UNDANG-UNDANG Lansia
UNDANG-UNDANG Lansia
LANSIA
OLEH :
KELOMPOK 2
TENTANG
Menimbang:
Mengingat:
Dengan persetujuan :
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
KETENTUAN-KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dengan orang jompo dalam Undang-undang ini ialah setiap orang
yang berhubung dengan lanjutnya usia, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi hidupnya sehari-hari.
Pasal 2
Pasal 3
BAB II
Pasal 4
(1) Pemberian bantuan penghidupan kepada orang-orang jompo tersebut dalam
pasal 2 dan 3 ditugaskan kepada Menteri Sosial, dan dilakukan dalam bentuk
dan ukuran menurut keperluan yang bersangkutan serta sesuai dengan
keadaannya.
(2) Dengan tidak mengurangi wewenang Daerah dalam melaksanakan tugas
mengatur dan mengurus rumah-rumah perawatan bagi orang jompo
berdasarkan peraturan-peraturan Negara yang telah ada, maka tugas yang
diserahkan dalam lapangan pemberian bantuan penghidupan orang jompo
disesuaikan dan dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan dalam Undang-
undang ini serta menurut petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Menteri
Sosial.
Pasal 5
Pasal 6
BAB III
(1) Pengurus dari setiap badan atau organisasi yang menurut anggaran dasarnya
seluruh atau sebagian pokok lapangan pekerjaannya memberi bantuan
penghidupan secara umum kepada orang jompo, wajib melaporkan kepada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Sosial untuk didaftar serta untuk
mendapatkan petunjuk-petunjuk yang bersifat bimbingan dalam waktu tiga
bulan sejak badan atau organisasi itu didirikan.
(2) Demikian pula pengurus daripada badan atau organisasi tersebut dalam ayat
(1) pasal ini memberitahukan setiap perubahan anggaran dasar atau susunan
dari badan atau organisasi yang dipimpinnya kepada pejabat yang dimaksud
dalam ayat (1) pasal ini dalam waktu satu bulan setelah perubahan itu
diadakan.
Pasal 8
(1) Badan-badan dan organisasi tersebut dalam pasal 7, yang memenuhi syarat
dapat memperoleh bantuan atau subsidi dari Pemerintah.
(2) Badan-badan dan organisasi swasta yang mendapat bantuan atau subsidi
dari Pemerintah, wajib memenuhi syarat-syarat dan mematuhi peraturan-
peraturan dan petunjuk-petunjuk yang bersifat bimbingan tentang
pemberian bantuan penghidupan kepada orang jompo yang ditetapkan oleh
Menteri Sosial.
Pasal 9
(1) Atas permintaan pejabat termaksud dalam pasal 7 ayat (1) pengurus
daripada badan atau organisasi yang bersangkutan memberikan keterangan
tentang pengurusan maupun tentang orang yang sedang atau pernah diberi
tunjangan atau dirawat oleh badan atau organisasi yang dipimpinnya.
(2) Badan-badan dan organisasi tersebut dalam pasal 7 ayat (1) harus
memberikan kesempatan dan kerja sama yang diperlukan kepada pejabat-
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Sosial untuk setiap waktu melakukan
pemilikan tentang pelaksanaan peraturan-peraturan, petunjuk-petunjuk,
syaratsyarat serta kewajiban-kewajibannya.
Pasal 10
(1) Bantuan atau subsidi Pemerintah akan dihentikan apabila pengurus Badan
atau Organisasi seperti dimaksud dalam pasal 7 dan 8 melalaikan
kewajibannya terhadap pemerintah.
(2) Apabila karena kelalaiannya itu menyebabkan orang jompo dalam
tanggung jawabnya menjadi terlantar, maka pengurus Badan atau
Organisasi tersebut dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya
tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah.
(3) Perbuatan dimaksud dalam ayat (2) di atas adalah pelanggaran.
BAB IV
Pasal 11
(1) Pemberian bantuan penghidupan kepada orang jompo secara umum oleh
perseorangan hanya boleh dilakukan dengan izin serta memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan oleh Menteri Sosial.
(2) Kepada perseorangan yang menurut tujuan usahanya seluruh atau sebagian
pokok lapangan pekerjaannya memberi bantuan penghidupan kepada orang
jompo secara umum diwajibkan untuk melaporkan setiap perubahan tujuan
usahanya kepada pejabat dan dalam waktu yang dimaksud dalam pasal 7 ayat
(2) dan memberi keterangan yang diperlukan pejabat itu mengenai orang
yang sedang atau pernah diberinya tunjangan maupun dirawatnya.
(3) Terhadap perseorangan yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini berlaku juga
pasal-pasal 8, 9 dan 10.
BAB V
Pasal 12
Pengurus badan-badan atau organisasi yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) dan
perseorangan yang dimaksud dalam pasal 10 yang sudah mulai dengan usaha
pemberian bantuan penghidupan kepada orang jompo sebelum Undang-undang ini
mulai berlaku dengan sendirinya tunduk kepada ketentuanketentuan dalam
Undang-undang ini diwajibkan memenuhi ketentuan termaksud dalam pasal-pasal
7 ayat (1) dan 10 ayat (1) dalam waktu tiga bulan sesudah Undang-undang ini
mulai berlaku.
Pasal 13
Pasal 14
Disahkan Di Jakarta,
Ttd.
SUKARNO.
Diundangkan Di Jakarta,
Ttd.
MOHD. ICHSAN.
Menimbang:
Mengingat:
MEMUTUSKAN :
Menetapkan:
BAB I
PEMBENTUKAN
Pasal 1
Pasal 2
TUGAS
Pasal 3
BAB III
ORGANISASI
Bagian Pertama
Keanggotaan
Pasal 4
Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia terdiri dari unsur Pemerintah dan
masyarakat yang berjumlah paling banyak 25 (dua puluh lima) orang.
Pasal 5
(1) Jabatan Ketua I dalam susunan keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dijabat oleh Menteri yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan di bidang sosial.
(2) Jabatan Ketua II dalam susunan keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dijabat dari unsur masyarakat.
(3) Jabatan Wakil Ketua I dalam susunan keanggotaan Komisi Nasional Lanjut
Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dijabat oleh Direktur
Jenderal yang bertanggung jawab dalam urusan kesejahteraan sosial lanjut
usia dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan di bidang sosial.
(4) Jabatan Wakil Ketua II dalam susunan keanggotaan Komisi Nasional Lanjut
Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d dijabat dari unsur
masyarakat.
(5) (5) Jabatan Sekretaris dalam susunan keanggotaan Komisi Nasional Lanjut
Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e dipilih sendiri oleh para
anggota melalui tata cara yang ditetapkan oleh Komisi Nasional Lanjut Usia.
Pasal 7
(1) Selain untuk jabatan Ketua I dan Wakil Ketua I Komisi Nasional Lanjut Usia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (3), keanggotaan
Komisi Nasional Lanjut Usia yang berasal dari unsur Pemerintah merupakan
Wakil instansi Pemerintah yang bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan di bidang :
a.kesejahteraan rakyat;
b. kesehatan;
c.sosial;
d. kependudukan dan keluarga berencana;
e.ketenagakerjaan
f. pendidikan nasional;
g. agama;
h. permukiman dan prasarana wilayah;
i. pemberdayaan perempuan;
j. kebudayaan dan pariwisata;
k. perhubungan;
l. pemerintahan dalam negeri.
(2) Anggota Komisi Nasional Lanjut Usia yang berasal dari unsur masyarakat
merupakan wakil dari :
a.organisasi masyarakat yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial lanjut
usia;
b.perguruan tinggi;
c.dunia usaha.
Bagian Kedua
Kesekretariatan
Pasal 8
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Nasional Lanjut Usia dibantu oleh
Sekretariat.
(2) Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dijabat oleh Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan di bidang sosial
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh satu unit
kerja yang berada di lingkungan instansi Pemerintah dan ditetapkan oleh
Menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan di bidang sosial
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Kelompok Kerja
Pasal 9
(1) Untuk menunjang pelaksanaan tugas, Komisi Nasional Lanjut Usia dapat
membentuk kelompok kerja.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja Kelompok
Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Komisi Nasional
Lanjut Usia.
BAB IV
Pasal 10
Anggota Komisi Nasional Lanjut Usia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Pasal 11
Kecuali keanggotaan yang berasal dari unsur Pemerintah, keanggotaan Komisi
Nasional Lanjut Usia diangkat untuk 1 (satu) kali masa jabatan selama 3 (tiga)
tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Pasal 12
(1) Untuk pertama kali, calon keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia yang
berasal dari unsur masyarakat diusulkan kepada Presiden oleh Menteri Sosial.
(2) Pengusulan calon keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) kepada Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan
oleh Komisi Nasional Lanjut Usia.
Pasal 13
a.mengundurkan diri;
b. meninggal dunia;
c.menderita sakit yang menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugasnya;
d. melalaikan atau tidak melaksanakan tugasnya;
e.dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap yang ancaman pidananya
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun penjara.
BAB V
TATA KERJA
Pasal 14
Pasal 15
rtakan pihak-pihak lain di luar Komisi Nasional Lanjut Usia untuk hadir dalam
rapat-rapat koordinasi Komisi Nasional Lanjut Usia.
Pasal 16
Keanggotaan yang berasal dari unsur Pemerintah melaporkan hasil rapat
koordinasi Komisi Nasional Lanjut Usia kepada Pimpinan masing-masing untuk
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama menindaklanjuti hasil rapat
koordinasi Komisi Nasional Lanjut Usia sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya masing-masing.
Pasal 17
Ketua Komisi Nasional lanjut Usia melaporkan hasil pelaksanaan tugas Komisi
Nasional Lanjut Usia kepada Presiden secara berkala atau sewaktu-waktu jika
dipandang perlu.
Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja Komisi Nasional Lanjut Usia diatur
oleh Komisi Nasional Lanjut Usia.
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 19
Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komisi Nasional Lanjut
Usia dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB VII
Pasal 20
(1) Di Propinsi dan Kabupaten/Kota dapat dibentuk Komisi Propinsi Lanjut Usia
dan Komisi Kabupaten/Kota Lanjut Usia.
(2) Komisi Propinsi Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Komisi Kabupaten/Kota Lanjut Usia ditetapkan oleh Bupati/ Walikota.
(4) Pembentukan Komisi Propinsi Lanjut Usia dan Komisi Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan
dengan memperhatikan pembentukan, organisasi, dan tata kerja Komisi
Nasional Lanjut Usia yang diatur dalam Keputusan Presiden ini.
Pasal 21
Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Propinsi Lanjut Usia dan Komisi
Kabupaten/Kota Lanjut Usia berkoordinasi dengan Komisi Nasional Lanjut Usia.
Pasal 22
Ditetapkan di Jakarta
ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998
TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
Menimbang :
www.bphn.go.id
Mengingat :
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945;
Dengan Persetujuan
MEMUTUSKAN:
USIA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
Pasal 2
Pasal 3
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia
tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan,
pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial lanjut usia.
Pasal 4
BAB III
Pasal 5
(1) Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
(2) Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi:
a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b. pelayanan kesehatan;
c. pelayanan kesempatan kerja;
d. pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e. kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum.
f. kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
g. perlindungan sosial;
h. bantuan sosial.
(3) Bagi lanjut usia tidak potensial mendapatkan kemudahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kecuali huruf "c", huruf "d", dan huruf "h".
(4) Bagi lanjut usia potensial mendapatkan kemudahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kecuali huruf "g".
Pasal 6
BAB IV
Pasal 7
Pasal 8
BAB V
PEMBERDAYAAN
Pasal 9
Pemberdayaan lanjut usia dimaksudkan agar lanjut usia tetap dapat melaksanakan
fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia tidak potensial meliputi:
Pasal 13
(1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual bagi lanjut usia dimaksudkan
untuk mempertebal rasa keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(2) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan melalui peningkatan kegiatan keagamaan sesuai dengan
agama dan keyakinannya masing-masing.
Pasal 14
(1) Pelayanan kesempatan kerja bagi lanjut usia potensial dimaksudkan memberi
peluang untuk mendayagunakan pengetahuan, keahlian, kemampuan,
keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya.
(2) Pelayanan kesempatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan pada sektor formal dan nonformal, melalui perseorangan,
kelompok/organisasi, atau lembaga, baik Pemerintah maupun masyarakat.
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 20
(1) Bantuan sosial dimaksudkan agar lanjut usia potensial yang tidak mampu
dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tidak tetap,
berbentuk material, finansial, fasilitas pelayanan, dan informasi guna
mendorong tumbuhnya kemandirian.
Pasal 21
(1) Pelaksanaan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal
15, Pasal 17, dan Pasal 20 Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
(2) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia.
BAB VII
PERAN MASYARAKAT
Pasal 22
Pasal 24
BAB VIII
KOORDINASI
Pasal 25
BAB IX
Pasal 26
Setiap orang atau badan/atau organisasi atau lembaga yang dengan sengaja tidak
melakukan pelayanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4), Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3),
padahal menurut hukum yang berlaku baginya ia wajib melakukan perbuatan
tersebut, diancam dnegan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau
denda sebanyak-banyaknya Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 27
(1) Setiap orang atau badan/atau organisasi atau lembaga yang dnegan sengaja
tidak menyediakan aksesibilitas bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (3) dapat dikenai sanksi administrasi berupa:
a.teguran lisan;
b.teguran tertulis;
c.pencabutan izin.
(2) Tata cara pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 28
(1) Setiap orang atau badan/atau oraganisasi atau lembaga yang telah
mendapatkan izin untuk melakukan pelayanan terhadap lanjut usia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), dan/atau
mendapatkan penghargaan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24, menyalahgunakan izin dan/atau penghargaan yang diperolehnya dikenai
sanksi administrasi berupa:
a.teguran lisan;
b.teguran tertulis;
c.pencabutan penghargaan;
d.penghentian pemberian bantuan;
e.pencabutan izin operasional.
(2) Tata cara pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Pemerintah.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini segala ketentuan yang berkaitan
dengan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dan pemberian bantuan
penghidupan orang jompo yang merupakan pelaksanaan dari Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo
sepanjang tidak bertentangan dengan, atau belum diganti atau diubah berdasarkan
Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 30
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Pasal 32
Disahkan di Jakarta
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AKBAR TANDJUNG
ATAS
TENTANG
UMUM
Secara umum materi yang diatur dalam Undang-undang ini, antara lain
meliputi:
1. Tugas dan tanggung jawab Pemerintah dan masyarakat guna mewujudkan
kesejahteraan sosial lanjut usia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dilaksanakan melalui
pelayanan:
a.keagamaan dan mental spiritual;
b.kesehatan; …
c.kesempatan kerja;
d.pendidikan dan pelatihan;
e.kemudahan dalam penggunaan fasilitas sarana dan prasarana umum;
f. kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
g.perlindungan sosial;
h.bantuan sosial.
3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan oleh
Pemerintah dan masyarakat.
4. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi dimaksudkan untuk lebih
memberikan kepastian hukum terhadap upaya pelayanan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
5. Ketentuan mengenai koordinasi dimaksudkan untuk memadukan penetapan
dan pelaksanaan kebijakan Pemerintah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan sosial lanjut usia.