Anda di halaman 1dari 13

RANGKAIAN SERI DAN PARALEL

Erwin, Karimatunnisa*), Nur Dwiyana Alwi


Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Telah dilakukan prkatikum unit 5 fisika dasar II “RANGKAIAN SERI DAN PARALEL”
adapuntujuannya yaitu, dapat terampil dalam merancang rangkaian seri dan parallel, terampil dalm
menempatkan dan menggunakan basicmeter, dapat membedakan fungsi susunan seri dan parallel,
kemudian dapat memahami hukum kirchoof dan memahami karakteristik rangkaian seri dan parallel
dalam praktikum ini digunakan alat yaitu power supply AC/DC, 0-12 V, resistor 2 buah, basicmeter,
dan beberapa kawat penghubung. Dalam percobaan ini dilakukan 2 kegiatan yaitu kegiatan 1
rangkaian seri dimana resistor dihubungkan seri dengan tegangan sumber dan basismeter untuk
menghitung kuat arus listrik disejajar kan dengan hambat baik itu sebelum R 1, diantara R1 dan R2 dan
sebelum R2 sedangkan untuk mengukur tegangan basicmeter disusun seri pada R 1 dan R2. Untuk
kegiatan 2 sama dengan kegiatan 1 tapi rangkaiannya yang berbeda dan untuk menghitung arusnya
basicmeter disusun sebelum titik percabangan, melalui R 1 dan melalui R2. Analisis yang digunakan
adalah analisis teori. Dan analisis teori ini yang dibandingkan dengan hasil pengamatan pada
praktikum yang dilakukan. Dan dari anlisis dilakukan dapat dikatakn bahwa rangkaian susunan seri
berfungsi sebagai pembagi tegangan sedangkan untuk rangkaian susunan parallel berlaku hukum
kirchoof I dimana pada rangkaian yang bercabang arus yang masuk sama dengan arus kelur dan juga
dari percobaan ini dikatahui bahwa susunan paralel berfungsi sebagai pembagi arus.

KATA KUNCI: tegangan, kuat arus, resistor

PENDAHULUAN
Rangkaian listrik berlimpah didunia ini. Mereka merupakan bagian dasar dari semua
peralatan elektronik dari pesawat radio dan TV sampai computer dan bahkan mobil.
Pengukuran ilmiah, dari fisika sampai biologi kedokteran, menggunakan rangkaian listrik
(Giancoli, 2001;94)
Jika anda melihat bagian dalam TV anda, computer anda, atau penerima stereo anda
atau di bawah kap mobil anda, anda akan menemukan ragkaian yang jauh lebih rumit dari
rangkaian yang sederhana. Resistor terdapat dalam semua jenis rangkaian, mulai dari
pengering rambut dan pemanas ruangan sampai pada rangkaian yang membatasi atau
membagi arus, atau atau mereduksi atau membagi tegangan. Rangkaian seperti itu seringkali
memiliki beberapa resistor sehingga wajar untuk menijau gabungan resistor. Sebagai contoh
sederhana serentetan bola lampu yang digunakan untuk dekorasi liburan, dengan setiap bola
bertindak sebagai sebuah resistor, dan dari perspektif analisis rangkaian serentetan bola
lampu hanyalah merupakan gabungan resistor (Freedman, 2001; 257).
Gustav Robert Kirchoof adalah seorang fisikawan jerman yang berkonstribusi pada
pemahaman konsep dasar teori rangkaian listrik, spektroskopi, dan emisi radiasi benda hitam
yang dihasilkan oleh benda-benda yang dipanaskan. Dia menciptakan istilah radiasi “benda
hitam” pada tahun 1862. Terdapat 3 konsep fisika berbeda yang kemudian dinamai
berdasarkan namanya, “hukum kirchoof”. Masing-masing dalam teori rangkaian listrik,
termodinamika, dan spectrometer ( Tim penyusun, 2014)
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu dapat terampil dalam merancang
susunan seri dan parallel resistor, terampil dalam menempatkan dan menggunakan
basicmeter, membedakan fungsi susunan seri dan parallel, memahami prinsip-prinsip hukum
Kirchoff, memahami karakteristik rangkaian seri dan rangkaian parallel resistor.

TEORI
Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R 1 dan R2 (nilainya berbeda) yang disusun
secara seri menunjukkan hasil yang berbeda, namun jika diukur arus yang melewati kedua
resistor maka diperoleh pengukuran yang sama. Berbeda halnya jika resistor disusun secara
parallel, diperoleh hasil pengukuran yang berbeda. Arus yang melalui setiap resistor berbeda,
namun pengukuran tegangan pada setiap resistor sama. Fakta ini menunjukkan bahwa jenis
susunan resistor menentukan besar nilai variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam
tegangan (Tim penyusun, 2014).
Dua atau lebih resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga muatan yang sama
harus mengalir melalui keduanya dikatakan bahwa resistor itu terhubung secara seri. Dua
resistor disusun seri membawa arus yang sama. Karena muatan tidak terkumpul pada satu
titik dalam kawat yang dialiri arus konstan, jika suatu muatan ∆Q mengalir ke hambatan
pertama selama interval waktu tertentu, sejumlah muatan ∆Q harus mengalir keluar dari
hambatan kedua selama interval waktu yang sama. Kedua resistor haruslah membawa arus I
yang sama. Tegangan yang jatuh pada R1 adalah IR1 dan yang jatuh pada R2 adalah IR2.
Tegangan yang jatuh pada kedua resistor adalah jumlah tegangan yang jatuh pada masing-
masing resistor :
V=IR1+IR2= I(R1+R2)
Dengan membuat tengangan jatuh sama dengan IReq, kita peroleh:
Req=R1+R2 (1)
Dua resistor disusun parallel sedemikian rupa sehingga memiliki beda potensial yang sama
antara keduanya yang dikatakan bahwa mereka dihubungkan secara parallel. Resistansi
ekivalen dari kombinasi resistor parallel didefinisikan sebagai R eq tersebut dimana arus total I
menghasilkan tegangan yang jatuh.
Req = V/I
V V V
I= = +
R eq R1 R2
1 1 1
= + (2)
R eq R1 R2
(Tipler, 2001: 154)

METODOLOGI EKSPERIMEN
Dalam eksperimen Rangkaian Seri dan Paralel, digunakan beberapa alat dan
bahan berupa 1 buah power supply AC/DC 0-12 V yang digunakan untuk mengatur
banyak sedikitnya tegangan sumber yang masuk, 1 buah basicmeter yang digunakan
untuk mengukur kuat arus (Amperemeter) dan digunakan untuk mengukur tegangan
(Voltmeter), 2 buah resistor dengan nilai yang berbeda digunakan sebagai hambatan untuk
diukur banyak sedikitnya kuat arus dan tegangannya, dan beberapa kabel penghubung untuk
menghubungan resistor dengan power supply dan basicmeter. Adapun prosedur kerja yang
dilakukan yaitu pada kegiatan 1rangkai 2 resistor dengan susunan seri. Kemudian ukur kuat
arus listrik sebelum R1, antara R1 dan R2, dan sebelum R2 dengan menggunakan basicmeter
dalam satuan amper yang disusun seri dengan hambatan. Selanjutnya ukur tegangan pada R 1
dan R2 dengan menggunakan basicmeter dalam satuan volt yang disusun parallel dengan
hambatan. Pada kegiatan 2 rangkai 2 resistor dengan susunan paralel. Kemudian ukur kuat
arus total (sebelum titik percabangan), melalui R 1 dan melalui R2 dengan menggunakan
basicmeter dalam satuan amper yang disusun seri dengan hambatan. Selanjutnya ukur
tegangan pada R1 dan R2 dengan menggunakan basicmeter dalam satuan volt yang disusun
parallel dengan hambatan.
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1: Rangkaian seri resistor
1. Variabel Manipulasi : Tegangan Sumber (V)
2. Variabel Kontrol : Resistor (Ω)
3. Variabel Respon : Kuat Arus Listrik (I) dan Tegangan (V)
Kegiatan 2 : Rangkaian paralel resistor
1. Variabel Manipulasi : Tegangan Sumber (V)
2. Variabel kontrol : Resistor (Ω)
3. Variabel Respon : Kuat Arus Listrik (I) dan Tegangan (V)
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1 :
Yang menjadi variabel manipulasi pada kegiatan 1adalah tegangan Sumber (V) yang
diubah ubah dari 3 V, 6V, 9V, 12V tegangan sumber ini berasal dari power supply sebagai
pembagi tegangan pada rangkaian seri resistor dengan menggunakan Voltmeter pada
basicmeter dalam satuan volt (V). untuk variabel kontrolnya adalah resistor (Ω) yang
merupakan hambatan dimana resistor ini disusun seri kemudian diukur arus dan
tegangannya pada rangkaian seri dengan menggunakan basicmeter dalam satuan Ohm (Ω).
Sedangkan yang menjadi variabel responnya karena adanya manipulasi sumber tegangan
adalah kuat arus listrik(I), dan tegangan(V) pada setiap hambatan dimana dalam
mengetahuinya digunakan alat ukur basicmeter untuk mengukur kuat arus listrik(I)
menggunakan Amperemeter pada basicmeter dalam satuan Ampere (A) dan untuk mengukur
tegangan (V) digunakan Voltmeter pada basicmeter dalam satuan volt (V).
Kegiatan 2:
Yang menjadi variabel manipulasi pada kegiatan 1adalah tegangan Sumber (V) yang
diubah ubah dari 3 V, 6V, 9V, 12V tegangan sumber ini berasal dari power supply sebagai
pembagi tegangan pada rangkaian seri resistor dengan menggunakan Voltmeter pada
basicmeter dalam satuan volt (V). untuk variabel kontrolnya adalah resistor (Ω) yang
merupakan hambatan dimana resistor ini disusun paralel kemudian diukur arus dan
tegangannya pada rangkaian paralel dengan menggunakan basicmeter dalam satuan Ohm
(Ω). Sedangkan yang menjadi variabel responnya karena adanya manipulasi sumber
tegangan adalah kuat arus listrik(I), dan tegangan(V) pada setiap hambatan dimana dalam
mengetahuinya digunakan alat ukur basicmeter untuk mengukur kuat arus listrik(I)
menggunakan Amperemeter pada basicmeter dalam satuan Ampere (A) dan untuk mengukur
tegangan (V) digunakan Voltmeter pada basicmeter dalam satuan volt (V).

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA

Hasil Pengamatan
Kegiatan 1 (Rangkaian seri resistor)
R1 = 56 Ω R2 = 150 Ω
Tabel 1.1 Rangkaian seri resistor
No. Tegangan Kuat Arus Listrik (A) Tegangan Tegangan
sumber (V) Sebelum R1 Antara Setelah pada R1 (V) pada R2 (V)
R1 &R2 R2
1. 3 |0,02 ± 0,01| |0,02 ± 0,01| |0,02 ± 0,01| |0,8 ± 0,1| |2,2 ± 0,1|
2. 6 |0,03 ±0,01| |0,03 ± 0,01| |0,03 ± 0,01| |1,6 ± 0,1| |4,3 ± 0,1|
3. 9 |0,04 ±0,01| |0,04 ± 0,01| |0,04 ± 0,01| |2,4 ± 0,1| |6,4 ± 0,1|
4. 12 |0,05 ± 0,01| |0,05± 0,01| |0,05 ± 0,01| |3,2 ± 0,1| |8,0 ± 0,1|

Kegiatan 2 (Rangkaian paralel resistor)


R1 = 56 Ω R2 = 150 Ω
Tabel 1.2 Rangkaian paralel resistor
No. Tegangan Kuat Arus Listrik (mA) Tegangan Tegangan
sumber (V) Total Melalui R1 Melalui R2 pada R1 pada R2 (V)
(V)
1. 3 |0,06 ± 0,01| |0,03 ± 0,01| |0,02 ± 0,01| |3,0 ± 0,5| |3,0 ± 0,5|
2. 6 |0,10 ±0,01| |0,04 ±0,01| |0,04 ±0,01| |5,5 ± 0,5| |5,0 ± 0,5|
3. 9 |0,14 ±0,01| |0,08 ±0,01| |0,056 ±0,01| |8,0 ± 0,5| |8,0 ± 0,5|
4. 12 |0,18 ± 0,01| |0,16 ± 0,01| |0,062 ± 0,01| |10,0 ±0,5| |10,0 ± 0,5|

Analisis Perhitungan
Kegiatan 1 (Rangkaian Seri Resistor)
Sebagaimana yang tertera pada tabel pengamatan, yakni pada setiap tegangan sumber
memiliki kuat arus listrik (I) yang sama dari sebelum R 1, antara R1dan R2, dan setelah R2.
Maka dari itu, praktikan mengambil contoh satu data dari tegangan sumber senilai 3 volt.
I A=¿ |14±1|mA
I B=¿|14±1|mA
I C =¿|14±1|mA
Sehingga,
I A=I B =I C
V t =V 1 +V 2
I tot R s=I A R 1+ I B R2
Maka resistor pengganti susunan seri yaitu:
R s=R1 + R2

Gambar 1.1 Titik pada rangkaian dalam pengukuran kuat arus listrik
Dalam percobaan ini adapun nilai dari piranti-piranti yang digunakan sebagai berikut:
Tegangan sumber = 3 V, 6 V, 9 V dan 12 V
Resistor 1 = 150 Ω
Resistor 2 = 56 Ω

 Arus yang mengalir setiap tegangan yang diberikan


 Kuat arus listrik
Vs
I=
R 1+ R 2
 Ketidakpastian kuat arus listrik
Vs δV δV δV
I=
R 1+ R 2
∆ I=
δ | | | | | |
R 1
∆ R1 +
δ R 2
∆ R2 +
δ Vs
∆V s

∆ I =¿
∆ I =0+ 0+¿
∆ I ∆Vs
I
= | |
Vs
∆V s
∆ I= | |
Vs
I

1. Menggunakan tegangan sumber 3 Volt


Vs 3V
I= = =14,56 mA
R 1+ R 2 150 Ω+56 Ω
∆V s
∆ I= | |
Vs
I
∆ I= |0,13 VV |14,56 mA =0,485 A KR= ΔII ×100 %= 14,56
0,485 mA
mA
×100 %=3,33 %

DK =100 %−KR=100 %−3,3 %=96,67 %


I =|14,6 ± 0,5|mA
2. Menggunakan tegangan sumber 6 Volt
Vs 6V
I= = =29,13 mA
R 1+ R 2 150 Ω+56 Ω
∆Vs
ΔI = | |
Vs
I

0,1V
ΔI = | |
6V
29,13 mA=0,485mA
ΔI 0,485 mA
KR= ×100 %= ×100 %=1,63 %
I 29,13mA
DK =100 %−KR=100 %−1,6 %=98,37 %
I =|2,91 ± 0,5|mA
3. Menggunakan tegangan sumber 9 Volt
Vs 9V
I= = =43,69 mA
R 1+ R 2 150 Ω+56 Ω
∆Vs
ΔI = | |
Vs
I

0,1V
ΔI = | |
9V
43,69 mA =0,485 mA
ΔI 0,485 mA
KR= ×100 %= × 100 %=1,11 %
I 43,69 mA
DK =100 %−KR=100 %−1,1 %=98,89 %
I =|43,7 ±0,5| mA
4. Menggunakan tegangan sumber 12 Volt
Vs 12V
I= = =58,25 mA
R 1+ R 2 150 Ω+56 Ω
∆Vs
ΔI = | |Vs
I

0,1V
ΔI = | |
12V
58,25 mA=0,485 mA
ΔI 0,485 mA
KR= ×100 %= ×100 %=0,83 %
I 58,25 mA
DK =100 %−KR=100 %−0,82 %=99,17 %
I =|58,2 ± 0,5|mA
Tabel 1.3 Hubungan antara tegangan dan arus listrik rangkaian seri
No. Tegangansumber (V) Arus listrik
Teori Praktikum
1 3 |14,6 ± 0,5|mA |20 ± 10|A

2 6 |2,91 ± 0,5|mA |30 ±10|A


3 9 |43,7 ±0,5|mA |40 ± 10|A

4 12 |58,2 ± 0,5| mA |50 ± 10|A

 Tegangan pada Resistor pertama


1. Menggunakan tegangan sumber 3 Volt
R1
V 1= V
R1 + R2 s
56 Ω
V 1= 3V
56 Ω+150 Ω
V 1=0,81 V
δV δV δV
∆V =
| | | | | |
δ R1
∆ R 1+
δ R2
∆ R 2+
δ Vs
∆Vs

V s ( R1+ R 2 )−( R1 V s) R1 . V s R1 ( R1 + R2 )
∆V =
| ( R 1+ R 2 )
2
| |
∆ R1 +
(R1 + R2 )
2
| |
∆ R2 +
(R1 + R2 )
2
| ∆V s

R 1 ( R 1 + R 2)
∆ V =0+0+
| (R1 + R2 )2 | ∆Vs

∆V ∆Vs
V
=
Vs| |
∆Vs
∆V = | | Vs
V

ΔV = |0,13 VV |0,81 V
ΔV =0,027 V
ΔV
KR= ×100 %
V1
0,027 V
KR= × 100 %
0,81 V
KR=0,83 %
V =|0,81± 0,03|V

2. Menggunakan tegangan sumber 6 Volt


R1
V 1= V
R1 + R2 s
56 Ω
V 1= 6V
56 Ω+150 Ω
V 1=1,62 V
∆V s
ΔV = | |
Vs
V
ΔV = |0,16 VV |1,62 V
ΔV =0,027 V
ΔV
KR= ×100 %
V1
0,027 V
KR= × 100 % KR=3,33 %
1,62 V
V =|1,62± 0,03|V
3. Menggunakan tegangan sumber 9 Volt
R1
V 1= V
R1 + R2 s
56 Ω
V 1= 9V
56 Ω+150 Ω
V 1=2,42 V
∆V s
ΔV =
| |
Vs
V

ΔV = |0,19 VV |2,42 V
ΔV =0,027 V
ΔV
KR= ×100 %
V1
0,027 V
KR= × 100 % KR=1,12 %
2,42 V
V =|2,42± 0,03|V
4. Menggunakan tegangan sumber 12 Volt
R1
V 1= V
R1 + R2 s
56 Ω
V 1= 12 V
56 Ω+150 Ω
V 1=3,24 V
∆V s
ΔV = | |
Vs
V

ΔV = |0,112 VV |3,24 V
ΔV =0,027 V
ΔV
KR= ×100 %
V1
0,027 V
KR= × 100 % KR=0,83 %
3,24 V
V =|3,24 ± 0,03|V
 Tegangan pada Resistor kedua
Menggunakan tegangan sumber 3 Volt
R2
V 2= V
R 1 + R2 s
150 Ω
V 2= 3V
56 Ω+150 Ω
V 2=2,18 V
∆V s
ΔV = | |
Vs
V

ΔV = |0,13 VV |2,18 V
ΔV =0,073 V
ΔV
KR= ×100 %
V1
0,073 V
KR= ×100 % KR=3,33 %
2,18 V
V =|2,18 ±0,07|V

 Menggunakan tegangan sumber 6 Volt


R2
V 2= V
R 1 + R2 s
150 Ω
V 2= 6V
56 Ω+150 Ω
V 2=4,37 V
∆V s
ΔV = | |
Vs
V

ΔV = |0,16 VV |4,37 V
ΔV =0,073 V
ΔV
KR= ×100 %
V1
0,073 V
KR= ×100 % KR=1,68 %
4,37 V
V =|4,37 ± 0,07|V

 Menggunakan tegangan sumber 9 Volt


R2
V 2= V
R 1 + R2 s
150 Ω
V 2= 9V
56 Ω+150 Ω
V 2=6,55 V
∆V s
ΔV = | |
Vs
V

ΔV = |0,19 VV |6,55 V
ΔV =0,073 V
ΔV
KR= ×100 %
V1
0,073 V
KR= ×100 % KR=1,12 %
6,55 V
V =|6,55 ±0,07|V

 Menggunakan tegangan sumber 12 Volt


R2
V 2= V
R 1 + R2 s
150 Ω
V 2= 12 V
56 Ω+150 Ω
V 2=8,74 V
∆V s
ΔV = | |
Vs
V

ΔV = |0,13 VV |8,74 V
ΔV =0,073 V
ΔV
KR= ×100 %
V1
0,073 V
KR= ×100 % KR=0,83 %
8,74 V
V =|8,74 ± 0,07|V

Tabel 1.4.Hubungan atara tegangan sumber dan tegangan pada R1dan R2

Tegangan Tegangan pada R1 (V) Tegangan pada R2 (V)


No.
Sumber (V) Teori Praktikum Teori Praktikum
1 3 |0,81 ± 0,03| |0,8 ± 0,1| |2,18 ± 0,07| |2,2 ± 0,1|
2 6 |1,62 ± 0,03| |1,6 ± 0,1| |4,37 ±0,07| |4,3± 0,1|
3 9 |2,42 ± 0,03| |2,4 ± 0,1| |6,55 ± 0,07| |6,4 ± 0,1|
4 12 |3,24 ± 0,03| |3,2 ± 0,1| |8,74 ± 0,07| |8,0 ± 0,1|

Kegiatan 2 (Rangkaian Paralel Resistor)


Tegangan sumber 3 Volt
I 1=|20 ±10| mA
I 2=|40± 40| mA
I tot =|60 ± 10|mA
I tot =I 1 + I 2
Sehingga, diperoleh:
V tot V 1 V 2
= +
R p R1 R2
Karena, V 1=V 2 =V tot, maka didapat resistor pengganti rangkaian paralel yaitu:
1 1 1
= +
R p R1 R2
Dalam paralel resistor memiliki hambatan pengganti sebesar:
R 1 . R2
Rp=
R1 + R 2
56 Ω ×150 Ω
Rp=
56 Ω+150Ω
R p =40,8 Ω

 Kuat arus pada rangkaian paralel


Vs
I tot =
RP
 Ketidakpastian kuat arus pada rangkaian paralel
I tot =V s R p−1
δI δI
| | | |
I tot =
δVs
∆ V s+
δ Rp
∆Rp

I tot =|R p−1 ∆ V s|+|V s R p−2 ∆ R p|


I tot ∆ V s ∆ R p
I
=| || |
Vs
+
Rp
I tot ∆ V s
I
=| |
Vs
+0

∆Vs
ΔI = | |Vs
I

1. Menggunakan tegangan sebesar 3 Volt


Vs 3V
I tot = = =0,0735 A=73,5 mA
R P 40,8 Ω
∆Vs
ΔI = | |
Vs
I

0,1V
ΔI = | |
3V
73,5 mA=2,45 mA
ΔI 2,45 mA
KR= ×100 %= ×100 %=3,3 %
I 73,5 mA
I tot =|73,5 ±2,4|mA
2. Menggunakan tegangan sebesar 6 Volt
Vs 6V
I tot = = =0,1470 A=147,0 mA
R P 40,8 Ω
∆Vs
ΔI = | |
Vs
I
ΔI = |0,1V
6V |
147,0 m A=2,45 mA
ΔI 2,45 mA
KR= ×100 %= ×100 %=1,7 %
I 147,0 mA
I tot =|147 ± 2| mA
3. Menggunakan tegangan sebesar 9 Volt
Vs 9V
I tot = = =0,2206 A=220,6 mA
R P 40,8 Ω
∆Vs
ΔI = | |Vs
I

0,1V
ΔI = | |9V
220,6 mA=2,45 mA
ΔI 2,45 mA
KR= ×100 %= ×100 %=1,1 %
I 220,6 mA
I tot =|221 ±2|mA
4. Menggunakan tegangan sebesar 3 Volt
V s 12 V
I tot = = =0,2941 A=294,1mA
R P 40,8 Ω
∆Vs
ΔI = | |Vs
I

0,1V
ΔI = | |
12V
294,1 mA=2,45 mA
ΔI 2,45 mA
KR= ×100 %= ×100 %=0,8 %
I 294,1 mA
I tot =|294,1 ±2,4|mA

Tabel 1.5. Hubungan atara tegangan sumber dan tegangan pada R1dan R2

Tegangan Kuat Arus listrik(mA)


No.
Sumber (V) Teori Praktikum
1 3 |73,4 ± 2,4| |60 ± 10|
2 6 |147 ± 2| |100 ± 10|
3 9 |221 ±2| |140 ± 10|
4 12 |294 ± 2| |180 ± 10|

Pembahasan
Kegiatan 1
Pada kegiatan 1, diperoleh data-data hasil pengamata dan analisis perhitungan
sebagai berikut.
Tabel 1.6 Hubungan antara tegangan dan arus listrik rangkaian seri
No. Tegangansumber (V) Arus listrik(mA)
Teori Praktikum
1 3 |14,6 ± 0,5| |20 ± 10|
2 6 |29,1 ± 0,5| |30 ±10|

3 9 |43,7 ±0,5| |40 ± 10|

4 12 |58,2 ± 0,5| |50 ± 10|

Dapat dilihat dari tabel diatas dikatakan bahwa nilai dari analisis perhitungan yaitu
kuat arus menurut teori didapatkan secara berturut-turut dari sumber tengangan 3V, 6V, 9V,
12V adalah |14,6 ± 0,5|m A , |29,1 ± 0,5|mA , |43,7 ±0,5| mA , dan |58,2 ± 0,5| mA
sedangkan dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pengamatan kuat arus listrik
yang secara berturut-turut dari sumber tegangan 3V, 6V, 9V, 12V adalah |20 ± 10|mA ,
|30 ± 10|mA , |40± 10|mA , dan |50 ± 10|mA . Dari hasil analisis yang dilakukan dapat
dikatakan bahwa dari hasil praktikum dapat dikatakan sesuai dengan konsep atau teori yang
mengatakan bahwa kuat arus listrik dari susunan seri pada hambatan 1 sama dengan
hambatan 2 dan dapat dilihat bahwa hasil teori masuk didalam interfal dari hasil praktikum
jika di hitung dengan kesalahannya.

Tabel 1.7 Hubungan atara tegangan sumber dan tegangan pada R1dan R2

Tegangan Tegangan pada R1 (V) Tegangan pada R2 (V)


No.
Sumber (V) Teori Praktikum Teori Praktikum
1 3 |0,81 ± 0,03| |0,8 ± 0,1| |2,18 ± 0,07| |2,2 ± 0,1|
2 6 |1,62 ± 0,03| |1,6 ± 0,1| |4,37 ±0,07| |4,3± 0,1|
3 9 |2,42 ± 0,03| |2,4 ± 0,1| |6,55 ± 0,07| |6,4 ± 0,1|
4 12 |3,24 ± 0,03| |3,2 ± 0,1| |8,74 ± 0,07| |8,0 ± 0,1|

Kemudian untuk analisis teori tegangan pada susunan seri dari tabel dapat dilihat
bahwa secara berturut turut hasil untuk tegangan pada R 1 dari sumber tegangan 3V, 6V, 9V,
12V adalah |0,81 ± 0,03|V , |1,62 ± 0,03|V , |2,42 ± 0,03|V , dan |3,24 ± 0,03|V sedangkan
untuk hasil praktikumnya adalah |0,8 ± 0,1|V , |1,6 ± 0,1|V , |2,4 ± 0,1|, dan |3,2 ± 0,1|V
dari hasilnya dapat dikatakan bahwa hampir mendekati. Untuk tegangan pada R 2 dari sumber
tegangan 3V, 6V, 9V, 12V adalah |2,18 ± 0,07|V , |4,37 ±0,07|V , |6,55 ± 0,07|V , dan
|8,74 ± 0,07|V sedangkan untuk hasil praktikumnya adalah |2,2 ± 0,1|V , |4,3± 0,1|V ,
|6,4 ± 0,1|, dan |8,0 ± 0,1|V dari hasilnya dapat dikatakan bahwa hampir mendekati. Jika
kedua tegangan ini dijumlah yaitu tegangan pada R 1 dan tegangan pada R2 maka hasilnya
mendekati dengan nilai tegangan pada tegangan sumber. Sehingga pada dikatakan pada
susunan seri berfungsi sebagai pembagi tegangan.

Kegiatan 2
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis perhitungan diperoleh data sebagai
berikut.
Tabel 1.8 Hubungan atara tegangan sumber dan tegangan pada R1dan R2

Tegangan Kuat Arus listrik(mA)


No.
Sumber (V) Teori Praktikum
1 3 |73,4 ± 2,4| |60 ± 10|
2 6 |147 ± 2| |100 ± 10|
3 9 |221 ±2| |140 ± 10|
4 12 |294 ± 2| |180 ± 10|
Dari tabel hasil analisis dapat dilihat bahwa pada anilisis teorinya dengan tegangan
sumber 3V, 6V, 9V, 12V adalah |73,4 ± 2,4| mA , |147 ± 2|mA , |221 ±2|mA , dan
|294 ± 2|mA sedangkan dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pengamatan
kuat arus listrik yang secara berturut-turut dari sumber tegangan 3V, 6V, 9V, 12V adalah
|60 ± 10|mA , |100 ± 10|mA , |140 ± 10|mA , dan |180 ± 10|mA dari analisis terdapat
perbedaan yang jauh antara hasil teori dan paktikum ini merupakan kesalahan dari
pembacaan alat yang melihat basicmeter tidak tegak lurus terhadap basicmeternya yang
dilakukanoleh praktikan. Tapi dari praktikum ini terdapat perbedaan kuat arus listrik yng
mengalir pada hambatan 1 dengan hambatan 2.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil eksperimen dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan
basicmeter dengan menghitung kuat arus listrik baik itu susunan parelel dan seri ragkaiannya
harus seri dengan hambatan, sebaliknya penggunaan basicmeter untuk mengukuran tegangan
disusun parallel terhadap hambatan. Susunan resistor seri berfungsi sebagai pembagi
tegangan sehingga pada susunan seri kuat arus pada setiap hambatan memiliki kuat arus
yang sama sedangkan susunan resistor parallel berfungsi sebagai pembagi kuat arus sehingga
pada susunan parallel tegangan pada setiap hambatan memiliki tegangan yang sama. Dalam
rangkaian parallel terdapat hukum kirchoof yang mengatakan bahwa pada rangkaian
bercabang arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar sehingga arus total pada
kegiatan 2 sama dengan hambatan pengganti hambatan parallel.

REFERENSI

Freedman. 2001. Fisika Universitas Edisi. Jakarta: Erlangga.

Tim Dosen Fisika Dasar II. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1I. Makassar: Jurusan
Fisika FMIPA UNM.

Tipler, Paul A. 2001. Fisika Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai