Pria memakai BAJE MEUKASAH atau baju jas leher tertutup. Ada sulaman keemasan
menghiasi krah baju.
Jas ini dilengkapi celana panjang yang disebut CEKAK MUSANG.
Kain sarung (IJA LAMGUGAP) dilipat di pinggang berkesan gagah. Kain sarung ini
terbuat dari sutra yang disongket.
Sebilah rencong atau SIWAH berkepala emas / perak dan berhiaskan permata diselipkan
di ikat pinggang.
Bagian kepala ditutupi kopiah yang populer disebut MAKUTUP.
Tutup kepala ini dililit oleh TANGKULOK atau TOMPOK dari emas. TANGKULOK
ini terbuat dari kain tenunan. TOMPOK ialah hiasan bintang persegi 8, bertingkat, dan
terbuat dari logam mulia
Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah bajunya
sangat unik menyerupai krah baju khas china.
Celana cekak musang dan sarung (IJA PINGGANG) bercorak yang dilipat sampai lutut.
Corak pada sarung ini bersulam emas.
Perhiasan yang dipakai : kalung disebut KULA. Ada pula hiasan lain seperti : Gelang
tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (PENDING) berwarna emas.
Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan hiasan kecil bercorak
bunga
BAJU ADAT SUMATERA UTARA / PAKAIAN ADAT SUMATERA UTARA
Pakaian tradisional Sumatera Utara biasa disebut dengan Ulos. Pakaian adat Ulos dianggap oleh
masyarakat suku Batak Karo sebagai ajimat yang mempunyai daya magis tertentu.
BAJU ADAT SUMATERA SELATAN / PAKAIAN ADAT SUMATERA
SELATAN
Pakaian tradisional masyarakat Sumatera Selatan biasa disebut dengan nama Aaesan Gede. Baju
adat ini terinspirasi dari zaman kerajaan Sriwijaya yang dulunya berjaya di daerah Sumatera
Selatan.
Pakaian pengantin tradisional Bangka Belitung biasa disebut dengan nama “Paksian”. Pengantin
perempuan biasanya memakai baju kurung berwarna merah yang berbahan kain sutra. Kepala
mempelai wanita biasanya memakai mahkota yang biasa disebut dengan nama Paksian.
Sedangkan pengantin pria menggunakan Sorban atau yang biasa disebut masyarakat Bangka
Belitung sebagai Sungkon.
Ini merupakan baju adat khas Kalimantan Barat. Wauw, unik ya.. . Suku Dayak di
Kalimantan Barat ini mulai mengenal pakaian yang disebut king baba (king = cawat; baba =
laki-laki) untuk laki-laki, dan king bibinge untuk perempuan (bibinge = wanita). Pakaian
tersebut terbuat dari kulit kayu yang diproses hingga menjadi lunak seperti kain. Kulit kayu yang
bisa difungsikan sebagai kain untuk membuat cawat, celana, baju, clan selimut itu disebut kapua
atau ampuro.
Masyarakat Dayak pun mengenal teknik menenun untuk membuat busana. Bahkan hingga
kini masyarakat Dayak dikenal sebagai penenun yang terampil. Dulu, yang ditenun adalah serat
benang yang dihasilkan dari kulit pohon tengang. Warna dasar serat yang kuat yang dihasilkan
adalah warna coklat muda. Untuk memperoleh warna hitam atau merah hati, warna yang
dominan pada tenunan tradisional Dayak, serat tengang itu dicelup dengan getah pohon yang
dilarutkan dalam air. Tenunan yang beredar sekarang dengan warna-warna kuning, merah muda,
putih, dsb, dibuat dari benang kapas yang diperoleh dari luar daerah. Kini telah sangat jarang
dijumpai tenunan yang dibuat dari serat tengang sehingga busana adat masyarakat Taman pun
menggunakan tenunan benang kapas.
DKI Jakarta / Daerah Khusus Ibukota Jakarta