ring dan brush,
dari segi perawatan generator jenis yang ini juga terbilang ribet karena harus
mengecek dan mengganti sikat secara berkala, tetapi kelebihan dari generator
konvensional ini meda magnet (eksitasi) bias diatur oleh Automatic Voltage
permanen sebagai eksitasinya yang memiliki medan magnet yang tetap sehingga
ketika terjadi perubahan beban tegangan terminal ikut berubah. Generator magnet
permanen dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan stuktur aliran fluksnya yaitu tipe
aksial (Generator Magnet Permanen Fluks Aksial) dan tipe radial (Generator
Gambar 2.4 Tipe Generator Magnet Permanen (Rochman & Sembodo, 2018)
Pada gambar di atas menunjukan perbedaan dari segi kontruksi tipe aksial
dan tipe radial. Generator magnet permanen fluks aksial merupakan generator
magnet permanen yang memiliki arah medan fluks sejajar dengan sumbu putar.
Fluks tersebut merupakan hasil dari gaya tarik menarik antara dua buah magnet
permanen yang memiliki kutub yang berbeda (Rochman & Sembodo, 2018).
Generator fluks aksial ini tentunya memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari
yang biasanya, dan sering dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga angin
(Fajar, 2017).
permanen yang memiliki arah fluks radial terhadap sumbu putar sehingga arah
fluks searah dengan arah putaran rotor, hal ini dikarenakan fluks dihasilkan oleh
sedangkan lilitan terdapat inti dalam yang terhubung pusat rotor (Rochman &
Sembodo, 2018).
memiliki arah aliran fluks rotor yang memotong stator secara tegak lurus atau
aksial. Generator jenis ini menggunakan magnet permanen pada bagian rotornya
II-7
Gambar 2.5 Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (Muliawati & Ramadhan,
2017)
Tipe generator fluks aksial ada beberapa tipe yaitu tipe single stator dan rotor
yaitu :
II-8
menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke beban disalurkan
melalui stator.
Pada generator fluks aksial terdapat beberapa model jenis stator, yaitu
model torus dan tanpa inti stator. Stator dengan bentuk torus memiliki slot
kumparan dan ada juga yang tidak memiliki slot pada inti besinya, stator torus
biasanya digunakan pada putaran kecepatan tinggi. Inti besi pada bagian tengah
kumparan. Menurut [Jarekson Ramadhan, 2011] pada (Setia & Pramana, 2017).
pertama yaitu trapezoidal yang mempunyai flux linkage yang maksimum tetapi
kemampuan flux linkage yang lebih kecil. Adapun gabungan dari kedua bentuk
trapezoidal dan rectangular yaitu hexagonal dan bentuk yang terakhir yaitu cicular
yang tidak memiliki sudut sama sekali menurut [Prisandi, 2011] pada (Putra &
Bachtiar, n.d.).
II-9
jumlah lilitan yang akan digunakan, yang disesuaikan dengan tegangan induksi,
frekuensi dan fluks magnet. Maka jumlah lilitan dapat dicari menggunakan
𝑁𝑝ℎ EA (2.4)
= 4,44.𝑓𝑒 .Φ𝑃 .𝐾𝑤1
Dimana :
𝑓𝑒 = Frekuensi listrik ( Hz )
Φ𝑃 = Fluks perkutub ( Wb )
Rotor yaitu bagian yang berputar dalam suatu generator dimana tempat
𝑒 (2.5)
𝑓𝑛=𝑠
𝑃
120 Dimana :
k
II-11
( k
H r
z o
) n
P k
= c
J p
u a
m t
l a
a n
h r
k t
u o
t r
u s
b a
𝑛𝑠 = m
Ke a
cep d
ata e
n n
sin g
II-12
diinginkan(Fajar, 2017).
a. Surface-mounted PM b. Embedded
Gambar 2.9 Pemasangan Magnet Permanen Pada Rotor (Setia & Pramana, 2017)
sebagai berikut :
Kr = (𝜏f x 𝑝) + (a x 𝑝) (2.6)
Dimana :
Kr = Keliling rotor ( m )
a = Lebar magnet ( m )
Nilai jarak antara magnet pada generator magnet permanen fluks aksial
𝜏f = Sin θ o x 𝑙𝑎 (2.7)
Dimana :
𝑙𝑎 = Panjang magnet ( m
Celah udara ialah celah antara stator dan rotor, celah udara inilah yang
merupakan tempat berpindahnya fluks dari magnet permanen yang ada di rotor
II-12
kemudian terinduksi pada kumparan stator. Celah udara ini sangat mempengaruhi
kumparan wave ini terdiri dari satu kumparan kontinu sehingga mengatasi
Prinsip kerja dari generator aksial tidak terlalu berbeda dengan generator
medan magnet sehingga tidak memerlukan sistem eksitasi untuk memasok arus
faraday
II-13
“Setiap perubahan medan magnet pada kumparan akan menyebabkan gaya gerak
listrik (GGL) induksi yang sebanding dengan laju perubahan fluks”. Jadi prinsip
kerja generator ketika sebuah magnet diputar pada kecepatan yang konstan pada
kumparan di putar pada kecepatan konstan pada medan magnet maka akan
bisanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator.
Tegangan induksi dan tegangan terminal bernilai sama ketika tidak ada arus
Ketika sebuah medan magnet diputar dengan kecepatan konstan maka fluks
magnet pada rotor terinduksi pada kumparan rotor yang besarnya Ea dapat
EA = C 𝑛𝑠 Φ (2.8)
Dimana : C = Konstanta
Mesin
𝑛𝑠 =
Kecepata
sinkron
(kecepat
an rotor
sama
dengan
kecepata
medan)
Φ = Fluks yang
dihasilkan (Wb)
menyebabkan 𝑋𝐴 = Induktansi
sendiri kumparan
distorsi medan
Jadi untuk persamaan dari rangkaian
magnet pada celah
Equivalen generator pada gambar 2.11 di
udara.
atas yaitu sebagai berikut :
Untuk efek reaksi
digabungkan menjadi
�
�
𝑆
=
�
�
�
�
𝐴
(
2
.
9
)
Dimana
:
𝑋𝑆 =
Reaktans
i
Sinkron
(Ohm)
𝑋 =
II-15
Dimana :
berikut :
sebagai berikut :
berikut :
𝐸𝑟𝑚𝑠 𝐸𝑚𝑎𝑥
=
√2
2π𝑓𝑒
𝐸𝑟𝑚𝑠 = √2
. Φ𝑝 . 𝐾𝑤1 . 𝑁𝑝ℎ (2.14)
II-16
Dimana :
berikut ini :
𝑆
I= (2.15)
Erms
Dimana :
I = Arus (Ampere)
Dimana :
mempunyai 2 kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan dan garis-garis gaya
magnet (fluks) keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan, seperti yang
diilustrasikan pada gambar 2.14. Magnet permanen tidak memerlukan tenaga atau
Gambar 2.12 Garis Medan Magnet untuk Magnet Batang(Jearl Walker, 2014)
magnet batang membentuk loop tertutup, efek magnetik eksternal dari magnet
batang adalah terkuat didekat ujungnya, dimana garis-garis medan berjarak paling
berbeda. Ada bahan yang ditarik oleh magnet dengan sangat kuat dan ada yang
lemah, dan ada yang ditolak. Berdasarkan respon bahan terhadap suatu gaya
magnet, maka kita kelompokan menjadi 3 jenis, yaitu bahan feromagnetik, bahan
1) Bahan Feromagnetik
mudah sekali ditarik oleh magnet dan mudah sekali dibuat magnet buatan.
Contoh benda feromagnetik ialah besi, nikel, kobalt, dan baja. Bila berada
dalam medan magnetik, bahan ini akan menarik banyak sekali garis-garis
2) Bahan paramagnetik
suatu medan magnet, bahan ini tergolong tidak cukup kuat ditarik magnet
jika diletakan pada suatu medan magnet. Contoh benda paramagnetic ialah
3) Bahan Diamagnetik
diamagnetik.
power(Sudrajat, 2013). Jenis magnet permanen yang diketahui sampai saat ini
1) Magnet Neodymium
Magnet neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo),
(NdFeB), yang memiliki nilai produk energi maksimum sampai dengan 400
2) Magnet Samarium
Magnet samarium - cobalt salah satu dari dua jenis magnet bumi yang
langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat dari paduan
3) Magnet keramik
ferrite SrOx6Fe2O3.
Pada gambar 2.16 kurva demagnetisasi magnet permanen yang paling tinggi
beberapa kelebihan dibandingkan jenis magnet yang lain, yaitu (Fajar, 2017):
Magnet memiliki arah fluks dari kutub utara ke kutub selatan, ketika kutub
yang berbeda didekatkan maka akan saling Tarik-menarik, begitu sebaliknya jika
kutub yang sama didekatkan maka akan saling tolak-menolak. Hal ini disebabkan
gambar 2.17 dan garis-garis yang mempunyai arah berlawanan akan saling tarik-
Untuk memperoleh nilai medan magnet maksimum maka bisa dilihat dari
Dimana :
𝐵𝑟
𝐵 = (2.18)
𝑚𝑔 1 𝜇 𝑔
𝑟
�+ ℎ𝑚
�
�
�
�
�
�
�
Dimana :
𝐵𝑟 = Kerapatan
fluks remamen dari
magnet
𝜇𝑟 = Permeabilitas
recoil relative magnet
𝑔 = Celah udara
𝑓𝐿𝐾𝐺 = Koefisien
kebocoran
ℎ𝑚 = Tinggi
magnet
sebagai berikut :
Φ− ) (2.19)
𝜋 𝑙�
�
𝑝 𝑎𝑣𝑔 𝑜 𝑎
𝑝
Dimana :
Φ𝑝 = Fluks
perkutub (Wb)
𝐵𝑎𝑣𝑔 = Rata-rata
kepadatan fluks di
pusat celah udara
II-23
𝑙𝑎 = Panjang magnet
(m)
𝑝 = Jumlah kutub
𝑅𝑜 = Radius luar
magnet (m)
Gambar 2.17 Fringing Effect (Lesani, Monsef, Darabi, & Elec, 2008)
Pada Gambar 2.17 bisa dilihat garis-garis magnet memiliki sudut sangat kecil ini dikarenakan jarak
antarmagnet terlalu dekat. jika jarak antar permanen magnet terlalu kecil ini menyebabkan rugi akibat
fringing effect menjadi besar, begitu sebaliknya jika jarak permanen magnet di perbesar sedikit maka
rugi akibat fringing effect ini akan semakin kecil hingga penambahan jarak antara magnet tidak
perpengaruh secara signifikan terhadap rugi akibat fringing effect ini.