Anda di halaman 1dari 1

2

berat, terutama berkaitan dengan jaminan dalam perjanjian kredit. Meskipun

dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, jaminan bukan merupakan syarat

mutlak, namun di dalam praktek pihak hank sebagai kreditur sering meminta

jaminan. Karena jaminan merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan

dalam mempertimbangkan suatu permohonan kredit yang diajukan oleh debitor.

Faktor jaminan ini adalah security faktor atas kredit yang diberikan. Jumlah nilai

jaminan lazimnya hams lebih tinggi dari jumlah kredit yang diberikan, ke dalam

jumlah pinjaman juga diperhitungkan bunga dan biaya-biaya yang timbul dari

kredit itu 2. Tujuan dari jaminan disini untuk menambah kepastian bahwa kredit

atau pinjaman yang diberikan oleh kreditur atau pihak bank akan benar-benar

terjamin pengembaliannya dengan adanya jaminan yang diserahkan debitur jika

kemudian hari tidak terselesaikan sebagaimana mestinya. Praktek

menunjukkan bahwa para kreditur lebih menyukai jaminan yang bersifat

kebendaan, karena memberikan kepastian yaitu dengan diikatnya benda tertentu

sebagai jaminan3.

Untuk mewujudkan potensi pembiayaan pembangunan tersebut sehingga

menjadi sumber pembiayaan yang nil, untuk itu perlu diatur kelernbagaan jaminan

kredit yang mampu memberikan kepastian hukum dan perlindungan baik kepada

kreditur maupun kepada debitur. Pembebanan hak atas tanah beserta benda-benda

yang ada diatasnya sebagai agunan atau jaminan dipraktekkan dalam pemberian

kredit atau pinjaman untuk berbagai keperluan, termasuk untuk keperluan

2
Mariam Darus Badzrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1993, h. 72.
Juhaendah Ilasan, / o c c i t .

Anda mungkin juga menyukai