Anda di halaman 1dari 20

Tiga kesalahan karena berburuk sangka

Pada masa kekhalifahan beliau, Umar bin Khatab adalah khalifah yang selalu berjalan tengah malam untuk
mengetahui keadaan kota dan keadaan rakyatnya. Dengan inspeksi langsung inilah amirul mukminin kedua ini dapat
mengetahui kondisi rakyatnya secara sebenar-benarnya. Masa telah lewat malam saat beliau melewati sebuah
rumah yang dari luar terdengar seorang pria di dalam rumah yang sedang asyik tertawa. Semakin beliau mendekat,
beliau juga mendengar suara gelak tawa wanita.

Khalifah Umar bin Khatab mengintip rumah tersebut lalu memanjat jendela dan masuk ke rumah tersebut. Beliau
menghardik pria tersebut dengan berucap:

“Hai hamba Allah! Apakah kamu mengira jika Allah akan menutup aib dirimu sedangkan kamu berbuat maksiat!!”

Pria yang dihardik tersebut tetap tenang dengan lalu menjawab tuduhan Umar dengan berkata:

“Wahai Umar, jangan terburu-buru, mungkin hamba melakukan satu kesalahan, tapi anda melakukan tiga
kesalahan,” jawab pria itu. Umar bin Khatab hanya terpaku, si pria meneruskan bicara.

“Yang pertama, Allah berfirman: jangan kamu (mengintip) mencari-carai kesalahan orang lain (Al Hujurat:12) dan
anda telah melakukan hal tersebut dengan mengintip ke dalam rumah hamba,” kata pria tersebut.

“Yang kedua, Allah berfirman: masuklah ke rumah-rumah dari pintunya (Al Baqarah: 189) dan anda tadi menyelinap
masuk ke dalam rumah hamba melalui jendela,” papar pria tersebut.

“Dan yang ketiga, anda sudah memasuki rumah hamba tanpa ijin, padahal Allah berfirman: jangan kamu masuk ke
rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin (An-Nur: 27),” lanjut si pria

Menyadari bahwa dirinya juga salah, Umar lantas berkata, “apakah lebih baik disisimu jika aku memaafkanmu?”
lantas pria tersebut menjawab, “Ya, amirul mukminin”. Umar pun memaafkan pria tersebut dan berpamitan pergi dari
rumah tersebut.

Dari cerita diatas, dapat kita tengok bahwa seorang imam besar, pemimpin umat seperti amirul mukiminin Umar bin
Khatab yang tersohor tersebut mau mendengarkan nasehat orang lain, bahkan orang yang bersalah. Nasehat itu
tidak perlu dilihat siapa yang berkata, namun harus dilihat apa yang dinasehatkan. Selain itu kita juga harus selalu
mengembangkan prasangka baik kepada siapapun, terutama saudara sasama muslim. Janganlah mencari-cari
kesalahan mereka. Misalnya, tidak berjumpa di pengajian, kita sudah berpikir bahwa ia lalai dari mengingat Allah,
tidak jumpa di shalat Jum’at, ia kita anggap mementingkan dunia. Bahkan ketika kita melihat pria sedang bersenda
gurau dengan lawan jenis, kita anggap bahwa dia telah terkunci mata hatinya. Dengan prasangka seperti itu, bisa
jadi kita telah melakukan kesalahan yang lebih besar dibandingkan saudara kita tersebut. Oleh karen itu mari kita
kembangkan sikap berprasangka baik kepada siapapun.

Kisah Pemuda dan Tukang Sihir “Ashhabul


Ukhdud”, Bila Akidah Jadi Pilihan
Peristiwa Ashhabul Ukhdud adalah sebuah tragedi berdarah, pembantaian yang
dilakukan oleh seorang raja kejam kepada jiwa-jiwa kaum muslimin, ini
merupakan kebiadaban dan tindakan tak berpreikemanusiaan; namun akidah
tetaplah harus dipertahankan, karena dengannyalah kebahagiaan yang abadi
akan diperoleh. Allah mengisahkan kejadian tragis ini dalam Alquran dengan
firman-Nya:
“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan)
kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka
perbuat terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Buruju: 4-7)
Para ahlul ilmi sedikit berselisih dalam menafsirkan siapakahAshhabul Ukhdud.
Sebagian di antara mereka (ahlul ilmi) mengatakan bahwa mereka (Ashhabul
Ukhdud) adalah suatu kaum yang termasuk orang-orang ahli kitab dari sisa-
sisa orang Majusi.
Ibnu Abbas dalam suatu riwayat mengatakan: “Mereka adalahsekelompok
manusia dari bani Isra’il. Mereka menggali parit yang luas di suatu tempat
kemudian menyalakan api, orang-orang berdiri dihadapkan kepada parit, baik
laki-laki maupun wanita, kemudian mereka dilemparkan ke dalamnya. Mereka
menganggap bahwa dia adalah Daniel dan para sahabatnya.”
Dan dalam riwayat: “Hal itu adalah sebuah lubang parit di negeri Najran, di
mana mereka menyiksa manusia di dalamnya.”

Sedangkan dalam riwayat Adl-Dlohak, beliau mengatakan: “Para ahli tafsir


menyangka bahhwa Ashhabul Ukhdud adalah orang-orang dari bani Israil, di
mana mereka meringkus manusia baik laki-laki maupun wanita, lalu
dibuatkanlah parit dan dinyalakan api dalam parit tersebut, lalu dihadapkanlah
seluruh kaum mu’minin ke arah parit tersebut, seraya dikatakan: ‘Kalian
(memilih) kufur atau dilemparkan ke dalam api?” (Tafsir Ath-Thabari, 30/162)
Kisah tragis ini pun kerap disampaikan oleh para pengajar kepada para
muridnya. Bahkan pada kisah anak-anak pun sering disajikan. Kisah tersebut
ialah sebagai berikut:

Dahulu ada seorang raja, dari orang-orang sebelum kalian. Dia memiliki
seorang tukang sihir. Tatkala tukang sihir itu sudah tua, berkatalah ia kepada
rajanya: “Sesungguhnya aku telah tua. Utuslah kepadaku seorang anak yang
akan aku ajari sihir.” Maka sang raja pun mengutus seorang anak untuk
diajari sihir. Setiap kali anak tersebut datang menemui tukang sihir, di tengah
perjalanan ia selalu melewati seorang tabib, ia pun duduk mendengarkan
pembicaraan rahib tersebut, sehingga ia kagum kepadanya. Maka setiap kali
ia datang ke tukang sihir, ia selalu duduk dan mendengarkan petuah rahib itu,
kemudian baru ia datang ke tukang sihir sehingga tukang sihir itu
memukulnya (karena ia datang terlambat, red.). ia mengadukan hal itu
kepada rahib tadi, sang rahib pun berpesan: “Kalau engkau takut kepada
tuakng sihir, katakanlah bahwa keluargamu telah menghalangimu (sehingga
engkau terlambat), dan bila engkau takut kepada keluargamu, katakan juga
bahwa tukang sihir itu telah mencegahmu. Maka tatkala berlangsung
demikain, tiba-tiba ada seekor binatang buas mengonggok di tengah jalan
sehingga menghalangi lalu-lalangnya manusia. Menghadapi peristiwa ini
maka ia pun bergumam: “Pada hari ini akan aku buktikan apakah tukang sihir
itu lebih utama dari pada rahib, ataukah sebaliknya.”

Ia pun mengambil sebuah batu kemudian mengatakan: “Ya Allah, apabila


perkara rahib lebih engkau sukai daripada tukang sihir, maka bunuhlah
binatang buas itu.” Kemudian ia lemparkan batu tersebut, sehingga matilah
binatang buas tadi dan manusia pun bisa lewat kembali. Sesudah itu datang
lah ia kepada rahib dan mengabarkan kejadian yang baru saja ia alami,
kemudian sang rahib mengatakan:

“Wahai anakku, hari ini engkau lebih baik daripada aku, dan engkau telah
sampai pada perkara yang aku sangka. (ketahuilah) sesungguhnya engkau
akan diuji, dan bila engkau diuji, janganlah engkau tunjukkan tentang diriku.”

Dan kini ia dapat menyembuhkan penyakit buta, penyakit kusta, serta dapat
mengobati manusia dari berbagai macam penyakit.

Hal ini terdengar oleh seorang teman duduk raja, sedangkan dia adalah
seorang yang buta, kemudian ia membawa harta yang banyak seraya
mengatakan: “Aku akan berikan harta ini kepadamu bila engkau bersedia
menyembuhkan penyakitku.” Maka sang anak menjawab, “Sesungguhnya
aku tidaklah bisa menyembuhkan siapapu, yang bisa menyembuhkan
hanyalah Allah. Kalau engkau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa
kepada-Nya untuk kesembuhanmu.” Maka ia pun beriman kepada Allah dan
Allah pun menyembuhkan penyakitnya. Kemudian datanglah dia menemui
sang raja dan duduk sebagaimana biasanya, sang raja pun heran seraya
mengatakan: “Siapakah yang telah mengembalikan pandanganmu?” maka ia
menjawab: “Rabb-ku.”  Sang raja melanjutkan: “Apakah engkau memiliki
tuhan selain aku?!!” Jawabnya, “Ya, Dia adalah Rabb-ku dan Rabb-mu juga.”
Maka sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia
menunjukkan kepada anak tersebut. Didatangkanlah si anak itu, kemudian
sang raja berujar: “Wahai anakku, sekarang engkau telah memiliki
kepandaian sihir, sehingga bisa menyembuhkan orang yang buta dan juga
bisa menyembuhkan penyakit kusta dan lain sebagainya.” Sang anak balik
menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, dan
hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkan.”

Akhirnya sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia


menunjukkan kepada rahib. Maka didatangkanlah si rahib, kemudian
dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Ia pun enggan. Maka
sang raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya,
dan dibelahlah tubuhnya sampai terbelah menjadi dua bagian. Kemudian
didatangkan pula teman duduk sang raja tersebut, dan dikatakan kepadanya:
“Berhentilah dari agamamu!!” Demikian pula, ia pun enggan, kemudian
ditaruh gergaji itu di atas kepalanya, lantas dibelahlah tubuhnya hingga
terbelah.

Selanjutnya didatangkanlah sang anak, dan dikatakan kepadanya:


“Berhentilah dari agamamu!!” Ia pun menolak. Kemudian ia dilemparkan
kepada sekelompok prajurit raja, dan dikatakan: “Pergilah kalian ke gunung ini
dan gunung ini, mendakilah sampai di puncak gunung, apabila ia mau
berhenti dari agamanya selamatkan dia, dan kalau tidak, maka lemparkan ia
ke dasar jurang.”

Maka mereka pun pergi, kemudian naik, dan tatkala berada di atas gunung
sang anak berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka
sekehendak-Mu.” Tiba-tiba bergetarlah gunung tersebut dan semua prajurit
raja jatuh berguguran ke bawah jurang, kemudian kembalilah sang anak
menemui sang raja. Ia heran dan mengatakan: ‘Apa yang terjadi pada para
sahabatmu?” Sang anak menjawab: “Sesungguhnya Alalh telah menjagaku
dari makar mereka.” Maka kembali sang raja melemparkannya ke
sekelompok prajuritnya yang lain, kalai ini perintah sang raja: “Pergilah kalian
dan bawalah anak ini ke sebuah perahu, apabila kalain telah ke tengah laut,
maka apabila ia mau berhenti dari agamanya selamatkanlah ia, kalau ia tetap
enggan, lemparkanlah ia ke tengah lautan!”

Maka mereka pun pergi, setelah sampai di tengah laut, sang anak pun
berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka sekehendak-Mu.”
Maka perahu itu pun terbalik, namun Allah tetap menyelematkannya dan
tenggelamlah seluruh prajurit raja. Kembalilah sang anak datang menemui
sang raja, ia pun terkejut seraya mengatakan: “Apa yang terjadi pada para
sahabatmu?” Sang anak menjawab, “Allah telah menjagaku dari makar
mereka.” Kemudian ia berkata kepada sang raja, “Sesungguhnya engkau
tidak akan pernah bisa membunuhku, kecuali bila engkau mau menuruti
permintaanku.” Sang raja menjawab, “Apakah itu? Sang anak melanjutkan,
“Kumpulkanlah seluruh manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di
sebuah pohon kurma, kemudian ambillah satu anak panah dari tempat anak
panahku, letakkan anak panah itu di busurnya, kemudian katakanlah “Bismilah
Rabbil ghulam (dengan nama Allah Rabb-nya anak ini).’ Kemudian lepaskanlah
anak panah tersebut. Dengan begitu engkau bisa membunuhku.”
Maka sang raja pun mengumpulkan manusia pada suatu padang yang luas.
Dia menyalib anak tersebut pada sebuah batang kurma, kemudian mengambil
sebuah anak panah dari tempat anak panahnya dan diletakkan di sebuah
busur, kemudian mengatakan: “Bismillah Rabbin ghulam (Dengan menyebut
nama Allah, Rabb anak ini).” Kemudian panah itu dilepaskan, maka anak
panah itu melesat tepat mengenai pelipis sang anak, setelah itu Ia
meletakkan tangannya di pelipisnya kemudian meninggal.
Maka manusia seluruhnya mengucapkan, “Aamanna bi Rabbil ghulam (Kami
beriman kepada Allah Rabb-nya anak tersebut).” Maka dikatakan kepada
sang raja: “(Wahai sang raja!) Tahukah engkau, perkara yang selama ini kau
khawatirkan telah terjadi. Sungguh manusia seluruhnya telah beriman.” Maka
sang raja memerintahkan untuk membuat sebuah parit di dekat pintu-intu
jalan dan membuat lubang panjang. Lalu dinyalakanlah api kemudian ia
berorasi: “Barangsiapa yang tidak mau kembali dari agamanya, maka
lemparkanlah ke dalam parit tersebut.” Atau sehingga dikatakan,
“Lemparkanlah!!” maka mereka pun melemparkan seluruhnya. Sampai datang
seorang wanita bersama bayinya, ia seorang wanita bersama bayinya, ia
berputus asa, berdiri lemas tanpa daya menghadap jurang parit yang tengah
berkobar api, tiba-tiba sang bayi berucap, “Wahai ibuku.. bersabarlah,
sesungguhnya engkau dalam kebenaran…!”
(Hadits shahih riwayat Imam Muslim dalam kitab Az-Zuhd bab “Qishashotu Ash-
habil Ukhdud was Sahir war Rahib wal Ghulam: 3005)
Mutiara faidah dari kisah pemuda dan tukang sihir
(Ashhabul Ukhdud)
1. Ahlul fasad (para pengusung kesesatan) selalu berusaha untuk menularkan dan
mewariskan kesesatan mereka, dengan berupaya sekuat tenaga untuk
melanggengkan kesesatannya tersebut.
2. Disenanginya belajar di kala kecil, karena belajar di kala kecil seperti mengukir
di atas batu, dan seorang anak akan mampu menerima didikan dan pengajaran
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Hati-hati para hamba adalah berada di Tangan Allah, maka Allah akan
memberi petunjuk atau menyesatkan siapapun yang dikehendaki-Nya. Lihatlah si
anak tersebut, ia mendapatkan petunjuk sekalipun berada dalam didikan tukan
sihir dan dalam asuhan seorang raja sesat.
4. Menetapkan adanya karomah para wali, mereka adalah orang-orang yang
berimand an bertakwa kepada Allah, seperti dalam firman-Nya: “Ingatlah
sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.”
(QS. Yunus: 62-63)
5. Bolehnya bagi seseorang untuk mengorbankan dirinya apabila di sana ada
kemaslahatan manusia secara umum. Berkata Syaikhul Islam, “Karena hal itu
termasuk jihad di jalan Allah, dengan itu umat akan beriman dan ia pun tidak
akan sia-sia, karena cepat atau lambat ia pun pasti akan meninggal dunia” Adapun
yang dilakukan oleh sebagian manusia dengan praktek bom bunuh diri, yaitu
dengan membawa alat peledak (bom) kemudian meledakkannya di sekelompok
orang-orang kafir, maka ini termasuk kategori membunuh diri sendiri, dan
barangsiapa yang membunuh diri sendiri maka ia kekal di dalam neraka selama-
lamanya. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits: “Barangsiapa membunuh
dirinya dengan sebatang besi, maka besi itu berada di tangannya, lantas ia akan
menusuk perutnya dengannya di neraka jahannam, dia kekal selama-lamanya di
dalamnya.” (HR. Bukhari 5778, Muslim: 109). Karena perilakus emacam itu tidak
membawa maslhat bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Dengan itu, ia
mungkin hanya membunuh 10, 100, atau 200 kaum kuffar, yang hal tersebut tidak
membawa manfaat bagi Islam dan tidak pula menjadikan manusia masuk ke
dalam Islam. Berbeda dengan kisah ghulam (anak) tersebut. (Lihat Bahjatun
Nadhirin karya Syaikh Salim bin Id Al-Hilali 1/86-88, Syarh Riyadlush
Shalihin karya Syaikh Ibnu Utsaimin: 156-166).

60 TAHUN BERIBADAH, NAMUN DITOLAK DOANYA


Sudah seharusnya seorang manusia merasa rendah diri dan benar-benar mengakui kelemahannya di hadapan

Allah Ta’ala Yang Mahakuat. Dialah sebaik-baik Pencipta yang memiliki Kuasa untuk melakukan segala

sesuatu. Merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala adalah kemuliaan. Sedangkan melakukan itu di hadapan

manusia, adalah kerendahan yang sebenarnya.

Terhadap sesama manusia, yang dibolehkan adalah rendah hati. Bahwa semua manusia memiliki derajat yang

sama di sisi Allah Ta’ala. Yang membedakan hanyalah taqwa yang terletak dalam hati. Sikap rendah hati di

hadapan sesama mencegah seseorang dari berlaku sombong.

Sahabatku…

Imam Ahmad bin Hanbal pernah bercerita. Beliau menyebutkan seorang hamba Allah Ta’ala yang telah rajin

melakukan ibadah sepanjang tujuh puluh tahun. Suatu hari, dia duduk bersimpuh mengadu kepada Allah

Ta’ala. Ia menyampaikan betapa sedikitnya amalan dirinya dan banyaknya dosa yang telah dia lakukan selama

itu.

Atas pengakuannya itu, datanglah utusan Allah Ta’la yang menyampaikan kalam Tuhannya, “Dudukmu saat

ini lebih Aku cintai daripada amal-amalmu yang telah lewat sepanjang umurmu.”

Bisajadi, saat melakukan ibadah, banyak di antara kita yang merasa sombong. Baik itu merasa baik atau

merasa telah melakukan amal shaleh yang tidak dilakukan oleh orang lain. Padahal, ketergelinciran Iblis

dimulai ketika ia merasa paling benar, sedangkan Adam hina di hadapannya.

Dalam kisah yang lain, sebagaimana dikutip dari Kitab az-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan kisah

serupa.
Tersebutlah seorang dari kalangan Bani Israel yang telah beribadah selama enam puluh tahun. Kemudian, ahli

ibadah ini memanjatkan sebuah pinta kepada Allah Ta’ala. Sayangnya, apa yang ia pintakan itu tak kunjung

terkabul.

Karenanya, ia berkata kepada dirinya sendiri, “Andai saja engkau (maksudnya adalah dirinya sendiri) memiliki

kebaikan, tentu saja permintaanmu akan dikabulkan.” Ketika itu, ia benar-benar merasa bahwa dirinya tak

punyai kebaikan. Akibatnya, apa yang menjadi keinginannya tidak dipenuhi oleh Allah Ta’ala, padahal ia telah

memintanya.

Maka, pada malam harinya, ahli ibadah ini bermimpi. Dalam tidurnya, ia didatangi oleh seorang yang

mengatakan, “Tahukah engkau?” Tanya sang utusan dalam mimpi, “Rasa bersalahmu pada dirimu sendiri lebih

baik dari ibadah yang kau lakukan selama puluhan tahun.”

Merasa rendah di hadapan Allah Ta’ala adalah kemuliaan. Ialah sebuah pengakuan tulus, bahwa hanya

Allahlah Yang Mahakuasa. Pun dengan ketaatan yang dilakukan seseorang, ia hanya bisa dilakukan oleh

orang-orang yang telah dipilih-Nya. [Pirman]

osted on 22 Februari 2011 by virouz007


Imam Ghazali terbangun pada dini hari dan sebagaimana biasanya melakukan shalat dan kemudian beliau bertanya
pada adiknya, “Hari apakah sekarang ini?” 
Adiknya pun menjawab, “Hari senin.”
Beliau kemudian memintanya untuk mengambilkan sajadah putihnya, lalu beliau menciumnya, Menggelarnya dan
kemudian berbaring diatasnya s…ambil berkata lirih, “Ya Allah, hamba mematuhi perintahMu,”
… dan beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya.Di bawah bantalnya mereka menemukan bait-bait berikut,
ditulis oleh Al-Ghazali ra., barangkali pada malam sebelumnya.
“Katakan pada para sahabatku, ketika mereka melihatku, mati Menangis untukku dan berduka bagiku
Janganlah mengira bahwa jasad yang kau lihat ini adalah aku
Dengan nama Allah, kukatakan padamu, ini bukanlah aku,
Aku adalah jiwa, sedangkan ini hanyalah seonggok daging
Ini hanyalah rumah dan pakaian ku sementara waktu.
Aku adalah harta karun, jimat yang tersembunyi,
Dibentuk oleh debu ,yang menjadi singgasanaku,
Aku adalah mutiara, yang telah meninggalkan rumahnya,
Aku adalah burung, dan badan ini hanyalah sangkar ku
Dan kini aku lanjut terbang dan badan ini kutinggal sbg kenangan
Puji Tuhan, yang telah membebaskan aku
Dan menyiapkan aku tempat di surga tertinggi,
Hingga hari ini , aku sebelumnya mati, meskipun hidup diantara mu.
Kini aku hidup dalam kebenaran, dan pakaian kubur ku telah ditanggalkan.
Kini aku berbicara dengan para malaikat diatas,
Tanpa hijab, aku bertemu muka dengan Tuhanku.
Aku melihat Lauh Mahfuz, dan didalamnya ku membaca
Apa yang telah, sedang dan akan terjadi.
Biarlah rumahku runtuh, baringkan sangkarku di tanah,
Buanglah sang jimat, itu hanyalah sebuah kenang2an, tidak lebih
Sampingkan jubahku, itu hanyalah baju luar ku,
Letakkan semua itu dalam kubur, biarkanlah terlupakan
Aku telah melanjutkan perjalananku dan kalian semua tertinggal.
Rumah kalian bukanlah tempat ku lagi.
Janganlah berpikir bahwa mati adalah kematian, tapi itu adalah kehidupan,
Kehidupan yang melampaui semua mimpi kita disini,
Di kehidupan ini, kita diberikan tidur,
Kematian adalah tidur, tidur yang diperpanjang
Janganlah takut ketika mati itu mendekat,
Itu hanyalah keberangkatan menuju rumah yang terberkati ini
Ingatlah akan ampunan dan cinta Tuhanmu,
Bersyukurlah pada KaruniaNya dan datanglah tanpa takut.
Aku yang sekarang ini, kau pun dapat menjadi
Karena aku tahu kau dan aku adalah sama
Jiwa-jiwa yang datang dari Tuhannya
Badan badan yang berasal sama
Baik atapun jahat, semua adalah milik kita
Aku sampaikan pada kalian sekarang pesan yang menggembirakan
Semoga kedamaian dan kegembiraan Allah menjadi milikmu selamanya.
osted on 21 Mei 2010 by virouz007

1. Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ?


2. Apakah yang paling jauh daripada diri kita di dunia ?
3. Apakah yang paling besar di dunia ?
4. Apakah yang paling berat di dunia ?
5. Apakah yang paling ringan di dunia ?
6. Apakah yang paling tajam di dunia ?
Pada suatu hari Imam Ghazali berkumpul bersama-sama dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya beberapa
pertanyaan:PERTAMA :
Beliau bertanya apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia lalu muridnya menjawab : “Orang tua, guru,
kawan dan sahabat”. Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar tetapi jawaban
yang paling tepat sekali bagi soalan ini ialah ‘MATI’.
Firman Alah s.w.t yang bermaksud :
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung.
kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [QS Ali ‘Imran : 185]
KEDUA : 
Beliau bertanya apakah yang paling jauh daripada diri kita di dunia lalu muridnya menjawab : ” negara China, bulan,
matahari dan bintang”. Lalu Imam Ghazali menegaskan bahwa semua jawaban yang diberi adalah betul tetapi yang
paling betul ialah ‘MASA LALU’. Walau dengan apa cara sekali pun kita tidak akan dapat kembali ke masa lalu. Oleh
sebab itu kita mesti menjaga hari ini dan hari mendatang dengan amalan soleh agar kita tidak sesal di kemudian hari
nanti.
KETIGA :
Beliau bertanya tentang apakah yang paling besar di dunia ini lalu muridnya menjawab: ” Gunung, bumi, matahari”.
Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberi adalah tepat tetapi yang paling tepat
ialah ‘NAFSU’. Maka kita mesti berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu menyeret kita ke neraka
jahanam.
Firman Alah s.w.t yang bermaksud :
“ Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai ”.[QS AlA’raf : 179]
KEEMPAT : 
Beliau bertanya tentang apakah yang paling berat di dunia lalu muridnya menjawab :  “besi, gajah”. Imam Ghazali
mengatakan bahwa semua jawaban adalah benar tetapi yang paling benar ialah ‘MENANGGUNG
AMANAH’. Segala tumbuhan, binatang, gunung tidak sanggup memikul amanah tetapi manusia sanggup
memikulnya ketika Allah meminta untuk memikul amanah khalifah di bumi. Manusia ramai yang rusak dan binasa
karena tidak mampu memikul amanah dengan baik.
KELIMA :
Beliau bertanya tentang apakah yang paling ringan di dunia lalu muridnya menjawab :” Kapas, angin, debu dan
awan”. Imam Ghazali menyatakan bahwa semua jawaban yang diberi adalah benar tetapi yang paling benar
ialah ‘MENINGGALKAN SEMBAHYANG’ karena manusia sering mempermudah dan meringankan sembahyang
disebabkan terlalu mementingkan urusan dunia.
Firman Alah s.w.t yang bermaksud :
“ Maka dirikanlan solat. Sesungguhnya solat itu suatu kewajipan yang ditentukan waktunya ke atas orang-orang
mukmin “. [QS.An-Nisa : 103]
KEENAM : 
Beliau bertanya tentang apakah yang paling tajam di dunia lalu muridnya menjawab:”Pedang”. Imam Ghazali
mengatakan bahwa jawaban itu adalah betul tetapi yang paling betul ialah‘LIDAH MANUSIA’ di mana disebabkan
lidah maka manusia suka menyakiti dan melukai perasaan orang lain sehingga berlakunya perpecahan.
Semoga bermanfaat….
Penyesalan Penghuni Neraka
Posted on 1 Mei 2010 by virouz007
Allah SWT telah menyediakan suatu tempat di akhirat nanti. Tempat yang saling berlawanan. yang pertama tempat
yang begitu nyaman dan bagi mereka yang telah di tetapkan oleh Allah untuk tinggal di situ, mereka tidak akan mau
pergi ke tempat yang lain, mereka betah tinggal di tempat itu. Berbeda dengan tempat yang kedua. tempat ini justru
yang paling di takutkan oleh umat manusia. Mereka yang tinggal di situ tak akan betah, mereka ingin segera mungkin
untuk keluar.
Dua tempat yang berlawanan itu adalah surga dan neraka. Surga tidak perlu di sangsikan lagi, semua yang hidup
ingin sekali masuk ke dalamnya dan menikmati fasilitasnya. Berbeda dengan neraka semua makhluk tidak ada yang
bercita-cita masuk ke dalamnya, apalagi tinggal di dalamnya.
Al-Qur’an menggambarkan kedua tempat dan ucapan-ucapan penghuni keduanya. Bagi penghuni surga
perkataannya begitu bahagia tinggal di situ. Berbeda dengan penghuni neraka, penyesalan-penyesalan yang ada.
mereka mengakui akan perbuatan-perbuatan yang buruk semasa hidup di dunia. Mereka para penghuni neraka ingin
kembali ke dunia dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.
“Mereka menjawab, ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali lalu kami mengakui (kesalahan) dosa-
dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (Qs. Al-Mumin : 11)
“Ya Tuhan kami , keluarkan kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada
kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Muminun : 107)
Semoga kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang menyesal di neraka sana, tapi menyesal ketika masih di
dunia karena pintu tobat masih terbuka lebar selama hayat dikandung badan.
Semoga di akhir hidup tidak dalam keadaan buruk atau Shuul khotimah.
Imam Al-Ghozali mengatakan sesuatu yang paling jauh adalah hari kemarin, karena hari kemarin tidak akan pernah
kembali lagi. Dan sesuatu yang paling dekat adalah kematian, karena yang namanya kematian tidak ada yang tahu.
Bisa hari ini, besok, atau satu jam kemudian.
selama masih ada waktu mari kita mengadakan perubahan pada diri kita untuk selalu berada pada jalur yang telah di
tetapkan oleh Allah dan Rosul-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Semoga bermanfaat bagi ikhwan dan akh

Kisah Nyata atau Dongeng?


Posted on 22 Februari 2011 by virouz007
Saya akan menceritakan beberapa kisah nyata dan saya jamin Anda akan merasakannnya sebagai sekedar
dongeng. Bukan karena Anda tidak mempercayai saya atau sumber-sumber dari mana saya memperoleh kisah-
kisah nyata itu; namun terutama karena kita hidup di zaman yang jauh lebih absurd dari dongeng. Atau karena
kehidupan kita sudah sedemikian jauh meninggalkan norma-norma nyata dalam kehidupan kemanusiaan.
Baiklah saya mulai saja. Anda sudah siap mengikuti kisah-kisah saya? Inilah:
1. Suatu hari ada seorang tua miskin datang kepada Syeikh –kalau sekarang mungkin dipanggil kiai– Sa’id bin Salim,
hendak menyampaikan sesuatu keperluan meminta tolong kepada tokoh masyarakat yang disegani itu. Seperti
layaknya orang yang sudah tua renta, selama berbicara mengutarakan hajatnya, si orang tua miskin itu
bersandarkan pada tongkat penopang ketuaannya. Dan tanpa disadari, ujung tongkatnya itu menghujam pada kaki
syeikh Sa’id hingga berdarah-darah. Seperti tidak merasakan apa-apa, Syiekh Sa’id terus mendengarkan dengan
penuh perhatian keluhan wong cilik itu.
Demikianlah; ketika orang tua itu sudah mendapatkan dari Syeikh apa yang ia perlukan dan pergi meninggalkan
majlis, orang-orang yang dari tadi memendam keheranan pun serta-merta bertanya kepada Syeikh Sa’id: “Kenapa
Syeikh diam saja, tidak menegur, ketika orang tua tadi menghujamkan tongkatnya di kaki Syeikh?”
“Kalian kan tahu sendiri, dia datang kepadaku untuk menyampaikan keperluannya;” jawab Syeikh Sa’id sambil
tersenyum, “Kalau aku mengadu atau apalagi menegurnya, aku khawatir dia akan merasa bersalah dan tidak jadi
menyampaikan hajatnya.”
Lihatlah. Bukankah kisah di atas bagaikan dongeng saja?! Mana ada pemimpin atau tokoh masyarakat yang begitu
tinggi menempatkan keperluan orang yang memerlukan bantuan dalam perhatiannya? Kalau pun ada, mungkin
untuk menemukannya bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami sekarang ini.
2. Syeikh Hasan Al-Bashari, siapa yang tak mengenal tokoh ulama dan sufi di penghujung abad pertama ini? Beliau
tinggal bertetangga dengan seorang Nasrani. Apartemen si Nasrani di atas dan beliau di bawah. Bertahun-tahun
mereka bertetangga, belum pernah si Nasrani datang bertandang ke apartemen Syeikh Hasan. Baru ketika Syeikh
Hasan jatuh sakit, si Nasrani datang menjenguk.
Ketika menjenguk itulah, si Nasrani baru tahu betapa sederhana kehidupan Syeikh Hasan yang sangat terkenal
kebesarannya itu. Tapi yang lebih menarik perhatian si Nasrani adalah adanya sebuah baskom berisi air keruh yang
terletak di dekat bale-bale tempat tidur Syeikh Hasan. Apalagi ketika ada tetesan air jatuh tepat dari atas baskom.
Spontan si Nasrani teringat kamar mandinya di atas. Dengan ragu-ragu si Nasrani pun bertanya: “Syeikh, ini baskom
apa?’
“Ah baskom itu, sekedar penampung tetesan air;” jawab Syeikh wajar-wajar saja, “Setiap kali penuh baru saya
buang.”
“Sudah berapa lama Syeikh melakukan ini?” tanya si Nasrani lagi dengan suara gemetar, “maksud saya menampung
tetesan air dari atas ini?”
“Ya, kurang-lebih sudah dua puluh tahun;” jawab Syeikh kalem, “jadi sudah terbiasa.”
Mendengar itu, si Nasrani langsung menyatakan syahadat. Mengakui Tuhan dan Rasul-nya Syeikh Hasan Al-
Bashari, Allah swt dan Nabi Muhammad saw.
Seperti dongeng bukan? Dimana kini Anda bisa menjumpai orang yang menjunjung tinggi ajaran menghormati
tetangga seperti Hasan Al-Bashari itu?
3. Datang seseorang melarat kepada sang pemimpin mengeluhkan kondisinya yang sangat lapar. Sang pemimpin
pun bertanya kepada isterinya kalau-kalau ada sesuatu yang dapat disuguhkan kepada tamunya. Ternyata di rumah
sang pemimpin yang ada hanya air. Sang pemimpin pun bertanya kepada orang-orang di sekelilingnya, “Siapa yang
bersedia menjamu tamuku ini?”
“Saya;” kata seseorang. Lalu orang ini pun segera pulang ke rumahnya sendiri membawa tamunya.
“Saya membawa tamunya pemimpin kita, tolong sediakan makanan untuk menjamunya!” katanya kepada isterinya.
“Wah, sudah tidak ada makanan lagi, kecuali persediaan untuk anak-anak kita;” bisik sang isteri.
“Sibukkan mereka;” kata suaminya lirih, “kalau datang waktunya makan, usahakan mereka tidur. Nanti kalau si tamu
akan masuk untuk makan, padamkan lampu dan kita pura-pura ikut makan, ya!”
Demikianlah keluarga itu menjalankan skenario kepala rumah tangganya. Dan mereka menahan lapar mereka
sendiri hingga pagi.
Esok harinya sebelum laporan, sang pemimpin yang tidak lain adalah Rasulullah saw, sudah menyambut kepala
rumah tangga –seorang shahabat Anshor– itu dengan tersenyum, sabdanya: “Allah takjub menyaksikan perlakuan
kalian berdua terhadap tamu kalian semalan.”
Anda tahu kisah ini bukan dongeng, karena ini hadis muttafaq ‘alaih yang bersumber dari shahabat Abu Hurairah r.a.
Tapi tetap saja kedengarannya seperti dongeng, bukan ?!
Tiga kisah itu hanyalah sekedar contoh, yang lainnya masih banyak lagi. Anda bisa dengan mudah menjumpainya di
kitab-kitab Anda, di kitab suci Al-Quran, di kitab-kitab Hadis, dan kitab-kitab salaf pegangan kita yang lain. Hampir
semuanya, bila Anda baca, Anda akan merasa seperti membaca contoh-contoh di atas. Merasa seperti membaca
dongeng. Kalau benar demikian, bukankah ini pertanda bahwa kondisi kehidupan kita –masya Allah!—sudah
semakin jauh saja dengan kondisi ideal seperti yang dicontohkan oleh Salafunaas Shaalihuun, para pemimpin dan
pendahulu kita yang saleh-saleh.
Wallahu a’lam

Kisah Nenek yang Ikhlas


Posted on 9 Juni 2010 by virouz007
Seorang nenek harus berjalan jauh ke pasar di kota untuk menjual bunga cempaka. Itulah kerja hariannya.
Selepas berjualan, beliau singgah dahulu ke masjid di kota untuk bersolat zuhur.
Selepas berdoa dan berwirid sekadarnya, nenek itu akan terlebih dahulu membersihkan dedaun yang berselerakan
di halaman masjid. Ini dilakukannya setiap hari di bawah terik matahari. Setelah semua dedaun itu dibersihkan
barulah beliau pulang ke desanya.Jemaah dan pengelola masjid kasihan melihat rutin nenek yang demikian.
Suatu hari, pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan dedaun yang berselerakan di halaman masjid
sebelum nenek itu datang. Fikirnya, usaha itu akan membantu nenek tadi agar tidak perlu bersusah payah
membersihkan halaman masjid itu.
Rupanya, niat baik itu telah membuat nenek tersebut menangis sedih.
Dia bermohon supaya dia terus diberi kesempatan membersihkan halaman masjid seperti biasa.
Akhirnya, pihak masjid terpaksa membiarkan situasi berjalan seperti biasa supaya nenek itu tidak lagi hiba.
Satu ketika apabila ditanyakan seorang kiai mengapa nenek tersebut perlu melakukan hal itu, nenek tersebut
menjawab:
“Saya ini perempuan bodoh, kiai. Saya tahu amal-amal saya yang kecil ini mungkin juga tidak benar
dijalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Rasulullah sollallahu `alaihi
wasallam.
“Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu selawat kepada Rasulullah sollallahu `alaihi
wasallam. Kelak jika saya mati, saya ingin Rasulullah menjemput saya.
“Biarlah semua dedaun ini bersaksi bahwa saya telah membacakan selawat kepadanya.”
Allah SWT berfirman :
‫إِنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه يُصَ لُّونَ َعلَى ال َّن ِبيِّ يَا أَ ُّيهَا الَّذِينَ آ َم ُنوا صَ لُّوا َعلَ ْي ِه َوسَ لِّمُوا َتسْ لِيما‬
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman
bershalawat salamlah kepadanya. (QS Al-Ahzab 33: 56)
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku
sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan
sanadnya shahih).
Mudah-mudahan kita dapat sama-sama menghayati keikhlasan sifat nenek yang mulia itu.
Amin!
Saat Sayyidina Ali Telat Subuh Berjamaah
Posted on 27 Juni 2010 by virouz007
Dini hari itu Ali bin ABi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah di masjid bersama
Rasulullah. Rasulullah tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah Rasulullah keduluan orang lain
dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang istimewa karena memang itulah aktivitas yang sempurna untuk memulai
hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa.
Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin, dan jalanan masih pula diselimuti kabut pagi yang turun bersama embun.
Ali melangkahkan kakinya menuju masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-
manggil dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru Kota Madinah.Namun belumlah begitu
banyak melangkah, di jalan menuju masjid, di hadapannya ada sesosok orang. Ali mengenalinya sebagai seorang
kakek tua yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena
usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati menyusuri jalan.
Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal mengerjakan shalat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh
sebelum melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.
Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat muslim menghormati orang tua. Siapapun itu
dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si kakek berjalan amat
lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk
mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.
Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah mulai terang. Kakek itu melanjutkan
perjalanannya, melewati masjid.
Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah usai. Ia bergegas. Ali terkejut sekaligus
gembira, Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan
untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat satu
rakaat shalat berjamaah.
Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattabmemberanikan diri untuk
bertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah
gerangan?”
Rasulullah balik bertanya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?”
“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi
ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?”
Rasulullah menjawab, “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua,
Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan
itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga.”
Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”
Nabi berkata, “Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”
Dengan perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi
saw., “Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggungmu dalam rakaat yang kedua.
Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka
kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang
kakek tua Yahudi. Dari pegnhormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun
berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan
memperoleh peluang untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini.”
Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali karena apa yang
dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, Ali
tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau meninggalkan amalan shalat berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar
itu kepada para sahabat.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini

tiaan Istri Terhadap Suami


Posted on 27 April 2010 by virouz007
Teguh dengan kesetiaan yang jujur merupakan sifat wanita yang paling utama.
Sebuah kisah menyebutkan, bahwasanya Asma’ binti ‘Umais adalah isteri Ja’far bin Abi Thalib, lalu menjadi isteri
Abu Bakar sepeninggalnya, kemudian setelah itu dinikahi oleh ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu. Suatu kali kedua puteranya,
Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abi Bakar saling membanggakan. Masing-masing mengatakan, “Aku lebih
baik dibandingkan dirimu, ayahku lebih baik dibandingkan ayahmu.” Mendengar hal itu, ‘Ali berkata, “Putuskan
perkara di antara keduanya, wahai Asma’.” Ia mengatakan, “Aku tidak melihat pemuda Arab yang lebih baik
dibandingkan Ja’far dan aku tidak melihat pria tua yang lebih baik dibandingkan Abu Bakar.” ‘Ali mengatakan,
“Engkau tidak menyisakan untuk kami sedikit pun. Seandainya engkau mengatakan selain yang engkau katakan,
niscaya aku murka kepadamu.” Asma’ berkata, “Dari ketiganya, engkaulah yang paling sedikit dari mereka untuk
dipilih” [1]
Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berwasiat agar Asma’ binti ‘Umais Radhiyallahu ‘anhuma memandikannya (saat
kematiannya). Ia pun melakukannya, sedangkan ia dalam keadaan berpuasa. Lalu ia bertanya kepada kaum
Muhajirin yang datang, “Aku berpuasa dan sekarang adalah hari yang sangat dingin, apakah aku wajib (harus)
mandi?” Mereka menjawab, “Tidak.” Sebelumnya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menekankan kepadanya agar
(ketika memandikannya) dia tidak dalam keadaan berpuasa, seraya mengatakan, “Itu membuatmu lebih kuat.”
Kemudian ia teringat sumpah Abu Bakar pada akhir siang, maka ia meminta air lalu meminumnya seraya
mengatakan, “Demi Allah, aku tidak ingin mengiringi sumpahnya pada hari ini dengan melanggarnya” [2]
Ketika kaum pendosa lagi fasik mengepung pemimpin yang berbakti dan “sang korban pembunuhan” kaum berdosa,
‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu dan mereka menyerangnya dengan pedang, maka isterinya (Na’ilah binti al-
Furafishah) maju ke hadapan beliau sehingga menjadi pelindung baginya dari kematian. Para pembunuh yang
bengis ini tidak menghiraukan kehormatan wanita ini dan mereka terus menebas ‘Utsman dengan pedang, (namun
sang isteri menangkisnya) dengan mengepalkan jari-jari tangannya, hingga jari-jarinya terlepas dari tangannya.
Isterinya menggandengnya lalu terjatuh bersamanya, kemudian mereka membunuh ‘Utsman [3].
Ketika Amirul Mukminin Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu melamarnya, ia menolak seraya mengatakan, “Demi Allah,
tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan kedudukan ‘Utsman (sebagai suamiku) selamanya.”[4]
Di antara tanda-tanda kesetiaan banyak wanita shalihah kepada suami mereka setelah kematiannya bahwa mereka
tidak menikah lagi. Tidak ada yang dituju melainkan agar tetap menjadi isteri mereka di dalam Surga”[5]
Dari Maimun bin Mihran, ia mengatakan: “Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu ‘anhu meminang Ummud Darda’,
tetapi ia menolak menikah dengannya seraya mengatakan, ‘Aku mendengar Abud Darda’ mengatakan: ‘Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda.“ Artinya : Wanita itu bersama suaminya yang terakhir,’
atau beliau mengatakan, ‘untuk suaminya yang terakhir”[6]
Dari ‘Ikrimah bahwa Asma’ binti Abi Bakar menjadi isteri az-Zubair bin al-‘Awwam, dan dia keras terhadapnya. Lalu
Asma’ datang kepada ayahnya untuk mengadukan hal itu kepadanya, maka dia mengatakan, “Wahai puteriku,
bersabarlah! Sebab, jika wanita memiliki suami yang shalih, kemudian dia mati meninggalkannya, lalu ia tidak
menikah sepeninggalnya, maka keduanya dikumpulkan di dalam Surga” [7]
Dari Jubair bin Nufair, dari Ummud Darda’ bahwa dia berkata kepada Abud Darda’, “Sesungguhnya engkau telah
meminangku kepada kedua orang tuaku di dunia, lalu mereka menikahkanmu denganku. Dan sekarang, aku
meminangmu kepada dirimu di akhirat.” Abud Darda’ mengatakan, “Kalau begitu, janganlah menikah sepeninggalku.”
Ketika Mu’awiyah meminangnya, lalu ia menceritakan tentang apa
yang telah terjadi, maka Mu’awiyah mengatakan, “Berpuasalah! [8]
Ketika Sulaiman bin ‘Abdil Malik keluar dan dia disertai Sulaiman bin al-Muhlib bin Abi Shafrah dari Damaskus untuk
melancong, keduanya melewati sebuah pekuburan. Tiba-tiba terdapat seorang wanita sedang duduk di atas
pemakaman dengan keadaan menangis. Lalu angin berhembus sehingga menyingkap cadar dari wajahnya, maka ia
seolah-olah mendung yang tersingkap matahari. Maka kami berdiri dalam keadaan tercengang. Kami
memandangnya, lalu Ibnul Muhlib berkata kepadanya, “Wahai wanita hamba Allah, apakah engkau mau menjadi
isteri Amirul Mukminin?” Ia memandang keduanya, kemudian memandang kuburan, dan mengatakan: “Jangan
engkau bertanya tentang keinginanku Sebab keinginan itu pada orang yang dikuburkan ini, wahai pemuda
Sesungguhnya aku malu kepadanya sedangkan tanah ada di antara kita Sebagaimana halnya aku malu kepadanya
ketika dia melihatku” Maka, kami pergi dalam keadaan tercengang.[9]
Di antara teladan yang pantas disebutkan sebagai teladan utama dari para wanita tersebut adalah Fathimah binti
‘Abdil Malik bin Marwan. Fathimah binti Amirul Mukminin ‘Abdil Malik bin Marwan ini pada saat menikah, ayahnya
memiliki kekuasaan yang sangat besar atas Syam, Irak, Hijaz, Yaman, Iran, Qafqasiya, Qarim dan wilayah di balik
sungai hingga Bukhara dan Janwah bagian timur, juga Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Aljazair, Barat jauh, dan
Spanyol bagian Barat. Fathimah ini bukan hanya puteri Khalifah Agung, bahkan dia juga saudara empat khalifah
Islam terkemuka: al-Walid bin ‘Abdil Malik, Sulaiman bin ‘Abdil Malik, Yazid bin ‘Abdil Malik dan Hisyam bin ‘Abdil
Malik. Lebih dari itu dia adalah isteri Khalifah terkemuka yang dikenal Islam setelah empat khalifah di awal Islam,
yaitu Amirul Mukminin ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz. Puteri khalifah, dan khalifah adalah kakeknya Saudara khalifah, dan
khalifah adalah suaminya Wanita mulia yang merupakan puteri khalifah dan saudara empat khalifah ini keluar dari
rumah ayahnya menuju rumah suami-nya pada hari dia diboyong kepadanya dengan membawa harta termahal yang
dimiliki seorang wanita di muka bumi ini berupa perhiasan. Konon, di antara perhiasan ini adalah dua liontin Maria
yang termasyhur dalam sejarah dan sering disenandungkan para penya’ir. Sepasang liontin ini saja setara dengan
harta karun. Ketika suaminya, Amirul Mukminin, memerintahkannya agar membawa semua perhiasannya ke Baitul
Mal, dia tidak menolak dan tidak membantahnya sedikitpun. Wanita agung ini -lebih dari itu- ketika suaminya, Amirul
Mukminin ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz wafat meninggalkannya tanpa meninggalkan sesuatu pun untuk diri dan anak-
anaknya, kemudian pengurus Baitul Mal datang kepadanya dan mengatakan, “Perhiasanmu, wahai sayyidati, masih
tetap seperti sedia kala, dan aku menilainya sebagai amanat (titipan) untukmu serta aku memeliharanya untuk hari
tersebut. Dan sekarang, aku datang meminta izin kepadamu untuk membawa (kembali) perhiasan tersebut
(kepadamu).” Fathimah memberi jawaban bahwa perhiasan tersebut telah dihibahkannya untuk Baitul Mal bagi
kepentingan kaum muslimin, karena mentaati Amirul Mukminin. Kemudian dia mengatakan, “Apakah aku akan
mentaatinya semasa hidupnya, dan aku mendurhakainya setelah kematiannya?” [10]
[Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z,
Penulis Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu, Penerbit Pustaka Ibnu
Katsai
Mangkuk yang Cantik, Madu, dan Sehelai Rambut….
Posted on 24 April 2010 by virouz007

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman datang bertamu ke rumah Ali. Di sana
mereka dijamu oleh Fathimah, putri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sekaligus istri Ali bin Abi Thalib.
Fathimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh
melayang dekat mereka.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap
ketiga benda tersebut, yaitu mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut. 
Abu Bakar yang mendapat giliran pertama segera berkata,
♥ “Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan
mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum, lalu beliau menyuruh Umar untuk mengungkapkan kata-katanya.
Umar segera berkata,
♥ “Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Rajanya lebih manis dari madu, dan memerintah dengan
adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kembali tersenyum, lalu berpaling kepada Utsman seraya mempersilakannya
untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan mereka. Utsman berkata,
♥ “Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan
beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Seperti semula, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kembali tersenyum kagum mendengar perumpamaan yang
disebutkan para sahabatnya. Beliau pun segera mempersilakan Ali bin Abi Thalib untuk mengungkapkan kata-
katanya. Ali berkata, ♥
“Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu
senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera mempersilakan Fathimah untuk membuat perbandingan tiga benda di
hadapan mereka. Fathimah berkata,
♥ “Seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang mengenakan purdah itu lebih
manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit
dari meniti sehelai rambut.”
Setelah mendengarkan perumpamaan dari para sahabatnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera berkata,
♥ “Seorang yang mendapat taufiq untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Beramal dengan
perbuatan baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas, lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan,
♥ “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan
waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti
sehelai rambut.”
Allah Subhnahu WaTa’Ala pun membuat perumpamaan dengan firman-Nya dalam hadits Qudsi,
♥“Surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan
menuju surga-Ku lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
♥♥ Semoga bermanfaat…
Source : Notes seorang Teman
Shared By Catatan Catatan Islam

Rasulullah SAW mengajarkan 10 jurus kebal


Posted on 23 Juni 2010 by virouz007

Manusia selalu berusaha dengan berbagai macam cara untuk melindungi dirinya dari ganguan dan kejahatan orang
lain. Banyak cara yang di tempuh dan jalan yang di lalui untuk tujuan ini.
Sejak zaman dahulu dalam dunia persilatan telah kita dengar berbagai macam nama ilmu kesaktian. Kalau dulu anda
pernah mengikuti sandiwara Saur sepuh tentu anda akan kenal pada Ajian serat jiwa dan Lampah umpuh ilmu
pamungkas raja Madangkara Brama kumbara.Di zaman rudal dan senjata mutakhir sekarang ini pun masih banyak
orang yang mengejar ilmu kesaktian semacam ini, dengan berbagai macam tujuan dan alasan. Untuk menjaga diri,
agar tekenal sebagai jawara, atau mungkin seorang ustadz atau dai’ mempelajarinya agar da’wahnya lancar karena
dapat mengalahkan atau paling tidak melindungi diri dari kejahatan orang yang tidak senang pada kebaikan.
Perlu juga kita ketahui, ilmu kadikjayaan ini ada dua sumber yang berbeda, biasa dikenal dengan sebutan ilmu hitam
dan ilmu putih. Ilmu putih adalah kesaktian yang diperoleh dengan amalan tertentu yang tidak bertentangan dengan
syariat islam, sedangkan ilmu hitam adalah kebalikannya kesaktian itu diperoleh dengan malakukan suatu amalan
yang dilarang Allah.
Dalam tulisan ini saya ingin meunjukkan pembaca pada suatu kesaktian luar biasa sangat penting untuk kita miliki,
khususnya yang berkecimpung dalam dunia da’wah. Ilmu ini adalah ilmu kebal yang diajarkan dan diwariskan
Rasulullah SAW kepada sahabat-sahabatnya.
Yang saya maksud dengan ilmu kebal disini bukan kita tidak mempan disabet pedang, atau tidak bisa ditembus oleh
peluru. Ilmu kebal tingkat tinggi yang diajarkan Rasulullah SAW adalah kekebalan hati. Orang yang menguasai ilmu
ini tidak akan mudah sakit hati, tidak gampang tersulut kemarahannya, tidak gampang termakan hasutan orang, jauh
dari dengki dan hasud sehingga hidupnya terasa benar-benar tentram.
Rasulullah sangat pemaaf, tidak mudah merasa sakit hati walaupun diperlakukan dengan perbuatan yang sangat
menyakitkan sekalipun. Beliau dicaci dihina disakiti tetapi dengan mudahnya beliau melupakan itu semua.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah setiap kali pulang dari masjid Beliau diludahi oleh seorang kafir, suatu hari Raulullah
SAW tidak mendapati orang tersebut, ketika Rasulullah mengetahui orang itu ternyata sakit beliau bergegas untuk
menjenguknya, dan sebab itulah orang tersebut masuk islam. Dalam perjalanan da’wah ke Taif pun tidak kalah
pedihnya cobaan yang Rasulullah SAW hadapi, Rasulullah SAW ditolak oleh pemimpin Tsaqiif bahkan beliau
dilempari batu oleh budak-budak dan orang-orang bodoh dari mereka sehingga kedua kakinya berlumuran darah.
Ketika malaikat Jibril menawarkan untuk membinasakan mereka Rasulullah SAW menolak bahkan Rasulullah SAW
mendoakan mereka agar mendapat pengampunan Allah.
Bukankah kita sering kali merasa sakit hati, tersinggung dan kecewa hanya karena hal sepele?
Keadaan seperti ini membuat kita mudah marah, menyimpan kebencian dan dendam pada orang yang ada disekitar
kita. Padahal perasaan seperti itu kalau dibiarkan akan mengganggu kesehatan jasmani juga, seperti penyakit darah
tinggi, jantung dan lain-lain. kalau begitu kiranya anda sangat perlu untuk mendalami jurus-jurus sakti ini.
Apakah sepuluh jurus itu, dan bagaimana kita mengusainya?
Jurus-jurus itu adalah ayat-ayat al-quran dan hadis-hadis Rasulullah SAW.
Cara mendapatkan kekebalan itu adalah dengan memahami, menghayati dan berusaha mencontoh rasulullah SAW
dalam mengamalkannya. Orang yang dapat mengusai jurus-jurus ini dengan sempurna bukan saja ia akan sakti di
dunia, namun diakhirat pun dia dianggap sebagai jawara yang telah dapat mengalahkan hawa nafsunya. Ia akan
mendapat pahala yang besar dan kemulian dari Allah SWT.
* Jurus pertama : Menahan Marah.
Jurus ini mengingatkan kita untuk dapat menahan amarah. Allah berfirman:
]134 /‫اس َوهَّللا ُ ُيحِبُّ ْالمُحْ سِ نِينَ [آل عمران‬ ِ َ‫ْظ َو ْالعَ افِين‬
ِ ‫عَن ال َّن‬ َ ‫َو ْال َكاظِ مِينَ ْال َغي‬
Artinya : Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan( kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran: 134)
* Jurus kedua : Ahlaq paling utama
Jurus ini mengingatkan kita untuk dapat meraih ahlaq paling utama. Rasulullah SAW bersabda :
‫ ج}امع األح}اديث‬. ‫ يا عقبة أال أخبرك بأفضل أخالق أهل الدنيا وأهل اآلخرة تصل من قطعك وتعطى من حرمك وتعفو عمن ظلمك‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
)309 ‫ ص‬/ 37 ‫– (ج‬
Rasulullah SAW bersabda : Wahai Uqbah tidakkah aku memberitahumu akan ahlaq paling utama bagi penghuni
dunia dan aqhirat ? Engkau menyambung hubungan terhadap orang yang memutus hubungan denganmu, engkau
memberi orang yang tidak mau memberimu, dan engkau memaafkan orang yang mendzalimimu. (jami’ul hadis juz
37, hal : 309)
* Jurus ketiga : Memaafkan
Jurus ini mengingatkan kita untuk mudah memafkan.
]85/‫ص ْفحَ ْالجَ مِي َل [الحجر‬
َّ ‫َفاصْ َف ِح ال‬
Artinya : Maka maafkanlah dengan cara yang baik. (QS: Al-Hijr: 85)
* Jurus keempat : Ampunan Allah
Jurus ini mengingatkan kita agar mendapat ampunan Allah.
]22/‫َو ْل َيعْ فُوا َو ْل َيصْ َفحُ وا أَاَل ُت ِحبُّونَ أَنْ ي َْغفِرَ هَّللا ُ لَ ُك ْم َوهَّللا ُ غَ فُورٌ رَ حِي ٌم [النور‬
Artinya : dan hendaklah mereka memafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah
megampunimu? Dan Allah Maha pengampun lagi maha Penyayang. (QS: An-Nur: 22)
* Jurus kelima: Sabar
Jurus ini mengingatkan kita agar bersifat sabar. Allah berfirman :
ُ
]43/‫ُور [الشورى‬ ِ ‫ك لَمِنْ عَ ْز ِم اأْل م‬ َ ِ‫َولَ َمنْ صَ بَرَ َوغَ َفرَ إِنَّ َذل‬
Artinya: Barang siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perbuatan yang
mulia. (QS: As-Syuraa: 43)
* Jurus keenam : Wasiat Nabi
Jurus ini mengingatkan kita pada sebuah wasiat Baginda nabi SAW.
Rasulullah SAW bersabda :
‫ رواه البخاري‬. ‫ فردد مرارا فقال ال تغضب‬، ‫ ال تغضب‬: ‫ أوصني قال‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رجال قال للنبي صلى هللا عليه وسلم‬
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Bahwa ada seorang berkata kepada Nabi SAW : “Berilah aku wasiat” Nabi berkata :
“Janganlah egkau marah”. Orang itu mengulangi berkali-kali permintaannya, nabi pun berkata : “janganlah engkau
marah”. (HR. Imam Buhori).
* Jurus ketujuh : Lemah lembut
Jurus ini mengingatkan kita akan kehebatan sikap lemah lembut. Rasulullah SAW bersabda :
‫ رواه مسلم‬. ‫ إن الرفق ال يكون في شيء إال زانه وال ينزع من شيء إال شانه‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ عن عائشة رضي هللا عنها قالت‬.
Artinya : dari Sayyidah A’isyah ra. Ia berkata: rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya lemah lembut tidaklah
berada pada suatu apapun kecuali akan menhiasinya, dan tidaklah dicabut sifat lemah lembut itu dari sesuatu kecuali
akan menjadikannya buruk. (HR. Imam Muslim).
* Jurus kedelapan : Kekuatan inti
Jurus ini mengingatkan kita bahwa kekuatan yang sesungguhnya adalah menahan amarah. Rasulullah SAW
bersabda :
‫ متفق عليه‬. ‫ إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب‬، ‫ ليس الشديد بالصرعة‬: ‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬، ‫ عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬.
Artinya : dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah kekuatan itu dengan menang dalam
bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan amarahnya ketika ia marah. (HR. Imam
Bukhari Muslim).
* Jurus kesembilan : Ihtimalul adza
Jurus ini mengingatkan kita bahwa ihtimalul adza (bersabar atas keburukan orang) adalah pembuka pertolongan
Allah. Rasulullah SAW bersabda :
‫ لئن‬: ‫ فق}}ال‬، ‫ وأحلمعنهم ويجهل}}ون علي‬، ‫ وأحسن إليهم ويسيئون إلي‬، ‫ إن لي قرابة أصلهم ويقطعونني‬، ‫ أن رجال قال يا رسول هللا‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ رواه مسلم‬. ‫ وال يزال معك من هللا ظهير عليهم ما دمت على ذلك‬، ‫ كنت كما قلت كأنما تسفهم المل‬.
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa seorang berkata kepada rasulullah SAW: “Sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku
selalu menyambung hubungan baik dengan mereka tetapi mereka selalu memutuskannya, aku berbuat baik akan
tetapi mereka membalasnya dengan keburukan, aku berlaku bijak akan tetapi mereka berlaku bodoh. Rasulullah
SAW kemudian bersabda: Bila keadaannya seperti yang engkau katakan, mereka itu seperti meminum abu yang
panas, dan senantiasa Allah akan memberikan pertolongan kepadamu selama kamu dalam keadaan demikian itu.
( HR Imam Muslim)
* Jurus kesepuluh : Do’a pamungkas
Mendoakan orang yang mendholimi dan menyakiti kita dengan doa yang baik adalah suatu yang luar bisa, seperti
yang dilakukan rasulullah SAW terhadap penduduk Taif. Orang tidak akan dapat mendoakan orang yang
menyakitinya dengan doa’ yang baik kecuali orang yang berhati mulia, dan itulah salah satu ciri-ciri penghuni surga.
Inilah kesepuluh jurus tersebut, jikalau anda tidak setuju dengan penamaannya dengan judul di atas, silahkan anda
memberinya nama dengan nama apa saja yang anda sukai tapi saya yakin anda pun sependapat dengan saya inilah
ahlaq yang diajarkan rasulullah SAW untuk melatih kekuatan hati.
Hafalkanlah kesepuluh jurus ini dengan baik pahami dan hayati maknanya dalam-dalam. Cobalah disaat anda
merasa disakiti orang, hadirkan jurus-jurus ini satu demi satu, ajak hati anda untuk memahami menghayati dan
membayangkan keagungan Ahlaq Rasulullah SAW, katakan pada hati anda bahwa Rasulullah SAW adalah suri
tauladan bagi orang yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat yang dijanjikan Allah. Semoga dengan
demikian kita tidak akan mudah merasa sakit hati.
Selamat mencoba…!
Semoga bermanfaat

Penyakit Hati Sombong, Iri, dan Dengki dan Cara Mengobatinya


Posted on 1 Mei 2010 by virouz007
Hati (bahasa Arab Qalbu) adalah bagian yang sangat penting daripada manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula
seluruh amal kita:
Rasulullah saw. bersabda, “….Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka
baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu
adalah hati.” (HR Imam Al-Bukhari)
Sebaliknya, orang yang dalam hatinya ada penyakit, sulit menerima kebenaran dan akan mati dalam keadaan kafir.
“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan itu bertambah kekafiran mereka, disamping
kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah 125]
Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik karena bisa mengakibatkan kesengsaraan
di neraka yang abadi.
Kita perlu mengenal beberapa penyakit hati yang berbahaya serta bagaimana cara menyembuhkannya.
Sombong
Sering orang karena jabatan, kekayaan, atau pun kepintaran akhirnya menjadi sombong dan menganggap rendah
orang lain. Bahkan Fir’aun yang takabbur sampai-sampai menganggap rendah Allah dan menganggap dirinya
sebagai Tuhan. Kenyataannya Fir’aun adalah manusia yang akhirnya bisa mati karena tenggelam di laut.
Allah melarang kita untuk menjadi sombong:
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat
menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’ 37]
“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman
18]
Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong:
“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk
tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min 76]
Kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Kita tidak punya kekayaan apa-
apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua-lah kita
akhirnya jadi dewasa.
Begitu pula saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit
dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan zaman.
Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ “Uluumuddiin menyatakan bahwa manusia janganlah sombong karena
sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya
kotoran.
Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina:
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” [Al Mursalaat 20]
Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih
bersikap sombong?
‘Ujub (Kagum akan diri sendiri)
Ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu
bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah.
Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlah ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “Alhamdulillah” karena
segala puji itu hanya untuk Allah.
Iri dan Dengki
Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga
sudah jadi ketentuan Allah.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
Iri hanya boleh dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.
Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan
yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR.
Bukhari) [HR Bukhari]
Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari iri hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi
berkah.
Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka
hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar. (HR. Abu Ya’la)
Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang
jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau
pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki:
“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq 5]
Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita.
Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api
memakan kayu. (HR. Abu Dawud

Sembilan Renungan Kehidupan


Posted on 24 April 2010 by virouz007
Kita bangun tidur di waktu subuh dan kemudian membasah wajah dengan air wudlu yang segar. Sesudah
melaksanakan sholat dan berdoa. Cobalah menghadap cermin di dinding. Di sana kita mulai meneliti diri :
1.Lihatlah kepala kita! Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan
seorang hamba fana tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap
keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia di dalam pikirannya?
2. Lihatlah mata kita!
Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa,
atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang?
3. Lihatlah telinga Kita!
Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita
gunakan buat mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?
4. Lihatlah hidung Kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat sholat, mencium istri, suami dan
anak-anak tercinta serta mencium kepala anak-anak papa yang kehilangan cinta bunda dan ayahnya?
5. Lihatlah mulut kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-
kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan
alias penyakit lisan seperti: berghibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama?
6. Lihatlah tangan Kita!
Apakah sudah kita gunakan buat bersedekah, membantu sesama yang kena musibah, mencipta karya-karya yang
berguna atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, menzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta-harta
orang yang tak berdaya?
7. Lihatlah kaki Kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu bermutu, ke tempat-tempat
pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah Yang Maha Penyayang atau kita gunakan untuk
melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan?
8. Lihatlah dada Kita!
Apakah di dalamnya tersimpan perasaan yang lapang, sabar, tawakal dan keikhlasan serta perasaan selalu
bersyukur kepada Allah Yang Maha Bijaksana, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur daun-
daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta pepohonan berbuah riya?
9. Lihatlah diri kita!
Apakah kita sering tadabur, Tafakur dan selalu bersyukur pada karunia yang kita terima dari Allah Yang Maha
Perkasa?
Semoga Bermanfaat…

Jadilah Seperti Pensil


Posted on 22 Juni 2010 by virouz007
Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil
yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek
lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia
melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa
membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam
hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
pertama:
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika
menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita
menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
kedua:
dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan
kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si
pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani
menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
ketiga:
pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang
salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita
untuk tetap berada pada jalan yang benar”.
keempat:
bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah
pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
kelima:
sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh
karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat
Afwan saya hanya bisa men Tag notes ini buat 30 kali tag karena kapasitas maksimal yang diberikan fihak facebook,
Insyaalloh di lain note silahkan baca info pages ini jika anda pengin di tag..syukron
Sumber : hasanalsaggaf
SHared By Catatan Catatan Islami Page

Pesan Roh Kepada Manusia


Posted on 8 Juni 2010 by virouz007

Apabila roh keluar dari jasad, ia akan berkata-kata dan seluruh isi alam yang ada di langit atau bumi akan
mendengarnya kecuali jin dan manusia. Apabila mayat dimandikan, lalu roh berkata : “Wahai orang yang
memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah untuk melepaskan pakaianku dengan perlahan-lahan sebab pada
saat ini aku beristirahat daripada seretan malaikat maut”. Selepas itu, mayat pula bersuara sambil merayu: “Wahai
orang yang memandikan, janganlah engkau menuangkan airmu dalam keadaan panas. Begitu juga jangan
menuangnya dengan air yang dingin kerana tubuhku terbakar apabila terlepasnya roh dari tubuh”. Apabila
dimandikan, roh sekali lagi merayu : “Demi Allah, wahai orang yang memandikan jangan engkau menggosok aku
dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh”.
Setelah dimandi dan dikafankan, telapak kaki mayat diikat dan ia pun memanggil-manggil dan berpesan lagi supaya
jangan diikat terlalu kuat serta mengafani kepalanya karena ingin melihat wajahnya sendiri, anak-anak, isteri atau
suami buat kali terakhir kaena tidak dapat melihat lagi sampai Hari Kiamat. Sebaik keluar dari rumah lalu ia berpesan
: “Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda. Maka janganlah kamu menyakitinya.
Anak-anakku telah menjadi yatim dan janganlah kalian menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari itu aku telah
keluar dari rumahku dan aku tidak akan dapat kembali kepada mereka buat selama-lamanya”.
Sesudah mayat diletakkan pada pengusung, sekali lagi diserunya kepada jemaah supaya jangan mempercepatkan
mayatnya ke kubur selagi belum mendengar suara anak-anak dan sanak saudara buat kali terakhir. Sesudah dibawa
dan melangkah sebanyak tiga langkah dari rumah, roh pula berpesan: “Wahai Kekasihku, wahai saudaraku dan
wahai anak-anakku, jangan kamu diperdaya dunia sebagaimana ia memperdayakan aku dan janganlah kamu lalai
ketika ini sebagaimana ia melalaikan aku”. “Sesungguhnya aku tinggalkan apa yang aku telah aku kumpulkan untuk
warisku dan sedikitpun mereka tidak mau menanggung kesalahanku”. “Adapun didunia, Allah menghisab aku,
padahal kamu berasa senang dengan keduniaan. Dan mereka juga tidak mau mendoakan aku”.
Ada satu riwayat dari Abi Qalabah mengenai mimpi beliau yang melihat kubur pecah. Lalu mayat-mayat itu keluar
dari duduk di tepi kubur masing-masing. Bagaimanapun tidak seorang pun ada tanda-tanda memperolehi nur di
muka mereka. Dalam mimpi itu, Abi Qalabah dapat melihat tetangganya juga dalam keadaan yang sama. Lalu dia
bertanya kepada mayat tetangganya mengenai ketiadaan nur itu. Maka mayat itu menjawab: “Sesungguhnya bagi
mereka yang memperolehi nur adalah karena petunjuk daripada anak-anak dan teman-teman. Sebaliknya aku
mempunyai anak-anak yang tidak soleh dan tidak pernah mendoakan aku”. Setelah mendengar jawaban mayat itu,
Abi Qalabah pun terjaga. Pada malam itu juga dia memanggil anak tetangganya dan menceritakan apa yang
dilihatnya dalam mimpi mengenai bapak mereka. Mendengar keadaan itu, anak-anak tetangga itu berjanji di
hadapan Abi Qalabah akan mendoa dan bersedekah untuk bapaknya. Seterusnya tidak lama selepas itu, Abi
Qalabah sekali lagi bermimpi melihat tetangganya. Bagaimanapun kali ini tetangganya sudah ada nur dimukanya dan
kelihatan lebih terang daripada matahari.
Baginda Rasullullah S.A.W berkata:
Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil
dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut.
Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan
kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut
hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk
dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”
Sambung Rasullullah S.A.W. lagi: “Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail A.S. Akan
menebarkan sayapnya yang di sebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di
syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada di
sekelilinginya. Ini adalah karena sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibril
A.S.” Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail A.S. akan menebarkan sayap di sebelah kiri. Maka
orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di
sekelilinginya. Ini adalah karena terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya. Dari
sebuah hadis bahwa apabila Allah S.W.T. menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah
malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir
dari mulut orang mukmin itu dengan berkata:
“Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya
berzikir kepada Allah S.W.T.” Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada
AllahS.W.T .dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah S.W.T. berfirman yang
bermaksud:
“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.” Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah
S.W.T. maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari
arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka berkata
tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan
sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan.” Oleh karena
malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah
kaki.
Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: Tidak ada jalan bagimu dari arah ini karena kaki
ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-
majlis ilmu.” Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut coba pula
dari arah telinga.
Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: Tidak ada jalan bagimu dari arah ini
karena telinga ini senantiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.” Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut
orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata: “Tidak ada jalan
bagimu dari arah ini sebab mata ini senantiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini senantiasa
menangis karena takutkan Allah.” Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah S.W.T. Kemudian
AllahS.W.T. berfirman yang bermaksud: “Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada
roh orang yang beriman itu.” Sebaik saja mendapat perintah AllahS.W.T. maka malaikat maut menghampiri roh
orang itu dan menunjukkan AsmaAllah S.W.T.
Sebaik saja melihat Asma Allah dan cintanya kepada AllahS.W.T maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut
dengan tenang. Abu Bakar R.A.telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka berkata
Abu Bakar R.A: “Roh itu menuju ketujuh tempat:
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.
3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.
4. Roh para syuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak              mereka.
5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak      di langit sampai hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.
7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka disiksa beserta          jasadnya hingga sampai hari
Kiamat.”
Telah bersabda Rasullullah S.A.W: Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada
hari mereka keluar dari kuburnya:
1. Orang-orang yang mati syahid.
2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan Ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari Arafah.
Wallohua’lam
Silahkan SHAR

Kisah Tentang Sabar Dan Syukur Kepada Allah


Posted on 24 April 2010 by virouz007
Bagi orang yang sering mengamati isnad hadits maka nama Abu Qilabah bukanlah satu nama yang asing karena
sering sekali ia disebutkan dalam isnad-isnad hadits, terutama karena ia adalah seorang perawi yang meriwayatkan
hadits dari sahabat Anas bin Malik yang merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak
meriwayatkan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu nama Abu Qilabah sering berulang-
ulang seiring dengan sering diulangnya nama Anas bin Malik.Ibnu Hibban dalam kitabnya Ats-Tsiqoot menyebutkan
kisah yang ajaib dan menakjubkan tentangnya yang menunjukan akan kuatnya keimanannya kepada Allah.
Nama beliau adalah Abdullah bin Zaid Al-Jarmi salah seorang dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari
Al-Bashroh. Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin Al-Huwairits –radhiallahu
‘anhuma- . Beliau wafat di negeri Syam pada tahun 104 Hijriah pada masa kekuasaan Yazid bin Abdilmalik.
Abdullah bin Muhammad berkata, “Aku keluar menuju tepi pantai dalam rangka untuk mengawasi (menjaga)
kawasan pantai (dari kedatangan musuh)…tatkala aku tiba di tepi pantai, tiba-tiba aku telah berada di sebuah
dataran lapang di suatu tempat (di tepi pantai) dan di dataran tersebut terdapat sebuah kemah yang di dalamnya ada
seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya, dan pendengarannya telah lemah serta matanya
telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnya pun yang bermanfaat baginya kecuali lisannya, orang itu berkata, “Ya
Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memuji-Mu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas
kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan
aku diatas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan”“
Abdullah bin Muhammad berkata, “Demi Allah aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya
bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini, apakah ia faham dan tahu dengan apa yang diucapkannya itu?,
ataukah ucapannya itu merupakan ilham yang diberikan kepadanya??.
Maka akupun mendatanginya lalu aku mengucapkan salam kepadanya, lalu kukatakan kepadanya, “Aku mendengar
engkau berkata “Ya Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas
kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugrahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas
kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan“, maka nikmat manakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu
sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut?? dan kelebihan apakah yang telah Allah anugerahkan
kepadamu hingga engkau mensukurinya??”
Orang itu berkata, “Tidakkah engkau melihat apa yang telah dilakukan oleh Robku kepadaku? Demi Allah,
seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku hingga membakar tubuhku atau memerintahkan gunung-gunung
untuk menindihku hingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku,
atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah hal itu kecuali semakin membuat aku
bersyukur kepadaNya, karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidah (lisan)ku ini. Namun,
wahai hamba Allah, engkau telah mendatangiku maka aku perlu bantuanmu, engkau telah melihat kondisiku.
Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan, aku tidak bisa
berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang putra yang selalu melayaniku, di saat tiba waktu sholat ia
mewudhukan aku, jika aku lapar maka ia menyuapiku, jika aku haus maka ia memberikan aku minum, namun
sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya. Maka tolonglah aku, carilah kabar tentangnya –semoga Allah
merahmati engkau-”.
Aku berkata, “Demi Allah tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya yang ia
memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah, lantas pahalanya lebih besar dari seseorang yang berjalan untuk
menunaikan keperluan dan kebutuhan orang yang seperti engkau”.
Maka akupun berjalan mencari putra orang tersebut hingga tidak jauh dari situ aku sampai di suatu gundukan pasir.
Tiba-tiba aku mendapati putra orang tersebut telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas. Akupun mengucapkan
inna lillah wa inna ilaihi roji’uun. Aku berkata, “Bagaimana aku mengabarkan hal ini kepada orang tersebut??”. Dan
tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub ‘alaihi as-Salam. Lalu
aku menemui orang tersebut dan akupun mengucapkan salam kepadanya lalu ia menjawab salamku dan berkata,
“Bukankah engkau adalah orang yang tadi menemuiku?”, aku berkata, “Benar”. Ia berkata, “Bagaimana dengan
permintaanku kepadamu untuk membantuku?”.
Akupun berkata kepadanya, “Engkau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi Ayyub ‘alaihis Salam?”, ia berkata, “Tentu
Nabi Ayyub ‘alaihis Salam “, aku berkata, “Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Ayyub?,
bukankah Allah telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?”, orang itu berkata, “Tentu aku
tahu”. Aku berkata, “Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?”, ia berkata, “Nabi Ayyub bersabar,
bersyukur, dan memuji Allah”.
Aku berkata, “Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya”. Ia berkata, “Benar”.
Aku berkata, “Bagaimanakah sikapnya?”, ia berkata, “Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah”. Aku berkata, “Tidak
hanya itu, Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau
akan hal itu?”, ia berkata, “Iya”, aku berkata, “Bagaimanakah sikap nabi Ayyub?” Ia berkata, “Ia bersabar, bersyukur,
dan memuji Allah, langsung saja jelaskan maksudmu –semoga Allah merahmatimu-!!”.
Aku berkata, “Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam
dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau”. Orang
itu berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepadaNya lalu Ia
menyiksanya dengan api neraka”, kemudian ia berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi roji’uun“, lalu ia menarik nafas yang
panjang lalu meninggal dunia.
Aku berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi roji’uun“, besar musibahku, orang seperti ini jika aku biarkan begitu saja maka
akan dimakan oleh binatang buas, dan jika aku hanya duduk maka aku tidak bisa melakukan apa-apa[2]. Lalu
akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis.
Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku “Wahai Abdullah, ada apa denganmu?, apa yang
telah terjadi?”. Maka akupun menceritakan kepada mereka apa yang telah aku alami. Lalu mereka berkata, “Bukalah
wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!”, maka akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur
mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata, “Demi Allah, matanya selalu tunduk dari
melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, demi Allah tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan
tidur!!”.
Aku bertanya kepada mereka, “Siapakah orang ini –semoga Allah merahmati kalian-?”, mereka berkata, Abu Qilabah
Al-Jarmi sahabat Ibnu ‘Abbas, ia sangat cinta kepada Allah dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu kami pun
memandikannya dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolatinya dan menguburkannya,
lalu mereka pun berpaling dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di kawasan perbatasan.
Tatkala tiba malam hari, aku pun tidur dan aku melihat di dalam mimpi ia berada di taman surga dalam keadaan
memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah
ِ ‫سَ ال ٌم َعلَ ْي ُك ْم ِبمَا صَ َبرْ ُت ْم َفنِعْ َم ُع ْقبَى الد‬
})24:‫َّار| (الرعد‬
“Keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga) karena kesabaran kalian, maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.” (QS. 13:24)
Lalu aku berkata kepadanya, “Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?”, ia berkata, “Benar”, aku berkata,
“Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua”, ia berkata, “Sesungguhnya Allah menyediakan derajat-derajat
kemuliaan yang tinggi yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa dengan bencana, dan
rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang dan tentram bersama dengan rasa takut kepada Allah baik dalam
keadaan bersendirian maupun dalam kaeadaan di depan khalayak ramai”
[1] Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Abdilmuhsin Firanda dari Kitab Ats-Tsiqoot karya Ibnu Hibban, tahqiq As-Sayyid
Syarofuddin Ahmad, terbitan Darul Fikr, (jilid 5 halaman 2-5)
[2] Hal ini karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian manusia, dan kemungkinan Abdullah tidak
membawa peralatan untuk menguburkan orang tersebut, sehingga jika ia hendak pergi mencari alat untuk
menguburkan orang tersebut maka bisa saja datang binatang buas memakannya, Wallahu a’lam.
Source : ummusalma
Shared By Catatan Catatan Islam

Anda mungkin juga menyukai