Anda di halaman 1dari 12

A.

DEFINISI
Hydrosephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal
(Ngatisyah, 1997).

Hedrosephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral


ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan yuliani, 2001).

Hedroshepalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinalis interna atau
eksternal melebar (Mumenthaler, 1995).

Hydrosephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempat


sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi berlebihan cairan
serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten setelah suatu infeksi atau trauma.
Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak-anak yang disebabkan oleh papyloma
pleksus dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995). Pembagiaan hydrocephalus
pada anak dan bayi.

Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Kongenital
Merupakan hydrocephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga pada
saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan dalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Non kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya yaitu
penyakit- penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas. Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial sehingga perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus
non kongenital terletak pada pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2
bagian, terbagi yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan(kommunicating hydrocephalus)
sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat
sumbatan.
2. Hydrocephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)
Pada hydrocephalus nonkomunikan obstruksinya terdapat dalam system ventrikel
sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi
pada hydrocephalus kongenital adalah pada sistem ventikel sehingga terjadi
bentuk hydrocephalus non komunikan.

B. MANISFESTASI KLINIS
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanental anterior menonjol,lama kelamaan
menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior-posterior diatas proporsi ukuran dan badan bayi. Puncak
orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan
putih mata yang tidak biasanya tanpa adanya dispensi vena superfisialis dan kulit jepla
menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis : tetlihat tengkorak mengalamai penipisan dengan sutura yang terpusah
pisah dan pelebaran fontanela. Fentirkulogram menunjukan pembesaran pada sistem
ventrikel. CT scan dapat menggambarkan sistem ventrikuler dengan penebalan jaringan
dan adanya masa pada runagan occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa
aktivitas normal.

Proses ini pada tipe comunicating dapat tertahan secara sepontan atau dapat terus
dengan menyebabakan atrofi optik ,spasme extremitas,konsulsi,menutrisi dan
pemakaian ,jika anak hidup maka akan terjadi reterdasi mental dan fisik.

1. Bayi
a. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
b. Keterlambatan penutupan fontanela anterior,sehingga fontanela menjadi
tenggang,keras,seikit tinggi dari peermukaan tengkorak
c. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranialantara lain:
a) Muntah
b) Gelisah
c) Menangis dengan suara ringgi
d) Peningkatan sistolik pada tekanan dara,penurunan nadi,peningkatan pernafasan
dan tidak teratur,perubahan pupil,lethargi-stupor
d. Peni ngkatan tanus otot etsrimitas
e. Dahi menonjol atau mengkilat dan oembulu pembulu darah terlihat jelas
f. Alis mata dan bulu mata keatas,sehingga sklera terlihat seolah olah diatas iris
g. Bayi tidak dapat melihat keatas”sunset eyes”
h. Strabismus,nistakmus,abtropi optik
i. Bayi sulit mengankat dan menahan kepalanya keatas
2. Anak yang telah menutup suturanya:
Tanda-tanda peningkatan intarakkranial
a. Nyeri kepala
b. Muntah
c. Lethargi,lelah,apartis,perubahan personalitas
d. Keteggangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
e. Penglihatan ganda,kontruksi penglihatan
f. Strabismus
g. Perubahan pupil

C. PATOFISIOLOGI
Hydrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), perdarahan di kepala dan factor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada sistem ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami
atrofi dan reduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray mater terdapat pemeliharaan yang
bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray mater
tidsk mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat meruoakan proses yang tiba-tiba akut
dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan masa klranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan
mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaducstal (penyakit
keluarga/keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik kelebaran pada ventrikel
laterasi dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
menampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan frontal blow). Sindroma
dandy walker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina diluar pada ventrikel IV.
Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang
dibawah tentorium. Klien dengan tipe hydrocephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dn wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, suptura kranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menunjukkan gejala: kenaikan ICP sebelum
ventrikel selebral menjadi sangat besar. Kerusakan dalam absorbsi dala sirkulasi CSF
pada hydrocephalus tidak komplit. CFS melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6-
8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.

Pada pelebaran ventricular menyebabkan robeknya garis ependyma normal pada


dinding rongga memungkinkan kenaikan absorbsi. Jika rute kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventricular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi hydrosephalus bergantung pada factor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan:
1. Gambaran klinis, dikenal hydrocephalus manifest (overthydrocephalus) dan
hidrsefalus tersembunyi (occult hydrocephalus)
2. Waktu pembentukan, dikenal hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hydrocephalus akut dan hydrocephalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hydrocephalus komunikans dan hydrocephalus non
komunikan.
Hydrocephalus interna menunjukan adanya dilatasi ventrikel, hydrocephalus
eksternal menunjukan adanya pelebaran rongga subarachnoid diatas permukaan
korteks. Hydrocephalus okstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi
pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hydrocephalus simptomatik
dan asimptomatik. Hydrocephalus arrested menunjukkan keadaan dimana factor-
faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi.
Hydrocephalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang
diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono,
2005).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dari gejala-gejala kliniks, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan
psikis , untuk keperluan diasnostik hidrosepalus dilakukan pemeriksaan – pemeriksan
penunjang , yaitu :
1. Rongten foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a. Hidrosepalus tipe kongengintal / infantile , yaitu : ukuran kepala , adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan intracranial kronik berupa
imopressio digitate dan erosi, prosessus klionidalis posterior
b. Hidrosepalus tipe juvenile atau adult oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intracranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan ruber adaptor.
Pada hidrosepalus , lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosepalus pada bayi dapat dicurigai , jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart ( jarak antara 2 garais
kisi 1cm )dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala
dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosepalus terjadi setelah
penutupan sutura secara fungsional.
Tetapi jika hidrosepalus telah ada sebelum penutupan sutura kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruah.
4. Ventrikulografi
Setela kontras masuk langsung difoto , maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada cranium bagian
frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit , dan mempunyai resiko
yang tinggi. Dirumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT-scan , prosedr ini
telah di tinggalkan
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapakan dapat menunjukan system fentrikel yang melebar. Pendpat lain
mengatakan pemeriksan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan system ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi system
ventrikel secara jelas.
6. CT-scan kepala
Pada hidrosepalus obstruktif CT-scan sering menunjukan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi diatas ventrikel lebih besar dari
occsipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari
CSS.
Pada hidrosepalus hasil gambaran CT-scan menunjukan dilatasi ringan dari semua
system ventrikel termasuk ruang subarachnoid diproksiamal dari daerah
sumbatan.
7. MRI ( magnetic resonance image )
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medulla spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh .
F. PENATALAKSANAAN
Penanggan hidrosefalus masuk pada kategori”life saving and life sustaming”yang
berati penyakit ini memerlukan diagnosis dini yamg dilanjutakan dengan tindakan
bedah secepatanya. Keterlamabatan akan menyebabkan kecaacatan dan kematian
sehingga prisnsip pengobatan hidrocevalus harus dipenuhi yakni :
1. Menggurangi produksi cairan cerebrosfinal denganmerusak fleksus coroidalis denga
tindakan reseksi atau pembedahan,atau dengan obat azetoselamit (diamok) yang
menghambat pembentukan cairan cerebrosfinal
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan cerebrosfinal dengan tempat
obsersi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachoid
3. Pengeluaran cairan cerebrosfinal kedalam organ ektra kranial,yakni:
a. Drainase ventrikule -peritonial
b. Drainase lombo-peritonial
c. Drainase ventrikule-playura
d. Drainase ventrikule-uretrostomi
e. Drainase kedalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan cerebrosfianl kedalam vena jubularis dan jantung melalui
kateter yang bervetil (holter valvel/katup holter) memungkinkan cerebrosfinal
kesatu arah. Cara inimerupakan cara yan dianggap terbaik namun, kateter harus
duganti sesuai pertumbuhan anak dan harus diwaspadi terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis
4. Tindakan bedah pemasangan selang lintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasin telah dibius total
5. Pengobatan moder atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau puntasan jenis
silikon aet,lentur,tidak mudah putus .
 Observasi tanda tanda vital
1. Peninkatan sistolik tekanan darah
2. Penurunan nadi/gladikardi
3. Peningkatan frekuesi pernafasan
 Pemeriksaaan fisik
a) Masa bayi :

Kepala membesar, fontanel anterior menonjol , vena pada kulit kepala dilataksi
dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi creket – pot (tanda
macw). Mata melihat kebawah (tanda seting - sun), mudah terstimulasi , lemah ,
kemampuan makan kurang , perubahan kesadaran , opistotonos dan spatik pada
ekstermitas bawah bayi dengan malfomarsi arnold-ciari , bayi mengalami
kesulitan menelan , bunyi nafas tridon , kesulitan bernafas , abnea , aspirasi dan
tidak reflek muntah

b) Masa kanak-kanak
Sakit kepala muntah , papil edema , strapbismus , ataksia mudah terstimulasi ,
retalgi apatis , binggung , bicara inkoheren .

G. ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS


Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data: nama, usia, jenis kelamin, suku atau bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat
b. Riwayat penyakit/ keluhan utama: muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihata ganda, perubahan pupil, kontraksi penglihatan perifer
c. Riwayat penyakit dahulu:
a) Antrenatal: perdarahan ketika hamil
b) Natal : perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir.
c) Post natal: infeksi, meningitis, TB paru, neoplasma.
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pengkajian periste
a) B1 ( Breath ) : dispneu, ronkhi, peningkatan frekuensi nafas
b) B2 (Blood ) : pucat, peningkatan sistol tekanan darah, penurunan nadi
c) B3 ( Brain) : sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat,
pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi
penglihatan perifer, juling, tidak dapat melihat keatas “sunset eyes”, kejang
d) B4 ( Bladder) : oliguria
e) B5 (Bowl) : mual, muntah, malas makan
f) B6 (Bone) : kelemahan, lemah, peningkatan tonus otot ekstremitas
2. Observasi tanda tanda vital
a. Peningkatan sistol tekanan darah
b. Penurunan nadi atau bradikardi
c. Peningkatan frekuensi pernafasan
3. Pemeriksaan fisik
a. Masa bayi
Kepala membesar, fontenal anterior menonjol, vena pada kulit kepala dilatasi dan
terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi Cracked-Pot (tanda
macewe), mata melihat kebawah(tanda sitting sun), mudah terstimulasi, lemah,
kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opsitonus dan spatik pada
ekstremitas bawah. Pada bayi dengan malformasi Arnold-chiari, bayi mengalami
kesulitan menelan, bunyi napas stidor, kesulitan bernafas, apneu, aspirasi dan
tidak ada reflek muntah
b. Masa kanak-kanak
Sakit kepala, muntah, pupil edema, strapneus, ataxia, mudah terstimulasi,
letargi,apatis, bingung, bicara inkoheren.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Lingkaran kepala pada masa bayi
b. Translumiasi kepala bayi, tampak penggumpalan cairan serebra spinalis yang
abnormal.
c. Perkusi pada tenggorokan bayi menghasilkan “suara khas”
d. Opthalmoscopi menunjukkan pupil edema
e. CT- Scan
f. Foto kepala menunjukkan pelebaran pada fontanela dan sutura serta erosi tulang
intracranial.
g. Venrtikulografi (jarang dipakai) : hal-hal yang abnormal dapat terlihat didalam
system ventricular.
5. Perkembangan mental/ psikologis
a. Tingkat perkembangan
b. Mekanisme kopping
c. Pengalaman dirawat dirumah sakit
6. Pengetahuan klien dan keluarga
a. Hidrosefalus dan rencana pengobatan
b. Tingkat pengetahuan
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan peningkatan
jumlah cairan serebrospinal
2. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
perubahan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume
cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intracranial
5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurang informasi dalam
keadaan krisis
6. Resiko tinggi terjadinya kerusakan intragasi kulit sehubungan dengan penekanan dan
kemampuan untuk menggerakkan kepala

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Dx 1 NIC: NOC : 1. Deteksi dini
Tujuan : setelah 1. Kaji factor untuk
dilakukan tindakan dari keadaan memprioritaska
keperawatan 2x24 individu, n intervensi
jam klien tidak pemyebab 2. Suatu keadaan
mengalami TIK koma, normal bila
kriteria hasil : penurunan sirkulasi
1. Klien tidak perfusi serebral
mengeluh jaringan dan terpelihara
nyeri kepala kemungkinan dengan baik
2. Mual dan penyebab TIK 3. Reaksi pupil
muntah 2. Monitor TTV dan
berkurang setiap 4 jam pergerakan
3. GCS 4,5,6. 3. Evaluasi pupil kembali dari
Tidak 4. Monitor bola mata
terdapat temperature merupakan
pupil edema. dan suhu tanda dari
4. TTV dalam lingkungan gangguan
batas normal 5. Pertahankan nerfus
kepala atau 4. Panas
leher pada merupakan
posisi yang reflek dari
netral hipotalamus
6. Berikan 5. Perubahan
periode kepala dari
istirahat satu sisi dapat
antara menimbulkan
tindakan penekanan
perawatan dan pada vena
batai lamanya jugularis
prosedur 6. Tindakan terus
7. Pemberian menerus dapat
obat anti nyeri menyebabkan
TIK oleh
rangsangan
komulatif
7. Mengurangi
nyeri
intrakranial
2. Dx 2 NIC:
Tujuan:
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
2x24 jam diharapkan
nyeri kepla hilang
Kriteria hasil:
1. Pasien
mengatakan
nyeri kepala
berkurang
(skala 0)
2. Tampak rilex
3. Tidak
meringis
kesakitan
4. TTV dalam
batas noemal

Anda mungkin juga menyukai