NIM : A24190127
Kelas Pararel : P2
A. Latar Belakang
Kecambah normal yang dihasilkan oleh benih menunjukkan viabilitas benih tersebut,
semakin banyak kecambah normal yang dihasilkan maka semakin tinggi pula
viabilitas benih. Kemampuan benih dalam menghasilkan kecambah dengan biomassa
kecambah normal lebih besar akan memiliki viabilitas benih lebih tinggi. Pengukuran
biomassa kecambah normal dapat diukur dengan pengujian bobot kering kecambah
normal.
Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) adalah bobot dari seluruh kecambah
normal yang telah dibuang kotiledonnya atau sisa cadangan makanannya lalu
dikeringkan di dalam oven (Zumani dan Suhartono 2018). Bobot kering kecambah
normal mencerminkan kemampuan benih untuk bermetabolisme dengan baik
sehingga cadangan makanan yang ada dalam benih dapat dimanfaatkan untuk proses
perkecambahan (Noflindawati 2014). Pengukuran bobot kering kecambah normal
merupakan tolok ukur yang lebih kuantitatif dan obyektif.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur viabilitas benih dengan tolok ukur bobot
kering kecambah normal (BKKN) dan mengukur vigor benih dengan tolok ukur laju
pertumbuhan kecambah (LPK).
BAB II
METODE
2. Alat
- Eco-Germinator
- Timbangan
- Oven
- Desikator
B. Langkah-langkah
1. Benih ditanam dengan metoda UKDdp, 25 butir setiap gulung sebanyak 4
ulangan dan dikecambahkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1
2. Daya berkecambah benih dihitung pada Final count
3. Setelah pengamatan daya berkecambah, dilakukan pengukuran bobot kering
kecambah.
4. Kotiledon dibuang dengan hati-hati
5. Kecambah yang sudah dibuang kotiledonnya dimasukkan ke dalam kantong
kecambah. Kantong ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal
(Ko)
6. Kantong berisi kecambah dimasukkan dalam keadaan terbuka ke dalam oven
suhu 80oC selama 24 jam (ISTA)
7. Kantong dimasukkan dalam desikator, tunggu sampai dingin dan ditimbang (K1)
BAB III
HASIL
Kecambah
Perlakuan Benih
Perla- Ula Normal AB BSTT Benih Total BKKN DB IV LPK
Mati
kuan ngan (%) (%) Keras Benih (gram) (%) (%) (mg)
Masak Suhu 14 28 (%)
M2 S1 1 36 45 16 0 3 0 100 0.405 81 36 5
Data diatas menunjukkan bahwa lot yang memiliki daya berkecambah tinggi adalah
lot dengan perlakuan S2M2 yaitu 88.75% dan lot yang memiliki daya berkecambah
rendah adalah S1M3 yaitu 82.25%. Lalu, lot benih yang memiliki indeks vigor tinggi
adalah lot dengan perlakuan S1M1 yaitu 41.75% dan lot yang memiliki indeks vigor
terendah adalah lot dengan perlakuan S1M3 yaitu sebesar 38.5%. Selanjutnya, lot
benih yang memiliki nilai LPK tinggi adalah S1M3 yaitu 5.1 mg daan lot benih yang
memiliki nilai LPK terendah adalah S2M1 yaitu 4.59 mg.
Dapat dilihat bahwa perlakuan S1M3 memiliki daya kecambah yang rendah dan
indeks vigor yang rendah namun memiliki nilai LPK yang tinggi hal ini berarti lot
benih tersebut menghasilkan kecambah normal yang lebih sedikit daripada lot lain
tetapi bobot kecambah normalnya lebih besar daripada lot lain. Lot benih S1M3 dapat
memaksimalkan pemakaian cadangan makanan dibandingkan lot benih lain sehingga
laju pertumbuhan kecambahnya pun lebih tinggi.
Lot benih dengan perlakuan S2M1 memiliki nilai LPK terendah dari lot benih lainnya
tetapi dia memiliki daya berkecambah yang lebih tinggi dibandingkan lot lain serta
indeks vigor ditengah-tengah. Hal ini artinya lot benih tersebut dapat menghasilkan
banyak kecambah normal, tetapi bobot kecambah normal yang dihasilkan relatif
rendah sehingga laju pertumbuhan kecambahnya pun rendah.
Lot benih yang memiliki nilai LPK tinggi artinya benih tersebut mampu
mengoptimalkan penggunaan cadangan makanan untuk proses perkecambahan dan
sebaliknya. Hal ini sesuai menurut Putra dan Kurnia (2019) bahwa bobot kering
kecambah normal akan menunjukkan jumlah biomassa yang tersimpan di dalam
kecambah yang sudah dikeringkan, biomassa saat perkecambahan lebih banyak
dipengaruhi oleh kandungan cadangan makanan yang ada di dalam benih.
Kemungkinan penyebab benih memiliki daya berkecambah tinggi tetapi LPK rendah
yaitu terjadi kebocoran sel, kotiledon sebagian mati, dan faktor genetik.
DAFTAR PUSTAKA
Noflindawati. 2014. Pengaruh umur simpan dan skarifikasi terhadap viabilitas benih
sirsak (Annona muricata L). Jurnal Floratek. 9 : 63-68.
Putra FOP, Kurnia TD. 2019. Pemeraman benih gandum (Triticum aestivum L.)
untuk meningkatkan kualitas perkecambahan pada kondisi cekaman kering.
Jurnal Ilmu Pertanian. 31 (1) : 89-101.
Sari W, Faisal MF. 2017. Pengaruh media penyimpanan benih terhadap viabilitas
dan vigor benih padi pandanwangi. Jurnal Agroscience. 7 (2) : 300-310.