Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ISTIRAHAT DAN TIDUR


DI RUANGAN AL BIRUNI RS ISLAM BANJARMASIN

OLEH :
RISA AMELIA, S.Kep
NIM :20.300.0033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

OLEH :
RISA AMELIA, S.Kep
NIM :20.300.0033

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Dedy Setiawan, S.Kep.,Ns) (Dahlia, S.Kep.,Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks tanpa stress emosional,
dan bebas dari ansietas. Oleh karena itu, istirahat tidak selalu bermakna tidak
selalu bermakna tidak beraktivitas; pada kenyataannya, beberapa orang
menemukan ketenangan dari beberapa aktivitas tertentu seperti berjalan-jalan
di udara segar (Kozier, 2011)
Sedangkan tidur adalah perubahan status kesadaran yang terjadi ketika
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur
dikarakteristikkan dengan aktivitas fsik yang minimal, tingkat ubuh, dan
kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis respons terhadap
stimulus eksternal (Mubarak, 2008)
Kebutuhan tidur menurut usia(A.Aziz Azimul, 2009) :
Umur Kebutuhan tidur
0-1 bulan 14-18 jam/hari
1-18 bulan 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun 11-12 jam/hari
3-6 tahun 11 jam/hari
6-12 Tahun 10 jam/hari
12-18 Tahun 8,5 jam/hari
18-40 tahun 7-8 jam/hari
40-60 tahun 7 jam/hari
60 tahun ke atas 6 jam/hari

B. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan aktifitas
yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer endokrin kardio vaskular,
respirasi muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau
direkam dengan Electroencephalogram (EEG), untuk aktifitas listrik otak
electromiogram (EMG), untuk pengukuran tonus otot dan electroculogram
(EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme cerebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat
otak untuk tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) dibagian
batang otak atas mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan
kesadaran RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensori raba.
Juga menerima stimulus dari korteks serebri yaitu emosi, proses, pikir.

C. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur :
a. Penyakit : Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur.
b. Lingkungan : Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat
tidurnya.
c. Motivasi : Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan ngantuk.
d. Kelelahan : Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari
tahap REM ( Rapid Eye Movement )
e. Kecemasan : Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga
mengganggu tidur.
f. Alkohol : Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g. Obat – obatan : Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan
tidur antara lain : Diuretik : menyebabkan insomnia, Anti depresan :
supresi REM, Kafein : meningkatkan saraf simpatis, Beta Bloker :
menimbulkan insomnia dan Narkotika : mensupresi REM

D. Klasifikasi
1. Tidur NREM (Norapid Eye Movement) / Tidur Gelombang Lambat
Merupakan tidur yang nyaman dan dalam, dalam tidur ini gelombang otak
lebih lambat dibandingkan orang sadar atau tidak tidur. Hal ini ditandai
dengan mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun,
kecepatan nafas turun, metabolisme menurun, dan gerak bola mata lambat.
Tahap – tahap tidur NREM
 Tahap I
Merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur dengan ciri rileks,
masih sadar dengan lingkungan, rasa mengantuk, bola mata bergerak ke
kanan dan ke kiri, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat
bangun dengan segera. Tahap ini berlangsung sekitar lima menit.
 Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap
ini ditandai dengan mata menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas
menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun. Tahap ini
berlangsung pendek dekitar 5 – 10 menit.
 Tahap III
Merupakan tahap tidur yang ditandai melambatnya denyut nadi,
frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya disebabkan oleh dominasi
sistem saraf parasimpatis dan sulit bangun.
 Tahap IV
Tahap ini ditandai dengan menurunnya denyut jantung dan pernafasan,
jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak otot mata cepat, sekresi
lambung menurun dan tonus otot turun.
2. Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Berlangsung pada tidur malam selama ±5 – 20 menit. Periode pertama
terjadi selama 80 – 100 menit namun jika kondisiorang tersebut sangat
lelah maka awal tidur sangat cepat.
Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV
Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 2009)

E. Manifestasi Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja,
mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
 Biasanya disertai dengan mimpi aktif
 Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan
inhibisi
kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
 Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
 Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
 Mata cepat tertutup dan terbuka

F. Komplikasi
1) Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
2) Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
3) Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
4) Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal
ini mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia
yang memperpendek angka harapan hidup.

G. Gangguan Kebutuhan Istirahat Tidur


Ada beberapa gangguan atau masalah dalam kebutuhan tidur yaitu :
1) Insomnia
Ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun
kuantitas. Proses gangguan tidur ini kemungkinan disebabkan adanya
rasa khawatir atau tekanan jiwa. Insomnia adalah gejala yang dialami
klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun
dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger dan
Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental
seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial
insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia
adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal
insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
2) Hipersomnia
Gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, kebalikan dari insomnia,
yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
3) Parasomnia
Kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti
somnambulis (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-
anak.
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).
4) Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur yang disertai dengan apnea dapat menjadi masalah dalam
tidur karena jika terjadinya apnea dapat mengacaukan saat bernapas dan
bahkan bisa menyebabkan henti napas, maka dapat menyebabkan kadar
oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
5) Narcolepsi
Keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan (mengantuk berat). Ini
merupakan suatu gangguan neurologis. Gelombang kantuk yang tak
tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Seseorang
dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi
ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau
berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya
(Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).

H. Patofisiologi
Reseptor menerima impuls / rangsangan kemudian dibawa ke medulla
spinalis kemudian masuk ke formasi retikularis dilanjutkan ke pons dan
masuk ke medula oblongata kemudian diteruskan ke hipotalamus yang
menyebabkan
menurunya fungsi panca indra dan sampai masuk ke korteks serebri, sehingga
ditafsirkan / disampaikan kembali ke formasi retikularis dilanjutkan ke
medulla spinalis dan dipersepsikan untuk tidur.

Pathway

Gangguan Pola Insomnia


Tidur

1. Bangun terlalu dini


2. Kesulitan memulai tidur
3. Tidur tidak memuaskan
4. Menyatakan tidak merasa
cukup istirahat

Meningkatnya saraf Terjadi perubahan


Dampak dari sakit menjadikan
simpatis sehingga suasana seperti gaduh
klien kurang tidur atau tidak
dapat mengganggu maka akan menghambat
dapat tidur
proses tidur tidurnya

Kecemasan
Penyakit Lingkungan
1. Demam 1. Lingkungan
2. Nyeri bising
3. Penyakit 2. Lingkungan
pernafasan ramai
I. Pemeriksaan Fisik
(NANDA,mata,
1) Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar 2015, mata
TARWOTO,
2006)
sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan
lelah
2) Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil
3) Kaji kelelahan fisik, fatique, letargi

J. Pemeriksaan Penunjang
1) Electroencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, Electromiogram
(EMG) untuk pengukuran tonus otot, dan electroculogram (EOG) untuk
mengukur pergerakan mata.
2) Saturasi O2 dan ECG untuk mengatahu adanya sleep apnea.

K. Diagnosa Keperawatan
1) Insomnia b.d cemas/ansietas
2) Insomnia berhubungan dengan agens farmaseutikal; aktivitas fisik harian,
faktor lingkungan
L. Nursing Care Planing
Diagnosa NOC NIC
No
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. Insomnia b.d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
Ansietas keperawatan selama 2x24 jam, 1.
Definisi : diharapkan klien dapat dan jumlah jam tidur
terganggunya lama menunjukkan pola tidur yang 2.
waktu tidur dan adekuat dengan kriteria hasil : memantau pola tidur
kualitas tidur Indikator IR ER 3.
karena factor 1. kegiatan yang melelahkan
eksternal dalam batas selama terjaga untuk
Batasan normal 6-8 mencegah penat yang
karakteristik: jam/hari berlebihan
1. Kesulitan untuk 2. 4.
fungsi aktivitas kualitas dalam stres sebelum tidur
2. Kesulitan untuk batas normal 5.
tidur 3. terdekat mengenai faktor yang
3. Merasa tidak bisa sesudah tidur berkontribusi terjadinya
beristirahat atau istirahat gangguan pola tidur
4. Tidak sengaja 4. (misalnya , fisiologis,
bangun mengidentifikas psikologis, pola hidup,
Faktor yang i hal-hal yang perubahanshif kerja yang
berhubungan : meningkatkan sering, perubahan zona waktu
1. Penyebab tidur yang cepat, jam kerja yang
kekacauan oleh panjang dan berlebihan, dan
teman sekitar faktor lingkungan lainnya)
2. Pertahanan Keterangan : 6.
lingkungan (e. g 1. Keluhan ekstrem informasi mengenai teknik
ambein, sinar 2. Keluhan berat untuk meningkatkan tidur.
lampu/kegelapan, 3. Keluhan sedang

temperature, 4. Keluhan ringan

lingkungan yang 5. Tidak ada keluhan

tidak familiar)
3. Imobilisasi
4. Privasi tidak
tercukupi
5. Tidak sembuhnya
pola tidur (karena
tenaga kesehatan,
tindakan medis,
dan sleep partner)
2 Insomnia Setelah dilakukan tindakan A. Peningkatan Tidur
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam, 1. Pantau pola tidur pasien
dengan agens diharapkan klien dapat dan catat hubungan
farmaseutikal; menunjukkan pola tidur yang faktor-faktor fisik
aktivitas fisik adekuat dengan kriteria hasil : (misalnya, apnea saat
harian rata-rata Indikator IR ER tidur, sumbatan jalan
kurang dari yang 1. Jumlah jam tidur
napas,
dianjurkan menurut (sedikitnya 5 jam
nyeri/ketidaknyamanan)
usia dan jenis per 24 jam untuk
atau faktor-faktor
kelamin, ansietas; orang dewasa).
psikologis (misalnya,
berduka; depresi; 2. Pola, kualitas,
ketakutan atau ansietas)
faktor lingkungan; dan rutinitas
yang dapat
hygiene tidur tidak tidur.
mengganggu pola tidur
adekuat; ketakutan; 3. Perasaan segar
pasien.
setelah tidur. 2. Fasilitasi untuk
ketidaknyamanan
4. Terbangun di mempertahankan
fisik; konsumsi
waktu yang rutinitas waktu tidur
alkohol; perubahan
sesuai. pasien, persiapan/ritual
hormonal; sering
sebelum tidur, dan
mengantuk;
Keterangan : benda-benda yang
stressor.
1. Keluhan ekstrem familier (misalnya,
(Sumber : NANDA 2. Keluhan berat buku bacaan) jika
International, 2015) 3. Keluhan sedang diperlukan.
4. Keluhan ringan 3. Bantu pasien untuk
5. Tidak ada keluhan membatasi tidur di
siang hari dengan
memberikan aktivitas
yang membuat pasien
tetap terjaga, jika perlu.
4. Berikan atau lakukan
tindakan kenyamanan,
seperti masase,
pengaturan posisi, dan
sentuhan afektif.
5. Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
selama kehamilan,
sakit, dan stress
psikososial.

6. Ajarkan pasien untuk


menghindari makanan
dan minum saat akan
tidur yang dapat
mengganggu tidur.
7. Dukung penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
fase tidur REM
8. Tentukan efek samping
pengobatan terhadap
pola tidur pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:
Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2006. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: Mediaction.
Potter, Patricia A. dan Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika
Suyono, S. 2008. Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Tarwoto, dan Wartorah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Indika.

Anda mungkin juga menyukai