Anda di halaman 1dari 4

REVIEW TUGAS PANCASILA HAL 1-20

Pancasila Pra Kemerdekaan

Pada 29 Mei 1945 Dr. Radjiman Wediodiningrat meminta kepada forum sidang untuk
mengemukakan dasar Indonesia merdeka. Beberapa saat setelah itu ada cukup banyak yang
mencoba merumuskan dasar Negara antara lain Mr. Muhammad yamin , Prof. Dr. Soepomo
dan Ir. soekarno.

Istilah pancasila dikenali dalam buku sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku
tersebut istilah pancasila di samping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dalam
bahasa sansekerta), juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila
Krama), yaitu :

1. Tidak boleh melakukan kekerasan


2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk

Selain itu tonggak sejarah yang merefleksikan nilai kebangsaan adalah sumpah pemuda pada
28 Oktober 1945 yang pada intinya satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Kemudian
dibentuklah badan yang berguna untuk mempersiapkan kemerdekaan indonesia yaitu
BPUPKI dan PPKI yang kelak akhirnya menetapkan dasar negara pancasila.

Pancasila Era Kemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh Amerika Serikat
kemudian disusul bom kedua di kota Nagasaki yang membuat jepang menyerah dan
menurunkan moral tentaranya. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh indonesia untuk
memproklamasikan Kemerdekaan.

Untuk merealisasikan tekad tersebut maka pada tanggal 16 Agustus1945 terjadi


perundingan antara golongan tua dan golongan muda, perundingan masalah teks proklamasi
berada di rumah Laksamana Tadashi Maeda yang pada akhirnya Soekarno dan Moh. Hatta
yang menandatangani teks proklamasi yang isinya sesuai dengan semangat dalam Piagam
Jakarta tanggal 22 Juni 1945.

Pancasila Era Orde Lama

Pada masa orde lama terdapat dua pandangan mengenai dasar Negara yang berpengaruh pada
munculnya Dekrit presiden, pandangan itu antara lain Pandangan sebagaian kelompok yang
memenuhi anjuran presiden untuk mengangkat undang-undang dasar Negara dan pancasila
yang dirumuskan menurut piagam jakarta. Sedangkan sebagaian kelompok lainnya
menyetujui kembali undang-undang dasar 1945 tanpa cadangan, artinya pancasila sebagai
yang dirumuskan dalam pembukaan undang-undang dasar yang disahkan PPKI tanggal 18
agustus 1945 sebagai dasar Negara.

Namun diskusi dari kedua kelompok tidak mencapai keputusan di sidang konstituante. Jalan
buntu pada sidang majelis bulan juni 1959 menyebabkan presiden soekarno turun tangan
dengan mengeluarkan dekrit presiden yang isinya:

1. Pembubaran konstituante
2. Undang-undang dasar 1945 kembali berlaku dan
3. Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara.

Pada masa ini juga Pancasila dijadikan ideologi Negara yang tampil hegemonic. Pidato
“penemuan kembali revolusi kita” pada tanggal 17 agustus 1959, ditetapkan oleh dewan
pertimbangan agung (DPA) menjadi garis-garis besar haluan Negara (GBHN). Dan materi
pidato tersebut dikukuhkan dalam penetapan presiden (penpresa) nomor 1 tahun 1960 dan
ketetapan MPRS No. 1/MPRS/1960 tentang GBHN. Lengsernya Ir. soekarno sebagai
presiden terjadi setelah pertentangan kuat dan carut marutnya perpolitikan pada masa itu.

Pancasila Era Orde Baru

Jendral soeharto memegang kendali kepemimpinan pada masa orde baru menggantikan
soekarno. Dengan pergantian pemimpin, berlahan lahan pemahaman pancasila mulai
dibenahi. Pancasila dijadikan sebagai political care dan pada 1 juni 1968 presiden soeharto
mengatakan bahwa pancasila sebagai pegangan hidup bangsa.

Pada masa orde baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang menyimpang dari
pancasila melalui program P4 (Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila) atau
Ekaprasetia Pancakarsa.

Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus
berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan tetapi implementasi dan aplikasinya
sangat mengecewakan. Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan
kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain.

Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden Soeharto menggunakan Pancasia


sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaannya. Ada beberapa metode yang digunakan
dalam indoktrinasi Pancasila, yaitu pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-
sekolah melalui pembekalan atau seminar. Kedua, asa tunggal, yaitu presiden Soeharto
membolehkan rakyat untuk membentuk organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan
Pancasila. Ketiga, stabilisasi yaitu presiden Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan yang
dapat menjatuhkan pemerintah. Karena presiden Soeharto beranggapan bahwa kritikan
terhadap pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di dalam negara. Dan untuk
menstabilkannya presiden Soeharto menggunakan kekuatan militer sehingga tak ada yang
berani untuk mengkritik pemerintah.
Pada tahun 1968 presiden soeharto mengeluarkan Instruksi yang isinya

1. Nomor 12 tahun 1968


tentang panduan pengucapan Pancasila
2. Pengucapan:
Satu : Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa
Dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tiga : Persatuan Indonesia
Empat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
Lima : Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia
3. Mulai berlaku 13 April 1968

Pada tanggal 22 maret 1978 ditetapkan TAP MPR Nomor II/MPR/1978 tentang pedoman
penghayatan dan pengamalan pancasila (ekaprasetya panca karsa). Adapun nilai dan norma-
norma yang terkandung dalam pedoman, penghayatan dan pengalaman pancasila yang
meliputi 36 buah butir yang pada tahun 1994 dijabarkan kembali oleh BP-7 pusat menjadi 45
butir P4. Sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia di atur
dalam TAP MPRS No. XX/MPRS/1966.

Pada masa itu sebagaian golongan islam menolak reinforcing oleh pemerintah dengan
menyatakan bahwa pemerintah akan mengagamkan pancasila. Namun Pemerintah orde baru
berkomitmen tidak akan mengubah pancasila dan UUD 1945 dan justru akan
memperkuatnya. Pada agustus 1982 pemerintah Orba menjalankan azaz tunggal dan
mengharuskan setiap parpol mengakui posisi pancasila sebgai pemersatu bangsa. Pada masa
tuanya presiden soeharto mengalami pelengseran kekuasaan karena protes masyarakat,
mahasiswa dan berita KKN.

Pancasila Era Reformasi

Saat Orde Baru tumbang, muncul fobia terhadap Pancasila. Sementara waktu seolah
dilupakan karena hamper selalu identic dengan rezim Orde Baru. Dan dasar Negara berubah
menjadi ideologi tunggal dan satu satunya sumber nilai serta kebenaran.

Adanya polemic di bidang social, hokum dan politik pemerintahan menyebabkan


maraknya protes dari berbagai kalangan yang menyerukan reformasi khususnya mahasiswa.
Saat orde baru tumbang, dasar Negara panasila semakin terancam dilupakan karena kerap
kali dihubungkan dengan kekelaman masa orde baru. Lemahnya nilai pancasila di era
reformasi menyebabkan terjadinya berbagai konvlik horizontal dan vertical serta
melemahkan persatuan dan kesatuan di Negara Indonesia.
Dalam bidang budaya kesadaran masyarakat mengenai keluhuran budaya mulai luntur, dalam
bidang politik terjadi disorientasi politik kebangsaan, di bidang ekonomi terjadi ketimpangan
di berbagai sector dengan diawali masuknya modal asing yang tak terkendali.

Namun kesepakatan pancasila sebagai dasar Negara republic Indonesia tercantum dalam TAP
MPR XVIII/MPR/1998, di TAP III/MPR/2000 dan pasal 1 ayat 3 pancasila menjadi
ditetapkan menjadi sumber hokum.

Karena semakin memudarnya pancasila pada masa reformasi awal azyumardi azra
menggagas rejuvansi pancasila sebagai factor integrative dan fundamen identitas nasional,
gagasan itu melopori diskursus tentang pancasila kembali yang menghangat dan meluas
seusai di symposium pringatan hari pancasila yang diselenggarakan FSIP-UI pada 31 mei
2006. Pada tahun 2008 sekertariat wakil presiden intensif melakukan diskusi dengan tujuan
sosialisasi nilai-nilai pancasil. Pada 2009 dirjen dikti membentuk tim pengkajian pendidikan
pancasila di peguruan tinggi. Di tahun yang sama MPR juga melakukan sosialisasi nilai-nilai
pancasila yang dikenal “ empat pilar kebangsaan” yang didalamnya tercanum pancasila,
UUD 1945, NKRI dan bhineka tunggal eka. Setelah berbagai usaha dilakukan akhirnya
secara perlahan kesadaran tentang penghayatan pancasila tumbuh kembali dan dipertahankan
eksistensnya sampai saat ini.

Anda mungkin juga menyukai