Bab Iv

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 68

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Generator MPFA


Dalam perancangan generator aksial magnet permanen ini menganalisis
keluaran dua buah Generator MPFA yang dihasilkan, GMPFA pertama
menggunakan magnet permanen NdFeb 4 kutub dengann tiga buah kumparan tipe
coil wave winding dengan bentuk kumparan yang berbeda dan Generator MPFA 6
Kutub dengan bentuk kumparan trapeziodal dengan perhitungan sebagai berikut :
1.1.1 Perhitungan Generator
Generator dirancang dan dihitung menggunakan perameter awal yang telah
ditentukan dengan :
Tabel 4.1 Parameter Generator
Parameter GMPFA 4 Kutub GMPFA 6 Kutub
Frekuensi 50 Hz 50 Hz
Jumlah Lilitan 55 119

1.1.1.1 Menentukan Kecepatan Putar Rotor GMPFA 4 Kutub


Dalam menentukan jumlah kutub di setiap rotor dalam perancangan ini
didasari oleh rumus pada persamaan (2.20) dengan beberapa nilai yang telah
diketahui yaitu frekuensi dan jumlah putaran.
4 n
50 = x
2 60
6000
n=
4
n = 1500
4.1.1.2 Menentukan Jenis Magnet
Magnet permanen yang digunakan dalam perancangan ini adalah jenis
magnet NdFeb (Neodymium-Iron-Boron) karena magnet ini memiliki maximum
energy product (BHmax) paling tinggi, yaitu hingga 440 KJ/m3. Jenis dari magnet
NdFeb sangat bervariasi tergantung dari kebutuhannya. Tipe magnet NdFeb yang
digunakan dalam perancangan generator aksial ini yakni NdFeb N52 Ni, yang
memiliki ukuran diameter luar 9,4 cm, diameter dalam 3,4 cm, sudut 90° dan tebal
0,5 cm. berbentuk arc dan terbuat dari bahan nikel.
Menentukan Jarak Antar Magnet dan Keliling Rotor dapat di cari dengan
menggunakan persamaan (2.3) :
τƒ = Sin 0° x b
τƒ = Sin 0° x 7,4 cm
τƒ = 0 cm
Pada perencanaan pembuatan generator magnet permanen aksial ini
menggunakan empat buah magnet permanen tipe arc dan tanpa jarak maka dalam
menentukan keliling rotor hanya ditambah jarak 0,5 cm dari keliling magnet
permanen agar magnet kokoh tidak lepas saat diputar.
4.1.1.3 Menentukan Kerapatan Fluks Magnetik
Untuk mengetahui nilai puncak dari kerapatan fluks celah udara dengan
besar kerapatan fluks remamen dari magnet (𝐵𝑟) sebesar 1,43 Tesla, celah udara
(𝑔) 2 mm, tinggi magnet (ℎ𝑚) 5 mm, radius luar magnet sebesar (Ro) 4,7 cm,
radius dalam magnet (Ri) 1,7 cm serta jumlah kutub (Nm) 4 pole menggunakan
persamaan (2.8) sebagai berikut :
π . ( Ro2−Ri 2) −tf . ( Ro−Ri ) . Nm
Amagn =
Nm
3.14 . ( 4.72 −1.72 )−0. ( 4.7−1.7 ) .4
Amagn =
4
Amagn = 15.072 T
Untuk mengetahui nilai rata-rata kepadatan fluks di pusat celah udara
dengan rasio nilai rata-rata ke puncak kerapatan fluks magnetic ditengah celah
udara (𝑎𝑖) menurut (Hartmut Jagau, 2011) sebesar 0,38 dan nilai puncak dari
kerapatan fluks celah udara (𝐵𝑚𝑔) sebesar 0,6 Tesla, menggunakan persamaan
(2.4) sebagai berikut :
hm
Bavg = Br.
hm+ 0,2
0,5
Bavg = 1,43.
0,5+0,2
Bavg = 1,0214 T
Untuk mengetahui nilai fluks perkutub dengan Rata-rata kepadatan fluks di
pusat celah udara (𝐵𝑎𝑣𝑔) sebesar 1,0214 Tesla, Amagn 15,072 Tesla,
menggunakan persamaan (2.6) sebagai berikut :
Φ p= Amagn . Bavg
Φ p=15.072.1,0214
Φ p = 0,0015394 Wb
Pemilihan tinggi magnet (ℎ𝑚) mempengaruhi nilai fluks perkutub (Φ𝑝),
semakin tinggi magnet maka nilai fluks perkutub (Φ𝑝) semakin besar. Pada
penelitian ini menggunakan magnet dengan tinggi magnet (ℎ𝑚) 5 mm, karena
magnet dengan ukuran ini tersedia dipasaran.
4.1.1.4 Jumlah lilitan
Untuk mengetahui jumlah lilitan dengan tegangan induksi yang dihasilkan
(𝐸𝑟𝑚𝑠) sebesar 4,64 Volt, faktor belitan (𝐾𝑤1) 1, kerapatan fluks perkutub (Φ𝑃)
sebesar 3,43.10−4 Wb pada frekuensi (𝑓𝑒) 50 Hz. Maka jumlah lilitan dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan (2.16) sebagai berikut :
18,8
N ph=
4,44.50 .0,0015394 .1
N ph =55 turn
Penentuan jumlah lilitan mempengaruhi besar tegangan induksi yang
dibangkitkan generator, semakin banyak jumlah lilitan maka tegangan indksi yang
dibangkitkan generator semaki besar. Pada penelitian ini jumlah lilitan yaitu 64
turn, karena tegangan induksi yang diinginkan adalah senilai 1,8 volt.
2.8.1.1 Tegangan Induksi Yang Dibangkitkan Generator
Untuk mengetahui tegangan induksi yang dibangkitkan generator magnet
permanen fluks aksial ini diketahui jumlah lilitan per kumparan (𝑁𝑝ℎ) sebesar 55
turn, kerapatan fluks perkutub (Φ𝑝) sebesar 0,0015394 wb, faktor belitan (𝐾𝑤1)
sebesar 1, pada frekuensi listrik (𝑓𝑒) sebesar 50 hz. Maka tegangan induksi
dihasilkan oleh generator dapat dihitung dengan persamaan (2.11) berikut :
𝐸𝑟𝑚𝑠 =4,44.50.0,0015394.1 .55
Erms =18,8 𝑉𝑜𝑙𝑡
2.8.1.2 Daya Semu Generator
Dalam perencanaan generator, daya yang diinginkan adalah sebesar 0,65
VA, dengan arus (I) sebesar 0,36 A dan tegangan (Erms) sebesar 1,8 V
menggunakan persamaan (2.13) sebagai berikut :
S = 18,8.0,36
S = 6,768 VA
2.8.1.3 Arus Generator
Untuk mengetahui arus generator dengan daya semu yang diinginkan
adalah sebesar 6,768 VA, dengan dan tegangan 18,8 V menggunakan persamaan
(2.12) sebagai berikut :
0,65
I=
1,8
I = 0,36 A
1.1.2 Spesifikasi Generator MPFA
Sesuai perancangan dan perhitungan generator magnet permanen fluks
aksial ini maka speksifikasi generator yang diinginkan tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Spesifikasi Generator

NoLambang Keterangan Besaran


1500 rpm/10
1 Ns Kecepatan putar Rotor
rps
2 𝐵𝑟 Kerapatan fluks magnet 1,43 T

3 𝐾𝑤1 Faktor Belitana 1

4 𝐸𝑟𝑚𝑠 Tegangan 18,8 V

5 S Daya Semu 0,65 VA


Kerapatan Fluks remamen
6 Br 1,43 T
dari magnet
7 Φ𝑝 Kerapatan fluks perkutub 0,0015394 Wb
8 ℎ𝒎 Tinggi Magnet 5 mm
9 𝑔 Celah Udara 2 mm
10 Nm Jumlah Magnet 4 Kutub
11 Ri Radius Dalam Magnet 17 mm
12 Ro Radius Luar Magnet 47 mm
13 Θ Sudut Antara Magnet 90o
14 𝜏𝑓 Jarak Antar Magnet 0 mm
15 Nph Jumlah lilitan 55 Turns
16 𝜇𝑟 Permeabilitas recoil relative magnet 1

17 𝑓𝐿𝐾𝐺 Koefisien kebocoran 0,5

Rasio nilai rata-rata ke puncak kerapatan fluks


18 𝑎𝑖 magnetik ditengah celah udara 0,38

1.1.3 Hasil Perencanaan Generator MFPA

Gambar 4.1 Generator Hasil Rancangan


4.1.3.1 Stator Generator MPFA
Jenis Stator yang diajukan yaitu jenis stator tanpa inti besi yang memiliki
kelebihan gaya tarik antara stator dan rotor diabaikan, structural massa
generator ringan dan memberikan keandalan desain untuk diameter generator
besar (Daghigh et al., 2016).
Gambar 4. 2 Stator Hasil Rancangan
Tabel 4.3 Dimensi Stator

No Keterangan Ukuran (mm)


1 Diameter Stator 116
2 Ketebalan Stator 4

Pada perancangan generator ini kumparan yang digunakan ialah kumparan


tipe wave, kumparan wave ini terdiri dari satu kumparan kontinu sehingga
mengatasi masalah konfigurasi kumparan lainnya yaitu mengurangi
sambungan antar kumparan sehingga menghasilkan bentuk gelombang
sinusoidal hampir sempurna (Hartmut Jagau, 2011). Pada penelitian ini
menggunkan kutub magnet 4 pole dan 6 pole serta menggunakan tiga tipe
kumparan yaitu kumparan wave continue, kumparan wave dan kumparan
trapezoidal.
1) Kumparan Wave Continue

Gambar 4.3 Hasil Rancangan Kumparan Wave Continue


2) Kumparan Wave

Gambar 4.4 Hasil Rancangan Kumparan Diameter Kawat Email 0,5 mm


3) Kumparan Trapezoidal

Gambar 4.5 Hasil Rancangan Kumparan Trapezoidal


4.1.3.2 Rotor Generator MPFA
Pada perencanaan generator magnet permanen fluks aksial ini, magnet
permanen di susun N-S-N-S diletakan pada tatakan penyangga (yoke) stator
dimna tatakan ini terbuat dari arkilik. Pemasangan magnet permanen
menggunakan jenis surface-mounted yaitu magnet permanen diletakan pada
tatakan rotor tanpa harus menanamnya.
Magnet permanen yang digunakan pada pembuatan rotor ini yaitu Jenis
magnet permanen neodynium-iron-boron (NdFeB). Magnet Neodymium, yaitu
jenis magnet tetap yang paling kuat, Magnet neodymium (juga dikenal sebagai
NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan sejenis magnet tanah, terbuat dari
campuran logam neodymium (Fajar, 2017). Karakteristrik magnet
Neodymium Iron Boron (NdFeB), yang memiliki nilai produk energi
maksimum sampai dengan 400 kJm3. Sedangkan magnet NdFeB bonded
memiliki nilai produk energi maksimum sampai dengan 200 kJm3 (Sudrajat,
2013). Magnet neodynium-iron-boron (NdFeB) yang digunakan adalah grade
N52 yang memiliki kerapatan fluks magnet sebesar 1,43 T.
Tabel 4.4 Ukuran Magnet Permanen

No Simbol Ukuran (mm)


1 𝑙𝑎 30
2 a 70
3 Tm 5

Pada rotor ini menggunakan 10 kutub magnet. Perancangan jumlah


magnet permanen yang maksimum akan memperbesar nilai frekuensi serta
perencanaan jumlah kumparan yang maksimum akan memperbesar tegangan
induksi yang dihasilkan. Kombinasi pemasangan antara kutub magnet
dilakukan sesuai dengan tipe N-S-N-S.

Gambar 4.6 Hasil Rancangan Rotor 4 Kutub


Gambar 4.7 Hasil Rancangan Rotor 6 Kutub

4.2 Pengujian Generator MPFA Tanpa Beban


Pengujian generator MPFA yang telah dirancang berupa pengujian tanpa
beban pengujian berbeban dan pengukuran tegangan dan arus motor (prime
mover). variasi kecepatannya diterapkan berada di 600, 900, 1200 dan 1500 RPM
4.2.3 Pengujian Tanpa Beban GMPFA 4 Kutub
Pengujian tanpa beban dilakukan sesuai gambar 3.9 dilakukan dilakukan
dengan cara menghubungkan tachometer ke bagian rotor untuk mengetahui RPM
dan menghubungkan probe multimeter ke kedua terminal, menggunakan motor
DC sebagai prime mover dan pengendalian kecepatan menggunakan dimmer,
dilakukan dengan variasi kecepatan 600, 900, 1200 dan 1500. Pengujian ini
dilakuka pada celah udara 2 mm, 3 mm dan 4 mm pada kumparan tipe wave
continue dan tipe wave. bertujuan untuk mengetahui hubungan kecepatan rotor
dan celah udara terhadap tegangan yang dibangkitkan generator ketika tidak
berbeban.
Tabel 4.5 Hasil Tegangan Pengujian GMPFA 4 Kutub Tanpa Beban
Hasil tegangan (volt) pengujian tanpa
Beban
Tipe Celah Udara
RPM
kumparan 2 mm 3 mm 4 mm
600 0,73 0,60 0,53
Kumparan tipe 900 1,05 0,90 0,81
wave continue 1200 2,2 1,6 1,35
1500 3,1 2,8 1,9
600 6,5 5,4 3,9
Kumparan tipe 900 10,05 8,02 6,5
wave 1200 13,5 11,075 9,8
1500 17,094 15,2 12,5

Pada tabel 4.5 menunjukan perbedaan tegangan keluaran antara tipe


kumparan stator ini disebabkan oleh tebal dan arah kumparan pada setiap tipe
kumparan stator. Karena tidak adanya inti besi pada stator sebagai media penyalur
fluks magnet untuk memotong kumparan hal ini berpengaruh terhadap distribusi
medan magnet sampai lilitan terakhir pada kumparan.
4.2.3.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah
Udara
Menurut (Assabiq et al., 2017) Celah udara sangat berpengaruh terhadap
keluaran generator, hasil dari penelitian celah udara sangat berpengaruh terhadap
tegangan dan distribusi fluks. Nilai celah udara dan tegangan yang paling besar
ada pada celah udara paling kecil, lalu semakin besar celah udara maka semakin
kecil nilai yang diperoleh.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada
Kumparan Tipe Wave Continue
3.5

2.5
Tegangan (Volt)

1.5

0.5

0
600 900 1200 1500

RPM

2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Kumparan Tipe Wave Continue

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada
Kumparan Tipe Wave
18
16
14
Tegangan (Volt)

12
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500

RPM

2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.9 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah
Udara pada Kumparan Tipe Wave
Dari Gambar 4.8 dan 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator terbukti
pada grafik di atas menunjukan semakin cepat kecepatan rotor maka tegangan
keluaran semakin besar. Sebaliknya ketika celah udara semakin lebar maka
tegangan keluaran generator semakin kecil, ini diakibatkan oleh fluks yang
menembus kumparan ketika celah udara diperbesar akan semakin mengecil.
4.2.3.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Tipe
Kumparan

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Tipe Kumparan Pada
Lebar Celah Udara 2 mm
25

20
Tegangan (Volt)

15

10

0
600 900 1200 1500

RPM

Wave Continue Wave

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Tipe Kumparan Pada Lebar Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Tipe Kumparan Pada
Lebar Celah Udara 3 mm
20
18
16
14
Tegangan (Volt)

12
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500

RPM

Wave Continue Wave

Gambar 4.11 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Tipe Kumparan Pada Lebar Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Tipe Kumparan Pada
Lebar Celah Udara 4 mm
16
14
12
Tegangan (Volt)

10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500

RPM

Wave Continue Wave

Gambar 4.12 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Tipe Kumparan Pada Lebar Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.10, 4.11 dan 4.12 menunjukan bahwa hubungan kecepatan
rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator, dibuktikan pada
grafik di atas menunjukan tegangan semakin naik ketika kecepatan putar rotor
ikut naik. Tegangan keluaran generator dengan kumparan tipe wave continue
lebih kecil dibandingkan dengan kumparan tipe wave dikarenakan lilitan pada
kumparan tipe wave continue tidak tegak lurus terhadap fluks magnet yang
dihasilkan oleh rotor.

Gambar 4.13 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban pada Kumparan


Tipe Wave
Pada Gambar 4.13 menunjukan gelombang sinusinoidal tidak sempurna
karena kurang rapih kumparan pada stator sehingga ada beberapa lilitan kawat
email yang tidak tersusun dengan benar dengan keluaran generator pada saat
putaran rotor 1201,2 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (𝑉𝑟𝑚𝑠 )
sebesar 13,5 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 170 Hz pada kumparan tipe wave.
4.2.4 Pengujian Tanpa Beban GMPFA 6 Kutub
Pengujian generator magnet prmanen fluks aksial 6 kutub yang telah
dirancang berupa pengujian tanpa beban dilakukan sesuai gambar 3.9 dilakukan
dilakukan dengan cara menghubungkan tachometer ke bagian rotor untuk
mengetahui RPM dan menghubungkan probe multimeter ke kedua terminal,
menggunakan motor DC sebagai prime mover dan pengendalian kecepatan
menggunakan dimmer, dilakukan dengan variasi kecepatan 600, 900, 1200 dan
1500. Pengujian ini dilakuka pada celah udara 2 mm, 3 mm dan 4 mm pada
kumparan tipe trapeziodal. bertujuan untuk mengetahui hubungan kecepatan rotor
dan celah udara terhadap tegangan dan untuk mengetahui perbedaan tegangan tiap
fasa yang dibangkitkan generator ketika tidak berbeban.
Tabel 4.6 Hasil Tegangan Pengujian GMPFA 6 Kutub Tanpa Beban
Hasil tegangan (volt) pengujian tanpa
beban
Fasa Celah Udara
RPM
Ke- 2 mm 3 mm4 mm
400 1,9 1,5 1,2
600 4,3 3,9 3,5
1
800 7,4 6,9 6,4
1000 9,8 9,3 8,7
400 2,2 1,8 1,5
600 4,6 4,2 3,8
2
800 7,7 7,2 6,7
1000 10,1 9,7 9
400 2,5 2,1 1,8
600 4,9 4,5 4,1
3
800 8 7,5 7
1000 10,4 10 9,3
Pada tabel 4.6 menunjukan perbedaan tegangan keluaran antara fasa ini
disebabkan oleh beda tegangan antar fasa baik tegangan fasa ke-1 terhadap
tegangan fasa ke-2, tegangan fasa ke-2 terhadap tegangan fasa ke-3 maupun
tegangan fasa ke-1 terhadap tegangan fasa ke-3, jika tegangan fasa ke-1, tegangan
fasa ke-2 maupun tegangan fasa ke-3 diukur dengan Volt meter terhadap 0, maka
tegangannya akan berbeda karena tegangan AC bisa digambarkan sebagai
gamabar grafik sinusoidal/fungssi sinus tegangan V terhadap waktu t (detik)
sesuai dengan persamaan V = Vmax sin ωt, dimana ω= 2. pi.f.
4.2.4.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah
Udara

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Fasa
Ke-1
12

10
Tegangan (Volt)

0
400 600 800 1000

RPM

2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.14 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Fasa Ke-1
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Fasa
Ke-2
12

10
Tegangan (Volt)

0
400 600 800 1000

RPM

2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.15 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Fasa Ke-2

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Fasa
Ke-3
12

10
Tegangan (Volt)

0
400 600 900 1000

RPM

2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.16 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Fasa Ke-3
Dari Gambar 4.14, 4.15 dan 4.16 di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator terbukti
pada grafik di atas menunjukan semakin cepat kecepatan rotor maka tegangan
keluaran semakin besar. Sebaliknya ketika celah udara semakin lebar maka
tegangan keluaran generator semakin kecil, ini diakibatkan oleh fluks yang
menembus kumparan ketika celah udara diperbesar akan semakin mengecil.
4.2.4.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Pada Fasa ke-1, Fasa
ke-2 dan Fasa ke-3

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1, Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3
pada Lebar Celah Udara 2 mm
12

10
Tegangan (Volt)

0
400 600 800 1000
RPM

Fasa Ke-1 Fasa Ke-2 Fasa Ke-3

Gambar 4.17 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1,
Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3 pada Lebar Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1, Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3
pada Lebar Celah Udara 3 mm
12

10
Tegangan (Volt)

0
400 600 800 1000
RPM

Fasa Ke-1 Fasa Ke-2 Fasa Ke-3

Gambar 4.18 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1,
Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3 pada Lebar Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1, Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3
pada Lebar Celah Udara 4 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)

6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1000

RPM

Fasa Ke-1 Fasa Ke-2 Fasa Ke-3

Gambar 4.19 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1,
Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3 pada Lebar Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.17, 4.18 dan 4.19 menunjukan bahwa hubungan
kecepatan rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator,
dibuktikan pada grafik di atas menunjukan tegangan semakin naik ketika
kecepatan putar rotor ikut naik. Tegangan keluaran generator pada fasa ke-1
lebih kecil dibandingkan tegangan pada fasa ke-3 dikarenakan adanya
perbedaan gelombang terhadap waktu pada fasa ke-1, ke-2 dan fasa ke-3.

Gambar 4.20 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban Pada fasa Ke-1
dengan Celah Udara 2 mm
Pada gambar 4.20 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (Vrms)
sebesar 9,8 Volt dengan frekuensi listrik (fe) 423 Hz pada fasa ke-1.

Gambar 4.21 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban Pada fasa Ke-2
dengan Celah Udara 2 mm
Pada gambar 4.21 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (Vrms)
sebesar 10 Volt dengan frekuensi listrik (fe) 423,9 Hz pada fasa ke-2.

Gambar 4.22 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban Pada fasa Ke-3
dengan Celah Udara 2 mm
Pada gambar 4.22 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (Vrms)
sebesar 10,3 Volt dengan frekuensi listrik (fe) 421,8 Hz pada fasa ke-3.
4.2.5 Perbandingan Keluaran Tegangan Tanpa Beban Generator 4 Kutub
dengan Generator 6 Kutub
Perbandingan ini mengambil data dari data keluaran tegangan generator di
kecepatan 600 RPM untuk masing-masing generator untuk mengetahui besar
tegangan yang dikeluarkan oleh masing-masing generator.
Tabel 4.7 Hasil Perbandingan Tegangan Keluaran Generator Tanpa Beban
Celah Udara GMPFA 4 Kutub GMPFA 6 Kutub
(mm) Tegangan (Volt) Tegangan (Volt)
2 6,5 4,3
3 5,4 3,9
4 3,9 3,5
Berdasarkan tabel 4.7 tegangan terbesar keluaran generator yang dihasilkan
berada pada generator 4 kutub di celah udara 2 mm yaitu sebesar 6,5 volt dan
tegangan terkecil berada pada generator 6 kutub di celah udara 4 mm yaitu sebesar
3,5 volt.

Perbandingan Tegangan Generator 4 Kutub dengan Generator 6 Kutub di Kecepatan


600 RPM
7

5
Tegangan (Volt)

0
2 mm 3 mm 4 mm

Celah Udara

GMPFA 4 Kutub GMPFA 6 Kutub

Gambar 4.23 Grafik Perbandingan Tegangan Generator 4 Kutub dengan


Generator 6 Kutub di Kecepatan 600 RPM
Berdasarkan gambar 4.23 dapat diketahui bahwa generator dengan 4 kutub
dapat menghasilkan tegangan keluaran lebih besar dibandingkan dengan generator
6 kutub itu dikarenakan adanya perbedaan magnet yang digunakan, magnet yang
digunakan dalam generator 4 kutub adalah magnet permanen NdFeb N52 lebih
kuat dibandingkan dengan magnet yang dipakai generator 6 kutub sehingga
menyebabkan fluks magnet yang dihasilkan oleh generator 6 kutub lebih kecil
dibandingkan dengan fluks magnet yang dihasilkan oleh generator 4 kutub.

4.3 Pengujian Tegangan Generator MPFA Berbeban


Pengujian berbeban dilakukan sesuai gambar 3.11 yaitu dengan cara
menghubungkan ampere meter secara seri dengan rangkaian jangkar tertutup,
menggunakan motor DC sebagai prime mover dan pengendalian kecepatan
menggunakan dimmer, dilakukan dengan variasi kecepatan 600 RPM, 900 RPM,
1200 RPM, 1500 RPM untuk generator 4 kutub dan kecepatan 400 RPM, 600
RPM, 800 RPM, dan 1000 RPM untuk generator 6 kutub. Pengujian ini dilakuka
pada celah udara 2 mm, 3 mm dan 4 mm dengan variasi beban lampu AC 3,5 volt,
dan 12 volt.
4.3.3 Pengujian Berbeban GMPFA 4 Kutub
Pengujian berbeban pada GMPFA 4 kutub ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan kecepatan rotor dan beban terhadap tegangan serta arus generator
ketika berbeban. Pengujian ini dilakukan dengan menghubungkan probe
multimeter ke kedua ujung kumparan dan menghubungkan secara seri kedua
probe ampere meter dengan menggunakan beban resistor 5 Ohm, 10 Ohm dan 15
Ohm untuk kumparan wave continue dan beban lampu AC 12 volt untuk
kumparan tipe wave.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Tegangan Berbeban pada Kumparan Tipe Wave
Continue

Celah Udara Tegangan (V)


Beban (Ohm)
(mm) RPM 5 10 15
600 0,02093 0,029479 0,037476
2 900 0,077522 0,090576 0,096516
1200 0,161483 0,173888 0,176267
1500 0,284735 0,286875 0,285796
600 0,01436 0,023292 0,029888
900 0,063375 0,067405 0,07832
3
1200 0,133136 0,137544 0,144067
1500 0,240262 0,23207 0,234219
600 0,008602 0,016368 0,023571
900 0,045694 0,058777 0,062416
4
1200 0,100311 0,109725 0,112662
1500 0,184576 0,184896 0,190932

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Tegangan Berbeban pada Kumparan Tipe Wave
Hasil tegangan (volt) pengujian berbeban
Celah Udara
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
600 5,07 3,25 1,56
900 9,1 7,02 5,05
1200 12,3 10,15 8,08
1500 14,9 12,2 10,5

Pada tabel 4.8 dan tabel 4.9 menunjukan tegangan berbeban pada
kumparan tipe wave continue terjadi drop tegangan terjadi akibat adanya arus
jangkar sesiau persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika pada rangkaian
tertutup/berbeban maka tegangan yang terbangkit tidak sama dengan tegangan
terminal. Jika nilai resistansi kumparan rangan besar maka drop tegangan juga
semakin besar begitu juga jika semakin besarnya arus.
4.3.3.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
Pada Kumparan Tipe Wave Continue

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Kumparan
Tipe Wave Continue dan Celah Udara 2 mm
3

2.5
Tegangan (Volt)

1.5

0.5

0
600 900 1200 1500

RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.24 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Kumparan
Tipe Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
2.5

2
Tegangan (Volt)

1.5

0.5

0
600 900 1200 1500

RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.25 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Kumparan
Tipe Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
2.5

2
Tegangan (Volt)

1.5

0.5

0
600 900 1200 1500

RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.26 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.24, 4.25 dan 4.26 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor pada kumparan tipe wave continue berbanding lurus
terhadap tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan
tegangan saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif
semakin besar maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai
persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika resistansi kumparan ( R A ) dan arus
jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran
pada saat berbeban akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.
4.3.3.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan
Variasi Celah Udara

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan Variasi Celah Udara
Pada Kumparan Tipe Wave Continue
3

2.5
Tegangan (Volt)

1.5

0.5

0
600 900 1200 1500

RPM

2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.27 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban


dengan Variasi Celah Udara Pada Kumparan Tipe Wave Continue

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan Variasi Celah Udara
Pada Kumparan Tipe Wave
16
14
12
Tegangan (Volt)

10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500

RPM

2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.28 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban


dengan Variasi Celah Udara Pada Kumparan Tipe Wave
Dari Gambar 4.27 dan 4.28 dapat disimpulkan bahwa hubungan kecepatan
putar rotor pada variasi kumparan berbanding lurus terhadap tegangan keluaran
generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan tegangan saat kecepatan putar
rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif semakin besar maka tegangan
keluaran generator semakin besar. Sesuai persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika
resistansi kumparan ( R A ) dan arus jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban
nilainya besar, maka tegangan keluaran pada saat berbeban akan terjadi drop
tegangan yang sangat besar.

Gambar 4. 29 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban Pada Kumparan Tipe


Wave dengan Celah Udara 2 mm
Pada gambar 4.29 menunjukan gelombang keluaran generator berbeban
pada kumparan tipe wave dengan kecepatan 1500 RPM menghasilkan tegangan
keluaran generator (Vrms) sebesar 12,3 Volt dengan frekuensi listrik (fe) 173,7
Hz pada celah udara 2 mm.
4.3.3.3 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan
Variasi Tipe Kumparan

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan Variasi Tipe


Kumparan pada Celah Udara 2 mm
16
14
12
Tegangan (Volt)

10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500

RPM

Wave Continue Wave

Gambar 4.30 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban


dengan Variasi Tipe Kumparan pada Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan Variasi Tipe


Kumparan pada Celah Udara 3 mm
14

12

10
Tegangan (Volt)

0
600 900 1200 1500

RPM

Wave Continue Wave

Gambar 4.31 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban


dengan Variasi Tipe Kumparan pada Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan Variasi Tipe
Kumparan pada Celah Udara 4 mm
12

10
Tegangan (Volt)

0
600 900 1200 1500

RPM

Wave Continue Wave

Gambar 4.32 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban


dengan Variasi Tipe Kumparan pada Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.30, 4.31 dan 4.32 menunjukan bahwa hubungan kecepatan
rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator, dibuktikan pada
grafik di atas menunjukan tegangan semakin naik ketika kecepatan putar rotor ikut
naik. Tegangan keluaran generator dengan kumparan tipe wave continue lebih
kecil dibandingkan dengan kumparan tipe wave dikarenakan lilitan pada
kumparan tipe wave continue tidak tegak lurus terhadap fluks magnet yang
dihasilkan oleh rotor.
4.3.3.4 Perbandingan Tegangan Tanpa Beban dan Berbeban
Tabel 4.10 Perbandingan Tegangan Keluaran GMPFA Tanpa Beban dan
Berbeban
Hasil tegangan (volt) pengujian tanpa Hasil tegangan (volt) pengujian
beban berbeban
Celah Udara Celah Udara
Tipe kumparan RPM
2 mm 3 mm 4 mm 2 mm 3 mm 4 mm
600 0,73 0,60 0,53 0,61 0,502 0,403
Kumparan tipe 900 1,05 0,90 0,81 9,021 0,802 0,712
wave continue 1200 2,2 1,6 1,35 1,937 1,517 1,216
1500 3,1 2,8 1,9 2,422 2,319 1,82
Kumparan tipe 600 6,5 5,4 3,9 5,07 3,25 1,56
900 10,05 8,02 6,5 9,1 7,02 5,05
wave 1200 13,5 11,075 9,8 12,3 10,15 8,08
1500 17,094 15,2 12,5 14,9 12,2 10,5

Pada tabel 4.10 dapat dilihat perbedaan tegangan keluaran generator antara
tegangan tanpa beban dan berbeban, drop tegangan terbesar terjadi pada kumparan
tipe wave di kecepatan 600 RPM dengan celah udara 2 mm yaitu sebesar 1,8 volt,
sedangkan drop tegangan terkecil terjadi pada kumparan tipe wave continue di
kecepatan 1500 RPM dengan celah udara 2 mm yaitu sebesar 0,7 volt.

Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Continue Tanpa Beban dan
Berbeban pada Celah Udara 2 mm
6

5
Tegangan (Volt)

0
600 900 1200 1500

RPM

Tanpa Beban Berbeban

Gambar 4.33 Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Continue


Tanpa Beban dan Berbeban pada Celah Udara 2 mm
Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Continue Tanpa Beban dan
Berbeban pada Celah Udara 3 mm
6

5
Tegangan (Volt)

0
600 900 1200 1500

RPM

Tanpa Beban Berbeban

Gambar 4.34 Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Continue


Tanpa Beban dan Berbeban pada Celah Udara 3 mm

Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Continue Tanpa Beban dan
Berbeban pada Celah Udara 4 mm
4
3.5
3
Tegangan (Volt)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
600 900 1200 1500

RPM

Tanpa Beban Berbeban

Gambar 4.35 Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Continue


Tanpa Beban dan Berbeban pada Celah Udara 4 mm
Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Tanpa Beban dan Berbeban pada
Celah Udara 2 mm
35

30

25
Tegangan (Volt)

20

15

10

0
600 900 1200 1500

RPM

Tanpa Beban Berbeban

Gambar 4.36 Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Tanpa


Beban dan Berbeban pada Celah Udara 2 mm

Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Tanpa Beban dan Berbeban pada
Celah Udara 3 mm
30

25
Tegangan (Volt)

20

15

10

0
600 900 1200 1500

RPM

Tanpa Beban Berbeban

Gambar 4.37 Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Tanpa


Beban dan Berbeban pada Celah Udara 3 mm
Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Tanpa Beban dan Berbeban pada
Celah Udara 4 mm
25

20
Tegangan (Volt)

15

10

0
600 900 1200 1500

RPM

Tanpa Beban Berbeban

Gambar 4.38 Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Tanpa


Beban dan Berbeban pada Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.33, 4.34, 4.35, 4.36, 4.37 dan 4.38 dapat disimpulkan bahwa
hubungan kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran
generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan tegangan saat kecepatan putar
rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif semakin besar maka tegangan
keluaran generator semakin besar. Sesuai persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika
resistansi kumparan ( R A ) dan arus jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban
nilainya besar, maka tegangan keluaran pada saat berbeban akan terjadi drop
tegangan yang sangat besar.
4.3.4 Pengujian Berbeban GMPFA 6 Kutub
Pengujian berbeban pada GMPFA 6 kutub ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan kecepatan rotor dan beban terhadap tegangan serta arus tiap fasa
generator ketika berbeban. Pengujian ini dilakukan dengan menghubungkan probe
multimeter ke kedua ujung kumparan dan menghubungkan secara seri kedua
probe ampere meter dengan menggunakan beban lampu 6 volt, 9 volt dan 12 volt.
4.3.4.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Fasa Ke-1
Tabel 4.11 Hasil Tegangan Pengujian Berbeban pada Generator 6 Kutub Fasa Ke-
1
Tegangan (Volt)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 1,2 1,4 1,6
600 3,5 3,7 3,9
2
800 5,8 6 6,2
1000 8,1 8,3 8,5
400 0,8 1 1,2
600 3,1 3,3 3,5
3
800 5,4 5,6 5,8
1000 7,7 7,9 8,1
400 0,4 0,6 0,9
600 2,7 2,9 3,1
4
800 4,9 5,1 5,3
1000 7,1 7,3 7,5

Pada tabel 4.11 menunjukan tegangan berbeban pada fasa ke-1 terjadi drop
tegangan terjadi akibat adanya arus jangkar sesiau persamaan Vϕ =
E A − j X s I A −R A I A jika pada rangkaian tertutup/berbeban maka tegangan yang
terbangkit tidak sama dengan tegangan terminal. Jika nilai resistansi kumparan
rangan besar maka drop tegangan juga semakin besar begitu juga jika semakin
besarnya arus.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1
dan Celah Udara 2 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)

6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.39 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1
dan Celah Udara 3 mm
9
8
7
Tegangan (Volt)

6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.40 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1
dan Celah Udara 4 mm
9
8
7
Tegangan (Volt)

6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.41 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.39, 4.40 dan 4.41 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor pada kumparan tipe wave continue berbanding lurus
terhadap tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan
tegangan saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif
semakin besar maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai
persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika resistansi kumparan ( R A ) dan arus
jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran
pada saat berbeban akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.
4.3.4.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Fasa Ke-2
Tabel 4.12 Hasil Tegangan Pengujian Berbeban pada Generator 6 Kutub Fasa Ke-
2
Tegangan (Volt)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 1,6 1,8 1,9
2
600 4,3 4,5 4,3
800 7,4 7,6 7,4
1000 9,78 9,9 9,78
400 1,1 1,3 1,5
600 3,5 3,7 3,9
3
800 6,5 6,7 6,9
1000 9 9,2 9,4
400 0,8 1,1 1,3
600 3,1 3,3 3,5
4
800 6 6,2 6,4
1000 8,3 8,5 8,7

Pada tabel 4.12 menunjukan tegangan berbeban pada fasa ke-1 terjadi drop
tegangan terjadi akibat adanya arus jangkar sesiau persamaan Vϕ =
E A − j X s I A −R A I A jika pada rangkaian tertutup/berbeban maka tegangan yang
terbangkit tidak sama dengan tegangan terminal. Jika nilai resistansi kumparan
rangan besar maka drop tegangan juga semakin besar begitu juga jika semakin
besarnya arus.

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2
dan Celah Udara 2 mm
12

10
Tegangan (Volt)

0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.42 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2
dan Celah Udara 3 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)

6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.43 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 3 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2
dan Celah Udara 4 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)

6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.44 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.42, 4.43 dan 4.44 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor pada kumparan tipe wave continue berbanding lurus
terhadap tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan
tegangan saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif
semakin besar maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai
persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika resistansi kumparan ( R A ) dan arus
jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran
pada saat berbeban akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.

Gambar 4.45 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 12 volt pada fasa ke-2
dan Celah Udara 2 mm
Pada Gambar 4.45 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM dengan beban 12 volt, tegangan keluaran generator
(𝑉𝑟𝑚𝑠) sebesar 9,78 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 431,2 Hz pada fasa ke-2.
4.3.4.3 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Fasa Ke-3
Tabel 4. 13 Hasil Tegangan Pengujian Berbeban pada Generator 6 Kutub Fasa
Ke-3
Tegangan (Volt)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 1,7 1,9 2,1
600 4,1 4,3 4,5
2
800 7,2 7,4 7,6
1000 9,4 9,6 9,87
3 400 1,3 1,5 1,7
600 3,7 3,9 4,1
800 6,7 6,9 7,1
1000 9,2 9,4 9,6
400 0,8 1,1 1,5
600 3,3 3,5 3,7
4
800 6,2 6,4 6,6
1000 8,5 8,7 8,9

Pada tabel 4.13 menunjukan tegangan berbeban pada fasa ke-3 terjadi drop
tegangan terjadi akibat adanya arus jangkar sesiau persamaan Vϕ =
E A − j X s I A −R A I A jika pada rangkaian tertutup/berbeban maka tegangan yang
terbangkit tidak sama dengan tegangan terminal. Jika nilai resistansi kumparan
rangan besar maka drop tegangan juga semakin besar begitu juga jika semakin
besarnya arus.

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3
dan Celah Udara 2 mm
12

10
Tegangan (Volt)

0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4. 46 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan


Variasi Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3
dan Celah Udara 3 mm
12

10
Tegangan (Volt)

0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.47 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 3 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3
dan Celah Udara 4 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)

6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.48 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.46, 4.47 dan 4.48 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor pada fasa ke-3 berbanding lurus terhadap tegangan keluaran
generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan tegangan saat kecepatan putar
rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif semakin besar maka tegangan
keluaran generator semakin besar. Sesuai persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika
resistansi kumparan ( R A ) dan arus jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban
nilainya besar, maka tegangan keluaran pada saat berbeban akan terjadi drop
tegangan yang sangat besar.

Gambar 4.49 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 12 volt pada fasa ke-3
dan Celah Udara 2 mm
Pada Gambar 4.49 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM dengan beban 12 volt, tegangan keluaran generator
(𝑉𝑟𝑚𝑠) sebesar 9,87 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 440 Hz pada fasa ke-3.

4.4 Pengujian Arus Generator MPFA Berbeban


4.4.3 Hasil Pengukuran Arus Pada GMPFA 4 Kutub
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Tegangan Berbeban pada Kumparan Tipe Wave
Continue

Celah Udara Arus (mV)


Beban (Ohm)
(mm) RPM 5 10 15
600 46 41 36
900 83 72 63
2
1200 119 104 91
1500 155 135 118
3 600 40 36 32
900 75 61 55
1200 106 88 77
1500 134 115 101
600 34 31 27
900 62 53 47
4
1200 87 75 66
1500 112 96 84

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Tegangan Berbeban pada Kumparan Tipe Wave
Hasil Arus (mV) pengujian berbeban
Celah Udara
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
600 345 245 139
900 519 487 276
1200 706 618 454
1500 913 802 693

Pada Tabel 4.14 dan 4.15 menunjukan arus yang dihasilkan generator pada
kumparan tipe wave continue dan wave, nilai beban resistif berbanding terbalik
terhadap arus yang dihasilkan. Sesuai hukum ohm, semakin kecil beban resistif
maka arus semakin besar begitu sebaliknya ketika beban resistif diperbesar maka
arus semakin mengecil.
4.4.3.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada
Kumparan Tipe Wave Continue

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Kumparan Tipe
Wave Continue dan Celah Udara 2 mm
180
160
140
120
Arus (mV)

100
80
60
40
20
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.50 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Kumparan Tipe
Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
160
140
120
100
Arus (mV)

80
60
40
20
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.51 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Kumparan Tipe
Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
120

100

80
Arus (mV)

60

40

20

0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.52 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.50, 4.51 dan 4.52 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator
serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada
grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada kumparan tipe wave
continue grafik menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor
ditambah, sebaliknya jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang
dihasilkan generator semakin kecil.
4.4.3.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus Pada Kumparan Tipe Wave

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus pada Kumparan Tipe Wave dan Celah Udara
2 mm
1000
900
800
700
600
Arus (mV)

500
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.53 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus pada Kumparan
Tipe Wave dan Celah Udara 2 mm
Dari Gambar 4.53 dapat disimpulkan bahwa hubungan kecepatan putar rotor
berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator. Pada grafik hubungan
putaran rotor dan beban terhadap arus pada kumparan tipe wave grafik
menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor ditambah.
4.4.4 Hasil Pengukuran Arus Pada GMPFA 6 Kutub
4.4.4.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada
Fasa Ke-1
Tabel 4.16 Hasil Pengukuran Arus pada Fasa Ke-1
Arus (mA)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 169 158 147,4
600 326 316 306
2
800 498 489 473
1000 723 702 685
400 140 130 120
3 600 300 290 280
800 570 560 450
1000 680 670 660
400 121 110 101
600 2,80 270 260
4
800 452 441 430
1000 660 650 640

Pada Tabel 4.16 menunjukan arus yang dihasilkan generator pada Fasa Ke-1,
nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Sesuai
hukum ohm, semakin kecil beban resistif maka arus semakin besar begitu
sebaliknya ketika beban resistif diperbesar maka arus semakin mengecil.

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1 dan
Celah Udara 2 mm
800
700
600
500
Arus (mV)

400
300
200
100
0
400 600 800 1000

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.54 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1 dan
Celah Udara 3 mm
800
700
600
500
Arus (mV)

400
300
200
100
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.55 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 3 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1 dan
Celah Udara 4 mm
700

600

500
Arus (mV)

400

300

200

100

0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.56 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.54, 4.55 dan 4.56 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator
serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada
grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada fasa ke-1 grafik
menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor ditambah, sebaliknya
jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang dihasilkan generator
semakin kecil.
4.4.4.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada
Fasa Ke-2
Tabel 4.17 Hasil Pengukuran Arus pada Fasa Ke-2
Arus (mA)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 179 168 157,4
600 336 326 316
2
800 508 499 483
1000 733 712 695
400 150 140 130
600 310 300 290
3
800 580 570 460
1000 690 680 670
400 131 120 111
600 12,8 280 270
4
800 462 451 440
1000 670 660 650

Pada Tabel 4.17 menunjukan arus yang dihasilkan generator pada Fasa Ke-2,
nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Sesuai
hukum ohm, semakin kecil beban resistif maka arus semakin besar begitu
sebaliknya ketika beban resistif diperbesar maka arus semakin mengecil.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2 dan
Celah Udara 2 mm
800
700
600
500
Arus (mV)

400
300
200
100
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.57 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 2 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2 dan
Celah Udara 3 mm
800
700
600
500
Arus (mV)

400
300
200
100
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.58 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2 dan
Celah Udara 4 mm
800
700
600
500
Arus (mV)

400
300
200
100
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.59 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.57, 4.58 dan 4.59 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator
serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada
grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada fasa ke-2 grafik
menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor ditambah, sebaliknya
jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang dihasilkan generator
semakin kecil.
4.4.4.3 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada
Fasa Ke-3
Tabel 4.18 Hasil Pengukuran Arus pada Fasa Ke-3
Arus (mA)
Celah Udara Beban
(mm) RPM 6 volt 9 12 volt
volt
400 199 188 177,4
600 356 346 336
2
800 528 519 503
1000 753 732 715
3 400 170 160 150
600 330 320 310
800 600 590 480
1000 710 700 690
400 151 140 131
600 32,8 300 290
4
800 482 471 460
1000 690 680 670

Pada Tabel 4.18 menunjukan arus yang dihasilkan generator pada Fasa Ke-3,
nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Sesuai
hukum ohm, semakin kecil beban resistif maka arus semakin besar begitu
sebaliknya ketika beban resistif diperbesar maka arus semakin mengecil.

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3 dan
Celah Udara 2 mm
800
700
600
500
Arus (mV)

400
300
200
100
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.60 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2 dan
Celah Udara 3 mm
800
700
600
500
Arus (mV)

400
300
200
100
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.61 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 3 mm

Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3 dan
Celah Udara 4 mm
800
700
600
500
Arus (mV)

400
300
200
100
0
600 900 1200 1500

RPM

6 volt 9 volt 12 volt

Gambar 4.62 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.60, 4.61 dan 4.62 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator
serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada
grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada fasa ke-3 grafik
menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor ditambah, sebaliknya
jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang dihasilkan generator
semakin kecil.
4.5 Daya Keluaran (Pout)
Daya keluaran di dapat pada pengujian generator saat berbeban hasil
pengukuran nilai tegangan dan arus serta nillai cos𝜑 didapat dari beban yang
digunakan yaitu beban resistif dimana yang sudah diketahui beban resistif nilai cos𝜑
sama dengan 1, untuk mencari daya keluaran menggunakan persamaan (2.14).

Hubungan Kecepatan Terhadap Daya Keluaran (Pout) Dengan Variasi


Beban Pada GMPFA 4 Kutub Kumparan Wave Continue

Tabel 4.19 Nilai Daya Keluaran Generator 4 Kutub Kumparan Wave Continue

Celah Udara Daya Keluaran (Watt)


Beban (Ohm)
(mm) RPM 5 10 15
600 0,000963 0,001209 0,001349
900 0,006434 0,006521 0,006081
2
1200 0,019216 0,018084 0,01604
1500 0,044134 0,038728 0,033724
600 0,000574 0,000839 0,000956
900 0,004753 0,004112 0,004308
3
1200 0,014112 0,012104 0,011093
1500 0,032195 0,026688 0,023656
600 0,000292 0,000507 0,000636
900 0,002833 0,003115 0,002934
4
1200 0,008727 0,008229 0,007436
1500 0,020673 0,01775 0,016038

Pada Tabel 4.27 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada
generator 4 kutub kumparan wave continue, celah udara 2 mm dengan kecepatan
putar rotor 1500 RPM pada beban 5 Ohm dengan nilai daya keluaran (𝑃𝑜𝑢𝑡)
0,044134 Watt. Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter
kawat email 0,2 mm, celah udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 600 RPM
saat beban 15 ohm dengan nilai daya masukan 0,000292 Watt.

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 2 mm
0.05
0.05
0.04
0.04
Daya (Watt)

0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0
600 900 1200 1500

RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.63 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah
Udara 2 mm

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
0.04

0.03

0.03
Daya (Watt)

0.02

0.02

0.01

0.01

0
600 900 1200 1500

RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.64 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah
Udara 3 mm

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
0.03

0.02
Daya (Watt)

0.02

0.01

0.01

0
600 900 1200 1500

RPM

5 Ohm 10 Ohm 15 Ohm

Gambar 4.65 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah
Udara 4 mm

Dari Gambar 4.76, 4.77 dan 4.78 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran
pada generator 4 kutub kumparan wave continue berbanding lurus terhadap
kecepatan putar rotor dan berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.
4.5.1.1 Hubungan Kecepatan Terhadap Daya Keluaran (Pout) Pada GMPFA
4 Kutub Kumparan Wave
Tabel 4.20 Nilai Daya Keluaran Generator 4 Kutub Kumparan Wave

Celah Udara Daya Keluaran (Watt)


Beban (Volt)
(mm) RPM 12
600 1,74915
900 4,7229
2
1200 8,6838
1500 13,6037
600 0,79625
900 3,41874
3
1200 6,2727
1500 9,7844
600 0,21684
900 1,3938
4
1200 3,66832
1500 7,2765

Pada Tabel 4.28 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada generator 4
kutub kumparan wave, celah udara 2 mm dengan kecepatan putar rotor 1500 RPM
pada beban 12 volt dengan nilai daya keluaran (𝑃𝑜𝑢𝑡) 13,6037 Watt. Sedangkan
nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter kawat email 0,2 mm, celah
udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 600 RPM saat beban 12 volt dengan
nilai daya keluaran 0,21684 Watt.

Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran (Pout) GMPFA 4 Kutub Kumparan


Tipe Wave
16
14
12
10
Daya (Watt)

8
6
4
2
0
600 900 1200 1500

RPM

2 mm 3 mm 4 mm

Gambar 4.66 Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Daya Keluaran (Pout)


GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave
Dari Gambar 4.79 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran pada generator 4
kutub kumparan wave berbanding lurus terhadap kecepatan putar rotor dan
berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.
4.5.1.2 Hubungan Kecepatan Terhadap Daya Keluaran (Pout) Dengan
Variasi Beban Pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan
Trapezoidal
Tabel 4.21 Nilai Daya Keluaran Generator 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan
Trapezoidal

Celah Udara Daya Keluaran (Watt)


Beban (Volt)
(mm) RPM 6 9 12
400 0,2028 0,2212 0,23584
600 1,141 1,1692 1,1934
2
800 2,8884 2,934 2,9326
1000 5,8563 5,8266 5,8225
400 0,112 0,13 0,144
600 0,93 0,957 0,98
3
800 3,078 3,136 2,61
1000 5,236 5,293 5,346
400 0,0484 0,066 0,0909
600 0,00756 0,783 0,806
4
800 2,2148 2,2491 2,279
1000 4,686 4,745 4,8

Pada Tabel 4.29 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada
generator 6 kutub fasa ke-1 kumparan trapezoidal, celah udara 2 mm dengan
kecepatan putar rotor 1000 RPM pada beban 6 volt dengan nilai daya keluaran
(𝑃𝑜𝑢𝑡) 5,8563 Watt. Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter
kawat email 0,2 mm, celah udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 400 RPM
saat beban 12 volt dengan nilai daya masukan 0,0484Watt.

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 2 mm
7

5
Daya (Watt)

0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt


Gambar 4.67 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 2 mm

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 3 mm
6

4
Daya (Watt)

0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt

Gambar 4.68 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 3 mm

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 4 mm
6

4
Daya (Watt)

0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt

Gambar 4.69 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 4 mm

Dari Gambar 4.80, 4.81 dan 4.82 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran
pada generator 6 kutub fasa ke-1 kumparan trapezoidal berbanding lurus terhadap
kecepatan putar rotor dan berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.
4.5.1.3 Hubungan Kecepatan Terhadap Daya Keluaran (Pout) Dengan
Variasi Beban Pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan
Trapezoidal
Tabel 4.22 Nilai Daya Keluaran Generator 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan
Trapezoidal

Celah Udara Daya Keluaran (Watt)


Beban (Volt)
(mm) RPM 6 9 12
400 0,2864 0,3024 0,29906
600 1,4448 1,467 1,3588
2
800 3,7592 3,7924 3,5742
1000 7,16874 7,0488 6,7971
400 0,165 0,182 0,195
600 1,085 1,11 1,131
3
800 3,77 3,819 3,174
1000 6,21 6,256 6,298
400 0,1048 0,132 0,1443
600 0,03968 0,924 0,945
4
800 2,772 2,7962 2,816
1000 5,561 5,61 5,655

Pada Tabel 4.30 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada
generator 6 kutub fasa ke-2 kumparan trapezoidal, celah udara 2 mm dengan
kecepatan putar rotor 1000 RPM pada beban 6 volt dengan nilai daya keluaran
(𝑃𝑜𝑢𝑡) 7,16874Watt. Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter
kawat email 0,2 mm, celah udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 400 RPM
saat beban 12 volt dengan nilai daya masukan 0,1048 Watt.
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 2 mm
8
7
6
5
Daya (Watt)

4
3
2
1
0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt

Gambar 4.70 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 2 mm

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 3 mm
7

5
Daya (Watt)

0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt

Gambar 4.71 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 3 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 4 mm
6

4
Daya (Watt)

0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt

Gambar 4.72 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 4 mm
Dari Gambar 4.83, 4.84 dan 4.85 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran
pada generator 6 kutub fasa ke-2 kumparan trapezoidal berbanding lurus terhadap
kecepatan putar rotor dan berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.
4.5.1.4 Hubungan Kecepatan Terhadap Daya Keluaran (Pout) Dengan
Variasi Beban Pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan
Trapezoidal
Tabel 4.23 Nilai Daya Keluaran Generator 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan
Trapezoidal

Celah Udara Daya Keluaran (Watt)


Beban (Volt)
(mm) RPM 6 9 12
400 0,3383 0,3572 0,37254
600 1,4596 1,4878 1,512
2
800 3,8016 3,8406 3,8228
1000 7,0782 7,0272 7,05705
400 0,221 0,24 0,255
600 1,221 1,248 1,271
3
800 4,02 4,071 3,408
1000 6,532 6,58 6,624
400 0,1208 0,154 0,1965
600 0,10824 1,05 1,073
4
800 2,9884 3,0144 3,036
1000 5,865 5,916 5,963

Pada Tabel 4.31 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada
generator 6 kutub fasa ke-3 kumparan trapezoidal, celah udara 2 mm dengan
kecepatan putar rotor 1000 RPM pada beban 6 volt dengan nilai daya keluaran
(𝑃𝑜𝑢𝑡) 7,0782 Watt. Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter
kawat email 0,2 mm, celah udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 400 RPM
saat beban 12 volt dengan nilai daya masukan 0,1208 Watt.

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 2 mm
8
7
6
5
Daya (Watt)

4
3
2
1
0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt

Gambar 4.73 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 2 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 3 mm
7

5
Daya (Watt)

0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt

Gambar 4.74 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 3 mm

Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 4 mm
7

5
Daya (Watt)

0
600 900 1200 1500

RPM

6 Volt 9 Volt 12 Volt

Gambar 4.75 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 4 mm
Dari Gambar 4.86, 4.87 dan 4.88 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran
pada generator 6 kutub fasa ke-3 kumparan trapezoidal berbanding lurus terhadap
kecepatan putar rotor dan berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.

4.6 Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa


Beban
Perbandingan perhitungan dan pengujian tegangan keluaran tanpa beban di
dapat dari hasil perhitungan dan hasil pengujian generator tanpa beban pada lebar
celah udara 2 mm serta di dapat data-data yang akan dianalisa.
Tabel 4.24 Perbandingan Perhitungan dan Pengujian Tegangan Keluaran Tanpa
Beban pada Celah Udara 2 mm
Tegangan Hasil
Tegangan Hasil
Tipe Kumparan RPM Perhitungan
Pengujian (Volt)
(Volt)
600 9,2 0,73
900 12,4 1,05
Wave Continue
1200 15,6 2,2
1500 18,8 3,1
600 9,2 6,5
900 12,4 10,05
Wave
1200 15,6 13,5
1500 18,8 17,094
400 6,4 2,5
600 8,6 4,9
Trapezoidal
800 10,8 8
1000 12 10,4

Pada Tabel 4.34 menunjukan perbedaan dari hasil perhitungan dan hasil
pengujian ini dikarenakan pada saat pengujian terdapat kekurangan dari segi
akurasi alat ukur, kerapihan kumparan dan akurasi perakitan generator. Disamping
itu ada penyebab lain yang membedakan tegangan keluaran antara tiap diameter
kawat yaitu penomena fringing effect di gamabarkan pada Gambar 2.21
Penomena fringing effect ini disebabkan oleh jarak antara dua kutub magnet yaitu
kutub utara dan kutub selatan. Rugi akibat fringing effect berbanding terbalik
terhadap jarak antar magnet permanen. Dengan demikian jika jarak antar
permanen magnet terlalu kecil ini menyebabkan rugi akibat fringing effect
menjadi besar, begitu sebaliknya jika jarak permanen magnet di perbesar sedikit
maka rugi akibat fringing effect ini akan semakin kecil hingga penambahan jarak
antara magnet tidak perpengaruh secara signifikan terhadap rugi akibat fringing
effect ini.
Pada penelitian ini menggunkan kumparan wave continue, wavw dan
trapezoidal, hal ini menyebabkan akan semakin tebalnya kumparan seiring
diameter kawat diperbesar ini berpengaruh terhadap distribusi medan magnet
sampai lilitan terakhir pada kumparan karena tidak adanya inti besi pada stator
sebagai media penyalur fluks magnet untuk memotong kumparan, sesuai dengan
persamaan (2.20) jumlah kutub magnet juga berpengaruh terhadap tegangan
keluaran generator karena ssemakin sedikit kutub magnet maka putaran rotorpun
harus diperbesar untuk mengimbangi jumlah magnet yang sedikit. Sebaliknya jika
kutub magnet banyak maka generator akan lebih efektif bekerja dalam putaran
rendah.

Perbandingan Tegangan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada Kumparan


Wave Continue
20
18
16
14
Tegangan (V)

12
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500

RPM

Tegangan Hasil Perhitungan (V) Tegangan Hasil Pengujian (V)

Gambar 4.76 Grafik Perbandingan Tegangan Perhitungan dan Pengujian Tanpa


Beban pada Kumparan Wave Continue
Pada Gambar 4.91 Menunjukan perbandingan perhitungan dan pengujian
tegangan keluaran generator tanpa beban pada kumparan wave continue, hasil
perhitungan. perbedaan hasil kisaran 29,074% sampai 31,611% lebih besar
tegangan keluaran hasil perhitungan.

Perbandingan Tegangan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada Kumparan


Wave
20
18
16
14
Tegangan (V)

12
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500

RPM

Tegangan Hasil Perhitungan (V) Tegangan Hasil Pengujian (V)

Gambar 4.77 Grafik Perbandingan Tegangan Perhitungan dan Pengujian


Tanpa Beban pada Kumparan Wave
Pada Gambar 4.92 Menunjukan perbandingan perhitungan dan pengujian
tegangan keluaran generator tanpa beban pada kumparan wave, perbedaan hasil
kisaran 3,889% sampai 8,556% lebih besar tegangan keluaran hasil pengujian.

Perbandingan Tegangan Perhitungan dan Pengujian Tanpa Beban pada Kumparan


Trapezoidal
14

12

10
Tegangan (V)

0
600 900 1200 1500

RPM

Tegangan Hasil Perhitungan (V) Tegangan Hasil Pengujian (V)

Gambar 4.78 Grafik Perbandingan Tegangan Perhitungan dan Pengujian Tanpa


Beban pada Kumparan Trapezoidal

Pada Gambar 4.93 menunjukan perbandingan perhitungan dan pengujian


tegangan keluaran generator tanpa beban pada kumparan trapezoidal, perbedaan
hasil kisaran 6,667% sampai 10,756% lebih besar tegangan keluaran hasil
perhitungan.

4.7 Nilai Regulasi Tegangan


Dari hasil pengujian tanpa beban dan pengujian generator pada celah
udara 2 mm dan kecepatan putar rotor 600 RPM, untuk mencari besarnya
faktor regulasi tegangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(2.12).
Tabel 4.25 Regulasi Tegangan
Vfull load
(Volt) Regulasi Tegangan (%)
Tipe Vno
Beban
Kumparan
load Beban (Volt)
(Volt)
(Volt)
6 9 12 6 9 12
Wave
0,73 0,02 0,0293 0,03 3550 2391,468 2333,333
Continue
Wave 6,5 5,43 19,70534
Treapezoida
5,07 4,1 4,3 4,5 23,65854 17,90698 12,66667
l

Dari Tabel 4.25 menunjukan besar nilai beban resistif berbanding terbalik dengan
besar regulasi tegangan. Nilai regulasi yang paling besar pada kumparan tipe
wave continue dengan beban 5 ohm yaitu nilai regulasi 3550%, serta nilai regulasi
terkecil pada kumparan tipe trapezoidal dengan beban 12 volt yaitu nilai regulasi
12,667%. Nilai regulasi tergangan ini tergantung pada drop tegangan saat
berbeban sesiau persamaan 2.12 jika Vload semakin kecil dan terlalu jauh
perbedaannya dengan Vnoload maka nilai regulasi tegangan akan semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai