Activity Based Costing (Sistem ABC) adalah sistem akuntansi biaya berbasis aktivitas,
dimana penentuan biaya produk berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas, dengan
proses pengumpulan dan penelusuran data biaya melalui kinerja aktivitas. Pendekatan penentuan
biaya berdasarkan aktivitas adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas,
dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya
biaya.
Activity Based Costing merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang
ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen,
dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan
untuk menghasilkan produk.
Activity based costing adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke
dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas
tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut
pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan
pengambilan keputusan.
Berikut definisi dan pengertian Activity Based Costing (ABC) dari beberapa sumber buku:
Menurut Mulyadi (2007), activity based costing adalah sistem informasi biaya berbasis
aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya
dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.
Menurut Raiborn dan Kinney (2011), activity based costing adalah sistem akuntansi
biaya yang berfokus pada aktivitas organisasi dan pengumpulan biaya-biaya berdasarkan
sifat pokok yang masih mendasari tingkat beberapa overhead yang telah ditetapkan
kemudian dihitung menggunakan berbagai macam pemicu biaya dalam aktivitas suatu
organisasi.
Menurut Siregar, dkk (2014), activity based costing adalah suatu pendekatan perhitungan
biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya, seperti produk, jasa
atau konsumen berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya.
Menurut Rudianto (2013), activity based costing adalah pendekatan penentuan biaya
produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber
daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa
produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan
tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.
Menurut Brimson (1991), activity based costing adalah proses pengumpulan dan
penelusuran data biaya dan kinerja aktivitas aktivitas perusahaan dan pengujian informasi
umpan balik antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang direncanakan untuk
membuat tindakan korelasi yang diperlukan.
Activity Based Costing adalah suatu sistem yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menyediakan informasi perihal aktivitas-
aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.
Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.
Menurut Rudianto (2013), terdapat dua konsep dasar yang harus diketahui dalam sistem ABC,
yaitu:
1. Biaya memiliki penyebab. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menyebabkan
timbulnya biaya akan menempatkan personil perusahaan pada posisi dapat
mempengaruhi biaya. Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya
menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan
timbulnya alokasi biaya.
2. Penyebab biaya dapat dikelola. Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui
pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personil
perusahaan dapat memengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan
berbagai informasi tentang aktivitas.
Agar penerapan Activity Based Costing menjadi optimal, perlu diperhatian beberapa hal sebagai
berikut:
Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu
mengklasifikasikan seluruh aktivitas berdasarkan bagaimana aktivitas tersebut mengkonsumsi
sumber daya. Pengklasifikasian aktivitas dalam beberapa level ini akan memudahkan
perhitungan karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan level yang berbeda akan menggunakan
jenis Cost Driver yang berbeda. Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), tingkatan aktivitas dalam
sistem ABC adalah sebagai berikut:
Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver
merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan
dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk, atau jasa (Blocher dkk, 2011).
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan
secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan
oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
1. Driver sumber daya (resources driver). Driver sumber daya merupakan ukuran
kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Driver sumber daya digunakan
untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas ke Cost Pool
tertentu. Contoh dari driver sumber daya adalah persentase dari luas total yang digunakan
oleh suatu aktivitas.
2. Driver aktivitas (activity driver). Driver aktivitas adalah ukuran frekuensi dan
intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap objek biaya. Driver aktivitas
digunakan untuk membebankan biaya dari Cost Pool ke objek biaya. Contoh dari driver
aktivitas adalah jumlah suku cadang yang berbeda yang digunakan dalam produk akhir
untuk mengukur konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk.
Cost pool adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasi dan berkaitan dengan sebuah
pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC (Garrison dkk, 2014). Cost pool berisi aktivitas
yang biayanya memiliki hubungan yang kuat antara cost driver dengan biaya aktivitas. Setiap
cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi homogen. Semakin banyak aktivitas
dalam suatu kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya biaya dalam cost pool.
Aktivitas yang ada dalam perusahaan dapat digabungkan menjadi satu cost pool atau beberapa
cost pool. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam perusahaan,
semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut. Sistem
biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan hubungan sebab akibat
antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan. Untuk membebankan biaya pada setiap
cost pool digunakan tarif tertentu yang dihitung dengan membagi biaya cost pool dengan cost
driver
Proses penerapan ABC untuk menentukan harga pokok produksi dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta pembebanan biaya sumber daya ke
aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas ke produk. Adapun penjelasan tahapan penerapan
sistem ABC adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas
1. Penentuan Cost Driver. Penentuan cost driver pada sistem activity based costing sangat
berbeda dengan sistem konvensional. Pada sistem kovensional, cost driver yang
digunakan adalah volume based measurement, sedangkan pada sistem activity based
costing cost drivernya yang digunakan tidak hanyalah volume based measurement saja,
tetapi juga batch level, product level related measurement dan facility level related
measurement. Akumulasi biaya yang telah dikumpulkan pada tiap-tiap cost pool
kemudian dialokasikan pada produk yang mengkonsumsinya dengan menggunakan cost
driver yang telah ditetapkan sebagai dasar alokasinya. Banyak biaya yang dialokasikan
pada produk tergantung banyaknya cost driver yang dikonsumsi oleh produk tersebut.
Pemicu biaya (cost driver) merefleksikan permintaan yang ditempatkan terhadap aktivitas
pada tiap jenis oli yang mengkonsumsinya. Cost driver inilah yang digunakan untuk
menelusuri biaya ke objek biaya. Pada sistem ABC berlaku lebih dari satu pemicu biaya
(cost driver) untuk dijadikan dasar alokasi biaya ke produk.
2. Pengalokasian Biaya. Setelah ditetapkan cost driver untuk masing-masing kelompok
biaya (cost pool), maka dapat dilakukan pengalokasian biaya-biaya dalam cost pool ke
masing-masing produk berdasarkan cost driver masing-masing cost pool yang telah
ditatapkan. Pada tabel-tabel diatas, kita dapat ketahui besarnya biaya untuk masing-
masing cost pool dan dari informasi biaya tersebut kita pun dapat mengetahui
pengalokasian biaya berdasarkan cost driver, tarif per cost pool serta harga pokok untuk
masing-masing produk.
1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan
adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu
terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under
costing).
2. Memperbaiki pembuatan keputusan dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan
informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga memberikan informasi
bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya khususnya
biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya overhead di sebabkan oleh
aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer dalam
mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut
******************************************************************************
CONTOH
SOAL 1
PT. Sentosa Jaya Tbk adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk dalam 2 jenis
berbeda yaitu Jenis AB dan BC. Data Keuangan yang terhimpun untuk kedua jeniS produk
tersebut adalah sebagai berikut :
Produk
Keterangan
AB BC
Volume Produksi ( Unit ) 5.000 20.000
Harga Jual ( Rp ) 6.000 3.000
Biaya Utama ( Rp ) 3.000 1.500
Jam Kerja Langsung 2.500 5.000
Dan akuntan manajemen mengidentifikasikan aktivitas cost pool yang dianggarkan dan Aktivitas
sebagai berikut :
Aktivitas Anggaran Cost Pool Aktivitas
Rekayasa Rp150.000 Jam
Setup 500.000 Jam
Perputaran Mesin 1.500.000 Jam
Pengemasan 100.000 Jumlah
Dan berikut ini aktivitas yang sesungguhnya untuk kedua jenis produk :
Aktivitas Konsumsi / Realisasi Total
AB BC
Rekayasa 6.000 9.000 15.000
Setup 400 600 1.000
Perputaran Mesin 50.000 100.000 150.000
Pengemasan 5.000 20.000 25.000
Diminta :
1. Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem konvesional (Tradisional)
2. Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem ABC ?
Jawab :
1.Sistem Konvesional
Total Jam Kerja Langsung ( JKL )= 2.500 + 5.000 = 7.500
Tarif overhead / JKL = Rp2.250.000 / 7.500 = Rp300 / JKL
B.Produk BC
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 9.000 90.000 Rp10
Setup Rp500 600 300.000 Rp500
Perputaran Mesin Rp10 100.000 1.000.000 Rp10
Pengemasan Rp4 20.000 80.000 Rp4
1.470.000 Rp524
Menghitung biaya per unit menggunakan metode konvesional :
Keterangan Produk AB Produk BC
Biaya Utama 15.000.000 30.000.000
Biaya Overhead 1.500.000 6.000.000
Total Biaya 16.500.000 36.000.000
Unit diproduksi 5.000 20.000
Biaya / Unit 3.300 1.800
PT Sukses adalah perusahaan yang mengoperasikan sebuah pabrik pembuatan tongkat sihir
dengan produk utamanya. Produknya itu berupa “Tongkat Sihir Manual” dan “Tongkat Sihir
Otomatis”. Pemilik perusahaan saat ini menggunakan pendekatan tradisional untuk menentukan
harga pokok untuk setiap produk yang dihasilkan. Tuan Langko mempertimbangkan ingin
mengubah sistem penentuan harga pokoknya dari pendekatan tradisional (Volume Based
Costing) menjadi pendekatan ABC (Activity Based Costing). Sebelum mengubah sistem
penentuan harga pokok yang ada, Tuan Langko ingin melihat dampak dari perubahan kebijakan
tersebut. Berikut adalah data perusahaan 1 tahun terakhir.
Dengan sistem sekarang semua BOP ditetapkan pada setiap jenis tongkat dihasilkan berdasarkan
jam kerja langsung. Jika Tuan Langko mengubah pendekatan penentuan harga pokok dengan
menggunakan ABC (Activity Based Costing). Produk diubah menjadi 2 batch yaitu, “Batch-TSO
(Tongkat Sihir Otomatis)” dan “Batch-TSM (Tongkat Sihir Manual)” dimana semua BOP dapat
di trace ke masing-masing batch dengan hasil sebagai berikut:
1. Hitung unit cost berdasarkan pendekatan tradisional atau VBC (Volume Based Costing)?
Jawab :
1. Metode Tradisional
= Rp 7.500.000 : 50.000
Biaya
Rp 3.000.000 Rp 4.500.000
Overhead
Unit Cost 39 28
· Biaya Pembungkus
·
Biaya
Rp 300.000 Rp 450.000
Pembungkus
Biaya Set Up
Rp 1.500.000 Rp 750.000
Mesin
Rp 2 Rp 1
Unit Cost
8 2