Bab Iv
Bab Iv
Bab Iv
2.5
Tegangan (Volt)
1.5
0.5
0
600 900 1200 1500
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Kumparan Tipe Wave Continue
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada
Kumparan Tipe Wave
18
16
14
Tegangan (Volt)
12
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
Gambar 4.9 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah
Udara pada Kumparan Tipe Wave
Dari Gambar 4.8 dan 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator terbukti
pada grafik di atas menunjukan semakin cepat kecepatan rotor maka tegangan
keluaran semakin besar. Sebaliknya ketika celah udara semakin lebar maka
tegangan keluaran generator semakin kecil, ini diakibatkan oleh fluks yang
menembus kumparan ketika celah udara diperbesar akan semakin mengecil.
4.2.3.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Tipe
Kumparan
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Tipe Kumparan Pada
Lebar Celah Udara 2 mm
25
20
Tegangan (Volt)
15
10
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Tipe Kumparan Pada Lebar Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Tipe Kumparan Pada
Lebar Celah Udara 3 mm
20
18
16
14
Tegangan (Volt)
12
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.11 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Tipe Kumparan Pada Lebar Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Tipe Kumparan Pada
Lebar Celah Udara 4 mm
16
14
12
Tegangan (Volt)
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Tipe Kumparan Pada Lebar Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.10, 4.11 dan 4.12 menunjukan bahwa hubungan kecepatan
rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator, dibuktikan pada
grafik di atas menunjukan tegangan semakin naik ketika kecepatan putar rotor
ikut naik. Tegangan keluaran generator dengan kumparan tipe wave continue
lebih kecil dibandingkan dengan kumparan tipe wave dikarenakan lilitan pada
kumparan tipe wave continue tidak tegak lurus terhadap fluks magnet yang
dihasilkan oleh rotor.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Fasa
Ke-1
12
10
Tegangan (Volt)
0
400 600 800 1000
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
Gambar 4.14 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Fasa Ke-1
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Fasa
Ke-2
12
10
Tegangan (Volt)
0
400 600 800 1000
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
Gambar 4.15 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Fasa Ke-2
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Celah Udara pada Fasa
Ke-3
12
10
Tegangan (Volt)
0
400 600 900 1000
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
Gambar 4.16 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Celah Udara pada Fasa Ke-3
Dari Gambar 4.14, 4.15 dan 4.16 di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator terbukti
pada grafik di atas menunjukan semakin cepat kecepatan rotor maka tegangan
keluaran semakin besar. Sebaliknya ketika celah udara semakin lebar maka
tegangan keluaran generator semakin kecil, ini diakibatkan oleh fluks yang
menembus kumparan ketika celah udara diperbesar akan semakin mengecil.
4.2.4.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Pada Fasa ke-1, Fasa
ke-2 dan Fasa ke-3
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1, Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3
pada Lebar Celah Udara 2 mm
12
10
Tegangan (Volt)
0
400 600 800 1000
RPM
Gambar 4.17 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1,
Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3 pada Lebar Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1, Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3
pada Lebar Celah Udara 3 mm
12
10
Tegangan (Volt)
0
400 600 800 1000
RPM
Gambar 4.18 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1,
Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3 pada Lebar Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1, Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3
pada Lebar Celah Udara 4 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)
6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1000
RPM
Gambar 4.19 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Fasa Ke-1,
Fasa Ke-2 dan Fasa ke-3 pada Lebar Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.17, 4.18 dan 4.19 menunjukan bahwa hubungan
kecepatan rotor berbanding lurus terhadap tegangan keluaran generator,
dibuktikan pada grafik di atas menunjukan tegangan semakin naik ketika
kecepatan putar rotor ikut naik. Tegangan keluaran generator pada fasa ke-1
lebih kecil dibandingkan tegangan pada fasa ke-3 dikarenakan adanya
perbedaan gelombang terhadap waktu pada fasa ke-1, ke-2 dan fasa ke-3.
Gambar 4.20 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban Pada fasa Ke-1
dengan Celah Udara 2 mm
Pada gambar 4.20 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (Vrms)
sebesar 9,8 Volt dengan frekuensi listrik (fe) 423 Hz pada fasa ke-1.
Gambar 4.21 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban Pada fasa Ke-2
dengan Celah Udara 2 mm
Pada gambar 4.21 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (Vrms)
sebesar 10 Volt dengan frekuensi listrik (fe) 423,9 Hz pada fasa ke-2.
Gambar 4.22 Gelombang Pengukuran Tegangan Tanpa Beban Pada fasa Ke-3
dengan Celah Udara 2 mm
Pada gambar 4.22 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM menghasilkan tegangan keluaran generator (Vrms)
sebesar 10,3 Volt dengan frekuensi listrik (fe) 421,8 Hz pada fasa ke-3.
4.2.5 Perbandingan Keluaran Tegangan Tanpa Beban Generator 4 Kutub
dengan Generator 6 Kutub
Perbandingan ini mengambil data dari data keluaran tegangan generator di
kecepatan 600 RPM untuk masing-masing generator untuk mengetahui besar
tegangan yang dikeluarkan oleh masing-masing generator.
Tabel 4.7 Hasil Perbandingan Tegangan Keluaran Generator Tanpa Beban
Celah Udara GMPFA 4 Kutub GMPFA 6 Kutub
(mm) Tegangan (Volt) Tegangan (Volt)
2 6,5 4,3
3 5,4 3,9
4 3,9 3,5
Berdasarkan tabel 4.7 tegangan terbesar keluaran generator yang dihasilkan
berada pada generator 4 kutub di celah udara 2 mm yaitu sebesar 6,5 volt dan
tegangan terkecil berada pada generator 6 kutub di celah udara 4 mm yaitu sebesar
3,5 volt.
5
Tegangan (Volt)
0
2 mm 3 mm 4 mm
Celah Udara
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Tegangan Berbeban pada Kumparan Tipe Wave
Hasil tegangan (volt) pengujian berbeban
Celah Udara
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
600 5,07 3,25 1,56
900 9,1 7,02 5,05
1200 12,3 10,15 8,08
1500 14,9 12,2 10,5
Pada tabel 4.8 dan tabel 4.9 menunjukan tegangan berbeban pada
kumparan tipe wave continue terjadi drop tegangan terjadi akibat adanya arus
jangkar sesiau persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika pada rangkaian
tertutup/berbeban maka tegangan yang terbangkit tidak sama dengan tegangan
terminal. Jika nilai resistansi kumparan rangan besar maka drop tegangan juga
semakin besar begitu juga jika semakin besarnya arus.
4.3.3.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
Pada Kumparan Tipe Wave Continue
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Kumparan
Tipe Wave Continue dan Celah Udara 2 mm
3
2.5
Tegangan (Volt)
1.5
0.5
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.24 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Kumparan
Tipe Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
2.5
2
Tegangan (Volt)
1.5
0.5
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.25 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Kumparan
Tipe Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
2.5
2
Tegangan (Volt)
1.5
0.5
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.26 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.24, 4.25 dan 4.26 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor pada kumparan tipe wave continue berbanding lurus
terhadap tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan
tegangan saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif
semakin besar maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai
persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika resistansi kumparan ( R A ) dan arus
jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran
pada saat berbeban akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.
4.3.3.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan
Variasi Celah Udara
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan Variasi Celah Udara
Pada Kumparan Tipe Wave Continue
3
2.5
Tegangan (Volt)
1.5
0.5
0
600 900 1200 1500
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan Berbeban dengan Variasi Celah Udara
Pada Kumparan Tipe Wave
16
14
12
Tegangan (Volt)
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500
RPM
12
10
Tegangan (Volt)
0
600 900 1200 1500
RPM
10
Tegangan (Volt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Pada tabel 4.10 dapat dilihat perbedaan tegangan keluaran generator antara
tegangan tanpa beban dan berbeban, drop tegangan terbesar terjadi pada kumparan
tipe wave di kecepatan 600 RPM dengan celah udara 2 mm yaitu sebesar 1,8 volt,
sedangkan drop tegangan terkecil terjadi pada kumparan tipe wave continue di
kecepatan 1500 RPM dengan celah udara 2 mm yaitu sebesar 0,7 volt.
Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Continue Tanpa Beban dan
Berbeban pada Celah Udara 2 mm
6
5
Tegangan (Volt)
0
600 900 1200 1500
RPM
5
Tegangan (Volt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Continue Tanpa Beban dan
Berbeban pada Celah Udara 4 mm
4
3.5
3
Tegangan (Volt)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
600 900 1200 1500
RPM
30
25
Tegangan (Volt)
20
15
10
0
600 900 1200 1500
RPM
Perbandingan Tegangan Keluaran Kumparan Tipe Wave Tanpa Beban dan Berbeban pada
Celah Udara 3 mm
30
25
Tegangan (Volt)
20
15
10
0
600 900 1200 1500
RPM
20
Tegangan (Volt)
15
10
0
600 900 1200 1500
RPM
Pada tabel 4.11 menunjukan tegangan berbeban pada fasa ke-1 terjadi drop
tegangan terjadi akibat adanya arus jangkar sesiau persamaan Vϕ =
E A − j X s I A −R A I A jika pada rangkaian tertutup/berbeban maka tegangan yang
terbangkit tidak sama dengan tegangan terminal. Jika nilai resistansi kumparan
rangan besar maka drop tegangan juga semakin besar begitu juga jika semakin
besarnya arus.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1
dan Celah Udara 2 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)
6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200
RPM
Gambar 4.39 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1
dan Celah Udara 3 mm
9
8
7
Tegangan (Volt)
6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200
RPM
Gambar 4.40 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1
dan Celah Udara 4 mm
9
8
7
Tegangan (Volt)
6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200
RPM
Gambar 4.41 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.39, 4.40 dan 4.41 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor pada kumparan tipe wave continue berbanding lurus
terhadap tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan
tegangan saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif
semakin besar maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai
persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika resistansi kumparan ( R A ) dan arus
jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran
pada saat berbeban akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.
4.3.4.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Fasa Ke-2
Tabel 4.12 Hasil Tegangan Pengujian Berbeban pada Generator 6 Kutub Fasa Ke-
2
Tegangan (Volt)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 1,6 1,8 1,9
2
600 4,3 4,5 4,3
800 7,4 7,6 7,4
1000 9,78 9,9 9,78
400 1,1 1,3 1,5
600 3,5 3,7 3,9
3
800 6,5 6,7 6,9
1000 9 9,2 9,4
400 0,8 1,1 1,3
600 3,1 3,3 3,5
4
800 6 6,2 6,4
1000 8,3 8,5 8,7
Pada tabel 4.12 menunjukan tegangan berbeban pada fasa ke-1 terjadi drop
tegangan terjadi akibat adanya arus jangkar sesiau persamaan Vϕ =
E A − j X s I A −R A I A jika pada rangkaian tertutup/berbeban maka tegangan yang
terbangkit tidak sama dengan tegangan terminal. Jika nilai resistansi kumparan
rangan besar maka drop tegangan juga semakin besar begitu juga jika semakin
besarnya arus.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2
dan Celah Udara 2 mm
12
10
Tegangan (Volt)
0
400 600 800 1200
RPM
Gambar 4.42 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2
dan Celah Udara 3 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)
6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200
RPM
Gambar 4.43 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2
dan Celah Udara 4 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)
6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200
RPM
Gambar 4.44 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.42, 4.43 dan 4.44 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor pada kumparan tipe wave continue berbanding lurus
terhadap tegangan keluaran generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan
tegangan saat kecepatan putar rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif
semakin besar maka tegangan keluaran generator semakin besar. Sesuai
persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika resistansi kumparan ( R A ) dan arus
jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban nilainya besar, maka tegangan keluaran
pada saat berbeban akan terjadi drop tegangan yang sangat besar.
Gambar 4.45 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 12 volt pada fasa ke-2
dan Celah Udara 2 mm
Pada Gambar 4.45 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM dengan beban 12 volt, tegangan keluaran generator
(𝑉𝑟𝑚𝑠) sebesar 9,78 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 431,2 Hz pada fasa ke-2.
4.3.4.3 Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban
pada Fasa Ke-3
Tabel 4. 13 Hasil Tegangan Pengujian Berbeban pada Generator 6 Kutub Fasa
Ke-3
Tegangan (Volt)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 1,7 1,9 2,1
600 4,1 4,3 4,5
2
800 7,2 7,4 7,6
1000 9,4 9,6 9,87
3 400 1,3 1,5 1,7
600 3,7 3,9 4,1
800 6,7 6,9 7,1
1000 9,2 9,4 9,6
400 0,8 1,1 1,5
600 3,3 3,5 3,7
4
800 6,2 6,4 6,6
1000 8,5 8,7 8,9
Pada tabel 4.13 menunjukan tegangan berbeban pada fasa ke-3 terjadi drop
tegangan terjadi akibat adanya arus jangkar sesiau persamaan Vϕ =
E A − j X s I A −R A I A jika pada rangkaian tertutup/berbeban maka tegangan yang
terbangkit tidak sama dengan tegangan terminal. Jika nilai resistansi kumparan
rangan besar maka drop tegangan juga semakin besar begitu juga jika semakin
besarnya arus.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3
dan Celah Udara 2 mm
12
10
Tegangan (Volt)
0
400 600 800 1200
RPM
10
Tegangan (Volt)
0
400 600 800 1200
RPM
Gambar 4.47 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3
dan Celah Udara 4 mm
10
9
8
7
Tegangan (Volt)
6
5
4
3
2
1
0
400 600 800 1200
RPM
Gambar 4.48 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Tegangan dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.46, 4.47 dan 4.48 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor pada fasa ke-3 berbanding lurus terhadap tegangan keluaran
generator. Pada grafik di atas menunjukan kenaikan tegangan saat kecepatan putar
rotor ditambah dan ketika nilai beban resistif semakin besar maka tegangan
keluaran generator semakin besar. Sesuai persamaan Vϕ = E A − j X s I A −R A I A jika
resistansi kumparan ( R A ) dan arus jangkar ( I A) yang di pengaruhi oleh beban
nilainya besar, maka tegangan keluaran pada saat berbeban akan terjadi drop
tegangan yang sangat besar.
Gambar 4.49 Gelombang Pengukuran Tegangan Berbeban 12 volt pada fasa ke-3
dan Celah Udara 2 mm
Pada Gambar 4.49 menunjukan gelombang keluaran generator pada saat
putaran rotor 1000 RPM dengan beban 12 volt, tegangan keluaran generator
(𝑉𝑟𝑚𝑠) sebesar 9,87 Volt dengan frekuensi listrik (𝑓𝑒) 440 Hz pada fasa ke-3.
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Tegangan Berbeban pada Kumparan Tipe Wave
Hasil Arus (mV) pengujian berbeban
Celah Udara
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
600 345 245 139
900 519 487 276
1200 706 618 454
1500 913 802 693
Pada Tabel 4.14 dan 4.15 menunjukan arus yang dihasilkan generator pada
kumparan tipe wave continue dan wave, nilai beban resistif berbanding terbalik
terhadap arus yang dihasilkan. Sesuai hukum ohm, semakin kecil beban resistif
maka arus semakin besar begitu sebaliknya ketika beban resistif diperbesar maka
arus semakin mengecil.
4.4.3.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada
Kumparan Tipe Wave Continue
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Kumparan Tipe
Wave Continue dan Celah Udara 2 mm
180
160
140
120
Arus (mV)
100
80
60
40
20
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.50 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Kumparan Tipe
Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
160
140
120
100
Arus (mV)
80
60
40
20
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.51 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Kumparan Tipe
Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
120
100
80
Arus (mV)
60
40
20
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.52 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada
Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.50, 4.51 dan 4.52 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator
serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada
grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada kumparan tipe wave
continue grafik menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor
ditambah, sebaliknya jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang
dihasilkan generator semakin kecil.
4.4.3.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus Pada Kumparan Tipe Wave
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus pada Kumparan Tipe Wave dan Celah Udara
2 mm
1000
900
800
700
600
Arus (mV)
500
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.53 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus pada Kumparan
Tipe Wave dan Celah Udara 2 mm
Dari Gambar 4.53 dapat disimpulkan bahwa hubungan kecepatan putar rotor
berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator. Pada grafik hubungan
putaran rotor dan beban terhadap arus pada kumparan tipe wave grafik
menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor ditambah.
4.4.4 Hasil Pengukuran Arus Pada GMPFA 6 Kutub
4.4.4.1 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada
Fasa Ke-1
Tabel 4.16 Hasil Pengukuran Arus pada Fasa Ke-1
Arus (mA)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 169 158 147,4
600 326 316 306
2
800 498 489 473
1000 723 702 685
400 140 130 120
3 600 300 290 280
800 570 560 450
1000 680 670 660
400 121 110 101
600 2,80 270 260
4
800 452 441 430
1000 660 650 640
Pada Tabel 4.16 menunjukan arus yang dihasilkan generator pada Fasa Ke-1,
nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Sesuai
hukum ohm, semakin kecil beban resistif maka arus semakin besar begitu
sebaliknya ketika beban resistif diperbesar maka arus semakin mengecil.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1 dan
Celah Udara 2 mm
800
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
400 600 800 1000
RPM
Gambar 4.54 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1 dan
Celah Udara 3 mm
800
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.55 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-1 dan
Celah Udara 4 mm
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.56 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-1 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.54, 4.55 dan 4.56 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator
serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada
grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada fasa ke-1 grafik
menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor ditambah, sebaliknya
jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang dihasilkan generator
semakin kecil.
4.4.4.2 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada
Fasa Ke-2
Tabel 4.17 Hasil Pengukuran Arus pada Fasa Ke-2
Arus (mA)
Celah Udara Beban
RP 9
(mm) 6 volt 12 volt
M volt
400 179 168 157,4
600 336 326 316
2
800 508 499 483
1000 733 712 695
400 150 140 130
600 310 300 290
3
800 580 570 460
1000 690 680 670
400 131 120 111
600 12,8 280 270
4
800 462 451 440
1000 670 660 650
Pada Tabel 4.17 menunjukan arus yang dihasilkan generator pada Fasa Ke-2,
nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Sesuai
hukum ohm, semakin kecil beban resistif maka arus semakin besar begitu
sebaliknya ketika beban resistif diperbesar maka arus semakin mengecil.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2 dan
Celah Udara 2 mm
800
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.57 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2 dan
Celah Udara 3 mm
800
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.58 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2 dan
Celah Udara 4 mm
800
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.59 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-2 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.57, 4.58 dan 4.59 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator
serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada
grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada fasa ke-2 grafik
menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor ditambah, sebaliknya
jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang dihasilkan generator
semakin kecil.
4.4.4.3 Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban Pada
Fasa Ke-3
Tabel 4.18 Hasil Pengukuran Arus pada Fasa Ke-3
Arus (mA)
Celah Udara Beban
(mm) RPM 6 volt 9 12 volt
volt
400 199 188 177,4
600 356 346 336
2
800 528 519 503
1000 753 732 715
3 400 170 160 150
600 330 320 310
800 600 590 480
1000 710 700 690
400 151 140 131
600 32,8 300 290
4
800 482 471 460
1000 690 680 670
Pada Tabel 4.18 menunjukan arus yang dihasilkan generator pada Fasa Ke-3,
nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Sesuai
hukum ohm, semakin kecil beban resistif maka arus semakin besar begitu
sebaliknya ketika beban resistif diperbesar maka arus semakin mengecil.
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3 dan
Celah Udara 2 mm
800
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.60 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 2 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-2 dan
Celah Udara 3 mm
800
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.61 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 3 mm
Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi Beban pada Fasa Ke-3 dan
Celah Udara 4 mm
800
700
600
500
Arus (mV)
400
300
200
100
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.62 Grafik Hubungan Putaran Rotor terhadap Arus dengan Variasi
Beban pada Fasa Ke-3 dan Celah Udara 4 mm
Dari Gambar 4.60, 4.61 dan 4.62 dapat disimpulkan bahwa hubungan
kecepatan putar rotor berbanding lurus terhadap arus yang dihasilkan generator
serta nilai beban resistif berbanding terbalik terhadap arus yang dihasilkan. Pada
grafik hubungan putaran rotor dan beban terhadap arus pada fasa ke-3 grafik
menunjukan kenaikan arus pada saat kecepatan putar rotor ditambah, sebaliknya
jika ketika nilai beban resistif semakin besar maka arus yang dihasilkan generator
semakin kecil.
4.5 Daya Keluaran (Pout)
Daya keluaran di dapat pada pengujian generator saat berbeban hasil
pengukuran nilai tegangan dan arus serta nillai cos𝜑 didapat dari beban yang
digunakan yaitu beban resistif dimana yang sudah diketahui beban resistif nilai cos𝜑
sama dengan 1, untuk mencari daya keluaran menggunakan persamaan (2.14).
Tabel 4.19 Nilai Daya Keluaran Generator 4 Kutub Kumparan Wave Continue
Pada Tabel 4.27 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada
generator 4 kutub kumparan wave continue, celah udara 2 mm dengan kecepatan
putar rotor 1500 RPM pada beban 5 Ohm dengan nilai daya keluaran (𝑃𝑜𝑢𝑡)
0,044134 Watt. Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter
kawat email 0,2 mm, celah udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 600 RPM
saat beban 15 ohm dengan nilai daya masukan 0,000292 Watt.
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 2 mm
0.05
0.05
0.04
0.04
Daya (Watt)
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.63 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah
Udara 2 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 3 mm
0.04
0.03
0.03
Daya (Watt)
0.02
0.02
0.01
0.01
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.64 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah
Udara 3 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah Udara 4 mm
0.03
0.02
Daya (Watt)
0.02
0.01
0.01
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.65 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 4 Kutub Kumparan Tipe Wave Continue dan Celah
Udara 4 mm
Dari Gambar 4.76, 4.77 dan 4.78 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran
pada generator 4 kutub kumparan wave continue berbanding lurus terhadap
kecepatan putar rotor dan berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.
4.5.1.1 Hubungan Kecepatan Terhadap Daya Keluaran (Pout) Pada GMPFA
4 Kutub Kumparan Wave
Tabel 4.20 Nilai Daya Keluaran Generator 4 Kutub Kumparan Wave
Pada Tabel 4.28 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada generator 4
kutub kumparan wave, celah udara 2 mm dengan kecepatan putar rotor 1500 RPM
pada beban 12 volt dengan nilai daya keluaran (𝑃𝑜𝑢𝑡) 13,6037 Watt. Sedangkan
nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter kawat email 0,2 mm, celah
udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 600 RPM saat beban 12 volt dengan
nilai daya keluaran 0,21684 Watt.
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500
RPM
2 mm 3 mm 4 mm
Pada Tabel 4.29 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada
generator 6 kutub fasa ke-1 kumparan trapezoidal, celah udara 2 mm dengan
kecepatan putar rotor 1000 RPM pada beban 6 volt dengan nilai daya keluaran
(𝑃𝑜𝑢𝑡) 5,8563 Watt. Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter
kawat email 0,2 mm, celah udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 400 RPM
saat beban 12 volt dengan nilai daya masukan 0,0484Watt.
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 2 mm
7
5
Daya (Watt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 3 mm
6
4
Daya (Watt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.68 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 3 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 4 mm
6
4
Daya (Watt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.69 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-1 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 4 mm
Dari Gambar 4.80, 4.81 dan 4.82 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran
pada generator 6 kutub fasa ke-1 kumparan trapezoidal berbanding lurus terhadap
kecepatan putar rotor dan berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.
4.5.1.3 Hubungan Kecepatan Terhadap Daya Keluaran (Pout) Dengan
Variasi Beban Pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan
Trapezoidal
Tabel 4.22 Nilai Daya Keluaran Generator 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan
Trapezoidal
Pada Tabel 4.30 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada
generator 6 kutub fasa ke-2 kumparan trapezoidal, celah udara 2 mm dengan
kecepatan putar rotor 1000 RPM pada beban 6 volt dengan nilai daya keluaran
(𝑃𝑜𝑢𝑡) 7,16874Watt. Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter
kawat email 0,2 mm, celah udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 400 RPM
saat beban 12 volt dengan nilai daya masukan 0,1048 Watt.
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 2 mm
8
7
6
5
Daya (Watt)
4
3
2
1
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.70 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 2 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 3 mm
7
5
Daya (Watt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.71 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 3 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 4 mm
6
4
Daya (Watt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.72 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-2 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 4 mm
Dari Gambar 4.83, 4.84 dan 4.85 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran
pada generator 6 kutub fasa ke-2 kumparan trapezoidal berbanding lurus terhadap
kecepatan putar rotor dan berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.
4.5.1.4 Hubungan Kecepatan Terhadap Daya Keluaran (Pout) Dengan
Variasi Beban Pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan
Trapezoidal
Tabel 4.23 Nilai Daya Keluaran Generator 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan
Trapezoidal
Pada Tabel 4.31 menunjukan nilai daya keluaran tertinggi terjadi pada
generator 6 kutub fasa ke-3 kumparan trapezoidal, celah udara 2 mm dengan
kecepatan putar rotor 1000 RPM pada beban 6 volt dengan nilai daya keluaran
(𝑃𝑜𝑢𝑡) 7,0782 Watt. Sedangkan nilai daya masukan terendah terjadi pada diameter
kawat email 0,2 mm, celah udara 4 mm dengan kecepatan putar rotor 400 RPM
saat beban 12 volt dengan nilai daya masukan 0,1208 Watt.
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 2 mm
8
7
6
5
Daya (Watt)
4
3
2
1
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.73 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 2 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 3 mm
7
5
Daya (Watt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.74 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 3 mm
Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan variasi beban pada
GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah Udara 4 mm
7
5
Daya (Watt)
0
600 900 1200 1500
RPM
Gambar 4.75 Grafik Hubungan kecepatan terhadap daya Keluaran (Pout) dengan
variasi beban pada GMPFA 6 Kutub Fasa Ke-3 Kumparan Trapezoidal dan Celah
Udara 4 mm
Dari Gambar 4.86, 4.87 dan 4.88 dapat disimpulkan bahwa daya keluaran
pada generator 6 kutub fasa ke-3 kumparan trapezoidal berbanding lurus terhadap
kecepatan putar rotor dan berbanding terbalik terhadap besar nilai beban resistif.
Pada Tabel 4.34 menunjukan perbedaan dari hasil perhitungan dan hasil
pengujian ini dikarenakan pada saat pengujian terdapat kekurangan dari segi
akurasi alat ukur, kerapihan kumparan dan akurasi perakitan generator. Disamping
itu ada penyebab lain yang membedakan tegangan keluaran antara tiap diameter
kawat yaitu penomena fringing effect di gamabarkan pada Gambar 2.21
Penomena fringing effect ini disebabkan oleh jarak antara dua kutub magnet yaitu
kutub utara dan kutub selatan. Rugi akibat fringing effect berbanding terbalik
terhadap jarak antar magnet permanen. Dengan demikian jika jarak antar
permanen magnet terlalu kecil ini menyebabkan rugi akibat fringing effect
menjadi besar, begitu sebaliknya jika jarak permanen magnet di perbesar sedikit
maka rugi akibat fringing effect ini akan semakin kecil hingga penambahan jarak
antara magnet tidak perpengaruh secara signifikan terhadap rugi akibat fringing
effect ini.
Pada penelitian ini menggunkan kumparan wave continue, wavw dan
trapezoidal, hal ini menyebabkan akan semakin tebalnya kumparan seiring
diameter kawat diperbesar ini berpengaruh terhadap distribusi medan magnet
sampai lilitan terakhir pada kumparan karena tidak adanya inti besi pada stator
sebagai media penyalur fluks magnet untuk memotong kumparan, sesuai dengan
persamaan (2.20) jumlah kutub magnet juga berpengaruh terhadap tegangan
keluaran generator karena ssemakin sedikit kutub magnet maka putaran rotorpun
harus diperbesar untuk mengimbangi jumlah magnet yang sedikit. Sebaliknya jika
kutub magnet banyak maka generator akan lebih efektif bekerja dalam putaran
rendah.
12
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500
RPM
12
10
8
6
4
2
0
600 900 1200 1500
RPM
12
10
Tegangan (V)
0
600 900 1200 1500
RPM
Dari Tabel 4.25 menunjukan besar nilai beban resistif berbanding terbalik dengan
besar regulasi tegangan. Nilai regulasi yang paling besar pada kumparan tipe
wave continue dengan beban 5 ohm yaitu nilai regulasi 3550%, serta nilai regulasi
terkecil pada kumparan tipe trapezoidal dengan beban 12 volt yaitu nilai regulasi
12,667%. Nilai regulasi tergangan ini tergantung pada drop tegangan saat
berbeban sesiau persamaan 2.12 jika Vload semakin kecil dan terlalu jauh
perbedaannya dengan Vnoload maka nilai regulasi tegangan akan semakin besar.