Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Irma Hardiyanti Setia Ningsih
(9204100031)
A. Postpartum Blues
b) Pendidikan
Pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi adanya kejadian
postpartum blues. Ibu yang memiliki pendidikan rendah akan cenderung
mempunyai banyak anak dan teknik dalam perawatan bayi pun kurang baik
(Machmudah, 2010). Penelitian Manurung (2011) menyebutkan bahwa ibu
yang berpendidikan SD/SMP akan berpeluang mengalami postpartum blues
sebesar empat kali dibanding ibu yang berpendidikan SLTA atau Diploma I.
c) Status pekerjaan ibu
Wanita yang bekerja dapat mengalami postpartum blues disebabkan
adanya konflik peran ganda yang menimbulkan masalah baru bagi wanita
tersebut. Ambarwati (2008) mengemukakan bahwa wanita pekerja lebih
banyak akan kembali pada rutinitas bekerja setelah melahirkan dan cenderung
memiliki peran ganda yang menimbulkan gangguan emosional, dan ibu yang
bekerja dirumah mengurusi anak-anak mereka dapat mengalami keadaan krisis
situasi dan mencapai gangguan perasaan/blues karena rasa lelah dan letih yang
mereka rasakan.
d) Dukungan sosial
Dukungan suami merupakam bentuk interaksi sosial yang nyata, yang
didalamnya terdapat hubungan saling memberi dan menerima bantuan
(Fatimah, 2009). Wanita yang merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai
oleh keluarganya tentunya tidak akan merasa dirinya kurang berharga.
Berbeda dengan wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial akan
mudah merasa bahwa dirinya tidak berharga dan kurang diperhatikan oleh
keluarga (Urbayatun, 2010). Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
pada ibu postpartum dapat membuat ibu lebih sensitif dan cenderung
mengalami depresi (Machmudah dan Urbayatun, 2010).
6. Patofisiologi
Adaptasi fisiologis yang terjadi pada perempuan pasca persalinan antara lain
terjadi pada Sistem endokrin mengalami penurunan pada hormon human
placental lactogen, kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna.
Begitupun konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesterone, human chorionic, gonadotropin,
prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah lahir (Bobak,
2012). Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan
mood dan kejadian depresi. Karena proses ini pula seorang ibu setelah
melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan
mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih
membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap
penting baginya.
Penyesuain perempuan terhadap perannya sebagai ibu di tandai dengan
perubahan perilaku ibu yang terdapat dalam tiga fase penyesuaian antara lain
fase taking in, fase taking hold, dan fase letting go. Fase taking in dikenal
sebagai fase dependen yang terjadi selama satu sampai dua hari pasca
persalinan, ketergantungan sangat terlihat menonjol dan ini merupakan suatu
fase dimana ibu memerlukan perlindungan dan perawatan, mengharapkan segala
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain. Dukungan sosial dari suami, keluarga,
teman, petugas kesehatan sangat diperlukan pada fase ini. Jika fase ini gagal,
maka periode ini akan berubah menjadi periode blues pada fase berikutnya
(Bobak, 2012). Fase taking hold merupakan fase yang tepat untuk adanya
pemberian edukasi mengenai perawatan bayi karena pada fase ini ibu memiliki
semangat yang tinggi untuk mampu merawat bayinya secara mandiri (Laela,
2016). Fase letting go ini ibu postpartum mulai merasakan keluarga seabagai
suatu sistem dan harus mampu menjalankan perannya sebagai orang tua (Laela,
2016). Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem
dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya
perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor dari etiologi serta factor psikolog
lainnya merupakan penyebab utama. Keabnormalitasan pada post partum blues
ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu,
tak jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir
pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan.
7. Pathway
Menurut Dewi (2011) beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kejadian postpartum blues antara lain : persiapkan diri dengan baik selama
kehamilan untuk menghadapi masa nifas, komunikasikan segala permasalahan
atau hal jika ada yang ingin dibicarakan, komunikasikan saat mengalami rasa
cemas, menerima dengan ikhlas dan tulus terhadap apa yang telah dialami dan
tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk peran barunya sebagai orang tua,
istirahat cukup, hindari perubahan hidup yang drastis, berolahraga ringan, beri
dukungan penuh dari keluarga, suami atau saudara, konsultasikan kepada tenaga
kesehatan atau orang yang ahli agar dapat memfasilitasi kemungkinan faktor
risiko lain selama masa nifas dan dapat membantu dalam melakukan upaya
monitoring.
Menurut Nirwana (2011) tindakan yang dapat dilakukan untuk dapat
menanggulangi terhadap perempuan dengan postpartum blues antara lain :
a) Meminta bantuan kepada suami atau keluarga jika membutuhkan waktu
untuk beristirahat sejenak, karena dengan beristirahat sejenak akan dapat
menghilangkan perasaan lelah yang ada,
b) Memberitahukan suami tentang perasaan yang sedang dirasakan,
c) Menjauhkan rasa cemas dan khawatir mengenai pola pengasuhan untuk anak,
d) Mencari hiburan sejenak dan luangkan waktu untuk sendiri.
2) Tidur
5) Aktivitas/ istirahat
6) Eliminasi
7) Makanan/ cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa
kering Neurosensori. biasanya klien mengeluh sakit kepala
8) Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala
9) Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
10) Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
2. Pemeriksaan Psikologis
a. Fase taking in, dengan cara :
- Kaji tingkat ketergantungan klien tentang perawatan diri dan bayinya,
klien berpusat pada dirinya
- Dengarkan dan respon setiap keluhan atau pertanyaan yang diajukan
oleh klien seputar riwayat persalinan
- Ketergantungan harus berakhir pada hari kedua
b. Fase taking hold, dengan cara :
- Kaji tingkat keterlibatan klien yang berpusat pada dirinya
- Kaji tingkat keinginannya untuk mendapat pendidikan kesehatan
- Kaji tanda – tanda terjadinya depresi atau postpartumblues : gelisah,
menangis tiba2, sulit tidur, marah terhadap anggota keluarga termasuk
bayi, cemas
c. Fase letting go, dengan cara :
- Kaji tingkat kesiapan ibu untuk merawat dirinya dan bayinya
- Kaji pola interaksi dengan keluarga dan lingkungannya
- Kaji keinginannya untuk segera keluar dari RS dan ingin merawat
bayinya dam keluarganya
- Simpulkan perubahan psikologis ibu pada tahap yang mana
3. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Periksa TTV (TD, N, RR, dan suhu). Biasanya nadi meningkat,
(tachikardia), TD kadang meningkat. Biasanya pernafasan cepat dan
dangkal
2) Head To Toe
a. Kepala dan wajah
- Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut, cloasma gravidarum,
keadaan sklera, conjungtiva, kebersihan gigi dan mulut, caries.
- Palpasi palpebra, odem pada mata dan wajah
- Palpasi palpebra, odem pada mata dan wajah
- Palpasi pembesaran getah bening, JVP, kelenjar tiroid
b. Dada
- Inspeksi irama nafas
- Dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung
- Hitung frekuensi nafas
c. Payudara
- Inspeksi keadaan puting : menonjol, datar, tertarik kedalam
(inverted), bekas luka/trauma, inspeksi areola dan seluruh mamae :
ukuran, pembengkakan, produksi ASI
- Palpasi daerah payudara
- Kaji pengeluaran : colostrum atau ASI dengan cara letakkan jari
telunjuk dan ibu jari didaerah areola, lalu tekan perlahan, kemudian
pijat sambil mengarah ke pangkal puting susu dan lihat cairan yang
dikeluarkan.
d. Ekstremitas bagian atas
- Inspeksi keadaan odem pada jari – jari atau kelainan lain
- Ajak klien untuk berjabat tangan dan kaji kekuatan otot
e. Abdomen
- Inspeksi : striae, luka/insisi, linea
- Letakkan stetoskop pada setiap kuadran abdomen untuk
mendengarkan
- bising usus selama 1 menit penuh
f. Lakukan pemeriksaan involution uteri, dengan cara :
- Letakkan kedua tangan perawat pada bagian abdomen dan supra
pubis
- Telapak tangan diatas suprapubis meraba daerah vesika urinaria,
sedangkan telapak tangan diatas abdomen meraba dan menemukan
tinggi fundus uteri
- Tetaplah telapak tangan pada vesika urinaria, sedangkan telapak
tangan di daerah abdomen sedikit terbuka, menghadap kearah
umbilikus dan turun menyusuri abdomen untuk menemukan tinggi
fundus uteri, setelah ditemukan kaji : intensitas, kekuatan kontraksi
uterus, posisi / letak uteri.
- Lepaskan kedua telapak tangan secara bersamaan
- Simpulkan keadaan involtio uteri : TFU
g. Lakukan pemeriksaan diastasis recti abdominis (jika tidak ada luka
SC), dengan cara :
- Letakkan dua atau tiga jari tangan perawat secara vertikal , tepat
dibawah pusat klien.
- Anjurkan klien untuk mengangkat kepala dan bahu tanpa dibantu
- Raba dan rasakan berapa jari yang terjepit oleh dinding abdomen
ketikam klien duduk
- Simpulkan keadaan diastasis recti abdominis
h. Lakukan pemeriksaan vulva vagina, fokus pada lochia dengan cara :
- Bantu klein membuka celana dalam
- Atur klien pada posisi dorsal recumbent
- Pasang sarung tangan
- Lihat keadaan dan kebersihan vulva serta perineum
- Lihat jumlah darah yang terpapar pada pembalut
a. Sangat sedikit : noda darah berukuran 2,5 -5 cm = 10 ml
b. Sedikit : noda darah berukuran ≤ 10 cm = 10-25 ml
c. Sedang: noda darah < 15 cm = 25-25 ml
d. Banyak : Pembalut penuh = 50-80 ml
- Tanyakan kapan mengganti pembalut yang terakhir (jam berapa)
- Simpulkan karakteristik lokhia (rubra, serosa, alba)
i. Lakukan pengkajian perineum fokus pada luka episiotomy, dengan
cara :
- Atur klien pada posisi Sim kiri
- Tarik pangkal paha kearah atas oleh tangan kiri dan tarik bagian
bawah oleh tangan kanan
- Lihat keadaan luka episiotomi : jenis episiotomi, jumlah jahitan,
keadaan
- luka REEDA.
- Simpulkan keadaan luka
- Lihat keadaan anus, fokus pada keadaan haemoroid.
- Simpulkan keadaan haemorid
- Atur kembali klien pada posisi terlentang
- Bantu kien untuk kembali memakai celana dan pembalut yang baru
- Atur klien pada posisi senyaman mungkin
- Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam clorin
0,5 %
- Masukkan sarung tangan ke dalam cairan clorin 0,5%
(Karjatin, Atin. 2016)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI 2016 :
1) Ketidaknyamanan pasca partum b/d trauma perineum selama persalinan dan
kelahiran, pembekakan payudara dimana alveoli mulai terisi ASI, involusi
uterus, kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan
2) Koping tidak efektif b/d ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi
masalah, ketidakadekuatan sistem pendukung, ketidakadekuatan strategi
koping, ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stressor, krisis
situasional, krisis maturasional, kerentanan personalitas.
3) Gangguan pola tidur b/d kurangnya kontrol tidur d/d periode pasca partum
4) Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan, krisis situasional, krisis
maturasional,kurang terpapar informasi
5) Risiko gangguan perlekatan f/r kekhawatiran menjalankan peran sebagai
orangtua, penghalang fisik (incubator, dll), ketidakmampuan orang tua
memenuhi kebutuhan bayi/anak d/d post partum blues
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Ketidaknyamanan Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen nyeri
pasca partum b/d keperawatan diharapkan Observasi
trauma perineum klien mampu : - Identifikasi lokasi, durasi,
selama persalinan dan 1. Tingkat nyeri karakteristik, frekuensi,
kelahiran, pembekakan - Kemampuan kualitas, intensitas nyeri
payudara dimana menuntaskan - Identifikasi skala nyeri
alveoli mulai terisi ASI, aktivitas meningkat - Identifikasi respons nyeri non
involusi uterus, - Keluhan nyeri verbal
kekurangan dukungan menurun - Identifikasi faktor yang
dari keluarga dan - Ekspresi meringis memperberat dan peringan
tenaga kesehatan menurun nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi pengetahuan dan
- Kesulitan tidur keyakinan tentang nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh budaya
- Nafsu makan terhadap respon nyeri
membaik - Identifikasi pengaruh nyeri
- Pola tidur membaik pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Koping tidak efektif b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Promosi koping
ketidakpercayaan keperawatan diharapkan Observasi
terhadap kemampuan klien mampu : - Identifikasi dampak situasi
diri mengatasi masalah, 1. Status koping terhadap peran dan
ketidakadekuatan a. Perilaku koping hubungan
sistem pendukung, adaptif - Identifikasi metode
ketidakadekuatan b. Mampu penyelesaian masalah
strategi koping, mengatasi - Identifikasi kebutuhan dan
ketidakcukupan masalah keinginan terhadap
persiapan untuk c. Mampu dukungan social
menghadapi stressor, memenuhi peran Terapeutik
krisis situasional, krisis sesuai usia - Diskusikan perubahan peran
maturasional, d. Perilaku asertif yang dialami
kerentanan personalitas. meningkat - Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi
sisitem pendukung yang
tersedia
Edukasi
- Anjurkan penggunaan
sumber spiritual
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Dukungan tidur
b/d kurangnya kontrol keperawatan diharapkan Observasi
tidur d/d periode pasca klien mampu : - Identifikasi faktor pengganggu
partum 1. Pola tidur tidur
a. Tidak mengeluh Terapeutik
sulit tidur - Modifikasi lingkungan
b. Istirahat cukup - Fasilitasi menghilangkan
c. Pola tidur baik stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Ansietas b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Reduksi ansietas
kekhawatiran keperawatan diharapkan Observasi
mengalami kegagalan, klien mampu : - Identifikasi saat tingkat
krisis situasional, krisis ansietas berubah
1. Tingkat
maturasional,kurang - Monitor tanda-tanda ansietas
kecemasan
terpapar informasi Terapeutik
a. Dapat - Ciptakan suasana terapeutik
beristirahat
untuk menumbuhkan
b. Perasaan
kepercayaan
gelisah
- Temani pasien untuk
menurun
mengurangi kecemasan
c. Rasa cemas - Pahami situasi yang membuat
yang ansietas
disampaikan Edukasi
secara lisan - Informasikan secara factual
tidak ada mengenai diagnostic,