PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Berkontraksi selama 5 menit selama 50-60 detik dengan intensitas cukup kuat maka
dapat terjadi kontraksi tidak dapat teratur, frekuensi lebih sering, durasi lebih lama.
Terkadang dapat terjadi disfungsi uterin, yaitu kemajuan proses persalinan yang meliputi
dilatasi servik/pelebaran serviks, mekanisme penurunan kepala memakan waktu yang lama,
tidak sesuai dengan harapan.
B. Uterus
Uterus terbentuk dari pertemuan duktus Muller kanan dan kiri digaris tengah sehingga
otot rahim terbentuk dari dua spiral yang saling beranyaman dan membentuk sudut disebelah
kanan dan kiri sehingga pembuluh darah dapet tertutup dengan kuat saat terjadi kontraksi
(Myles, 2009).
Terjadi perbedaan pada bagian uterus :
1. Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba keras saat
kontraksi.
2. Segmen bawah : terdiri atas uterus dan cerviks, merupakan daerah yang teregang,
bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah uterus.
3. Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran cincin retraksi
fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi
patologis yang dinamakan cincin bandl.
Perubahan bentuk :
Bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan adanya pergerakan tubuh janin yang semula
membungkuk menjadi tegap, sehingga uterus bertambah panjang 5-10 cm.
3
simfisis pubis sehingga bekerja menutup vagina. Otot-otot perineum yang lebih superfisial
terlalu halus untuk berfungsi lebih dari sekadar sebagai penyokong (Sarwono, 2008).
Pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin memainkan peran
penting untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah, perubahan-
perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh bagian
terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas peregangan serabut-serabut m.
levatores ani dan penipisan bagian tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa
jaringan terbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi) struktur
membran tipis yang hampir transparan dengan tebal kurang dari 1 cm. Ketika perineum
teregang maksimal, anus nenjadi jelas membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2
sampai 3 cm dan di sini dinding anterior rektum menonjol. Jumlah dan besar pembuluh darah
yang luar biasa yang memelihara vagina dan dasar panggul menyebabkan kehilangan darah
yang amat besar kalau jaringan ini robek.
D. Ekspulsi janin
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusui lahirlah trochanter
depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu
belakang, badan seluruhnya.
B. Perubahan Psikologis
1. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri akibat
kontraksi uterus yang semakin kuat dan semakin sering,berkeringat dan mulas ini juga
menyebabkan ketidaknyamanan.
2. Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolisme ibu meningkat denyut jantung
meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu
merasa lelah sekali kehausan ketika bayi sudah di lahirkan karena tenaga habis dipakai untuk
meneran.
3. Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya terganggu. Hal
ini disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-kontraksi
pada uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin segera mengeluarkan janinnya.
4
4. Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan tujuannya sendiri
serta rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu mengeluh bahwa bila mampu mengejan “terasa
lega”. Tetapi ibu lain sangat berat karena intensitas sensasi yang dirasakan. Efek yang dapat
terjadi pada ibu karena mengedan,yaitu Exhaustion, ibu merasa lelah karena tekanan untuk
mengejan sangat kuat.
5. Distress ibu merasa dirinya distress dengan ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak
oleh kepala janin.
6. Ibu akan panik jika janinnya tidak segera keluar dan takut persalinannya lama.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan, dan keinginan ibu. Pelaksanaan asuhan sayang ibu yang mendasar atau menjadi
prinsip dalam proses persalinan meliputi pemberian dukungan emosional, pemberian cairan
dan nutrisi, keleluasan untuk miksi dan defekasi, serta pencegahan infeksi. Semua hal
tersebut digunakan sebagai antisipasi untuk menghindari terjadinya partus lama, partus tidak
maju dan partus yang dirujuk. Tujuan : untuk mengidentifikasi pelaksanaan asuhan sayang
ibu, mengidentifikasi lamanya persalinan pada empat kala persalinan, serta menganalisa
hubungan pelaksanaan asuhan sayang ibu dengan lamanya persalinan.
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
5
5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran –
dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
7. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a) Mengurangi perasaan tegang. (b)
Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c) Memberikan
penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. (d) Menjawab
pertanyaan ibu. (e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. (f) Memberitahu
hasil pemeriksaan.
8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
6
7. Gerakan ibu akan sangat dibatasi sehingga meningkatkan lamanya persalinan (7,8).
8. Meningkatkan risiko persalinan dengan vaccum ataupun Forcep (9,10,11).
9. Mengejan dalam posisi lithotomy meningkatkan peluang Anda untuk dilakukan episiotomy
(12)
10. Posisi ini membuat tekanan pada pembuluh darah menuju rahim dan dapat membatasi aliran
darah ke bayi. (13,14,15,16) ini dapat menurunkan detak jantung bayi yang menyebabkan
Bidan Anda harus memantau Anda lebih lagi yang bahkan justru dapat lebih membatasi
gerakan Anda.
11. Ini meningkatkan risiko bayi berada di posisi yang buruk (malpresentation)
12. Posisi ini meningkatkan risiko terjadinya distosia bahu (17)
Kekurangan:
7
Bisa memperlambat persalinan jika tidak digunakan dengan tepat. Artinya pada kala I fase
aktif posisi ini tidak akan membantu penurunan bagian terendah janin. Karena posisi ini tidak
dapat memanfaatkan gaya gravitasi bumi
3. Berjongkok
Dari semua posisi persalinan yang dapat Anda pilih, untuk kala II posisi berjongkok
ini mungkin adalah posisi yang terbaik. Jika Anda berharap untuk melahirkan secara alamim
maka belajar bagaimana melakukan posiis jongkok adalah salah satu cara untuk
mewujudkannya!
Bagaimana cara posisi jongkok? Posisi ini sama seperti posisi ketika Anda Buang Air Besar
di WC Jongkok. Anda dapat mengatur posisi jongkok ini tanpa di sangga atau di dukung
pasangan Anda, walaupun ini akan membutuhkan latihan terlebih dahulu dan kekuatan kaki
yang lebih. Atau Anda bisa berjongkok dnegna didukung atau di sangga pasangan Anda.
ilustrasi di sini benar-benar menunjukkan seberapa dekat Anda dengan pasangan Anda
Tips:
- Yang terbaik Adalah menggunakan posisi ini pada tahap kala II Persalinan yaitu fase
mendorong atau mengejan, karena dapat posisi melelahkan. Maka Anda mungkin akan butuh
bantuan pasangan. Dan akan lebih baik lagi apabila Anda sudah latihan sejak kehamilan
untuk meningkatkan kekuatan kaki. Yoga bisa menjadi pilihan latihan tersebut.
- Posisi Jongkok telah dikaitkan dengan tingkat robekan perinbeum yang lebih tinggi di beberapa
penelitian, meskipun di penelitian lain hal ini juga di bantah. Karena sebenarnya yang
membuat semakin banyak kejadian robekan perineum bukanlah posisi jongkoknya namun
tehnik berjongkok yang digunakan. Misalnya, jika Anda jongkok dengan berat badan Anda
tertumpu pada jari kaki, betis, paha, maka perineum dan vagina Anda ototnya akan semakin
ketat/kencang. Sedangkan jika berat badan Anda tertumpu ada tumit Anda (mungkin dengan
gulungan handuk di bawah tumit Anda untuk menyangga jika diperlukan ), otot perineum dan
vagina akan lebih bisa rileks, dengan demikian dapat mencegah robekan perineum.
- Posisi Jongkok memperpanjang otot gluteus Anda, paha belakang dan quadriceps (paha) dan
otot betis Anda. semua otot ini akan sangat membantu! Dengan demikian otot di wilayah
perineum dan vagina akan lebih fleksibel.
Beberapa tips lain untuk posisi jongkok yang baik:
ð Praktekan posisi jongkok dengan gulungan handuk di bawah tumit Anda sampai Anda bisa
melakukannya dengan tumit yang menapak rata tanpa ada ganjalan gulungan handuk.
ð Cobalah sambil memegang sebuah gagang pintu atau memegang pasangan Anda untuk
membantu Anda mendapatkan posisi jongkok yang benar. Ketika memegang gagang pintu,
pastikan bahwa garis antara pergelangan kaki dan lutut adalah vertikal. lutut Anda tidak harus
jauh ke depan. Ini akan membantu Anda dapat menapakkan tumit ke lantai dengan rata.
8
ð Pastikan tulang belakang Anda tidak melengkung, terutama punggung bawah, usahakan untuk
tetap tegak atau lurus, jika tidak usahakan sedikit cekung. Untuk mencapai ini, Anda
mungkin merasa seolah-olah bagian bawah Anda benar-benar mencuat.
Keuntungan:
1. Berjongkok membuka panggul hingga 30% dibandingkan dengan posisi berbaring (18)
2. Posisi Jongkok dilaporkan terasa kurang menyakitkan daripada posisi berbaring (19).
3. Posisi Jongkok dapat meluruskan 'jalan lahir karena membantu tulang panggul untuk sejajar
dengan jalan lahir,ini menyulitkan bagian terendah janin untuk turun ke jalan lahir.
4. Posisi Jongkok untuk melahirkan akan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Jika Anda berpikir
untuk mengabaikan efek gravitasi Anda salah besar. Apakah Anda pernah punya pengalaman
di mana Anda kesulitan buang air kecil ketika Anda berbaring dan Anda lebih mudah buang
air kecil ketika Anda berdiri atau jongkok? Itulah efek GRAVITASI!
5. Posisi ini akan memperpendek tahap mengejan dalam persalinan (20,21,22,23).
6. Yang berarti bahwa oksitosin kurang diperlukan untuk mempercepat persalinan, sehingga
dengan posisi ini akan mengurangi kejadian induksi dalam persalinan (19)
7. Posisi Jongkok juga mengurangi kebutuhan penggunaan forsep bila dibandingkan dengan
posisi setengah-duduk (22).
8. Posisi Jongkok juga membantu untuk memperpanjang tubuh ibu sehingga dapat memberikan
ruang yang lebih banyak kepada bayi untuk masuk ke posisi yang lebih baik.
9. Beberapa studi menyebutkan jongkok yang mencegah robekan perineum (20,23), meskipun
beberapa menyebutkan bahwa tingkat robekan adalah sama (19) atau lebih tinggi
(21,24) . Seperti yang disebutkan sebelumnya, kalau saya berpikir bahwa peningkatan
robekan perineum adalah karena kurangnya dukungan, atau tehnik berjongkok yang salah.
10. Jongkok dapat menurunkan tingkat episiotomy (19,20,24)
Kekurangan:
Posisi ini Mungkin melelahkan, itulah sebabnya mengapa itu umumnya merupakan ide yang
baik untuk menerapkannya hanya pada saat kala II atau saat mengejan saja.
4. Setengah Duduk
Meskipun posisi duduk dan semi-duduk mungkin tampak serupa, namun sebenarnya
ini sangat-sangat berbeda. Pastikan Anda terus membaca Artikel ini untuk mengetahui
perbedaannya.
9
Posisi setengah duduk adalah posisi yang umumnya di lakukan di rumahsakit, rumah bersalin
atau bidan praktek karena posisi ini juga sangat memudahkan bidan, dokter atau perawat
untuk melakukan tindakan.
Keuntungan:
· Posisi ini dalam beberapa hal sedikit lebih baim dibandingkan dengan posisi berbaring
terlentang atau lithotomy
· Posisi ini tidak akan mengganggu pada epidural, pemasangan kateter, infuse atau CTG
· Anda mendapatkan bantuan dari gaya gravitasi walaupun hanya sedikit
· Posisi ini dapat digunakan untuk istirahat
Kekurangan:
Kekurangan dari posisi setengah cukup banyak, hampir sama dengan kerugian dari posisi
lithotomy atau berbaring. Beberapa sumber mengatakan posisi ini justru lebih buruk daripada
posisi lithotomy karena memberikan tekanan sacrum sehingga membuat garis lengkung tubuh
yang ini juga akan membatasi gerakan baby untuk menuruni jalan lahir. Masuk akal juga ya?
Kekurangan posisi setengah duduk:
· Lebih menyakitkan daripada posisi lainnya.
· Akses mudah ke perineum.
· Pembukaan panggul sempit dan tekanan di tailbone (tulang ekor) banyak
· Meningkatkan tekanan pada perineum yang meningkatkan resiko robek dan
· Gerakan wanita dibatasi.
· meningkatkan risiko forcep dan vacum.
5. Posisi Duduk
Keinginan untuk melahirkan dengan duduk tentu bukan pilihan persalinan aktif.
Posisi duduk adalah posisi kedua terbaik setelah posisi jongkok untuk persalinan kala II.
Posisi duduk juga memiliki beberapa manfaat pada kala I persalinan, seperti mempercepat
dan memperlancar persalinan.
Posisi duduk ini ini bisa dilakukan dengan Duduk tegak di kursi, di toilet, atau pada bola
persalinan. Anda bisa menghadap maju atau mundur, tetapi Anda mungkin akan condong ke
depan sedikit. Duduk di toilet terasa canggung namun ini cukup efektif!
Ini juga termasuk duduk di paha suami, atau Anda bisa melahirkan dengan duduk di bangku
melahirkan, yang berarti bahwa dalam beberapa hal mungkin dasarnya sama dengan
berjongkok.
10
Tips:
· Dapat digunakan dalam kala pertama dan kedua persalinan.
· Ini tidak sama dengan duduk di sofa yang membuat curva C di tulang belakang. Duduk di toilet
atau bola persalinan akan lebih membantu.
· Jika Anda ingin melahirkan dengan posisi duduk maka anda dapat membuka pelvis Anda lebih
lebar dengan mengangkat kaki Anda dengan menempatkan sesuatu seperti gulungan handuk
di bawah mereka.
· Jika Anda bersandar ke depan, gunakan bantal untuk I memberkenyamanan ekstra.
· Cobalah duduk dengan satu kaki diatas; posisi asimetris bisa menghilangkan rasa sakit dan
membantu memindahkan bayi ke posisi yang baik.
Keuntungan:
1. Gravitasi bumi membantu yang dapat mengurangi lamanya persalinan (28,29).
2. Duduk adalah posisi yang cukup santai (28,29)
3. Duduk juga membuka panggul.
4. Duduk menghadap dan membungkuk ke depan bisa membantu meringankan nyeri punggung
pada persalinan yang umumnya terjadi ketika bayi menghadap ke perut Anda atau posisi bayi
posterior
5. Dengan posisi duduk diatas bola Anda dapat bergoyang maju mundur membetuk angka
delapan maupun melingkar dan ini dapat membantu memindahkan bayi ke posisi yang lebih
baik.
6. Duduk di toilet dapat membantu memperlancar persalinan terutama jika Anda mengalami
ketuban pecah dini. Ini juga membantu Anda untuk memastikan bahwa kandung kemih Anda
kosong untuk memungkinkan dilatasi/pembukaan jalan lahir lebih cepat.
6. Berlutut
Berlutut adalah salah satu pilihan posisi persalinan yang lain. Beberapa proses
persalinan yang mengalami kesulitan akan dilakukan perubahan posisi ibu dan proses
perubahan posisi dapat membantu persalinan dalam hal ini dapat membuat persalinan lebih
cepat dan membantu bayi bergerak menuruni jalan lahir, dan dengan demikian meningkatkan
kesempatan Anda memiliki persalinan normal dan alami
Tips:
- Jika di rumah sakit Anda dapat berlutut di tempat tidur dan menempatkan lengan Anda di atas
kepala tempat tidur yang telah diangkat ke ketinggian yang sesuai dengan keinginan Anda
11
- Bergoyang-goyang, goyang, membuat lingkaran di pinggul atau memiringkan panggul dalam
posisi ini juga dapat membantu menghilangkan rasa sakit dan membimbing bayi ke posisi
yang lebih baik.
- Pastikan Anda berada pada permukaan yang nyaman.
- Berlutut dengan satu lutut diangkat juga dapat membantu memindahkan bayi ke posisi yang
lebih baik.
- Ini bisa sulit jika Anda menggunakan epidural.
Keuntungan:
1. Bersandar ke depan dalam posisi ini membantu untuk meringankan ibu dari rasa sakit
persalinan.
2. Memungkinkan pasangan untuk melakukan pijatan ataupun kompres hangat pada punggung
Anda.
3. Mengurangi tekanan pada perineum sehingga robekan perineum jarang terjadi.
7. Merangkak
Ketika Anda memilih posiis merangkak, yang terpenting adalah menjaga agar lengan
vertical dengan bahu Anda tidak jauh k belakang atau lkedepan dan tidak lebih lebar dari
bahu Anda sehingga tidak membuang energy Anda, namun memungkinkan tubuh Anda
untuk beristirahat di lengan Anda. Untuk kala dua tahap akhir Anda perlu memperluas
panggul Anda dengan membuka lutiut. Yang penting cari posisi yang paling nyaman menurut
Anda. Beberapa juga menggunakan variasi dengan bersandar ke meja atau pinggiran tempat
tidur.
Keuntungan:
1. Membantu meringankan rasa sakit (30,31)
2. Lebih sedikit resiko robekan perineum
3. Posisi ini sangat bagus untuk bayi besar
4. Dapat membantu jika terjadi prolaps tali pusat untuk mencegah tali pusat semakin
menumbung.
8. Berdiri Tegak
Posisi berdiri tegak untuk melahirkan mungkin adalah yang paling kurang
dimanfaatkan dari semua posisi lahir, terutama mengingat bahwa para praktisi penolong
persalinan tidak bisa fleksibel ketika menolong. Namun ketika diberi pilihan, banyak wanita
12
memilih untuk tetap tegak ketika bersalin, Posisi berdiri tegak merupakan posisi yang baik
karena ada banyak manfaat! Salah satu manfaat terbesar adalah bahwa Anda dapat bergerak
dengan mudah, yang sangat membantu dalam mempercepat persainan dan membantu bayi
dalam posisi yang baik.
Bebeberapa variasi posisi tegak adalah dengan berdansa bersama pasangan, berdiri saling
berhadapan dengan menggoyang maju mundur dan melingkar untuk memudahkan bagian
terendah janin segera turun ke jalan lahir. Dan posisi ini sangat baik untuk psosi pada saat
kala I. selain itu kadang posisinya dengan tegak berdiri dan satu kaki diangkat untuk
membantu melebarkan panggul.
Keuntungan;
1. Ini adalah posisi yang mudah untuk bergerak dan gerakan tersebut akan membantu bayi
bergerak turun dan membantu ibu untuk menjaga napasnya tetap mantap.
2. posisi tegak untuk kelahiran menggunakan besar gravitasi!
3. Membuatnya lebih mudah bagi orang lain untuk memijat
4. Membuat kontraksi lebih efektif (33)
5. Mempercepat tahap pertama persalinan. (31,32,33)
6. Berdiri dalam posisi asimetris juga dapat membantu bayi bergerak ke posisi yang baik.
7. Mengurangi permintaan untuk obat sakit epidural atau lainnya . (31,32,33)
13
2. Descent: Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati panggul.
Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion,
tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi diafragma serta otot-otot
abdomen ibu pada saat persalinan,Penurunan diakibatkan oleh kekuatan kontraksi
rahim, kekuatan mengejan dari ibu, dan gaya berat kalau pasien dalam posisi tegak.
Berbagai tingkat penurunan janin terjadi sebelum permulaan persalinan pada
primigravida dan selama Kala I pada primigravida dan multigravida. Penurunan
semakin berlanjut sampai janin dilahirkan, gerakan yang lain akan membantunya.
Dengan sumbu jalan lahir:
Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir.
Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium sehingga os
parietalis lebih rendah.
Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan tertahan oleh
simfisis pubis. (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).
3. Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh
serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan
dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini disebabkan oleh:
4. Putaran paksi dalam (internal rotation): Putaran paksi dalam dimulai pada bidang
setinggi spina ischiadika. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan ke
14
bawah lengkung pubis dan kepala berputar saat mencapai otot panggul (Cunningham
dkk, 2013; McKinney, 2013).
6. Putaran paksi luar (external rotation): Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir
dengan oksiput anterior, bahu harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan
diameter anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal
bahu bayi.
7. Ekspulsi: Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan
badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis.
15
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam
batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih
pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering dan bersih yang
dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stenan (perasat
untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada
salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat
keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemudian
memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawaharkuspubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
16
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearahdoroskrainal. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah
untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundusuteri dengan menggosok
fundusuteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam
kantong plastik yang tersedia.
17
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mgintramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
2.7 Amniotomi
Amniotomi adalah pemecahan selaput ketuban bila ketuban belum pecah dan
pembukaan sudah lengkap, setelah dilakukan pemecahan selaput ketuban maka lakukan
pemeriksaan air ketuban antara lain : warna air ketuban yang keluar saat dilakukan
amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan
pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia janin dalam
rahim atau selama proses persalinan ( Depkes RI,2007).
18
Langkah langkah dalam amniotomi adalah :
Membahas prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apapun yang
mereka ajukan, kemudian dengarkan denyut jantung janin, penolong cuci tangan dibawah air
mengalir dengan menggunakan sabun atau yang mengandung anti septic selama 10-15 detik,
pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh, tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama
( Depkes RI,2007).
1. Pakai sarung tangan disinfektan tingkat tinggi atau steril, lalu diantara kontraksi , lakukan
pemeriksaan dalam dengan hati-hati, raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan
bahwa kepala telah masuk dengan baik (masuk rongga panggul) dan bahwa tali pusat atau
bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi ( misalnya tangan) tidak bisa dipalpasi.Jika tali
pusat atau bagian-bagian kecil dari bayi bisa dipalpasi, Jangan di pecahkan selaput ketuban.
2. Dengan menggunakan tangan yangl ain,tempatkan klem setengah kocher atau setengah
kelly desinfektan tingkat tinggi atau steril dengan lembut ke dalam vagina dan pandu klem
dengan dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput ketuban.
3. Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dan dengan lembut
gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan, setelah selaput ketuban robek maka akan
mengalir air ketuban lakukan pemeriksaan cairan tersebut dengan membiarkan air ketuban
membasahi jaringan yang digunakan untuk pemeriksaan, evaluasi cairan tersebut. Evaluasi
warna cairan ketuban periksa apakah ada mekonium atau darah(lebih banyak dan bercak
bercampur darah) Jika mekonium atau darah terlihat lakukan langkah-langkah
kegawatdaruratan pada bayi baru lahir.
4. Gunakan tangan lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan klorin
0,5% untuk di dekotaminasi.Biarkan jari tangan tetap didalam vagina untuk mengetahui
penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak
teraba.
5. Setelah pemeriksaan selesa icelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
biarkan terendam dilarutan klorin0,5% selama 10 menit.
6. Cuci kedua tangan lagi kedua tangan dengan menggunakan langkah seperti
diatas,kemudian segera periksa ulang denyut jantung janin,catat semua temuan dalam pada
patograf untuk proses pedokumentasian dan pemantauan.
2.8 Episiotomi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat
mengatur kecepatan bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sanggat
bermanfaat saat kepala bayi diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena
pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum
19
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing ibu untuk meneran dan
beristirahat atau bernafas dengan cepat pada waktunya. (JNPK4-KR,2007)
Defisini episiotomi adalah mengiris atau menggunting, perineum menurut arah irisan
ada 3 yaitu 1.) medialis 2.) mediolaeralis,3.) lateralis dengan tujuan agar supaya tidak terjadi
robekan-robekan perineum yang tidak teratur yang bila tidak dijahit dan dirawat dengan baik
akan menyebabkan inkontinensia alvi. ( Mochtar Rustam, 1989).
Istilah ‘’Episiotomi’ secara harfiah berarti ‘’memotong pudenta atau genital’, tetapi
istilah ini sebenarnya merujuk pada suatu operasi perineotomi atau suatu insisi perenium.
Episiotomi dilakukan dengan membuat insisi bedah kecil ke dalam perinium yang membantu
mencegah peregangan berlebihan oleh kepala bayi pada jaringan vulva posterior serta otot-
otot perenium, yang tidak beraturan dengan jaringan yang terpotong rapih dan bersih
sehingga memungkinkan perbaikan optimal. Episiotomi juga membantu mengurangi
resistensi terhadap bagian terendah yang terus maju dan dianjurkan pada bayi premature
( atlas kebidanan ).
Episiotomi medialis hanya disertai dengan sedikit pendarahan perbaikan yang lebih
mudah, dan nyeri penyembuhan yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan episiotomi
posterolateral. Namun, episiotomi medialis memiliki resiko tinggi untuk meluas ke rektum.
Episiotomi mediolateralis adalah suatu kompromi yang dapat diterima. Kebanyakan operator
menggunakan gunting pada pelaksaan tindakan ini meskipun skalpel dapat menghasilkan
insisi yang rapih dan terkendali ditangan orang yang berpengalaman (atlas, kebidanan Farook
alazawi).
Episiotomi dilakukan jika adanya indikasi seperti : adanya gawat janin dan bayi akan
segera dilahirkan dengan tindakan, penyulit kelahiran pervaginam ( Sungsang, distosia
bahu, ekstrasi cunam ( Forcep) atau ekstrasi vakum , jaringan parut pada perenium atau
vagina yang memperlambat kemajuan persalinan ( Depkes RI , 2007). Episiotomi sebagai
tindakan rutin , tidak jelas keuntungannya dalam pencegahan perlukaan perineum. Dapat
menyebabkan pengeluaran darah lebih banyak. Tidak melindungi bayi dari pendarahan intra
cranial atau asfiksia intra partum. Dapat meningkatkan resiko kerusakan sfinger pada ibu,
luka perineum lebih dalam dan resiko penyembuhan kurang baik ( Prawirohardjo 2001).
Prosedur episiotomi
1. Persiapan alat
Bak steril berisi : Sepasang sarung tangan steril, duk steril, Nald voerder, Pincet anatomis,
pinset chirugis ( ada gigi), jarum jahit, Benang jahit / chromic, Gunting benang, Tampon
vagina, Kasa steril, spuit 10 ml, obat anestesi lokal –lidokain 1%, Betadin solution 10%,
Larutan DTT, Larutan klorin, tempat sampah basah kering, Bengkok.
2. Persiapan Penolong
Memberi salam dan memperkenalkan diri, memakai skort dan kacamata pelindung, tangan
dalam kondisi sudah cuci tangan dan memakai sarung tangan disinfektan tinggi atau sterl.
20
3. Persiapan Pasien
Mengonfirmasi tujuan dan prosedur tindakan, jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan
episiotomy dan diskusikan prosedurnya dengan ibu, beri alasan rasional pada ibu, mengatur
pasien bersikap litotomi dengan bokong dipinggir tempat tidur , membersihkan vulva dan
sekitarnya dengan larutan desinfektan tingkat tinggi dan aseptik/antiseptik.
4. Pelaksanaan
Berikan anathesi lokal secara dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk
memberikan efek sebelum episiotomy dilakukan, sebelum dilakukan tindakan jelaskan
kepada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu dia untuk merasa rileks, hisap 10 ml larutan
lidokain 1% tanpa epinefrin kedalam tabung suntik steril ukuran 10 ml. Jika llidokain 1%
tidak ada, larutkan bagian lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air
distilasteril.
Pastikan bahwa tabung untuk suntik memiliki jarum no 22 dan panjang 4cm, letakkan kedua
jari tangan ke dalam vagina dan diantara kepala bayi dan perineum, masukkan jarum ditengah
fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan dilakukan episitomy, aspirasi
(tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh
darah. Jika ada darahnya saat dilakukan aspirasi, jangan suntikan lidokain, tarik jarum
tersebut keluar, dan ubah posisi jarum kemudian tusukan kembali ulang langkah seperti tadi.
Bila saat aspirasi tidak ada darah,tarik jarum secara perlahan-lahan sambil menyuntik kan
maksimum 10 ml lidokain, tarik jarum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik ditusukan
kulit melembung ke area anesthesia ,bila terlihat dan dipalpasi pada perineum disepanjang
garis yang akan dilakukan episiotomy. ( Depkes RI : 2007)
Tindakan episiotomi
Pegang gunting yang panjang dengan satu tangan, letakkan jari telunjuk dan jari tengah
diantara kepala bayi dan perineum,searah dengan rencana sayatan,tunggu fase puncak his
kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka diantara jari telunjuk dan tangan,gunting
perineum,dimulai dari fourchet 45 derajat kelateral kiri dan kanan.
1. Jika his berhenti, pasien disebut belum inpartu atau persalinan palsu. Jika his makin
teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, masuk dalam fase laten.
2. Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian
ulang terhadap serviks:
o Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak
ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.
21
o Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
(lakukan penilaian setiap 4 jam; jika pasien tidak masuk fase aktif setelah
pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC).
o Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), maka
lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin; berikan antibiotik kombinasi
sampai persalinan.
o Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
(lakukan penilaian setiap 4 jam; jika pasien tidak masuk fase aktif setelah
pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC).
o Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), maka
lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin; berikan antibiotik kombinasi
sampai persalinan.
Fase aktif memanjang
1. Jika tidak ada tanda-tanda disproporsisefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih
utuh, pecahkan ketuban.
2. Nilai his
o Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya kurang
dari 40 detik) pertimbangkan adanya inertiauteriJika his adekuat (3 kali dalam
10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi,
obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
o Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat
kemajuan persalinan.
Kala II lama
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan kala II di mulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan
lahirnya seluruh janin. Persalinan Kala II ini di bagi menjadi beberapa fase, yaitu fase I
(tenang), fase II (mengeran), fase III (perineal) di mana di setiap fase-fase tersebut terdapat
perbedaan baik dari perilaku ibu maupun derajat kontraksi dan nyeri.
Dalam persalinan juga diperlukan persiapan-persiapan, baik itu persiapan dari ibu dan
keluarga, maupun persiapan penolong persalinan dan peralatan yang akan digunakan. Di
antara persiapan-persiapan tersebut yang perlu diperhatikan adalah persiapan ibu dan
keluarga. Ibu dan keluarga dalam hal ini memegang peranan penting, psikologis ibu
ibu tentunya akan memberi dorongan psikologis ibu, tentunya dengan tidak
23
Proses persalinan dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yanh diantaranya Posisi tubuh
si ibu, Pencegahan rupture, melahirkan kepala, melahirkan bahu, melahirkan tangan dan
B. Saran
1. Bagi penyusun, agar lebih giat lagi dalam mencari referensi-referensi dari sumber rujukan,
karena dengan semakin banyak sumber yang di dapat semakin baik makalah yang dapat
disusun.
2. Bagi Institusi, agar dapat menyediakan sumber-sumber bacaan baru, sehingga dapat
Daftar Pustaka
24
25