Anda di halaman 1dari 12

BAB 14

ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

Pengertian Activity Based Costing 

Activity Based Costing (Sistem ABC) adalah sistem akuntansi biaya berbasis aktivitas,
dimana penentuan biaya produk berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas, dengan
proses pengumpulan dan penelusuran data biaya melalui kinerja aktivitas. Pendekatan penentuan
biaya berdasarkan aktivitas adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas,
dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya
biaya.

Activity Based Costing merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang
ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen,
dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan
untuk menghasilkan produk.

Activity based costing adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke
dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas
tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut
pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan
pengambilan keputusan.

Berikut definisi dan pengertian Activity Based Costing (ABC) dari beberapa sumber buku:

 Menurut Mulyadi (2007), activity based costing adalah sistem informasi biaya berbasis
aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya
dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. 
 Menurut Raiborn dan Kinney (2011), activity based costing adalah sistem akuntansi
biaya yang berfokus pada aktivitas organisasi dan pengumpulan biaya-biaya berdasarkan
sifat pokok yang masih mendasari tingkat beberapa overhead yang telah ditetapkan
kemudian dihitung menggunakan berbagai macam pemicu biaya dalam aktivitas suatu
organisasi. 
 Menurut Siregar, dkk (2014), activity based costing adalah suatu pendekatan perhitungan
biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya, seperti produk, jasa
atau konsumen berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya. 
 Menurut Rudianto (2013), activity based costing adalah pendekatan penentuan biaya
produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber
daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa
produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan
tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. 
 Menurut Brimson (1991), activity based costing adalah proses pengumpulan dan
penelusuran data biaya dan kinerja aktivitas aktivitas perusahaan dan pengujian informasi
umpan balik antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang direncanakan untuk
membuat tindakan korelasi yang diperlukan.

Konsep Dasar Activity Based Costing 

Activity Based Costing adalah suatu sistem yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menyediakan informasi perihal aktivitas-
aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.
Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.

Menurut Rudianto (2013), terdapat dua konsep dasar yang harus diketahui dalam sistem ABC,
yaitu:
1. Biaya memiliki penyebab. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menyebabkan
timbulnya biaya akan menempatkan personil perusahaan pada posisi dapat
mempengaruhi biaya. Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya
menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan
timbulnya alokasi biaya. 
2. Penyebab biaya dapat dikelola. Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui
pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personil
perusahaan dapat memengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan
berbagai informasi tentang aktivitas.

Agar penerapan Activity Based Costing menjadi optimal, perlu diperhatian beberapa hal sebagai
berikut:

1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Sistem ABC mensyaratkan


bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses
dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan
menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. 
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi. Terdapat beberapa perusahaan yang
menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang
ketat tersebut dibutuhkan pembebanan biaya yang akurat. Informasi tentang pembebanan
biaya yang akurat akan memudahkan bagi pihak manajemen dalam proses pengambilan
keputusan. 
3. Biaya pengukuran yang relatif rendah. Biaya pengukuran (measurement cost)
merupakan biaya yang terkait dengan pengukuran yang digunakan oleh suatu sistem
biaya. Agar penerapan sistem ABC dapat optimal, maka biaya pengukuran untuk
menghasilkan informasi biaya aktivitas harus relatif rendah.

Aktivitas dalam Sistem ABC 

Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu
mengklasifikasikan seluruh aktivitas berdasarkan bagaimana aktivitas tersebut mengkonsumsi
sumber daya. Pengklasifikasian aktivitas dalam beberapa level ini akan memudahkan
perhitungan karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan level yang berbeda akan menggunakan
jenis Cost Driver yang berbeda. Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), tingkatan aktivitas dalam
sistem ABC adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas Tingkat Unit (unit-level activity) 


Biaya untuk setiap unit adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan
meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang dihasilkan. Dasar pengelompokan untuk level
ini adalah hubungan sebab akibat setiap unit yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat unit
mencakup pemakaian bahan baku langsung, pemakaian jam tenaga kerja langsung, serta
pemasukan komponen dan inspeksi setiap unit. Aktivitas tingkat unit merupakan aktivitas
berdasarkan volume. Aktivitas yang dibutuhkan bervariasi secara proporsional dengan jumlah
objek biaya. Penggerak biaya untuk konsumsi sumber daya dan penggerak biaya untuk konsumsi
aktivitas cenderung sama dengan aktivitas tingkat unit.

b. Aktivitas Tingkat Kelompok (batch-level activity) 


Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas
yang akan terkait dengan kelompok unit produk atau jasa yang dihasilkan. Dasar pengelompokan
untuk level ini adalah biaya yang hubungan sebab akibat untuk setiap kelompok unit yang
dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat kelompok adalah persiapan mesin, pengaturan pesanan
pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi yang dilakukan oleh batch, penanganan bahan baku,
dan percepatan proses produksi.

c. Aktivitas Tingkat Produk (product-level activity) 


Biaya untuk setiap produk/jasa tertentu adalah sumber daya digunakan untuk aktivitas yang
menghasilkan suatu produk dan jasa. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang
memiliki hubungan sebab akibat dengan setiap produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh
aktivitas tingkat produk mencakup desain produk, pembelian suku cadang yang dibutuhkan oleh
produk, dan keterlibatan dalam perubahan rekayasa untuk memodifikasi produk.

d. Aktivitas Tingkat Fasilitas (facility-level activity) 


Biaya untuk setiap fasilitas tertentu adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang
tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk
mendukung organisasi secara keseluruhan. Dasar pengelompokan untuk level ini sulit dicari
hubungan sebab akibatnya dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk
kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi barang atau jasa.
Aktivitas ini tidak disebabkan oleh produk atau kebutuhan pelayanan pelanggan dan tidak dapat
ditelusuri ke satu unit, batch, atau produk. Contoh aktivitas tingkat fasilitas mencakup
penyediaan keamanan untuk memelihara mesin pabrik dengan fungsi umum, pengelolaan pabrik,
pembayaran pajak bangunan dan asuransi pabrik, serta penutupan buku setiap bulan. Beberapa
perusahaan menyebutkan aktivitas ini sebagai aktivitas pendukung bisnis atau infrastruktur.

Pemicu Biaya (Cost Driver) dalam Sistem ABC 

Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver
merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan
dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk, atau jasa (Blocher dkk, 2011).
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan
secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan
oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.

Terdapat dua jenis cost driver, yaitu:

1. Driver sumber daya (resources driver). Driver sumber daya merupakan ukuran
kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Driver sumber daya digunakan
untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas ke Cost Pool
tertentu. Contoh dari driver sumber daya adalah persentase dari luas total yang digunakan
oleh suatu aktivitas. 
2. Driver aktivitas (activity driver). Driver aktivitas adalah ukuran frekuensi dan
intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap objek biaya. Driver aktivitas
digunakan untuk membebankan biaya dari Cost Pool ke objek biaya. Contoh dari driver
aktivitas adalah jumlah suku cadang yang berbeda yang digunakan dalam produk akhir
untuk mengukur konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk.

Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC 

Cost pool adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasi dan berkaitan dengan sebuah
pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC (Garrison dkk, 2014). Cost pool berisi aktivitas
yang biayanya memiliki hubungan yang kuat antara cost driver dengan biaya aktivitas. Setiap
cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi homogen. Semakin banyak aktivitas
dalam suatu kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya biaya dalam cost pool.

Aktivitas yang ada dalam perusahaan dapat digabungkan menjadi satu cost pool atau beberapa
cost pool. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam perusahaan,
semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut. Sistem
biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan hubungan sebab akibat
antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan. Untuk membebankan biaya pada setiap
cost pool digunakan tarif tertentu yang dihitung dengan membagi biaya cost pool dengan cost
driver

Tahapan Penerapan Sistem ABC 

Proses penerapan ABC untuk menentukan harga pokok produksi dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta pembebanan biaya sumber daya ke
aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas ke produk. Adapun penjelasan tahapan penerapan
sistem ABC adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas 

1. Mengklasifikasikan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan dalam


beberapa kelompok yang mempunyai suatu interprestasi yang mudah dan jelas serta
cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola untuk menghasilkan
produk atau jasa. Cara untuk memahami aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut
digabungkan disusun dalam empat tingkatan aktivitas yaitu aktivitas berlevel unit (unit
level activities), aktivitas berlevel batch (batch level activities), aktivitas berlevel produk
(product level activities) dan aktivitas berlevel fasilitas (fasility level activities). 
2. Mengidentifikasi Biaya. Untuk membebankan biaya dari sumber daya ke aktivitas,
terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi elemen biaya utama. Penentuan elemen biaya
ini dapat dilihat pada buku besar perusahaan. Biaya yang perlu diperhatikan adalah biaya
overhead karena biaya overhead ini merupakan biaya yang dikonsumsi secara tidak
langsung sehingga harus dianalisis. Berbeda dengan biaya tenaga kerja langsung yang
pembebanannya dapat dilakukan tanpa dianalisis. Biaya aktivitas meliputi semua nilai
sumber daya yang dikonsumsi untuk melakukan aktivitas tersebut. 
3. Penentuan Aktivitas dengan Biaya. Suatu aktivitas mempunyai hubungan langsung
dengan biaya. Selain itu aktivitas memegang peranan penting dalam menginterpretasikan
data. Biaya-biaya dikelompokkan berdasarkan tujuan dan pemicu biaya yang sama agar
biaya tersebut memiliki sifat homogen untuk memudahkan pengendalian dan untuk
menghindari disorientasi alokasi produk. 

b. Pembebanan Biaya Aktivitas ke Produk 

1. Penentuan Cost Driver. Penentuan cost driver pada sistem activity based costing sangat
berbeda dengan sistem konvensional. Pada sistem kovensional, cost driver yang
digunakan adalah volume based measurement, sedangkan pada sistem activity based
costing cost drivernya yang digunakan tidak hanyalah volume based measurement saja,
tetapi juga batch level, product level related measurement dan facility level related
measurement. Akumulasi biaya yang telah dikumpulkan pada tiap-tiap cost pool
kemudian dialokasikan pada produk yang mengkonsumsinya dengan menggunakan cost
driver yang telah ditetapkan sebagai dasar alokasinya. Banyak biaya yang dialokasikan
pada produk tergantung banyaknya cost driver yang dikonsumsi oleh produk tersebut.
Pemicu biaya (cost driver) merefleksikan permintaan yang ditempatkan terhadap aktivitas
pada tiap jenis oli yang mengkonsumsinya. Cost driver inilah yang digunakan untuk
menelusuri biaya ke objek biaya. Pada sistem ABC berlaku lebih dari satu pemicu biaya
(cost driver) untuk dijadikan dasar alokasi biaya ke produk. 
2. Pengalokasian Biaya. Setelah ditetapkan cost driver untuk masing-masing kelompok
biaya (cost pool), maka dapat dilakukan pengalokasian biaya-biaya dalam cost pool ke
masing-masing produk berdasarkan cost driver masing-masing cost pool yang telah
ditatapkan. Pada tabel-tabel diatas, kita dapat ketahui besarnya biaya untuk masing-
masing cost pool dan dari informasi biaya tersebut kita pun dapat mengetahui
pengalokasian biaya berdasarkan cost driver, tarif per cost pool serta harga pokok untuk
masing-masing produk.

Manfaat Penerapan Sistem ABC 


Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), penerapan sistem ABC dalam perusahaan memberikan
beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan
adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu
terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under
costing). 
2. Memperbaiki pembuatan keputusan dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan
informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga memberikan informasi
bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya khususnya
biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha. 
3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya overhead di sebabkan oleh
aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer dalam
mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut

******************************************************************************

CONTOH

SOAL 1

PT. Sentosa Jaya Tbk adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk dalam 2 jenis
berbeda yaitu Jenis AB dan BC. Data Keuangan yang terhimpun untuk kedua jeniS produk
tersebut adalah sebagai berikut :
Produk
Keterangan
AB BC
Volume Produksi ( Unit ) 5.000 20.000
Harga Jual ( Rp ) 6.000 3.000
Biaya Utama ( Rp ) 3.000 1.500
Jam Kerja Langsung 2.500 5.000
Dan akuntan manajemen mengidentifikasikan aktivitas cost pool yang dianggarkan dan Aktivitas
sebagai berikut :
Aktivitas Anggaran Cost Pool Aktivitas
Rekayasa Rp150.000 Jam
Setup 500.000 Jam
Perputaran Mesin 1.500.000 Jam
Pengemasan 100.000 Jumlah
Dan berikut ini aktivitas yang sesungguhnya untuk kedua jenis produk :
Aktivitas Konsumsi / Realisasi Total
AB BC
Rekayasa 6.000 9.000 15.000
Setup 400 600 1.000
Perputaran Mesin 50.000 100.000 150.000
Pengemasan 5.000 20.000 25.000

Diminta :
1.      Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem konvesional (Tradisional)
2.      Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem ABC ?

Jawab :
1.Sistem Konvesional
   Total Jam Kerja Langsung ( JKL )= 2.500 + 5.000 = 7.500
   Tarif overhead / JKL = Rp2.250.000 / 7.500 = Rp300 / JKL

   Biaya Overhead yang dibebankan ke :


Produk Total Unit Overhead / unit
AB Rp300 x 2.500 =   Rp750.000 5.000 Rp150
BC Rp300 x 5.000 = Rp1.500.000 20.000 Rp75

2.Sistem ABC ( Activity Based Costing )


 
Aktivitas Total Biaya Konsumsi Aktivitas Tarif Aktivitas
Rekayasa 150.000 15.000 Rp10
Setup 500.000 1.000 Rp500
Perputaran Mesin 1.500.000 150.000 Rp10
Pengemasan 100.000 25.000 Rp4

  Biaya Overhead yang dibebankan ke masing – masing produk sebagai berikut :


 A.Produk AB
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 6.000 60.000 Rp10
Setup Rp500 400 200.000 Rp500
Perputaran Mesin Rp10 50.000 500.000 Rp10
Pengemasan Rp4 5.000 20.000 Rp4
780.000

B.Produk BC
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 9.000 90.000 Rp10
Setup Rp500 600 300.000 Rp500
Perputaran Mesin Rp10 100.000 1.000.000 Rp10
Pengemasan Rp4 20.000 80.000 Rp4
1.470.000 Rp524
Menghitung biaya per unit menggunakan metode konvesional :
Keterangan Produk AB Produk BC
Biaya Utama 15.000.000 30.000.000
Biaya Overhead 1.500.000 6.000.000
Total Biaya 16.500.000 36.000.000
Unit diproduksi 5.000 20.000
Biaya / Unit 3.300 1.800

Menghitung biaya per unit menggunakan metode ABC :


Keterangan Produk AB Produk BC
Biaya Utama 15.000.000 30.000.000
Biaya Overhead 2.620.000 10.480.000
Total Biaya 17.620.000 40.480.000
Unit diproduksi 5.000 20.000
Biaya / Unit 3.524 2.024

CONTOH SOAL 2 METODE TRADISIONAL DAN ABC

PT Sukses adalah perusahaan yang mengoperasikan sebuah pabrik pembuatan tongkat sihir
dengan produk utamanya. Produknya itu berupa “Tongkat Sihir Manual” dan “Tongkat Sihir
Otomatis”. Pemilik perusahaan saat ini menggunakan pendekatan tradisional untuk menentukan
harga pokok untuk setiap produk yang dihasilkan. Tuan Langko mempertimbangkan ingin
mengubah sistem penentuan harga pokoknya dari pendekatan tradisional  (Volume Based
Costing) menjadi pendekatan ABC (Activity Based Costing). Sebelum mengubah sistem
penentuan harga pokok yang ada, Tuan Langko ingin melihat dampak dari perubahan kebijakan
tersebut. Berikut adalah data perusahaan 1 tahun terakhir.

Biaya Jam Kerja Set Up


Jenis Kuantitas Pembungku
Utama Langsung Mesin
Produk (Unit) s (Rp)
(Rp) (Jam) (Unit)

TSM 100.000 900.000 20.000 1.000.000 100

TSO 200.000 1.100.000 30.000 1.500.000 50

Total 300.000 2.000.000 50.000 2.500.000 150

Dengan sistem sekarang semua BOP ditetapkan pada setiap jenis tongkat dihasilkan berdasarkan
jam kerja langsung. Jika Tuan Langko mengubah pendekatan penentuan harga pokok dengan
menggunakan ABC (Activity Based Costing). Produk diubah menjadi 2 batch yaitu, “Batch-TSO
(Tongkat Sihir Otomatis)” dan “Batch-TSM (Tongkat Sihir Manual)” dimana semua BOP dapat
di trace ke masing-masing batch dengan hasil sebagai berikut:

Batc Biaya Entertain Biaya Pengepakan Biaya Set Up Total Biaya


h Karyawan (Rp) Plastik (Rp) Mesin (Rp) (Rp)

TSO 2.500.000 500.000 1.250.000 4.250.000

TSM 2.000.000 250.000 1.000.000 3.250.000

Jika anda sebagai manajer produksi, diminta:

1.       Hitung unit cost berdasarkan pendekatan tradisional atau VBC (Volume Based Costing)?

2.       Hitung unit cost berdasarkan pendekatan ABC (Activity Based Costing)?

Jawab :

1.       Metode Tradisional

·         Hitung Jam Kerja Langsung Per Unit

= Tarif BOP : Jumlah Jam Kerja Langsung

= Rp 7.500.000 : 50.000

= Rp 150/Jam Kerja Langsung

·         Hitung BOP Per Unit

TSM = Rp 150 X 20.000 Jam = Rp 3.000.000

TSO = Rp 150 X 30.000 Jam = Rp 4.500.000

·         Hitung Biaya Per Unit


TSM TSO

Biaya Utama  Rp     900.000  Rp  1.100.000

Biaya
 Rp  3.000.000  Rp  4.500.000
Overhead

Biaya Produksi  Rp  3.900.000  Rp  5.600.000

Kuantitas 100.000 200.000

Unit Cost 39 28

Metode ABC (Activity Based Costing)

·         Biaya Jam Kerja Langsung

TSM               = 20.000 : 50.000 X 300.000 = Rp 120.000

TSO                = 30.000 : 50.000 X 300.000 = Rp 180.000

·         Biaya Pembungkus

TSM               = 1.000.000 : 2.500.000 X 750.000 = Rp 300.000    

TSO                = 1.500.000 : 2.500.000 X 750.000 = Rp 450.000

·         Biaya Set Up Mesin

TSM               = 100 : 150 X 2.250.000   = Rp 1.500.000

TSO                = 50 : 150 X 2.250.000      = Rp 750.000

·    

    Hitung Biaya Per Unit


TSM TSO

Biaya Utama  Rp     900.000  Rp  1.100.000

Biaya JKL  Rp     120.000  Rp     180.000

Biaya
 Rp     300.000  Rp     450.000
Pembungkus

Biaya Set Up
 Rp  1.500.000  Rp     750.000
Mesin

Biaya Produksi  Rp  2.820.000  Rp  2.480.000

Kuantitas 100.000 200.000

 Rp                2  Rp                1
Unit Cost
8 2

Anda mungkin juga menyukai