Paper Otoritas Moneter Dan Jasa Keuangan Revisi
Paper Otoritas Moneter Dan Jasa Keuangan Revisi
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4. Ida Bagus Cahya Diva Perwira /12/ 2007511138
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan Karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Otoritas Moneter dan Jasa Keuangan”.
Adapun tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi tugas Pasar dan
Lembaga Keuangan, serta untuk menambah wawasan tentang bagaimana konsep Otoritas Moneter
dan Jasa Keuangan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan paper ini masih banyak kesulitan dan tidak dapat
diselesaikan tanpa bantuan orang lain. Untuk itu, pada kesempatan kali ini kami mengucapkan
terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberikan dorongan semangat serta motivasi yang
tidak pernah henti. Terima kasih yang kedua kami ucapkan kepada dosen pengampu kami yaitu Ibu
Anak Agung Ketut Ayuningsasi, SE.M.Si dan teman-teman dari kelompok tiga .
Kami juga menyadari bahwa dalam menyusun paper ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan masukan, saran, dan kritik untuk membangun
kesempurnaan. Dan semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
A. Struktur................................................................................................................................4
C. Tugas....................................................................................................................................5
A. Struktur...............................................................................................................................7
C. Tugas....................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
1
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana struktur, status, tugas, fungsi dan peran dari Otoritas Moneter di Indonesia
(Bank Indonesia)
b. Bagaimana struktur, status, tugas, fungsi dan peran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di
Indonesia
c. Bagaimana struktur, status, tugas, fungsi dan peran dari PPATK (Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan)
d. Bagaimana struktur, status, tugas, fungsi dan peran dari LPS (Lembaga Penjamin
Simpanan)
e. Bagaimana struktur, status, tugas, fungsi dan peran dari Bank Sentral Amerika Serikat
(The FED)
1.3 Tujuan
a. Memahami konsep struktur, status, tugas, fungsi, dan peran dari Otoritas Moneter dan jasa
keuangan di Indonesia
b. Memahami konsep struktur, status, tugas, fungsi dan peran dari Bank Sentral Amerika
Serikat (The FED)
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur
5
dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan
efisien.
C. Tugas
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, dalam hal ini Bank Indonesia memiliki
wewenang yaitu menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi dan
melakukan pengendalian moneter di luar operasi pasar terbuka, tingkat diskonto, cadangan
wajib minimum dan pengaturan kredit atau pembiayaan baik secara konvensional maupun
secara syariah.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dalam hal ini Bank Indonesia berwenang
untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran, mewajibkan penyelenggaraan jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan tentang kegiatannya, dan menetapkan penggunaan alat pembayaran.
A. Struktur
8
B. Status dan Kedudukan
Otoritas Jasa keuangan lembaga negara independen yang bebas dari campur tangan
pemerintah, yang mana OJK memiliki kewenangan, fungsi serta tugas dalam pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan dalam sektor perbankan,pasar modal, perasuransian,
dana pensiun lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainya. Hal ini di maksud di
dalam Undang- undang 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
C. Tugas
1. Dalam Sektor Perbankan
Beberapa tugas lain yang harus dilakukan OJK dalam sektor perbankan antara lain adalah
menyusun sistem pengawasan bank dan juga melakukan penegakan hukum pada sektor bank.
OJK juga harus melakukan pembinaan, pemeriksaan dan pengawasan dalam sektor bank.
Seluruh hal ini selanjutnya bisa dikembangkan lagi guna memaksimalkan performa perbankan
demi kepentingan masyarakat luas.
2. Dalam Sekor IKNB
Maksud dari sektor IKNB dalam hal ini adalah berbagai Industri Keuangan Non-Bank.
Peran OJK atas IKNB adalah melaksanakan seluruh kebijakan IKNB sesuai dengan peraturan
yang sedang berlaku. Lembaga ini juga harus melakukan evaluasi, perumusan norma dan
prosedur di dalam sektor IKNB. Selain itu, terdapat pula peraturan pada bidang IKNB yang
wajib dilakukan oleh lembaga Otoritas Jasa Keuangan.
3. Dalam Sektor Pasar Modal
Otoritas Jasa keuangan atau OJK juga mempunyai tugas pada sektor pasar modal,
diantaranya adalah dengan melaksanakan seluruh manajemen dalam krisis pasar modal. Selain
itu, lembaga OJK juga harus merumuskan seluruh prinsip yang terdapat dalam pengelolaan dan
transaksi serta melakukan berbagai analisa pengawasan dan pengembangan pasar modal.
Dengan begitu, pasar modal nantinya bisa berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9
2. Mengambil Keputusan Dalam Hal Perkembangan dan Kemajuan Keuangan
Fungsi lain dari OJK adalah mengambil keputusan yang bijak mengenai perkembangan dan
juga kemajuan keuangan di Indonesia. Pengambilan keputusan ini harus berasal dari berbagai
sektor, seperti sektor perbankan, pasar modal, fintech, dan industri non-bank lain yang terlibat di
dalamnya.
3. Melindungi Konsumen
OJK juga memiliki fungsi dalam melindungi konsumen. Hal ini adalah salah satu fungsi
utama dibentuknya lembaga OJK, yaitu demi mewujudkan keuangan inklusif untuk masyarakat
Indonesia dengan perlindungan konsumen yang sudah terpercaya. Oleh karena itu, OJK akan
mengatur regulasi yang berkaitan dengan perlindungan data masyarakat untuk pihak terkait.
A. Struktur
1. Kepala PPATK
2. Wakil Kepala PPATK
3. Sekretaris Utama PPATK
4. Deputi Bidang Pencegahan
5. Deputi Bidang Pemberantasan
6. Pusat Teknologi Informasi
10
7. Inspektorat
8. Pusat Pendidikan dan Pelatihan APUPPT
9. Jabatan Fungsional dan
10. Tenaga Ahli
B. Status
Status dari Lembaga PPATK adalah Lembaga independent yang dibentuk dalam rangka
mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.
C. Tugas
PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas tindak pidana Pencucian Uang.
D. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, PPATK mempunyai fungsi sebagai berikut:
E. Peran
1. Peran lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam mencegah
dan memberantas pencucian uang dimaksudkan untuk tindakan pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman baku dalam upaya
menanggulangi tindak pidana pencucian uang. Dalam melaksanakan tugas pokoknya itu,
PPATK menganggap perlu kerja sama dengan Penyedia Jasa Keuangan untuk mendeteksi
kegiatan pencucian uang karena Penyedia Jasa Keuangan dianggap sebagai lahan yang subur
oleh para pelaku tindak pidana pencucian uang dalam upaya mengaburkan asal-usul dana yang
dimilikinya. Dalam hal pelaksanaan perannya itu, PPATK mewajibkan Penyedia Jasa Keuangan
untuk melaksanakan berbagai prinsip atau ketentuan yang diyakini dapat memerangi praktik
ilegal tindak pidana pencucian uang.
2. Dibentuknya lembaga yang tidak mempunyai kemampuan menyidik ( PPATK) adalah
dimaksudkan untuk menghidarkan terjadinya tumpang tindih kewenangan dengan lembaga yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan penyelidikan yakni lembaga kepolisian.
11
2.4 LPS (Lembaga Penjamin Simpanan)
A. Struktur
12
5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.
D. Fungsi
Pentingnya keberadaan LPS, guna mencegah kepanikan nasabah dengan jalan menyakinkan
nasabah tentang keamanan simpanan walaupun kondisi keuangan bank memburuk dan ancaman
terjadinya risiko sistemik. Resiko ini terjadi karena kebangkrutan satu bank dapat berakibat
buruk terhadap bank lain, sehingga menghancurkan segmen terbesar dari sistem perbankan LPS.
Menurut UU Nomor 24 tahun 2004 tentang LPS, fungsi LPS ada dua, yaitu: menjamin
simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan
sesuai dengan kewenangannya.
E. Peran
13
masalah likuiditas, BI bisa memberikan fasilitas pinjaman likuiditas sebagai bentuk pertahanan
terhadap sistem ekonomi Indonesia.
LPS berada pada posisi belakang/bertahan, LPS melakukan penyelamatan, dalam arti
menjamin simpanan nasabah bank yang dicabut izinnya dan melaksanakan resolusi (penyehatan)
bank gagal. Bank gagal dan bank yang dicabut izinnya pada umumnya mengalami permasalahan
solvabilitas. Pelaksanaan fungsi tersebut dimaksudkan untuk memberikan perlindungan, rasa
aman, dan ketenangan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan. Sekalipun diperbolehkan melakukan penyelamatan, bukan berarti dana talangan dari
LPS akan hilang. Semua biaya yang timbul akibat melakukan penyelamatan suatu bank akan
diperhitungkan sebagai penyertaan sementara. Jangka waktu penyertaan LPS dibatasi dan harus
menjual kembali sahamnya maksimal 2-3 tahun sejak penyelamatan dilakukan.
Jika ketiga pertahanan tersebut tidak mampu bertahan juga, Kementerian Keuangan adalah
pemain terakhir yang diharapkan mampu menjaga gawang tetap aman. Kemenkeu sebagai
pemegang otoritas terhadap fiskal dan koordinator jaminan pengaman keuangan, Financial
Safety Nets (FSN), mampu memberikan kebijakan untuk menjaga sistem perbankan tetap stabil.
Untuk menjaga stabilitas system keuangan dibentuklah FKSSK.12
b. Peran LPS dalam Melakukan Penanganan Bank Gagal yang Berdampak Sistemik dengan
Penyertaan Modal oleh Pemegang Saham.
Bank gagal berdampak sistemik adalah apabila kegagalan bank akan berdampak luar biasa
baik dalam rush maupun terhadap kelancaran dan kelangsungan roda perekonomian secara
nasional. Untuk penanganan bank gagal dengan skim apapun, pihak LPS berdasarkan UU No.
24 Tahun 2004 tentang LPS, diberikan kewenangan yang sangat memadai. Kewenangan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dan pengelolaan bank gagal sepenuhnya diserahkan kepada
LPS sehingga program penyelamatan dapat dilakukan lebih efektif. Termasuk dalam
kewenangan yang diberikan kepada LPS adalah untuk melakukan penyertaan sementara,
melakukan merger dan konsolidasi dengan bank lain.
Dalam menangani bank gagal yang sistemik maupun tidak pihak LPS akan melakukan
kajian dan memutuskan akan diselamatkan atau tidak. Jika biaya penyelamatan jauh lebih mahal
dari pada dengan likuidasi, maka penyelesaiannya singkat saja. Bank diusulkan dicabut ijin
usahanya, kemudian dilikuidasi dan LPS membayar klaim atas simpanan masyarakat. Apabila
LPS memutuskan untuk melakukan penyelamatan, maka ada perbedaan perlakuan antara ke
duanya.
LPS menangani bank gagal yang berdampak sistemik ditetapkan di dalam Pasal 22 dan
Pasal 23 (1), 25, 26, 27 dan 28 UU LPS. LPS melakukan penanganan bank gagal yang
berdampak sistemik setelah FKSSK menyerahkan penanganannya kepada LPS. Penyelesaian
14
atau penanganan bank gagal berdampak sistemik dengan cara: melakukan penyelamatan yang
mengikutsertakan pemegang saham lama atau tanpa mengikutsertakan pemegang saham lama.
Penanganan bank gagal yang berdampak sistemik dengan mengikutsertakan pemegang saham
lama (open bank assistance)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16