Pada masa kekhalifahan beliau, Umar bin Khatab adalah khalifah yang selalu berjalan tengah malam untuk
mengetahui keadaan kota dan keadaan rakyatnya. Dengan inspeksi langsung inilah amirul mukminin kedua ini dapat
mengetahui kondisi rakyatnya secara sebenar-benarnya. Masa telah lewat malam saat beliau melewati sebuah
rumah yang dari luar terdengar seorang pria di dalam rumah yang sedang asyik tertawa. Semakin beliau mendekat,
beliau juga mendengar suara gelak tawa wanita.
Khalifah Umar bin Khatab mengintip rumah tersebut lalu memanjat jendela dan masuk ke rumah tersebut. Beliau
menghardik pria tersebut dengan berucap:
“Hai hamba Allah! Apakah kamu mengira jika Allah akan menutup aib dirimu sedangkan kamu berbuat maksiat!!”
Pria yang dihardik tersebut tetap tenang dengan lalu menjawab tuduhan Umar dengan berkata:
“Wahai Umar, jangan terburu-buru, mungkin hamba melakukan satu kesalahan, tapi anda melakukan tiga
kesalahan,” jawab pria itu. Umar bin Khatab hanya terpaku, si pria meneruskan bicara.
“Yang pertama, Allah berfirman: jangan kamu (mengintip) mencari-carai kesalahan orang lain (Al Hujurat:12) dan
anda telah melakukan hal tersebut dengan mengintip ke dalam rumah hamba,” kata pria tersebut.
“Yang kedua, Allah berfirman: masuklah ke rumah-rumah dari pintunya (Al Baqarah: 189) dan anda tadi menyelinap
masuk ke dalam rumah hamba melalui jendela,” papar pria tersebut.
“Dan yang ketiga, anda sudah memasuki rumah hamba tanpa ijin, padahal Allah berfirman: jangan kamu masuk ke
rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin (An-Nur: 27),” lanjut si pria
Menyadari bahwa dirinya juga salah, Umar lantas berkata, “apakah lebih baik disisimu jika aku memaafkanmu?”
lantas pria tersebut menjawab, “Ya, amirul mukminin”. Umar pun memaafkan pria tersebut dan berpamitan pergi dari
rumah tersebut.
Dari cerita diatas, dapat kita tengok bahwa seorang imam besar, pemimpin umat seperti amirul mukiminin Umar bin
Khatab yang tersohor tersebut mau mendengarkan nasehat orang lain, bahkan orang yang bersalah. Nasehat itu
tidak perlu dilihat siapa yang berkata, namun harus dilihat apa yang dinasehatkan. Selain itu kita juga harus selalu
mengembangkan prasangka baik kepada siapapun, terutama saudara sasama muslim. Janganlah mencari-cari
kesalahan mereka. Misalnya, tidak berjumpa di pengajian, kita sudah berpikir bahwa ia lalai dari mengingat Allah,
tidak jumpa di shalat Jum’at, ia kita anggap mementingkan dunia. Bahkan ketika kita melihat pria sedang bersenda
gurau dengan lawan jenis, kita anggap bahwa dia telah terkunci mata hatinya. Dengan prasangka seperti itu, bisa
jadi kita telah melakukan kesalahan yang lebih besar dibandingkan saudara kita tersebut. Oleh karen itu mari kita
kembangkan sikap berprasangka baik kepada siapapun.
Dahulu ada seorang raja, dari orang-orang sebelum kalian. Dia memiliki
seorang tukang sihir. Tatkala tukang sihir itu sudah tua, berkatalah ia kepada
rajanya: “Sesungguhnya aku telah tua. Utuslah kepadaku seorang anak yang
akan aku ajari sihir.” Maka sang raja pun mengutus seorang anak untuk
diajari sihir. Setiap kali anak tersebut datang menemui tukang sihir, di tengah
perjalanan ia selalu melewati seorang tabib, ia pun duduk mendengarkan
pembicaraan rahib tersebut, sehingga ia kagum kepadanya. Maka setiap kali
ia datang ke tukang sihir, ia selalu duduk dan mendengarkan petuah rahib itu,
kemudian baru ia datang ke tukang sihir sehingga tukang sihir itu
memukulnya (karena ia datang terlambat, red.). ia mengadukan hal itu
kepada rahib tadi, sang rahib pun berpesan: “Kalau engkau takut kepada
tuakng sihir, katakanlah bahwa keluargamu telah menghalangimu (sehingga
engkau terlambat), dan bila engkau takut kepada keluargamu, katakan juga
bahwa tukang sihir itu telah mencegahmu. Maka tatkala berlangsung
demikain, tiba-tiba ada seekor binatang buas mengonggok di tengah jalan
sehingga menghalangi lalu-lalangnya manusia. Menghadapi peristiwa ini
maka ia pun bergumam: “Pada hari ini akan aku buktikan apakah tukang sihir
itu lebih utama dari pada rahib, ataukah sebaliknya.”
“Wahai anakku, hari ini engkau lebih baik daripada aku, dan engkau telah
sampai pada perkara yang aku sangka. (ketahuilah) sesungguhnya engkau
akan diuji, dan bila engkau diuji, janganlah engkau tunjukkan tentang diriku.”
Dan kini ia dapat menyembuhkan penyakit buta, penyakit kusta, serta dapat
mengobati manusia dari berbagai macam penyakit.
Hal ini terdengar oleh seorang teman duduk raja, sedangkan dia adalah
seorang yang buta, kemudian ia membawa harta yang banyak seraya
mengatakan: “Aku akan berikan harta ini kepadamu bila engkau bersedia
menyembuhkan penyakitku.” Maka sang anak menjawab, “Sesungguhnya
aku tidaklah bisa menyembuhkan siapapu, yang bisa menyembuhkan
hanyalah Allah. Kalau engkau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa
kepada-Nya untuk kesembuhanmu.” Maka ia pun beriman kepada Allah dan
Allah pun menyembuhkan penyakitnya. Kemudian datanglah dia menemui
sang raja dan duduk sebagaimana biasanya, sang raja pun heran seraya
mengatakan: “Siapakah yang telah mengembalikan pandanganmu?” maka ia
menjawab: “Rabb-ku.” Sang raja melanjutkan: “Apakah engkau memiliki
tuhan selain aku?!!” Jawabnya, “Ya, Dia adalah Rabb-ku dan Rabb-mu juga.”
Maka sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia
menunjukkan kepada anak tersebut. Didatangkanlah si anak itu, kemudian
sang raja berujar: “Wahai anakku, sekarang engkau telah memiliki
kepandaian sihir, sehingga bisa menyembuhkan orang yang buta dan juga
bisa menyembuhkan penyakit kusta dan lain sebagainya.” Sang anak balik
menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, dan
hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkan.”
Maka mereka pun pergi, kemudian naik, dan tatkala berada di atas gunung
sang anak berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka
sekehendak-Mu.” Tiba-tiba bergetarlah gunung tersebut dan semua prajurit
raja jatuh berguguran ke bawah jurang, kemudian kembalilah sang anak
menemui sang raja. Ia heran dan mengatakan: ‘Apa yang terjadi pada para
sahabatmu?” Sang anak menjawab: “Sesungguhnya Alalh telah menjagaku
dari makar mereka.” Maka kembali sang raja melemparkannya ke
sekelompok prajuritnya yang lain, kalai ini perintah sang raja: “Pergilah kalian
dan bawalah anak ini ke sebuah perahu, apabila kalain telah ke tengah laut,
maka apabila ia mau berhenti dari agamanya selamatkanlah ia, kalau ia tetap
enggan, lemparkanlah ia ke tengah lautan!”
Maka mereka pun pergi, setelah sampai di tengah laut, sang anak pun
berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka sekehendak-Mu.”
Maka perahu itu pun terbalik, namun Allah tetap menyelematkannya dan
tenggelamlah seluruh prajurit raja. Kembalilah sang anak datang menemui
sang raja, ia pun terkejut seraya mengatakan: “Apa yang terjadi pada para
sahabatmu?” Sang anak menjawab, “Allah telah menjagaku dari makar
mereka.” Kemudian ia berkata kepada sang raja, “Sesungguhnya engkau
tidak akan pernah bisa membunuhku, kecuali bila engkau mau menuruti
permintaanku.” Sang raja menjawab, “Apakah itu? Sang anak melanjutkan,
“Kumpulkanlah seluruh manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di
sebuah pohon kurma, kemudian ambillah satu anak panah dari tempat anak
panahku, letakkan anak panah itu di busurnya, kemudian katakanlah “Bismilah
Rabbil ghulam (dengan nama Allah Rabb-nya anak ini).’ Kemudian lepaskanlah
anak panah tersebut. Dengan begitu engkau bisa membunuhku.”
Maka sang raja pun mengumpulkan manusia pada suatu padang yang luas.
Dia menyalib anak tersebut pada sebuah batang kurma, kemudian mengambil
sebuah anak panah dari tempat anak panahnya dan diletakkan di sebuah
busur, kemudian mengatakan: “Bismillah Rabbin ghulam (Dengan menyebut
nama Allah, Rabb anak ini).” Kemudian panah itu dilepaskan, maka anak
panah itu melesat tepat mengenai pelipis sang anak, setelah itu Ia
meletakkan tangannya di pelipisnya kemudian meninggal.
Maka manusia seluruhnya mengucapkan, “Aamanna bi Rabbil ghulam (Kami
beriman kepada Allah Rabb-nya anak tersebut).” Maka dikatakan kepada
sang raja: “(Wahai sang raja!) Tahukah engkau, perkara yang selama ini kau
khawatirkan telah terjadi. Sungguh manusia seluruhnya telah beriman.” Maka
sang raja memerintahkan untuk membuat sebuah parit di dekat pintu-intu
jalan dan membuat lubang panjang. Lalu dinyalakanlah api kemudian ia
berorasi: “Barangsiapa yang tidak mau kembali dari agamanya, maka
lemparkanlah ke dalam parit tersebut.” Atau sehingga dikatakan,
“Lemparkanlah!!” maka mereka pun melemparkan seluruhnya. Sampai datang
seorang wanita bersama bayinya, ia seorang wanita bersama bayinya, ia
berputus asa, berdiri lemas tanpa daya menghadap jurang parit yang tengah
berkobar api, tiba-tiba sang bayi berucap, “Wahai ibuku.. bersabarlah,
sesungguhnya engkau dalam kebenaran…!”
(Hadits shahih riwayat Imam Muslim dalam kitab Az-Zuhd bab “Qishashotu Ash-
habil Ukhdud was Sahir war Rahib wal Ghulam: 3005)
Mutiara faidah dari kisah pemuda dan tukang sihir
(Ashhabul Ukhdud)
1. Ahlul fasad (para pengusung kesesatan) selalu berusaha untuk menularkan dan
mewariskan kesesatan mereka, dengan berupaya sekuat tenaga untuk
melanggengkan kesesatannya tersebut.
2. Disenanginya belajar di kala kecil, karena belajar di kala kecil seperti mengukir
di atas batu, dan seorang anak akan mampu menerima didikan dan pengajaran
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Hati-hati para hamba adalah berada di Tangan Allah, maka Allah akan
memberi petunjuk atau menyesatkan siapapun yang dikehendaki-Nya. Lihatlah si
anak tersebut, ia mendapatkan petunjuk sekalipun berada dalam didikan tukan
sihir dan dalam asuhan seorang raja sesat.
4. Menetapkan adanya karomah para wali, mereka adalah orang-orang yang
berimand an bertakwa kepada Allah, seperti dalam firman-Nya: “Ingatlah
sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.”
(QS. Yunus: 62-63)
5. Bolehnya bagi seseorang untuk mengorbankan dirinya apabila di sana ada
kemaslahatan manusia secara umum. Berkata Syaikhul Islam, “Karena hal itu
termasuk jihad di jalan Allah, dengan itu umat akan beriman dan ia pun tidak
akan sia-sia, karena cepat atau lambat ia pun pasti akan meninggal dunia” Adapun
yang dilakukan oleh sebagian manusia dengan praktek bom bunuh diri, yaitu
dengan membawa alat peledak (bom) kemudian meledakkannya di sekelompok
orang-orang kafir, maka ini termasuk kategori membunuh diri sendiri, dan
barangsiapa yang membunuh diri sendiri maka ia kekal di dalam neraka selama-
lamanya. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits: “Barangsiapa membunuh
dirinya dengan sebatang besi, maka besi itu berada di tangannya, lantas ia akan
menusuk perutnya dengannya di neraka jahannam, dia kekal selama-lamanya di
dalamnya.” (HR. Bukhari 5778, Muslim: 109). Karena perilakus emacam itu tidak
membawa maslhat bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Dengan itu, ia
mungkin hanya membunuh 10, 100, atau 200 kaum kuffar, yang hal tersebut tidak
membawa manfaat bagi Islam dan tidak pula menjadikan manusia masuk ke
dalam Islam. Berbeda dengan kisah ghulam (anak) tersebut. (Lihat Bahjatun
Nadhirin karya Syaikh Salim bin Id Al-Hilali 1/86-88, Syarh Riyadlush
Shalihin karya Syaikh Ibnu Utsaimin: 156-166).
Allah Ta’ala Yang Mahakuat. Dialah sebaik-baik Pencipta yang memiliki Kuasa untuk melakukan segala
sesuatu. Merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala adalah kemuliaan. Sedangkan melakukan itu di hadapan
Terhadap sesama manusia, yang dibolehkan adalah rendah hati. Bahwa semua manusia memiliki derajat yang
sama di sisi Allah Ta’ala. Yang membedakan hanyalah taqwa yang terletak dalam hati. Sikap rendah hati di
Sahabatku…
Imam Ahmad bin Hanbal pernah bercerita. Beliau menyebutkan seorang hamba Allah Ta’ala yang telah rajin
melakukan ibadah sepanjang tujuh puluh tahun. Suatu hari, dia duduk bersimpuh mengadu kepada Allah
Ta’ala. Ia menyampaikan betapa sedikitnya amalan dirinya dan banyaknya dosa yang telah dia lakukan selama
itu.
Atas pengakuannya itu, datanglah utusan Allah Ta’la yang menyampaikan kalam Tuhannya, “Dudukmu saat
ini lebih Aku cintai daripada amal-amalmu yang telah lewat sepanjang umurmu.”
Bisajadi, saat melakukan ibadah, banyak di antara kita yang merasa sombong. Baik itu merasa baik atau
merasa telah melakukan amal shaleh yang tidak dilakukan oleh orang lain. Padahal, ketergelinciran Iblis
Dalam kisah yang lain, sebagaimana dikutip dari Kitab az-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan kisah
serupa.
Tersebutlah seorang dari kalangan Bani Israel yang telah beribadah selama enam puluh tahun. Kemudian, ahli
ibadah ini memanjatkan sebuah pinta kepada Allah Ta’ala. Sayangnya, apa yang ia pintakan itu tak kunjung
terkabul.
Karenanya, ia berkata kepada dirinya sendiri, “Andai saja engkau (maksudnya adalah dirinya sendiri) memiliki
kebaikan, tentu saja permintaanmu akan dikabulkan.” Ketika itu, ia benar-benar merasa bahwa dirinya tak
punyai kebaikan. Akibatnya, apa yang menjadi keinginannya tidak dipenuhi oleh Allah Ta’ala, padahal ia telah
memintanya.
Maka, pada malam harinya, ahli ibadah ini bermimpi. Dalam tidurnya, ia didatangi oleh seorang yang
mengatakan, “Tahukah engkau?” Tanya sang utusan dalam mimpi, “Rasa bersalahmu pada dirimu sendiri lebih
Merasa rendah di hadapan Allah Ta’ala adalah kemuliaan. Ialah sebuah pengakuan tulus, bahwa hanya
Allahlah Yang Mahakuasa. Pun dengan ketaatan yang dilakukan seseorang, ia hanya bisa dilakukan oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman datang bertamu ke rumah Ali. Di sana
mereka dijamu oleh Fathimah, putri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sekaligus istri Ali bin Abi Thalib.
Fathimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh
melayang dekat mereka.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap
ketiga benda tersebut, yaitu mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut.
Abu Bakar yang mendapat giliran pertama segera berkata,
♥ “Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan
mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum, lalu beliau menyuruh Umar untuk mengungkapkan kata-katanya.
Umar segera berkata,
♥ “Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Rajanya lebih manis dari madu, dan memerintah dengan
adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kembali tersenyum, lalu berpaling kepada Utsman seraya mempersilakannya
untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan mereka. Utsman berkata,
♥ “Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan
beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Seperti semula, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kembali tersenyum kagum mendengar perumpamaan yang
disebutkan para sahabatnya. Beliau pun segera mempersilakan Ali bin Abi Thalib untuk mengungkapkan kata-
katanya. Ali berkata, ♥
“Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu
senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera mempersilakan Fathimah untuk membuat perbandingan tiga benda di
hadapan mereka. Fathimah berkata,
♥ “Seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang mengenakan purdah itu lebih
manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit
dari meniti sehelai rambut.”
Setelah mendengarkan perumpamaan dari para sahabatnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera berkata,
♥ “Seorang yang mendapat taufiq untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Beramal dengan
perbuatan baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas, lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan,
♥ “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan
waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti
sehelai rambut.”
Allah Subhnahu WaTa’Ala pun membuat perumpamaan dengan firman-Nya dalam hadits Qudsi,
♥“Surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan
menuju surga-Ku lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
♥♥ Semoga bermanfaat…
Source : Notes seorang Teman
Shared By Catatan Catatan Islam
Manusia selalu berusaha dengan berbagai macam cara untuk melindungi dirinya dari ganguan dan kejahatan orang
lain. Banyak cara yang di tempuh dan jalan yang di lalui untuk tujuan ini.
Sejak zaman dahulu dalam dunia persilatan telah kita dengar berbagai macam nama ilmu kesaktian. Kalau dulu anda
pernah mengikuti sandiwara Saur sepuh tentu anda akan kenal pada Ajian serat jiwa dan Lampah umpuh ilmu
pamungkas raja Madangkara Brama kumbara.Di zaman rudal dan senjata mutakhir sekarang ini pun masih banyak
orang yang mengejar ilmu kesaktian semacam ini, dengan berbagai macam tujuan dan alasan. Untuk menjaga diri,
agar tekenal sebagai jawara, atau mungkin seorang ustadz atau dai’ mempelajarinya agar da’wahnya lancar karena
dapat mengalahkan atau paling tidak melindungi diri dari kejahatan orang yang tidak senang pada kebaikan.
Perlu juga kita ketahui, ilmu kadikjayaan ini ada dua sumber yang berbeda, biasa dikenal dengan sebutan ilmu hitam
dan ilmu putih. Ilmu putih adalah kesaktian yang diperoleh dengan amalan tertentu yang tidak bertentangan dengan
syariat islam, sedangkan ilmu hitam adalah kebalikannya kesaktian itu diperoleh dengan malakukan suatu amalan
yang dilarang Allah.
Dalam tulisan ini saya ingin meunjukkan pembaca pada suatu kesaktian luar biasa sangat penting untuk kita miliki,
khususnya yang berkecimpung dalam dunia da’wah. Ilmu ini adalah ilmu kebal yang diajarkan dan diwariskan
Rasulullah SAW kepada sahabat-sahabatnya.
Yang saya maksud dengan ilmu kebal disini bukan kita tidak mempan disabet pedang, atau tidak bisa ditembus oleh
peluru. Ilmu kebal tingkat tinggi yang diajarkan Rasulullah SAW adalah kekebalan hati. Orang yang menguasai ilmu
ini tidak akan mudah sakit hati, tidak gampang tersulut kemarahannya, tidak gampang termakan hasutan orang, jauh
dari dengki dan hasud sehingga hidupnya terasa benar-benar tentram.
Rasulullah sangat pemaaf, tidak mudah merasa sakit hati walaupun diperlakukan dengan perbuatan yang sangat
menyakitkan sekalipun. Beliau dicaci dihina disakiti tetapi dengan mudahnya beliau melupakan itu semua.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah setiap kali pulang dari masjid Beliau diludahi oleh seorang kafir, suatu hari Raulullah
SAW tidak mendapati orang tersebut, ketika Rasulullah mengetahui orang itu ternyata sakit beliau bergegas untuk
menjenguknya, dan sebab itulah orang tersebut masuk islam. Dalam perjalanan da’wah ke Taif pun tidak kalah
pedihnya cobaan yang Rasulullah SAW hadapi, Rasulullah SAW ditolak oleh pemimpin Tsaqiif bahkan beliau
dilempari batu oleh budak-budak dan orang-orang bodoh dari mereka sehingga kedua kakinya berlumuran darah.
Ketika malaikat Jibril menawarkan untuk membinasakan mereka Rasulullah SAW menolak bahkan Rasulullah SAW
mendoakan mereka agar mendapat pengampunan Allah.
Bukankah kita sering kali merasa sakit hati, tersinggung dan kecewa hanya karena hal sepele?
Keadaan seperti ini membuat kita mudah marah, menyimpan kebencian dan dendam pada orang yang ada disekitar
kita. Padahal perasaan seperti itu kalau dibiarkan akan mengganggu kesehatan jasmani juga, seperti penyakit darah
tinggi, jantung dan lain-lain. kalau begitu kiranya anda sangat perlu untuk mendalami jurus-jurus sakti ini.
Apakah sepuluh jurus itu, dan bagaimana kita mengusainya?
Jurus-jurus itu adalah ayat-ayat al-quran dan hadis-hadis Rasulullah SAW.
Cara mendapatkan kekebalan itu adalah dengan memahami, menghayati dan berusaha mencontoh rasulullah SAW
dalam mengamalkannya. Orang yang dapat mengusai jurus-jurus ini dengan sempurna bukan saja ia akan sakti di
dunia, namun diakhirat pun dia dianggap sebagai jawara yang telah dapat mengalahkan hawa nafsunya. Ia akan
mendapat pahala yang besar dan kemulian dari Allah SWT.
* Jurus pertama : Menahan Marah.
Jurus ini mengingatkan kita untuk dapat menahan amarah. Allah berfirman:
]134 /اس َوهَّللا ُ ُيحِبُّ ْالمُحْ سِ نِينَ [آل عمران ِ َْظ َو ْالعَ افِين
ِ عَن ال َّن َ َو ْال َكاظِ مِينَ ْال َغي
Artinya : Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan( kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran: 134)
* Jurus kedua : Ahlaq paling utama
Jurus ini mengingatkan kita untuk dapat meraih ahlaq paling utama. Rasulullah SAW bersabda :
ج}امع األح}اديث. يا عقبة أال أخبرك بأفضل أخالق أهل الدنيا وأهل اآلخرة تصل من قطعك وتعطى من حرمك وتعفو عمن ظلمك: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
)309 ص/ 37 – (ج
Rasulullah SAW bersabda : Wahai Uqbah tidakkah aku memberitahumu akan ahlaq paling utama bagi penghuni
dunia dan aqhirat ? Engkau menyambung hubungan terhadap orang yang memutus hubungan denganmu, engkau
memberi orang yang tidak mau memberimu, dan engkau memaafkan orang yang mendzalimimu. (jami’ul hadis juz
37, hal : 309)
* Jurus ketiga : Memaafkan
Jurus ini mengingatkan kita untuk mudah memafkan.
]85/ص ْفحَ ْالجَ مِي َل [الحجر
َّ َفاصْ َف ِح ال
Artinya : Maka maafkanlah dengan cara yang baik. (QS: Al-Hijr: 85)
* Jurus keempat : Ampunan Allah
Jurus ini mengingatkan kita agar mendapat ampunan Allah.
]22/َو ْل َيعْ فُوا َو ْل َيصْ َفحُ وا أَاَل ُت ِحبُّونَ أَنْ ي َْغفِرَ هَّللا ُ لَ ُك ْم َوهَّللا ُ غَ فُورٌ رَ حِي ٌم [النور
Artinya : dan hendaklah mereka memafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah
megampunimu? Dan Allah Maha pengampun lagi maha Penyayang. (QS: An-Nur: 22)
* Jurus kelima: Sabar
Jurus ini mengingatkan kita agar bersifat sabar. Allah berfirman :
ُ
]43/ُور [الشورى ِ ك لَمِنْ عَ ْز ِم اأْل م َ َِولَ َمنْ صَ بَرَ َوغَ َفرَ إِنَّ َذل
Artinya: Barang siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perbuatan yang
mulia. (QS: As-Syuraa: 43)
* Jurus keenam : Wasiat Nabi
Jurus ini mengingatkan kita pada sebuah wasiat Baginda nabi SAW.
Rasulullah SAW bersabda :
رواه البخاري. فردد مرارا فقال ال تغضب، ال تغضب: أوصني قال: عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رجال قال للنبي صلى هللا عليه وسلم
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Bahwa ada seorang berkata kepada Nabi SAW : “Berilah aku wasiat” Nabi berkata :
“Janganlah egkau marah”. Orang itu mengulangi berkali-kali permintaannya, nabi pun berkata : “janganlah engkau
marah”. (HR. Imam Buhori).
* Jurus ketujuh : Lemah lembut
Jurus ini mengingatkan kita akan kehebatan sikap lemah lembut. Rasulullah SAW bersabda :
رواه مسلم. إن الرفق ال يكون في شيء إال زانه وال ينزع من شيء إال شانه: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن عائشة رضي هللا عنها قالت.
Artinya : dari Sayyidah A’isyah ra. Ia berkata: rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya lemah lembut tidaklah
berada pada suatu apapun kecuali akan menhiasinya, dan tidaklah dicabut sifat lemah lembut itu dari sesuatu kecuali
akan menjadikannya buruk. (HR. Imam Muslim).
* Jurus kedelapan : Kekuatan inti
Jurus ini mengingatkan kita bahwa kekuatan yang sesungguhnya adalah menahan amarah. Rasulullah SAW
bersabda :
متفق عليه. إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب، ليس الشديد بالصرعة: أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال، عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال.
Artinya : dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah kekuatan itu dengan menang dalam
bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan amarahnya ketika ia marah. (HR. Imam
Bukhari Muslim).
* Jurus kesembilan : Ihtimalul adza
Jurus ini mengingatkan kita bahwa ihtimalul adza (bersabar atas keburukan orang) adalah pembuka pertolongan
Allah. Rasulullah SAW bersabda :
لئن: فق}}ال، وأحلمعنهم ويجهل}}ون علي، وأحسن إليهم ويسيئون إلي، إن لي قرابة أصلهم ويقطعونني، أن رجال قال يا رسول هللا: عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال
رواه مسلم. وال يزال معك من هللا ظهير عليهم ما دمت على ذلك، كنت كما قلت كأنما تسفهم المل.
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa seorang berkata kepada rasulullah SAW: “Sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku
selalu menyambung hubungan baik dengan mereka tetapi mereka selalu memutuskannya, aku berbuat baik akan
tetapi mereka membalasnya dengan keburukan, aku berlaku bijak akan tetapi mereka berlaku bodoh. Rasulullah
SAW kemudian bersabda: Bila keadaannya seperti yang engkau katakan, mereka itu seperti meminum abu yang
panas, dan senantiasa Allah akan memberikan pertolongan kepadamu selama kamu dalam keadaan demikian itu.
( HR Imam Muslim)
* Jurus kesepuluh : Do’a pamungkas
Mendoakan orang yang mendholimi dan menyakiti kita dengan doa yang baik adalah suatu yang luar bisa, seperti
yang dilakukan rasulullah SAW terhadap penduduk Taif. Orang tidak akan dapat mendoakan orang yang
menyakitinya dengan doa’ yang baik kecuali orang yang berhati mulia, dan itulah salah satu ciri-ciri penghuni surga.
Inilah kesepuluh jurus tersebut, jikalau anda tidak setuju dengan penamaannya dengan judul di atas, silahkan anda
memberinya nama dengan nama apa saja yang anda sukai tapi saya yakin anda pun sependapat dengan saya inilah
ahlaq yang diajarkan rasulullah SAW untuk melatih kekuatan hati.
Hafalkanlah kesepuluh jurus ini dengan baik pahami dan hayati maknanya dalam-dalam. Cobalah disaat anda
merasa disakiti orang, hadirkan jurus-jurus ini satu demi satu, ajak hati anda untuk memahami menghayati dan
membayangkan keagungan Ahlaq Rasulullah SAW, katakan pada hati anda bahwa Rasulullah SAW adalah suri
tauladan bagi orang yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat yang dijanjikan Allah. Semoga dengan
demikian kita tidak akan mudah merasa sakit hati.
Selamat mencoba…!
Semoga bermanfaat
Apabila roh keluar dari jasad, ia akan berkata-kata dan seluruh isi alam yang ada di langit atau bumi akan
mendengarnya kecuali jin dan manusia. Apabila mayat dimandikan, lalu roh berkata : “Wahai orang yang
memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah untuk melepaskan pakaianku dengan perlahan-lahan sebab pada
saat ini aku beristirahat daripada seretan malaikat maut”. Selepas itu, mayat pula bersuara sambil merayu: “Wahai
orang yang memandikan, janganlah engkau menuangkan airmu dalam keadaan panas. Begitu juga jangan
menuangnya dengan air yang dingin kerana tubuhku terbakar apabila terlepasnya roh dari tubuh”. Apabila
dimandikan, roh sekali lagi merayu : “Demi Allah, wahai orang yang memandikan jangan engkau menggosok aku
dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh”.
Setelah dimandi dan dikafankan, telapak kaki mayat diikat dan ia pun memanggil-manggil dan berpesan lagi supaya
jangan diikat terlalu kuat serta mengafani kepalanya karena ingin melihat wajahnya sendiri, anak-anak, isteri atau
suami buat kali terakhir kaena tidak dapat melihat lagi sampai Hari Kiamat. Sebaik keluar dari rumah lalu ia berpesan
: “Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda. Maka janganlah kamu menyakitinya.
Anak-anakku telah menjadi yatim dan janganlah kalian menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari itu aku telah
keluar dari rumahku dan aku tidak akan dapat kembali kepada mereka buat selama-lamanya”.
Sesudah mayat diletakkan pada pengusung, sekali lagi diserunya kepada jemaah supaya jangan mempercepatkan
mayatnya ke kubur selagi belum mendengar suara anak-anak dan sanak saudara buat kali terakhir. Sesudah dibawa
dan melangkah sebanyak tiga langkah dari rumah, roh pula berpesan: “Wahai Kekasihku, wahai saudaraku dan
wahai anak-anakku, jangan kamu diperdaya dunia sebagaimana ia memperdayakan aku dan janganlah kamu lalai
ketika ini sebagaimana ia melalaikan aku”. “Sesungguhnya aku tinggalkan apa yang aku telah aku kumpulkan untuk
warisku dan sedikitpun mereka tidak mau menanggung kesalahanku”. “Adapun didunia, Allah menghisab aku,
padahal kamu berasa senang dengan keduniaan. Dan mereka juga tidak mau mendoakan aku”.
Ada satu riwayat dari Abi Qalabah mengenai mimpi beliau yang melihat kubur pecah. Lalu mayat-mayat itu keluar
dari duduk di tepi kubur masing-masing. Bagaimanapun tidak seorang pun ada tanda-tanda memperolehi nur di
muka mereka. Dalam mimpi itu, Abi Qalabah dapat melihat tetangganya juga dalam keadaan yang sama. Lalu dia
bertanya kepada mayat tetangganya mengenai ketiadaan nur itu. Maka mayat itu menjawab: “Sesungguhnya bagi
mereka yang memperolehi nur adalah karena petunjuk daripada anak-anak dan teman-teman. Sebaliknya aku
mempunyai anak-anak yang tidak soleh dan tidak pernah mendoakan aku”. Setelah mendengar jawaban mayat itu,
Abi Qalabah pun terjaga. Pada malam itu juga dia memanggil anak tetangganya dan menceritakan apa yang
dilihatnya dalam mimpi mengenai bapak mereka. Mendengar keadaan itu, anak-anak tetangga itu berjanji di
hadapan Abi Qalabah akan mendoa dan bersedekah untuk bapaknya. Seterusnya tidak lama selepas itu, Abi
Qalabah sekali lagi bermimpi melihat tetangganya. Bagaimanapun kali ini tetangganya sudah ada nur dimukanya dan
kelihatan lebih terang daripada matahari.
Baginda Rasullullah S.A.W berkata:
Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil
dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut.
Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan
kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut
hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk
dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”
Sambung Rasullullah S.A.W. lagi: “Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail A.S. Akan
menebarkan sayapnya yang di sebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di
syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada di
sekelilinginya. Ini adalah karena sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibril
A.S.” Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail A.S. akan menebarkan sayap di sebelah kiri. Maka
orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di
sekelilinginya. Ini adalah karena terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya. Dari
sebuah hadis bahwa apabila Allah S.W.T. menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah
malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir
dari mulut orang mukmin itu dengan berkata:
“Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya
berzikir kepada Allah S.W.T.” Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada
AllahS.W.T .dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah S.W.T. berfirman yang
bermaksud:
“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.” Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah
S.W.T. maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari
arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka berkata
tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan
sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan.” Oleh karena
malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah
kaki.
Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: Tidak ada jalan bagimu dari arah ini karena kaki
ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-
majlis ilmu.” Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut coba pula
dari arah telinga.
Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: Tidak ada jalan bagimu dari arah ini
karena telinga ini senantiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.” Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut
orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata: “Tidak ada jalan
bagimu dari arah ini sebab mata ini senantiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini senantiasa
menangis karena takutkan Allah.” Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah S.W.T. Kemudian
AllahS.W.T. berfirman yang bermaksud: “Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada
roh orang yang beriman itu.” Sebaik saja mendapat perintah AllahS.W.T. maka malaikat maut menghampiri roh
orang itu dan menunjukkan AsmaAllah S.W.T.
Sebaik saja melihat Asma Allah dan cintanya kepada AllahS.W.T maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut
dengan tenang. Abu Bakar R.A.telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka berkata
Abu Bakar R.A: “Roh itu menuju ketujuh tempat:
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.
3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.
4. Roh para syuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak mereka.
5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.
7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka disiksa beserta jasadnya hingga sampai hari
Kiamat.”
Telah bersabda Rasullullah S.A.W: Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada
hari mereka keluar dari kuburnya:
1. Orang-orang yang mati syahid.
2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan Ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari Arafah.
Wallohua’lam
Silahkan SHAR