Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
2009).
Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa
2006).
merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang
(Junaidi, 2007).
mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi
kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus
mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami
proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan
dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan
peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua.
Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas,
ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat
yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya
massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah
setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia,
Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra
menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.
kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara
5175 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen
massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah
menopause.
berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya
terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca
menopause.
yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak
1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan
lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia
3035 tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun
(osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul
akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres
puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga
tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang.
3. Patah tulang
berbeda. Faktor risiko Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak
dapat dikendalikan dan yang dapat dikendalikan. Berikut ini faktor risiko osteoporosis
1. Jenis kelamin
dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai
2. Usia
Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara
pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan
3. Ras
Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih
tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa
tulang lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot
yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar
risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih
5. Riwayat keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai
massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena
osteoporosis.
6. Sosok tubuh
Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena
7. Menopause
kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah.
1. Aktivitas fisik
terlatih dan menjadi kendor. Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya
minimal tiga kali dalam seminggu (lebih baik dengan beban untuk membentuk dan
memperkuat tulang).
2. Kurang kalsium
Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh kurang maka
tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh
lain, termasuk yang ada di tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan
asupan vitamin D yang didapat dari sinar matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium
3. Merokok
perokok. Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar estrogen lebih
rendah dan mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat dibanding wanita
bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok berpengaruh buruk pada tubuh
4. Minuman keras/beralkohol
kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat menurunkan massa tulang dan pada
akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein
osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi dengan minum susu
6. Stres
Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang
diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan
7. Bahan kimia
Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan makanan
(sayuran dan buah-buahan), asap bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah
industri seperti organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah, dapat
merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh menurun dan
Diagnosis Osteoporosis
Dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan yang dirasakan pasien, riwayat
kesehatan dan obat-obatan yang ia gunakan, serta riwayat penyakit dalam
keluarganya. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada
bagian tubuh pasien yang mengalami cedera atau keluhan.
Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala. Penderita osteoporosis biasanya
datang ke dokter dengan keluhan patah tulang akibat jatuh atau terbentur. Jika
seperti ini, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian tulang yang patah
untuk mendapat gambaran mengenai tingkat keparahannya.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang
berupa:
Rontgen atau CT scan, untuk melihat dengan lebih jelas kondisi tulang yang
patah
Tes darah, untuk mengetahui kadar sel-sel darah, kadar elektrolit, dan kadar
hormon, termasuk hormon tiroid, paratiroid, esterogen, dan testosteron
Tes bone mass density (BMD), untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan
menentukan risiko terjadinya patah tulang