Anda di halaman 1dari 88

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

T DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI :HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN FLAMBOYAN
RSJ PROF. HB SA’ANIN PADANG

OLEH :

RESSY RAHMADANI, S.Kep

YUMIKO PASTIKA, S.Kep

MARTINA WISDAYANTI, S.Kep

HELZA APRILIA YUSDI S.Kep

HESTI WULANDARI S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Kesehatan merupakan salah satuhalyang sangat berharga didalam


kehidupan sehinggaperan serta masyarakat diperlukan untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan, begitu pula kesehatan jiwa yang sampai saat
ini masih menjadi permasalahan yang cukup signifikan didunia termasuk di
Indonesia. Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerjasecara produktif, dan mampu memberikan kontribusiuntuk
komunitasnya. (UUNo.18Tahun2014)

Menurut World Health Organization(2017) pada umumnya gangguan


mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan4,4% dari populasi global menderita gangguan depresidan3,6%
gangguan kecemasan.Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18%
antara tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan
di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit yang dialami orang-orang yang
tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).
Adapun menurut Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa gangguan jiwa
berat, seperti skizofrenia di Indonesia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7per1.000 penduduk. (Maulana et al., 2019).

Gangguan jiwa sampai saat ini masih menjadi permasalahanyang serius di


dunia.Data statistik yang dikemukakan oleh World Health
Organization(WHO) penderita gangguan jiwa dunia adalah 676 juta jiwa.
1
Paling buruk, depresi bisa memimpin untuk bunuh diri, lebih dari 800.000
perkiraan kematian bunuh diri di seluruh dunia, dengan 86% terjadi pada usia
dibawah 70 tahun. Bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua didunia,
orang dewasa muda usia 15-29 tahun bunuh diri menyumbang 8,5% dari
semua kematian, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia (WHO, 2016)

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.


Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung,
tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat
yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan
pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa
bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat
seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia
menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang
pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.

Menurut Yosep & Sutini(2016)padapasienskizofrenia,70%pasien


mengalami halusinasi. Halusinasi adalah gangguan penerimaan pancaindra
tanpa stimulasi eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan,
penciuman, danperabaan). Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan
jiwa pada individuyang ditandai dengan perubahan persepsi sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada
(Keliat, 2014).

Halusinasi benar-benarnya tadi rasakan oleh klien yang mengalaminya,


seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan
persepsi tersebut nyata, sama halnya seseorang seperti seseorang yang
mendengarkan siaran ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang
2
berbicara tentang cuaca tersebut. Ketidak mampuan untuk mempersepsikan
stimulus secara real dapat menyulitkan kehidupan klien (Putri, 2017).
Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang (2017) angka kunjungan
gangguan jiwa di puskesmas Pemancungan menempati urutan pertama dilihat
dari data jumlah kunjungan gangguan jiwa ke puskesmas tersebut, yakni
sebanyak 1.009orang. Sedangkan untuk urutan kedua ditempati oleh
puskesmas Lubuk Buaya yaitu 760orang, dan urutan ke tiga puskesmas
Andalasdengan jumlah 624orang. Puskesmas pemancungan memegang 5
kelurahan,dengan populasi penduduk 17.984 orang. Penderita gangguan
jiwaberatsebanyak 141 orang. Gangguan Jiwa Berat64 orang,sedangkan
Gangguan Jiwa Ringansebanyak 73 orang. Penderita gangguan jiwa terbanyak
berada dikelurahan Pasa Gadang sebanyak 28orang, dari awal tahun 2018
sampai saat ini bertambah menjadi 32orangdengan populasi masyarakat 5.842
orang. Penelitian dilakukan di kelurahan pasa gadang pada masyarakat
berumur 20 -60 tahun dengan populasi 3295 orang.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan


masalah dalam studi kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

1.3 TujuanPenulisan

a. TujuanUmum

Tujuan dari laporan ini adalah untuk menggambarkan secara umum


tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.

b. TujuanKhusus

1. Untuk melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan


3
persepsi sensori :halusinasi pendengaran
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

3. Untuk menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan


gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

4. Untuk melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan


gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

5. Untuk mengevaluasi pada pasien dengan gangguan persepsi


sensori : halusinasi pendengaran.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan
laporan kasus, khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi


tambahan bagi perkembangan keperawatan jiwa dan sebagai acuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu
(Prabowo, 2014).
Halusinasi merupakan persepsi yang salah atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara- suara
yang sebenarnya tidak ada (Yudi Hartono, 2012).

2. Rentang Respon
Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon
yang berhubungan dengan fungsi neurobiologik, perilaku yang dapat diamati
dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi. Respon yang terjadi dapat
berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif yang dapat digambarkan pada
bagan berikut

5
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal, jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut. Respon adaptif meliputi:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan (Dalami dkk, 2014)
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain (Dalami dkk, 2014)
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang
6 dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan.

Adapun respon maladaptif ini meliputi:


1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak
teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam (Dalami dkk, 2014).

3. Jenis-Jenis Halusinasi

Menurut Yudi Hartono (2012) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut:

1) Halusinasi pendengaran (auditory)

Jenis halusinasi yang menunjukkan persepsi yang salah dari bunyi,


musik, kebisingan atau suara. Pada penderita skizofrenia gejala umum
adalah mendengarkan suara suara dua orang atau lebih yang berbicara pada
satu sama lain ,ia mendengar suara berupa kritikan atau komentar tentang
dirinya perilaku atau pikirannya.

2) Halusinasi penglihatan (visual)

Halusinasi penglihatan adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan


isi dari halusinasi7 dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh
seperti manusia.
3) Halusinasi penciuman (olfactory)

Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini


biasanya tidak menyenangkan seperti mau muntah ,urin,feses asap atau
daging busuk .Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan
dapat diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh
virus,trauma,tumor otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan.

4) Halusinasi pengecapan (gustatory)

Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa.biasanya


pengalaman ini tidak menyenangkan.Misalnya seorang individu mungkin
mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus menerus.Jenis halusinasi
ini sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti epilepsi
dibandingkan pada gangguan mental

5) Halusinasi perabaan (taktil)

Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh .Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada
kulit.

4. Faktor Penyebab
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil,
8 mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak,misalnya terjadi ketidak seimbangan acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidak mampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-
psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi,yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan
9 luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal
dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya
seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.
Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya.

5. Proses Terjadinya
Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini dipengaruhi
oleh intensitas keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya
rangsangan dari luar. Menurut Dalami dkk (2014), halusinasi terjadi melalui
beberapa tahap antara lain:
a. Stage I: Sleep 10
disorder Merupakan fase awal individu sebelum muncul
halusinasi. Individu merasa banyak masalah, ingin menghindar dari
orang dan lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak
masalah (misalnya: putus cinta, dikhianati kekasih, diPHK, bercerai,
masalah dikampus dan lain-lain). Masalah makin terasa sulit karena
berbagai stressor terakumulasi sedangkan support sistem kurang dan
persepsi terhadap masalah sangat buruk. Hal ini akan menyebabkan
individu tersebut sulit tidur terus menerus sehingga terbiasa menghayal.
Individu akan menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai
upaya pemecahan masalah.
b. Stage II: (Comforting Moderate Level of Anxiety) Pada tahap ini
halusinasi bersifat menyenangkan dan secara umum individu menerima
sebagai sesuatu yang alami. Individu mengalami emosi yang berlanjut,
seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa dan
ketakutan sehingga individu mencoba untuk memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan dan pada penanganan pikiran untuk
mengurangi kecemasan tersebut. Individu beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikontrol atau
dikendalikan jika kecemasannya bisa diatasi. Dalam tahap ini ada
kecenderungan individu merasa nyaman dengan halusinasinya dan
halusinasi bersifat sementara.
c. Stage III: (Condemning Severe Level of Anxiety) Pada tahap ini
halusinasi bersifat menyalahkan dan sering mendatangi individu.
Pengalaman sensori individu menjadi sering datang dan mengalami bias
sehingga pengalaman sensori tersebut mulai bersifat menjijikan dan
menakutkan. Individu mulai merasa kehilangan kendali, merasa tidak
mampu lagi mengontrolnya dan berusaha untuk menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang dipersepsikan individu. Individu akan merasa
malu karena pengalaman sensorinya tersebut dan akhirnya menarik diri
dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
d. Stage IV: (Controling
11 Severe Level of Anxiety) Pada tahap ini
halusinasi bersifat mengendalikan, fungsi sensori menjadi tidak relevan
dengan kenyataan dan pengalaman sensori tersebut menjadi penguasa.
Halusinasi menjadi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol individu
sehingga individu tersebut mencoba melawan suara-suara atau sensori
abnormal yang datang. Hingga akhirnya individu tersebut menjadi tidak
berdaya dan menyerah untuk melawan halusinasi dan membiarkan
halusinasi menguasai dirinya. Individu mungkin akan mengalami
kesepian jika pengalaman sensori atau halusinasinya tersebut berakhir.
Dari sinilah dimulai fase gangguan psikotik.
e. Stage V: (Concuering Panic Level of Anxiety) Tahap ini adalah tahap
terahir dimana halusinasi bersifat menaklukan, halusinasi menjadi lebih
rumit dan individu mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya.
Pengalaman sensorinya menjadi terganggu dan halusinasi tersebut
berubah mengancam, memerintah, dan menakutkan apabila tidak
mengikuti perintahnya sehingga klien mulai terasa mengancam. Klien
merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri, klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain dan menjadi menarik diri. Klien merasa
berada dalam dunia menakutkan dalam waktu yang singkat atau bisa
juga beberapa jam atau beberapa hari atau selamanya/kronis (terjadi
gangguan psikotik berat).

6. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang
mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
b. Proyeksi, keinginan
12 yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-
lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan
7. Pohon Masalah

Gambar2.1PohonMasalah

Risiko perilakukekerasan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi Sosial

8. Penatalaksanaan
a. TindakanKeperawatan

Tindakan keperawatan adalah suatu tahap dimana seorang perawat


mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan guna untuk membantu klien
dalam mencapai tujuanyang telah ditetapkan (Carpenito dalam
Yusuf,dkk.2015). Sebelum tindakan keperawatan di implementasikan, perawat
perlu memvalidasi apakah rencana tindakanyang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi pasien13saat ini(hereandnow) (Yusuf dkk. 2015).
Dalam asuhan keperawatan jiwa, untuk mempermudah pelaksanaan
tindakan keperawatanmaka perawat perlu membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatanyang meliputi SP pasien dan keluarga (Trimeilia,2011).
SP dibuat menggunakan komunikasi terapeutik yang terdiri dari faseorientasi,
fase kerja, dan terminasi (Yusufdkk. 2015). Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, mempunya itu tujuan serta
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien(Farida dan Yudi,
2010).Terdapat 3 fase dalam dalam komunikasi terapeutik, dimanafase
pertama yaitu fase orientasi yang menggambarkan situasi pelaksanaan
tindakan yanga kan dilakukan, kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang
diharap kan.Fase kerja berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk
pengkajian lanjut, pengkajian tambahan, penemuan masalah bersama
dan/atau penyelesaian tindakan. Fase terminasi merupakan saat untuk
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan,menilai keberhasilan atau
kegagalan dan merencanakan untuk kontrak waktu pertemuan selanjutnya.
(Yusuf dkk. 2015)

14
Tabel 2.2 Strategi pelaksanaantindakankeperawatan pada klien
dan keluarga

Strategi

1. Klien dapat SP1 1.SP1 : Membantu klien

mengenali mengenal halusinasi,


halusinasiyang menjelaskan cara mengontrol
dialaminya. halusinasi, mengajarkan

klien mengontrol halusinasi


dengan menghardik
2. Klien dapat
halusinasi.
mengontrol
halusinasiny 2. SP2 : Melatih klien
SP2
mengontrol halusinasi
denganbercakap-cakap
bersama oranglain.
SP 3
3. Klien mengikuti
3. SP3 : Melatih klien
program pengobatan
mengontrol halusinasi
secara optimal
dengan melaksanakan
aktivitas terjadwal.

4. SP4 : Melatih klien


SP 4
beraktivitas

15
1. Keluarga dapat SP 1 1. Diskusikan masalah yang
mengetahui cara dirasakan pasien dalam
merawat anggota merawat pasien
keluarga dengan 2. Jelaskan teori halusinasi
gangguan persepsi 3. Latih cara merawat halusinasi
sensori: halusinasi (hardik)
pendengaran 4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian

1. Evaluasi kegiatan keluarga


2. Keluarga mengetahui SP 2
dalam melatih pasien
6 benar minum obat
2. Jelaskan 6 benar cara minum
obat
3. Latih cara minum obat
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian
 Evaluasi kegiatan keluarga
3. Keluarga mengetahui
dalam melatih pasien
dan mampu
SP 3  Jelaskan cara bercakap-
mengajak klien
cakap
bercakap-cakap
4. Keluarga mengetahui SP 4  Anjurkan membantukeluarga
Evaluasi kegiatan pasien

cara follow up ke dalam melatih pasien


PKM dan tanda  Jelaskan followup ke PKM,
kambuh tanda kambuh, rujukan
 Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri
16

(Keliat, 2014)
b. Medis

1) Farmakologis

Obat-obat yang lazim yang digunakan pada gejala halusinasi pendengaran


yang merupakan ejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obat ani
psikosis seperti: Risperidone adalah obat dengan fungsi untuk mengatasi gangguan
mental/mood tertentu, seperti schizophrenia, gangguan bipolar, dan iritabilitas
yang berhubungan dengan gangguan autis.THP adalah obat yang membantu
menurunkan rasa kaku pada otot, keringat berlebih, dan produksi air liur. Tak
hanya itu juga mampu membantu meningkatkan kemampuan berjalan pada pasien
Parkinson. Chlorpromazine adalah obat yang bisa membantu Anda untuk berpikir
lebih jernih, tidak gugup, dan beraktivitas normal dalam kehidupan sehari-hari.

2) Terapi kejang listrik atau electro compulsive therapy (ECT)

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neoroleptika oral atau ineksi. Dosis terapi kejang
listrik 4-5 joule/detik (purba, wahyuni nasution, daulay, 2009)

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

Menurut Keliat (2011) berdasarkan askep teoritis diuraikan beberapa


langkah sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Identitas
Biasanya identitas meliputi, nama pasien, jenis kelamin,umur, alamat
lengkap, tanggal masuk, no MR, tanggal pengkajian, informasi dan alamat
pasien, keluarga 17
yang bisa dihubungi, serta komposisi keluarga.
b. Alasan masuk
Biasanya pasien dengan halusinasi akan mengalami gangguan persepsi
sensori palsu , biasanya pasien akan mendengar suara- suara, klien
berbicara sendiri dan tertawa sendiri, berbicara kacau dan kadang tidak
masuk akal, tidak bisa membedakan hal yang nyata dan tidak nyata,
menarik diri dan menghindar dari orang lain, bingung, kontak mata tidak
ada, pandangan mata pada satu arah tertentu, secara tiba- tiba marah dan
menyerang orang lain.

c. Faktor predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasalalu
Biasanya klien mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, dan
pengobatan yang dilakukan tidak berhasil, atau klien mengalami putus
obat .
2. Pengobatan sebelumnya
Biasanya pengobatan pasien sebelumnya tidak berhasil karena
pasien tidak mengonsumsi obat secara teratur dirumah dan
lingkungan sekitar yang terkadang dapat membuat pasien kambuh dari
penyakinya.
3. Riwayat trauma
a) Aniaya fisik
Biasanya pasien pernah mengalami aniaya fisik yaitu sebagai
korban, maupun saksi, tetapi tidak sebagai pelaku.
b) Aniaya seksual
Biasanya pasien pernah mengalami aniaya seksual yaitu
sebagai korban, maupun saksi, tetapi tidak sebagai pelaku.
c) Penolakan
18

Biasanya pasien pernah mengalami penolakan atau


disingkirkan oleh keluarga ataupun lingkungan masyarakat.
d) Kekerasan dalam keluarga
Biasanya pasien pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
yaitu sebagai korban, biasanya pasien di pukul oleh orang terdekat
karena merasa terganggu dengaan kehadiran pasien terhadap
pasien.
e) Tindakan kriminal
Biasanya pasien tidak pernah melakukan tindakan kriminal
baik sebagai korban, pelaku maupun saksi.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Biasanya klien dengan halusinasi memiliki riwayat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Biasanya hubungan pasien
dengan keluarga tidak dekat.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Biasanya klien pernah mengalami pengalaman dimasa lalu
yang tidak menyenangkan seperti konflik didalam keluarga,
disingkirkan dari lingkungan, kehilangan atau kegagalan di masa
lalu .
d. Fisik
1) Tanda- tanda vital :
TD : Biasanya meningkat
N : Biasanya kencang
S : Biasanya normal
RR : Biasanya cepat
2) Ukuran
TB : Biasanya sesuai perkembangan
BB :Biasanya sesuai perkembangan

3) Keluhan fisik19
Biasanya klien dengan halusinasi tidak ada mengeluhkan fisiknya.
e. Psikososial
1) Genogram

Keterangan :
Laki –laki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal :
Tinggal Serumah : ---------
a) Biasanya klien dengan halusinasi dalam keluarga pasien terdapat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, mengkaji 3
generasi yang menggambarkan klien dengan anggota keluarga
yang lain. pola komunikasi yang digunakan biasanya dua arah.
b) Konsep diri
1) Citra tubuh
Biasanya pasien merasa puas pada bagian tubuhnya atau ada
bagian tubuh yang disukai dan ada juga bagian tubuh yang
tidak disukai.
2) Identitas
20 diri

Biasanya pasien menyadari kalau dirinya seoarang perempuan


atau laki-laki.
3) Peran diri
Biasanya dalam keluarga pasien berperan sebagai anak/ orang
tua kakak maupun adik. Biasanya pasien tidak bisa
menjalankan perannya yang sesuai dengan kondisi saat ini
karena sakit yang di diderita.
4) Ideal diri
Biasanya pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
pulang sehingga bisa menjalani perannya sebagaimana
mestinya dan masyarakat mau menerima keadaannya saat ini.
5) Harga diri
Biasanya pasien mengatakan malu dengan keadaannya saat
ini, pasien merasa disingkirkan oleh lingkungan tempat pasien
tinggal.
c) Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Biasanya orang terdekat pasien adalah salah satu dari anggota
keluarga seperti ayah, ibu, ataupun kakak/adiknya sebagai
tempat mengadu, berbicara, dan meminta bantuan atau
sokongan.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Biasanya selama sakit peran dalam masyarakat pasien tidak
ikut serta bahkan tidak mengetahui tentang kegiatan di
lingkungan sekitarnya.
3) Hambatan berhubungan dengan orang lain
Biasanya hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
karena tidak ada hubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, perasaan takut ditolak.
21
d) Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya pasien dengan halusinasinya menyebutkan agama
yang dianutnya dan ada gangguan terhadap nilai dan
kepercayaannya yaitu biasanya pasien tidak mengikuti
kegiatan agama.
2) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan halusinasi menjalankan kegiatan
ibadah dirumah sebelum sakit dan selama sakit biasanya jarang
melakukan kegiatan ibadah.
f. Status mental
1) Penampilan
Biasanya pasien dengan halusinasi berpakaian tidak rapi, rambut acak-
acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik,
baju tidak diganti-ganti, penggunaan pakaian tidak sesuai.
2) Pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien dengan halusinasi adalah inkoheren
(pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang
tidak ada kaitannya)
3) Aktivitas motorik
Biasanya keadaan pasien nampak tegang, gelisah, tidak bergairah saat
beraktivitas, lebih senang tidur dan menyendiri.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak seperti sedih, ketakutan, putus asa,
khawatir dan gembira secara berlebihan.
5) Afek
Biasanya afek pasien tidak sesuai dan emosinya tidak sesuai atau
bertentangan 22
dengan stimulus yang ada.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya pada saat melakukan wawancara pasien kurang kooperatif,
bicara ngawur, terkadang berbicara sendiri, klien tampak gelisah, dan
sering tidak berkosentrasi saat ditanya.
7) Persepsi
Biasanya pada pasien dengan halusinasi akan mengalami gangguan
persepsi seperti pasien mendengar suara-suara yang menyuruh klien
melakukan sesuatu, melihat bayangan sendiri,membau busuk seperti
bau darah, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit.
8) Proses piker
Biasanya pada pasien halusinasi akan mengalami flight of ideas
pembicaraan pasien meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih
ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan
9) Isi piker
Biasanya pada pasien halusinasi akan mengalami ketakutan yang
patologis/ tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu.
10) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran pasien biasanya pasien mengalami bingung dan
tampak kacau , dan akan mengalami orientasi waktu, tempat, dan
orang
11) Memori
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan daya ingat ganggun
jangka pendek dan jangka panjang, pasien biasanya dapat mengingat
kejadian yang lama maupun yang baru terjadi.
12) Tingkah konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan halusinasi konsentrasinya mudah dialihkan,
perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
13) Kemampuan 23
penilaian
Biasanya pasien dengan halusinasi tidak ada mengalami gangguan
penilaian, biasanya pasien dapat mengambil keputusan yang sederhana
dengan bantuan orang lain. Contoh : beri kesempatan pada pasien
untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum
mandi.
14) Daftar tilik diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya dan
menyalahkan hal-hal lain diluar dirinya sebagai penyebab pasien sakit
dan ada juga yang menyadarinya dan mengakhirinya.
g. Kebutuhanpasien pulang
1. Makan
Pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya
termasuk tidak peduli dengan makan dan tidak memiliki minat
2. BAB/ BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/ BAK serta kemampuan klien
untuk membersihkan dirinya
3. Mandi
Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali
4. Berpakaian
Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti-ganti
5. Istirahat/ tidur
Biasanya klien sulit untuk tidur
6. Pemeliharaan kesehatan
Untuk pemeliharaan kesehatan selanjutnya peran keluarga dan sistem
pendukung sangat diperlukan
7. Aktivitas
Biasanya klien dengan halusinasi sulit untuk mau melakukan aktivitas
dirumah.
8. Mekanisme koping
1) Adaptif, Biasanya
24 pasien dengan halusinasi mampu bicara tetapi
pasien berbicara berbelit-belit dan ngawur
2) Maladaptive, Biasanya pasien dengan halusinasi suka minum
alcohol,reaksi pasien lambat
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya klien dengan halusinasi mengalami gangguan, masalah
dengan lingkunganyaitu disingkirkan dari lingkungan , kelompok
pekerja, perubahan ekonomi.
10. Pengetahuan
Biasanya pasien dengan halusinasi mengalami gangguan pada fungsi
kognitif
11. Aspek medis
Biasanya obat-obatan yang dikonsumsi pada pasien dengan halusinasi
seperti, CPZ, HP, THP

2. Pohon Masalah
Resiko PK

core problem
Gangguan persepsi
sensori: halusinasi

Isolasi sosial
(Sumber,Keliat
2014)
3. Diagnosa Keperawatan
a. Halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan
25
4. NCP

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


1 Gangguan persepsi Klien mampu : Setelah 1 kali pertemuan Sp 1 : Klien tidak mengetahui
sensoti :Halusinasi  Mengenali klien dapat menyebutkan :  Identifikasi jenis apa yang dialaminya
pendengaran dan halusinasi yang  Identifikasi jenis halusinasi, isi, saat ini, jadi perawat
penglihatan dialaminya halusinasi, isi, frekuensi, situasi membantu klien
 Mengontrol frekuensi, situasi dan respon terhadap mengenalkan tentang
halusinasi dan respon halusinasi apa yang sedang ia
 Mengikuti program  Mampu mengontrol  Latih cara alami sehingga klien
pengobatan halusinasi dengan mengontrol mengerti dengan
cara menghardik halusinasi dengan keadaannya. Cara yang
cara menghardik diajarkan perawat yaitu
 Masukan ke dalam mengontrol
jadwal harian klien. halusinanya dengan
cara menghardik.

Setelah 2 kali pertemuan Sp 2 : Klien mampu


klien mampu : mengontrol  Evaluasi jadwal memperlihatkan
halusinasinya dengan kegiatan harian perkembangannya
dengan cara
dengan cara minum obat  Latih cara mengontrol halusinasi
yang benar dan teratur. mengontrol dengan minum obat
halusinasi dengan yang benar dan teratur
cara minum obat sehingga dapat
yang benar dan mengurangi
teratur halusinasinya.
 Masukan ke dalam
jadwal kegiatan
harian.

Sp 3 :
 Evaluasi jadwal
Setelah 3 kali pertemuan kegiatan Klien mampu
klien mampu mengontrol  Latih cara memperlihatkan
halusinasinya dengan cara mengontrol perkembangannya
bercakap-cakap. halusinasi dengan dengan cara

cara bercakap- mengontrol


cakap halusinasinya dengan

 Masukan ke dalam bercakap- cakap

jadwal kegiatan sehingga dapat


harian. mengurangi
halusinasinya.
Sp 3 :
 Evaluasi jadwal
kegiatan
 Latih cara
Setelah 4 kali pertemuan mengontrol
klien mampu mengontrol halusinasi dengan Klien mampu
halusinasinya dengan cara cara aktifitas memperlihatkan
aktifitas terjadwal terjadwal perkembangannya
 Masukan ke dalam dengan cara
jadwal kegiatan mengontrol
harian halusinasinya dengan
cara aktifitas terjadwal
dan sehingga dapat
meringankan gejala
halusinasinya dan
membantu klien agar
tidak terjadi halusinasi
yang berkelanjutan.
2 Isoasi Sosial - Pasien mampu membina Setelah dilakukan 1x SP I Isolasi Sosial -Hubunan saling percaya
hubungan saling percaya pertemuan pasien mampu 1) Bin merupakan landasan
- Pasien menyadari : a hubungan daling perawat dengan pasien
penyebab isolasi sosial - Membina hubungan percaya sehingga pasien terbuka
- Pasien mampu saling percaya 2) Ba dalam mengungkapkan
berinteraksi dengan - Mengenal penyebab ntu pasien mengenal masalahnya dan
orang lain isolasi sosial, penyebab isolasi sosial menimbulkan sikap
keuntungan dengan tindakan : menerima terhadap
behubungan dengan - Menanyakan tentang orang lain.
orang lain dan kerugian pendapat pasien -Agar klien dapat
tidak berhubungan tentang kebiasaan mengenal dan
dengan orang lain. berinteraksi dengan mengungkapkan
orang lain masalahnya dan
- Siapa yang satu rumah menimbulkan sikap
dengan pasien menerima terhadap
- Siapa yang dekat orang lain.
dengan pasien -Agar klien dapat
- Siapa yang tidak dekat mengenal dan
dengan pasien dan apa mengungkapkan
penyebabnya penyebab isolasi sosial
- Menanyakan apa yang terjadi
yang menyebabkan -Agar pasien mempunyai
pasien tidak ingin keinginan berinteraksi
berinteraksi dengan dengan orang lain
orang lain -Agar pasien menyadari
3) Ba kerugin yang
ntu pasien mengenal ditimbulkan akibat tidak
kerugian tidak punya berinteraksi dengan
teman dan tidak orang lain
bercakap-cakap -Dengan belajar
4) Lat berkenalan
ih dan ajarkan pasien menimbulkan motivasi
berkenalan dengan pasien untuk
cara : berinteraksi dengan
- Jelaskan kepada orang lain
pasien cara
berinteraksi dengan
orang lain.
- Beri contoh cara
berinteraksi denagan
orang lain (sebutkan
nama kita dan nama
panggilan, asal dan
hobi)
- Menanyakan nama
orang yang akan
diajak berkenalan
5. Menganjurkan
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harina
Setelah dilakukan 1x SP II isolasi sosial -Menilai kemajuan
pertemuan pasien mampu - Evaluasi kegiatan perkembangan pasien
: bekenalan -Memberikan
- Mampu menyebutkan - Latih cara berbiara saat kesempatan dan
kegiatan yang sudah melakukan kegiatan motivasi pasien untuk
dilakukan harian (latih 2 kegiatan) melakukan interaksi
- Mampu berinteraksi - Memasukkan kedalam secara bertahap
dengan orang lain jadwal kegiatan untuk -Memberikan rasa
secara bertahap : latihan berkenalan 2-3 tanggung jawab pada
berkenalan dengan 2-3 orang pasien untuk
orang melaksanakan kegiatan
yang teratur
Setelah dilakukan 1x SP III isolasi sosial -Untuk menilai
pertemuan pasien mampu - Evaluasi kegiatan perkembanan pasien
: bekenalan dengan dalam mengena cara
- Mampu menyebutkan beberapa orang berinetraksi
kegiatan yang sudah - Latih cara berbiara saat -Memberikan motivasi
dilakukan melakukan kegiatan kepada pasien untuk
- Mampu berinteraksi berinteraksi dan
dengan orang lain harian (latih 2 kegiatan) mendapatkan respon
secara bertahap : - Memasukkan kedalam yang positif
berkenalan dengan 4-5 jadwal kegiatan untuk -Memberikan motivasi
orang latihan berkenalan 4-5 dan rasa tanggung
orang jawab pada klien untuk
melaksanakan kegiatan
yang teratur
Setelah dilakukan 1x SP IV isolasi sosial - Sebagai Untuk menilai
pertemuan pasien mampu - Evaluasi kegiatan perkembanan pasien
: bekenalan, berbicara dalam mengena cara
- Mampu menyebutkan saat melakukan 4 berinetraksi
kegiatan yang sudah kegiatan harian -Memberikan motivasi
dilakukan - Latih cara berbiara kepada pasien untuk
- Mampu berinteraksi sosial berinteraksi dan
dengan orang lain - Memasukkan kedalam mendapatkan respon
secara bertahap yaitu >5 jadwal kegiatan untuk yang positif
orang latihan berkenalan >5 -Memberikan motivasi

orang baru, berbicara dan rasa tanggung

saat melakukan jawab pada klien untuk


kegiatan harian. melaksanakan kegiatan
yang teratur

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


3 Resiko Perilaku Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP I  Mencari tentang apa
kekerasan  Identifikasi penyebab pasien mampu:  Identifikasi yang menyebabkan
, tanda, dan gejala,  Identifikasi penyebab , tanda, klien pk
akibat yang dilakukan penyebab , tanda, dan gejala, akibat  Mengetahui cara
pk dan gejala, akibat yang dilakukan pk mengontrol pk
 Jelaskan cara yang dilakukan  Jelaskan cara  Menetapkan waktu
mengontrol pk pk mengontrol pk yang akan dilakukan
dengan cara tarik  Jelaskan cara dengan cara tarik sesuai jadwal
nafas + pukul bantal mengontrol pk nafas + pukul bantal
dengan cara tarik  Masukan dalam
nafas + pukul jadwal kegiatan
bantal
Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP II  Pasien dapat
 mengulangi latihan pasien mampu:  Evaluasi jadwal mengingat dan
tarik nafas+ pukul  Mampu kegiatan mengulangi cara
bantal yang telah mengulangi  Latihan cara mengontrol
dilatih dan berikan latihan tarik perilaku
pujian nafas+ pukul mengontrol kekerasan
 Mampu mengontrol bantal yang telah perasaan marah pertama yaitu
perilaku kekerasan dilatih dan dengan minum tarik nafas dan
dengan minum obat berikan pujian obat pukul bantal
 Mampu  Masukan dalam serta kedua
mengontrol jadwal kegiatan minum obat
perilaku
kekerasan
dengan minum
obat
 Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP III  Pasien dapat
mengulangi latihan pasien mampu:  Evaluasi jadwal mengingat dan
minum obat yang kegiatan mengulangi cara
 Mampu
telah dilatih dan  Latihan cara mengontrol
mengulangi
berikan pujian mengontrol perilaku
minum obat yang
 Mampu mengontrol perasaan marah kekerasan
telah dilatih dan
perilaku kekerasan dengan cara pertama yaitu
berikan pujian
dengan verbal yaitu tarik nafas dalam
 Mampu
mengungkapkan, dan pukul bantal,
mengontrol
meminta, dan kedua minum
perilaku
kekerasan menolak dengan obat serta ketiga
dengan cara baik
verbal yaitu  Masukan dalam
mengungkapkan, jadwal kegiatan
meminta, dan
menolak dengan
baik
 Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP IV  Pasien dapat
mengulangi latihan pasien mampu:  Evaluasi jadwal mengingat dan
yang telah dilatih  Mampu kegiatan mengulangi cara
dan berikan pujian mengulangi  Latihan cara mengontrol
 Mampu mengontrol latihan dengan mengontrol perilaku
perilaku kekerasan cara verbal yaitu perasaan marah kekerasan
dengan mengungkapkan, dengan cara pertama yaitu
meminta, dan spritual tarik nafas dalam
menolak dengan  Masukan dalam dan pukul bantal,
baik jadwal kegiatan kedua minum
 Mampu obat serta ketiga
mengontrol dan keempat
perilaku secara spritual
kekerasan
dengan spritual
6. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanankan berbagai strategi kegiatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam tindakan keperawatan
(Nursalam, 2015). Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada
tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi (Keliat,
2011).

7. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien (Keliat, 2011). Evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir :
S : Merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan
“bagaimana perasaan bapak setelah melatih Latihan menghardik?”
O : Merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku
klien pada saat tindakan dilakukan. Atau menanyakan kembali apa
yang telah dijabarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil
observasi.
A : Adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah
baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat
pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak
lanjut oleh perawat.
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Laporan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
I. Identitas
Ruang rawat : Wisma Flamboyan
Inisial klien : Ny. T
Umur : 46 Tahun
Alamat : Jl. Ar Hakim no.43 RT 3/2 Ranah
Parak Rumbio Padang Selatan
Tanggal masuk : 18-02-2021
Tanggal pengkajian : 20-02-2021
No. MR : 037349
Informan : Klien dan status
II. Alasan Masuk
Ny. J masuk melalui IGD RSJ. Prof. HB. Saanin Padang diantar
oleh keluarga untuk ke 6 kalinya pada tanggal 18 februari 2021
karena klien mengalami gelisah ± 1 minggu yang lalu dengan emosi
klien labil, marah- marah tanpa sebab, klien cenderung memenuhi
kemauan sendiri, membawa senjata tajam , marah jika diberitahu,
klien mengalami gejala bicara sendiri, tertawa sendiri, menangis
tanpa sebab dan menyanyi sendiri. Klien berbicara ngawur, curiga,
suka menyendiri di dalam kamar dan merasa menjadi orang hebat.
Kebersihan diri klien kurang, tidur malam kurang dan makan tidak
teratur. Klien di bawa ke RSJ. Prof. HB. Saanin oleh keluarga untuk
mendapat perawatan.
III. Faktor Predisposisi
1) Gangguan Jiwa di Masa Lalu
Klien sudah mengalami gangguan jiwa sejak ±30 tahun yang lalu
dan sudah pernah dirawat 5 kali. Terakhir klien dirawat yaitu
pada bulan september tahun 2020 di RSJ Hb Saanin Padang.
Klien dibawa oleh keluarga ke RSJ. Prof. HB. Saanin untuk
keenam kalinya karena klien putus obat sejak ±1 bulan yang lalu
dan dengan keluhan banyak bica dan marah tanpa sebeb, emosi
tidak stabil, bicara ngaur dan menangis dan tertawa tanpa sebab.
2) Pengobatan Sebelumnya
Pengobatan klien dahulu berhasil tetapi karena putus obat sejak 1
bulan terakhir dan klien tidak minum obat secara teratur
menyebabkan klien kambuh kembali. Klien mengatakan bahwa
ia terkadang lupa untuk minum obat dan mengatakan bahwa
klien sudah sembuh. Klien mengatakan biasanya kontrol ke
RSJ.Prof Hb.Saanin Padang.
3) Riwayat Pasca Trauma
a) Aniaya Fisik
Pada saat ditanyakan ke pasien pasien ia mengatakan bahwa
ia tidak ada mengalami aniaya fisik di rumahnya.
b) Aniaya Seksual
Ny. T mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan
seksual sebelumnya, dan tidak pernah menjadi pelaku dari
penganiayaan seksual, maupun saksi.
c) Penolakan
Menurut keluarga Ny. Tmengatakan tidak ada mengalami
penolakan di dalam keluarganya maupun lingkungan sekitar
rumahnya.
d) Kekerasan Dalam Keluarga
Ny. T mengatakan bahwa ia tidak ada mengalami kekerasan
di dalam keluarga. Klien mengatakan bahwa keluarganya
sayang kepada dirinya.
e) Tindakan Kriminal
Ny. T mengatakan bahwa ia tidak pernah menjadi pelaku,
korban maupun saksi dalam tindakan kriminal.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses keluarga
4) Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
Ny. Tmengatakan tidak adakeluarganya yang memiliki riwayat
gangguan jiwa. Klien megalami putus obat sejak 1 bulan yang
lalu dan juga tidak teratur minum obat selama dirumah.
Masalah Kep : Ketidakefektifan koping keluarga:
penurunan
5) Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan
Ny.T mengatakan kalau ia belum menikah dan tampak sedih
ketika membicarakan hal tersebut.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses keluarga
IV. Fisik
1) Tanda – tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg mmHg
Nadi : 94 x/menit
Suhu : 36.5ºC
Pernapasan : 17x/menit
2) Ukuran
TB : 160 cm
BB : 57 Kg
3) Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada mengalami keluhan fisik, klien
mengatakan badanya baik-baik saja.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
a. Psikososial
1. Genogram

Keterangan :

Laki laki :

Perempuan :

Meninggal :

Serumah :

Pasien :

Ny. T merupakan anak tunggal. Status perkawinan Ny.T ini


klien belum menikah dan saat ini klien tinggal bersama dengan
ibunya. Sedangkan ayah dan ibu klien sudah bercerai dan
sekarang ayah klien sudah meninggal. Klien mengatakan dalam
pengambilan keputusan didalam keluarga yaitu ibu klien. Dan
pola komunikasi menurut Ny. T yaitu ada timbal balik dan
respon dari Ny.T dan ibunya. Pola asuh Ny.T demokratis karena
ia dapat menyampaikan pendapat kepada orang tuanya tetapi
Ny.T tidak terlalu dekat dengan orang tuanya dan biasa jika
Ny.T memiliki masalah ia lebih menyimpan masalahnya sendiri.
Saat ini Ny.T tinggal serumah dengan ibunya.

2. Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Ny. T mengatakan kalau dia tidak ada membenci atau
menyukai bagian tubuhnya menurut dia semuanya sama saja
b) Identitas Diri
Ny.T mengatakan kalau ia tidak bekerja dan hanya dirumah
saja. Menurut klien ia puas sebagai perempuan
c) Peran Diri
Ny. T mengatakan bahwa saat ini ia merupakan seorang
anak dan klien mengatakan bahwa belum menikah..
d) Ideal Diri
Ny. T mengatakan kalau ia ingin cepat pulang dan cepat
sembuh.
e) Harga Diri
Ny.T mengatakan tidak ada berhubungan dengan orang lain
dan hanya dirumah saja dan hanya tinggal bersama ibunya.
menurut klien tetangganya sering marah kepadanya sehingga
klien tidak mau keluar rumah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang terdekat
Klien mengatakan ketika dirumah klien tidak memiliki
teman dekat ketika dirumah, menurut klien ia jarang
bercerita dengan ibunya. Selama diruangan flamboyan klien
tanpak sudah bisa bersosialisasi dengan yang lain dan
memiliki teman seperti Ny. L
b.Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan kelompok
atau kegiatan sosial yang ada disekitar rumahnya, klien
mengatakan ia lebih suka dirumah.
c.Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Keluarga Ny. T mengatakan jika selama dirumah ia tidak
ada keluar rumah dan tidak ada berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Ny. T mengatakan bahwa dia beragama khatolik sejak dia
lahir dan dia meyakini segala sesuatu yang terjadi sudah
takdir dari tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Selama dirumah dan dirawat Ny.T mengatakan jarang
melaksanakan ibadah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
5. Status Mental
1) Penampilan
a. Penampilan tidak rapi
Penampian Ny.T mulai tampak rapi, rambut acak-
acakan dan kotor serta rambut Ny. T ada uban, gigi
tampak kotor serta badan sedikit bau
b. Pengguanaan pakaian tidak sesuai
Penggunaan pakaian Ny. T sudah sesuai dengan
semestinya
c. Cara berpakaian tidak seperti biasa
Cara berpakaian Ny. T sudah sesuai
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2) Pembicaraan
Pembicaraan Ny. T inkoherensi yaitu berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lain dan tidak ada kaitannya.
Masalah keperawatan : hambatan komunikasi verbal
3) Aktivitas motorik
Saat melakukan pengkajian gerakan motorik Ny. T mampu
melakukan gerakan motorik dengan baik.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
4) Alam perasaan
Ny.T mengatakan sedih karena dibawa ke RSJ karena ia
berpisah dengan ibunya di rumah
Masalah keperawatan : ketakutan
5) Afek
Pada saat pengkajian afek Ny. T labil dan emosi terkontrol ,
tatapan kosong dan klien tampak bingung.
Masalah keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
6) Interaksi selama wawancara
Saat pengkajian dilakukan Ny. Tterkadang tidak kooperatif,
berbicara dengan nada rendah dan bicara ngaur.
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
7) Persepsi
Klien megatakan mendengar suara yang menyuruhnya
bernyanyi dan melihat bayangan – bayangan, melihat setiap
hari pada waktu sore pada saat Ny. T sebelum makan
malam atau pada saat Ny.T sendirian, Ny.T tampak
mengikuti bayang-bayang tersebut karena Ny.T sering
berbicara sendiri dan bernyanyi
Masalah keperawatan : gangguanpersepsi sensori :
halusinasi pendengaran dan penglihatan
8) Proses / Arus piker
Pada saat dilakukan pengkajian pembicaraan Ny. T
berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan dan
flight of ideas (loncat dari satu topik ke topik lain)
Masalah keperawatan : Gangguan proses piker
9) Isi piker
Klien mengatakan
Masalah keperawatan :
10) Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat, dan orang baik dibuktikan dengan
Ny. Tmengetahui hari pada saat pengkajian perawat dan
mengetahui dimana keberadaannya sekarang yaitu di rumah
sakit.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
11) Memori
Pada saat pengkajian Ny. T ingat tanggal dan tahun berapa
dia lahir dan Ny.T juga ingat tanggal dan orang yang
membawa dia ke RSJ
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
12) Tidak konsentrasi dan berhitung
Pada saat berbincang-bincang perhatian Ny.T mudah
dialihkan, dan setelah itu Ny.T tidak mampu melanjutkan
pembicaraan yang terhenti. Ny.T mampu berkonsentrasi,
serta kurang mampu berhitung ketika ditanya oleh perawat
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Fikir
13) Kemampuan penilaian
Ny. T mampu memilih ketika disuruh memilih cuci tangan
terlebih dahulu baru makan atau makan dulu baru cuci
tangan, dan Ny.Tmengatakan cuci tangan dulu baru makan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
14) Daya tilik diri
Ny. J mengatakan menyadari penyakit yang sedang dialami
saat ini. Ny. J mengatakan tidak ada menyalahkan orang
lain atas apa yang terjadi pada dirinya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
6. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan
Bantuan minimal √ Bantuan total
Jelaskan: klien mengatakan makannya 3 x sehari pagi,siang dan
malam, jumlahnya satu porsi, klien tidak ada mendapatkan diet dan
cara makannya dengan baik dan benar tetapi klien terkadang susah
makan karena mengalami gangguan nutrisi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

2) BAK/BAK
Bantuan minimal √ Bantuan minimal
Jelaskan: Klien mengatakan kemampuan untuk BAB/BAK
mandiri dan mampu untuk membersihkannya setelah BAB/BAK.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
3) Mandi
Bantuan minimal v Bantuan total
Jelaskan: Klien mengatakan mandi 1 x sehari, dan mampu untuk
mandi, menyikat gigi, keramas dan potong kuku secara mandiri
dan kebersihan diri klien terjaga dansedikit bau badan.
Masalah keperawatan : Gangguan Pemeliharaan kesehatan
4) Berpakaian / berhias

Bantuan minimal Bantuan total


Jelaskan: Klien mengatakan mampu memilih pakaian yang mau ia
pakai dan mampu untuk memakai pakaian yang sesuai, klien
mampu berdandan dan berhias seperti menyisir rambut tetapi klien
jarang mandi dan terlihat tidak rapi..
Masalah keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan
5) Istirahat dan tidur
a. Tidur siang, lama : jam 14.00 wib s/d 15.00 wib, lamanya 1 jam
Tidur malam, lama: jam 21.00 wib s/d 04.00 wib, lamanya 7jam
b. Aktivitas sebelum / setelah tidur : Minum Obat s/d setelah tidur
membersihkan tempat tidur.
Jelaskan: Klien mengatakan terkadang tidak mau tidur
Masalah keperawatan : Gangguan Pola Tidur

6) Penggunaan obat
Bantuan minimal √ Bantauan total
Jelaskan: Klien mengatakan patuh minum obat 2 x sehari, jenis
obatnya Risperidone 2x 2 mg, lorazepam 1x 2 mg, THP 2x2 mg,
Clozapin 1x 100 gr dan depakote 2x 250 mg di minum dengan air
putih dan reaksi obat tenang dan mengantuk.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah

7) Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
a. Perawatan lanjutan √
b. System pendukung v
Jelaskan: Keluarga mengatakan control ke poliklinik RSJ.Hb.Saanin
Padang dan system pendukung klien adalah ibu kandungnya
Masalah keperawatan : Perilaku mencari bantuan kesehatan
.
8) Kegiatan di dalam rumah
Ya Tidak
a. Mempersiapkan makanan v

b. Menjaga kerapian rumah


v
c. Mencuci pakaian
d. Mengatur keuangan
Jelaskan: Keluarga mengatakan klien tidak mampu melakukan
kegiatan di dalam rumah dengan baik, klien banyak bicara dan tertawa
sendiri dank lien sering marah- marah tanpa sebab.
Masalah keperawatan : Perubahan pemeliharaan kesehatan

9) Kegiatan di Luar Rumah


Ya Tidak
a. Belanja v

b. Transportasi v

c. Kegiatan lain v

Keluarga mengatakan klien tidak mampu belanja untuk


kebutuhan sehari- harinya. Dan klien jika melakukan keperluan
pribadinya ia dibantu oleh asisten rumah tangganya yang bernma
lusi.
Masalah keperawatan :tidak ada masalah

7. Mekanisme Koping
a. Koping Adaptif:
Klien mampu bicara tetapi lambat dan tidak mampu
menyelesaikan masalah
b. Koping maladaptive:
Reaksi klien lambat dan terkadang berlebihan
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan koping individual
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok,uraikan : Klien mengatakan tidak ada
mendapatkan dukungan kelompok atau berteman karena klien sering dirumah
dan tidak mau berinteraksi.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan,uraikan : Klien mengatakan tidak
ada masalah dengan lingkungan karena klien selalu dirumah dan tidak ada
melakukan kegiatan baik dirumah maupun di lingkungan.
c. Masalah dengan pendidikan,uraikan : Klien mengatakan tidak ada masalah
dengan pendidikannya karena klien tamatan SMA .
d. Masalah dengan pekerjaan,uraikan : Klien mengatakan tidak ada masalah
dengan pekerjaannya karena klien saat ini tidak bekerja.
e. Masalah dengan perumahan,uraikan : Klien mengatakan tidak ada masalah
dengan perumahannya dan mengatakan ia tinggal bersama dengan ibunya
f. Masalah ekonomi,uraikan : Klien mengatakan tidak ada masalah dengan
perekonomiannya karena yang membiayai kebutuhan hidupnya adalah
keluarganya.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan,uraikan : Klien mengatakan tidak ada
masalah dengan pelayanan kesehatan dimana pun ia berobat.
h. Masalah lainnya,uraikan : Tidak ada masalah
Masalah keperawatan : Hambatan interaksi
9.Kurang Pengetahuan
a. Penyakit jiwa
Klien mengatakan kurang mengetahui gejala yang ia rasakan tetapi klien sering
berbicara sendiri dan melihat bayangan-bayangan.
Faktor perdisposisi
Klien mengatakan pernah dirawat di RSJ Prof.Hb.Saanin Padang
selama 1 bulan di tahun 2020 karena minum obat tidak teratur dan
gejala awalnya bicara sendiri- sendiri dan tertawa-tawa sendiri.
a. Koping
Koping adaptifnya klien tidak mampu menyelesaikan masalah
sendiri dan koping maladaptifnya klien bekerja secara
berlebihan dan reaksinya yang selalu berlebihan.
b. System pendukung Klien mengatakan system pendukungnya
adalah ibunya sendiri
c. Penyakit fisik
Klien mengatakan tidak ada mengeluh terkait dengan penyakit
fisiknya
d. Obat-obatan
Klien mengatakan sekarang ia patuh dan teratur minum obat
e. Lainya: tidak ada
Masalah keperawatan : ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik

10.Aspek Medik
Diagnosa medik : Skizofrenia tipe manik
Terapi medik : Risperidone2x 2mg
Lorazepam 1x 2 mg
THP 2 x 2 mg
Clozapine 1x 100 gr
Depakote 2x 250 mg
II. ANALISA DATA
ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS : Gangguan persepsi semsori :
 Klien mengatakan sering Halusinasi pendengaran dan
mendengar suara suara yang penglihatan
membuat ia ketakutan.
 Klien mengatakan ia mendengar
suara suara pada sore hari
sebelum makan malam
 Klien mengatakan belum mampu
untuk mengontrol suara suara
tsb
DO :
 Klien tampak bicara sendiri
 Klien tampak tertawa sendiri
 Klien tampak mondar mandir

DS :
Resiko perilaku kekerasan
 Klien mengatakan pernah
memecahkan barang ketika
dirumah
 Klien mengatakan susah
mengontol emosi jika marah. .
DO :
 Keluarga mengatakan klien
merusak alat rumah tangga
 Keluarga mengatakan klien
memecahkan piring
DS
 Klien mengatakan jarang gosok
gigi Defisit Perawatan Diri
 Klien mengatakan badannya gatal
 Klien mengatakan jarang keramas
DO
 Klien berpakaian tidak rapi
 Klien jarang keramas
 Rambut klien agak kotor

DS
 Klien mengatakan tidak ada
Isolasi sosial
berhubungan dengan orang lain
selama dirumah
 Klien mengatakan jika ada
masalah ia memendam
masalahnya sendiri
DO
 Klien tampak sedih
 Klien tampak murung

DS
 Klien berbicara ngaur
 Klien sering bicara sendiri
Hamnbatan komunikasi verbal
 Klien mengatakan terkadang lupa
dengan apa yang dilakukannya
DO
 Klien tampak bingung
 Klien tampak labil
 Klien tampak menyendiri
 Klien bereaksi berlebihan ketika
dilakukan pengkajian
 Pembicaraan klien berbelit-belit
dan tidak sampai pada
permasalahan
 Pembicaraan inkoherensi
 Afek labil Hambatan komunikasi verbal

DAFTAR MASALAH :
Gagguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran dan penglihatan
Resiko perilaku kekerasan
Defisit Perawatan Diri
Isolasi Sosial
Hambatan Komunikasi Verbal

III. POHON MASALAH :


- Resiko PK
- Gangguan pola tidur

gg. persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan penglihatan


Ketidakefektifan
koping individual ISOS Hambatan Komunikasi Verbal

Defisit Perawatan Diri

IV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Halusinasi
2. RPK
3. ISOS
4. Defisit Perawatan Diri
V. NURSING CARE PLANE ( NCP )

N DIAGNOS
TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
O A
1 Halusinasi Klien mampu : Setelah 1 kali Sp 1 :  Klien tidak
 Mengenali pertemuan klien  Identifikasi mengetahui
halusinasi dapat menyebutkan : jenis apa yang
yang  Identifikasi halusinasi, isi, dialaminya
dialaminya jenis frekuensi, saat ini, jadi
 Mengontrol halusinasi, isi, situasi dan perawat
halusinasi frekuensi, respon membantu
 Mengikuti situasi dan terhadap klien
program respon halusinasi mengenalkan
pengobatan  Mampu  Latih cara tentang apa
mengontrol mengontrol yang sedang
halusinasi halusinasi ia alami
dengan cara dengan cara sehingga
menghardik menghardik klien
 Masukan ke mengerti
dalam jadwal dengan
harian klien. keadaannya.
Cara yang
diajarkan
Setelah 2 kali Sp 2 : perawat yaitu
pertemuan klien  Evaluasi mengontrol
mampu :mengontrol jadwal halusinanya
halusinasinya dengan kegiatan dengan cara
dengan cara minum harian menghardik.
obat yang benar dan  Latih cara
teratur. mengontrol  Klien mampu
halusinasi memperlihatk
dengan cara an
minum obat perkembanga
yang benar nnya dengan
dan teratur cara
 Masukan ke mengontrol
dalam jadwal halusinasi
kegiatan dengan
harian. minum obat
yang benar
Setelah 3 kali Sp 3 : dan teratur
pertemuan klien  Evaluasi sehingga
mampu mengontrol jadwal dapat
halusinasinya dengan kegiatan mengurangi
cara bercakap-cakap.  Latih cara halusinasinya
mengontrol .
halusinasi
dengan cara
bercakap-
cakap
 Masukan ke
dalam jadwal
kegiatan  Klien mampu
harian. memperlihatk
an
Setelah 4 kali Sp 3 : perkembanga
pertemuan klien  Evaluasi nnya dengan
mampu mengontrol jadwal cara
halusinasinya kegiatan mengontrol
dengan cara aktifitas  Latih cara halusinasinya
terjadwal mengontrol dengan
halusinasi bercakap-
dengan cara cakap
aktifitas sehingga
terjadwal dapat
 Masukan ke mengurangi
dalam jadwal halusinasinya
kegiatan .
harian

 Klien
mampu
memperlihat
kan
perkembang
annya
dengan
caramengont
rol
halusinasiny
a dengan
cara aktifitas
terjadwal
dan sehingga
dapat
meringankan
gejala
halusinasiny
a dan
membantu
klien agar
tidak terjadi
halusinasi
yang
berkelanjuta
n.
NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
2 Perilaku Pasien mampu Setelah 1x SP I  Mencari tentang
kekerasan  Identifikasi pertemuan pasien  Identifikasi apa yang
penyebab , tanda, mampu: penyebab , menyebabkan
dan gejala, akibat  Identifikasi tanda, dan klien pk
yang dilakukan penyebab , gejala, akibat  Mengetahui cara
pk tanda, dan yang dilakukan mengontrol pk
 Jelaskan cara gejala, akibat pk  Menetapkan
mengontrol pk yang  Jelaskan cara waktu yang
dengan cara tarik dilakukan pk mengontrol pk akan dilakukan
nafas + pukul  Jelaskan cara dengan cara tarik sesuai jadwal
bantal mengontrol nafas + pukul
pk dengan bantal
cara tarik  Masukan dalam
nafas + jadwal kegiatan
pukul bantal
Pasien mampu Setelah 1x SP II  Pasien dapat
 mengulangi pertemuan pasien  Evaluasi jadwal mengingat dan
latihan tarik mampu: kegiatan mengulangi cara
nafas+ pukul  Mampu  Latihan cara mengontrol
bantal yang telah mengulangi mengontrol perilaku
dilatih dan latihan tarik perasaan marah kekerasan
berikan pujian nafas+ pukul dengan minum pertama yaitu
 Mampu bantal yang obat tarik nafas dan
mengontrol telah dilatih  Masukan dalam pukul bantal
perilaku dan berikan jadwal kegiatan serta kedua
kekerasan dengan pujian minum obat
minum obat  Mampu
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan
minum obat
 Pasien mampu Setelah 1x SP III  Pasien dapat
mengulangi pertemuan pasien  Evaluasi mengingat dan
latihan minum mampu: jadwal mengulangi cara
obat yang telah kegiatan mengontrol
 Mampu
dilatih dan  Latihan cara perilaku
mengulangi
berikan pujian mengontrol kekerasan
minum obat
 Mampu perasaan pertama yaitu
yang telah
mengontrol marah dengan tarik nafas
dilatih dan
perilaku cara verbal dalam dan pukul
berikan
kekerasan yaitu bantal, kedua
pujian
dengan mengungkapka minum obat
 Mampu
n, meminta, serta ketiga
mengontrol
dan menolak
perilaku
dengan baik
kekerasan
 Masukan
dengan cara
dalam jadwal
verbal yaitu
kegiatan
mengungkap
kan,
meminta,
dan menolak
dengan baik
 Pasien mampu Setelah 1x SP IV  Pasien
mengulangi pertemuan pasien  Evaluasi dapat
latihan yang mampu: jadwal mengingat
telah dilatih dan  Mampu kegiatan dan
berikan pujian mengulangi  Latihan cara mengulang
 Mampu latihan mengontrol i cara
mengontrol dengan cara perasaan mengontrol
perilaku verbal yaitu marah dengan perilaku
kekerasan mengungkap cara spritual kekerasan
dengan kan,  Masukan pertama
meminta, dalam jadwal yaitu tarik
dan menolak kegiatan nafas
dengan baik dalam dan
 Mampu pukul
mengontrol bantal,
perilaku kedua
kekerasan minum
dengan obat serta
spritual ketiga dan
keempat
secara
spritual
2 Isoasi Sosial - Pasien mampu Setelah dilakukan SP I Isolasi Sosial  Hubunan saling
membina hubungan 1x pertemuan pasien 1) percaya merupakan
saling percaya mampu : daling percaya landasan perawat
- Pasien menyadari - Membina 2) dengan pasien
penyebab isolasi hubungan saling mengenal sehingga pasien
sosial percaya penyebab isolasi terbuka dalam
- Pasien mampu - Mengenal sosial dengan mengungkapkan
berinteraksi dengan penyebab isolasi tindakan : masalahnya dan
orang lain sosial, keuntungan - Menanyakan menimbulkan sikap
behubungan tentang pendapat menerima terhadap
dengan orang lain pasien tentang orang lain.
dan kerugian tidak kebiasaan  Agar klien dapat
berhubungan berinteraksi mengenal dan
dengan orang lain. dengan orang lain mengungkapkan
- Siapa yang satu masalahnya dan
rumah dengan menimbulkan sikap
pasien menerima terhadap
- Siapa yang dekat orang lain.
dengan pasien  Agar klien dapat
- Siapa yang tidak mengenal
dekat dengan danmengungkapkan
pasien dan apa penyebab isolasi
penyebabnya sosial yang terjadi
- Menanyakan apa -Agar pasien
yang mempunyai keinginan
menyebabkan berinteraksi dengan
pasien tidak ingin orang lain
berinteraksi -Agar pasien menyadari
dengan orang lain kerugin yang
3) ditimbulkan akibat
mengenal tidak berinteraksi
kerugian tidak dengan orang lain
punya teman dan -Dengan belajar
tidak bercakap- berkenalan
cakap menimbulkan motivasi
4) pasien untuk
pasien berkenalan berinteraksi dengan
dengan cara : orang lain
- Jelaskan kepada
pasien cara
berinteraksi
dengan orang
lain.
- Beri contoh cara
berinteraksi
denagan orang
lain (sebutkan
nama kita dan
nama panggilan,
asal dan hobi)
- Menanyakan
nama orang yang
akan diajak
berkenalan
8. Menganjurkan
memasukkan ke
dalam jadwal
kegiatan harina
2 Isoasi Sosial - Pasien mampu Setelah dilakukan SP I Isolasi Sosial  Hubunan saling
membina hubungan 1x pertemuan pasien 1) percaya merupakan
saling percaya mampu : daling percaya landasan perawat
- Pasien menyadari - Membina 2) dengan pasien
penyebab isolasi hubungan saling mengenal sehingga pasien
sosial percaya penyebab isolasi terbuka dalam
- Pasien mampu - Mengenal sosial dengan mengungkapkan
berinteraksi dengan penyebab isolasi tindakan : masalahnya dan
orang lain sosial, keuntungan - Menanyakan menimbulkan sikap
behubungan tentang pendapat menerima terhadap
dengan orang lain pasien tentang orang lain.
dan kerugian tidak kebiasaan  Agar klien dapat
berhubungan berinteraksi mengenal dan
dengan orang lain. dengan orang lain mengungkapkan
- Siapa yang satu masalahnya dan
rumah dengan menimbulkan sikap
pasien menerima terhadap
- Siapa yang dekat orang lain.
dengan pasien  Agar klien dapat
- Siapa yang tidak mengenal
dekat dengan danmengungkapkan
pasien dan apa penyebab isolasi
penyebabnya sosial yang terjadi
- Menanyakan apa -Agar pasien
yang mempunyai keinginan
menyebabkan berinteraksi dengan
pasien tidak ingin orang lain
berinteraksi -Agar pasien menyadari
dengan orang lain kerugin yang
3) ditimbulkan akibat
mengenal tidak berinteraksi
kerugian tidak dengan orang lain
punya teman dan -Dengan belajar
tidak bercakap- berkenalan
cakap menimbulkan motivasi
4) pasien untuk
pasien berkenalan berinteraksi dengan
dengan cara : orang lain
- Jelaskan kepada
pasien cara
berinteraksi
dengan orang
lain.
- Beri contoh cara
berinteraksi
denagan orang
lain (sebutkan
nama kita dan
nama panggilan,
asal dan hobi)
- Menanyakan
nama orang yang
akan diajak
berkenalan
9. Menganjurkan
memasukkan ke
dalam jadwal
kegiatan harina
Setelah dilakukan SP II isolasi sosial -Menilai kemajuan
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembangan pasien
mampu : bekenalan -Memberikan
- Mampu - Latih cara berbiara kesempatan dan
menyebutkan saat melakukan motivasi pasien untuk
kegiatan yang kegiatan harian melakukan interaksi
sudah dilakukan (latih 2 kegiatan) secara bertahap
- Mampu - Memasukkan -Memberikan rasa
berinteraksi kedalam jadwal tanggung jawab pada
dengan orang lain kegiatan untuk pasien untuk
secara bertahap : latihan berkenalan melaksanakan kegiatan
berkenalan dengan yang teratur
2-3 orang 2-3 orang
Setelah dilakukan SP III isolasi sosial -Untuk menilai
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembananpasien
mampu : bekenalan dengan dalam mengena cara
- Mampu beberapa orang berinetraksi
menyebutkan - Latih cara berbiara -Memberikan motivasi
kegiatan yang saat melakukan kepada pasien untuk
sudah dilakukan kegiatan harian berinteraksi dan
- Mampu (latih 2 kegiatan) mendapatkan respon
berinteraksi - Memasukkan yang positif
dengan orang lain kedalam jadwal -Memberikan motivasi
secara bertahap : kegiatan untuk dan rasa tanggung
berkenalan dengan latihan berkenalan jawab pada klien untuk
4-5 orang 4-5 orang melaksanakan kegiatan
yang teratur
Setelah dilakukan SP IV isolasi sosial - Sebagai Untuk menilai
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembanan pasien
mampu : bekenalan, dalam mengena cara
- Mampu berbicara saat berinetraksi
menyebutkan melakukan 4 -Memberikan motivasi
kegiatan yang kegiatan harian kepada pasien untuk
sudah dilakukan - Latih cara berbiara berinteraksi dan
- Mampu sosial mendapatkan respon
berinteraksi - Memasukkan yang positif
dengan orang lain kedalam jadwal -Memberikan motivasi
secara bertahap kegiatan untuk dan rasa tanggung
yaitu >5 orang latihan berkenalan jawab pada klien untuk
>5 orang baru, melaksanakan kegiatan
berbicara saat yang teratur
melakukan
kegiatan harian.
VI. CACATAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.T Ruangan : Flamboyan No. Reg : 03 73 49

N DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


O
1 Halusinasi Sp : 1 pasien S:
 Identifikasi jenis,  klien mengatakan
isi halusinasi, mendengar bisikan
frekuensi, situasi yang membuat ia
dan respon takut
 Latih cara O:
mengontrol  klien tampak
halusinasi dengan mondar mandir
cara menghardik  klien tampak
 Masukan ke bingung dan
dalam jadwal gelisah
kegiatan  klien tampak
bicara ngaur dan
banyak bicara
A:
Sp 1 sudahmandiri
P pasien :
Latihan sp 1 cara
menghardik 2x sehari
(pagi jam 10.00 wib dan
sore jam 15.00 wib)
P perawat :
 Optimalkan sp 1
 Lanjut sp 2 latihan
cara minum obat.
S:
 klien mengatakan
masih mendengar
suara suara bisikan
Sp 2 pasien : dan masih melihat
 Evaluasi kegiatan bayangan
pasien O:
 Latih cara  klien tampak
mengontrol bingung
halusinasi dengan  klien tampak
cara minum obat berbicara sendiri
yang benar dan tertawa senidir
 Masukan ke A:
dalam jadwal Sp 2 sudah mandiri
harian P pasien :
Latihan sp 2 minum obat
yang benar 2x sehari (jam
10.00 dan 15.00 wib)
P perawat :
 optimalkan sp1
dan sp2
 lanjutkan sp3

S:
Klien mengatakan tidak
mendengar suara bisikan
lagi
O:
 klien tampak
bingung
 klien berbicara
Sp 3 : ngaur
 Evaluasi jadwal  pembicaraan
kegiatan harian mudah teralih
 Latih cara A:
mengontrol Sp 3 dengan bantuan
halusinasi dengan P pasien :
cara bercakap- latihan sp3
cakap bercakap- cakap
 Masukan kedalam 2x sehari (jam
jadwal kegiatan 09.00 dan jam
harian 17.00 wib)
P perawat :
 optimalkan sp 1, 2
dan 3
 lanjutkan sp 4

S:
Klien mengatakan tidak
mendengar suara lagi
O:
 klien tampak
Sp 4 : berbicara sendiri
 Evaluasi kegiatan  klien tampak
harian tertawa sendiri
 Latih cara A:
mengontrol Sp 4 dengan bantuan
halusinasi dengan P pasien :
aktifitas terjadwal  latihan sp 4
 Masukan dalam aktifitas terjadwal
jadwal kegiatan 2x sehari (jam
harian 12.00 dan jam
18.00 wib)
P perawat :
 Optimalkan sp 1,
2, 3 dan 4
 Lanjut diagnose
selanjutnya

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah kelompok melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses


keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi maka BAB ini penulis akan membahas
mengenai kenyataan yang ditemukan pada kasus asuhan keperawatan pada Ny.T
dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran di Ruangan Wisma
Flamboyan RSJ. Prof.HB.Sa’anin Padang tahun 2021 pada tanggal 19 februari 2021
yang dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang sistematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber-sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Sehingga mengumpulkan data perawat harus
memiliki kemampuan mengobservasi dengan akurat, dan menggunakan komunikasi
terapeutik. Data yang dikumpulkan mencakup : identitas pasien, keluhan utama pasien,
faktor predisposisi, mekanisme koping, data yag dikumpulkan meliputi : riwayat
kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan pengkajian status mental.
Teknik pengambilan data yang kelompok lakukan melalui wawancara dengan pasien,
pengamatan langsung terhadap kondisi pasien diantara dari pembicaraan, penampilan dan
perilaku pasien dalam berkomunikasi dan bersikap
1. Tanda dan gejala
Menurut (keliat, 2011), tanda dan gejala halusinasi biasanya adalah data
sabjektif seperti Biasanya pasien dengan halusinasi akan mengalami gangguan
persepsi sensori palsu , biasanya pasien akan mengalami mendengar suara- suara,
klien berbicara sendiri dan tertawa sendiri, berbicara kacau dan kadang tidak
masuk akal, tidak bisa membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, menarik diri
dan menghindar dari orang lain, bingung, kontak mata tidak ada, pandangan mata
pada satu arah tertentu, secara tiba- tiba marah dan menyerang orang lain.
Dalam hal teori tersebut sesuai dengan yang dialami Ny.T yaitu mengalami
gangguan sensori persepsi halusinasi mengalami mendengar suara- suara, klien
berbicara sendiri dan tertawa sendiri serta melihat bayangan, berbicara kacau dan
kadang tidak masuk akal, tidak bisa membedakan hal yang nyata dan tidak nyata,
menarik diri dan menghindar dari orang lain, bingung, kontak mata tidak ada,
pandangann mata pada satu arah tertentu, secara tiba- tiba marah dan menyerang
orang lain.Berdasarkan teori sama dengan pengkajian yang didapatkan
sebelumnya pada kasus Ny.T dimana ditandai dan gejala yang didapatkan pada
waktu pengkajian adalah klien berbicara sendiri, serta melihat bayangan,
berbicara kacau dan kadang tidak masuk akal, tidak bisa membedakan hal yang
nyata dan tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain, bingung,
kontak mata tidak ada, pandangann mata pada satu arah tertentu, secara tiba- tiba
marah dan menyerang orang lain.
2. Faktor Predisposisi
Secara teori faktor predisposisi terjadinya halusinasi menurut (Keliat, 2011).
Biasanya pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan pasien
sebelumnya tidak berhasil karena pasien tidak mengonsumsi obat secara teratur
dirumah, pernah mengalami aniaya fisik yaitu sebagai korban, maupun saksi,
tetapi tidak sebagai pelaku, pernah mengalami aniaya seksual yaitu sebagai
korban, maupun saksi, tetapi tidak sebagai pelaku, biasanya pasien pernah
mengalami penolakan / disingkirkan dari sebagai korban yaitu disingkirkan dari
masyrakat,biasanya pasien pernah mengaami kekerasan dalam keluarga yaitu
sebagai korban, biasanya pasien di pukul oleh orang terdekat karena
ketidaksukaan terhadap pasien, biasanya pasien pernah melakukan tindakan
kriminal baik sebagai korban, pelaku maupun saksi, ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Biasanya hubungan pasien dengan keluarga tidak
dekat, biasanya klien mengalami pengalaman dimasa lalu yang tidak
menyenangkan seperti konflik didalam keluarga, disingkirkan dari lingkungan,
kehilangan/ kegagalan. Dalam teori ini menyebutkan bahwa sesuai dengan
pengkajian yang didapatkan pada kasus Ny. T dimana mengalamigangguan jiwa
di masa lalu klien sudah mengalami gangguan jiwa sejak 30 tahun yang lalu
dengan keluhan banyak bica dan marah tanpa sebeb dan klien sudah dirawat untuk
yang keempat kalinya dengan keluhan emosi tidak stabil, bicara ngaur dan
menangis dan tertawa tanpa sebab. Ny. T baru keempat kalinya dirawat di RSJ.
Prof. HB. Saanin dan sebelumnya juga dirawat di RSJ. Prof. HB. Saanin sebulan
yang lalu pada tahun 2020. Pengobatan Sebelumnya yaitu pengobatan klien
dahulu berhasil tetapi karena putus obat sejak 1bulan terakhir dan klien tidak
minum obat secara teratur menyebabkan klien kambuh kembali. Klien
mengatakan tidak mau minum obat karena ia sudah sembuh. Klien biasanya
kontrol berobat ulangan ke RS Ibnu Sina. Dan pada riwayat pasca trauma :
f) Aniaya Fisik
Pada saat ditanyakan ke pasien pasien ia mengatakan tidak pernah
mengalami aniaya fisik
g) Aniaya Seksual
Ny. T mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan seksual
sebelumnya, dan tidak pernah menjadi pelaku dari penganiayaan
seksual, maupun saksi.
h) Penolakan
Ny. T mengatakan ia sudah bercerai dengan suaminya, klien
mengatakan ia takut kepada adiknya.
i) Kekerasan Dalam Keluarga
Ny. T mengatakan ia tidak pernah mengalami kekerasan di dalam
keluarganya.
j) Tindakan Kriminal
Ny. T mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban maupun saksi
dalam tindakan kriminal.
Berdasarkan saat melakukan pengkajian pada pasien didapatkan bahwa
faktor predisposisi dari seseorang yang mengalami halusinasi berdasarkan
teori dengan pengkajian yang didapatkan dari pasien Ny.T sama, dimana
disebabkan karena mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan pasien
sebelumnya tidak berhasil karena pasien tidak mengonsumsi obat secara
teratur dirumah, tidak pernah mengalami aniaya fisik seperti : sebagai korban,
maupun saksi, tetapi tidak sebagai pelaku, pernah mengalami aniaya seksual
yaitu sebagai korban, maupun saksi, tetapi tidak sebagai pelaku, biasanya
pasien pernah tidak mengalami penolakan / disingkirkan dari sebagai korban
yaitu disingkirkan dari masyrakat,biasanya pasien tidak pernah mengalami
kekerasan dalam keluarga yaitu sebagai korban, biasanya pasien tidak pernah
melakukan tindakan kriminal baik sebagai korban, pelaku maupun saksi, tidak
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
3. Faktor predisposisi
Menurut teori (Keliat,2011). Faktor pencetus terjadinya halusinasi adalah
Biasanya klien disingkirkan dari masyrakat, biasanya pasien pernah mengalami
kekerasan dalam keluarga yaitu sebagai korban, biasanya pasien di pukul oleh
orang terdekat karena ketidaksukaan terhadap pasien, biasanya pasien pernah
melakukan tindakan kriminal baik sebagai korban, pelaku maupun saksi, ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pada kasus yang dikaji pada
Ny.T tidak ditemukan adanya trauma seperti yangdijelaskan di atas.

4. Proses terjadi
Proses terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini dipengaruhi
oleh intensitas keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya
rangsangan dari luar. Menurut Dalami dkk (2014), halusinasi terjadi melalui
beberapa tahap antara lain:
a. Stage I: Sleep disorder Merupakan fase awal individu sebelum muncul
halusinasi. Individu merasa banyak masalah, ingin menghindar dari orang dan
lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah (misalnya:
putus cinta, dikhianati kekasih, diPHK, bercerai, masalah dikampus dan lain-
lain). Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi
sedangkan support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.
Hal ini akan menyebabkan individu tersebut sulit tidur terus menerus sehingga
terbiasa menghayal. Individu akan menganggap lamunan-lamunan awal tersebut
sebagai upaya pemecahan masalah.
b. Stage II: (Comforting Moderate Level of Anxiety) Pada tahap ini halusinasi
bersifat menyenangkan dan secara umum individu menerima sebagai sesuatu
yang alami. Individu mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan
cemas, kesepian, perasaan berdosa dan ketakutan sehingga individu mencoba
untuk memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan dan pada penanganan
pikiran untuk mengurangi kecemasan tersebut. Individu beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikontrol atau
dikendalikan jika kecemasannya bisa diatasi. Dalam tahap ini ada kecenderungan
individu merasa nyaman dengan halusinasinya dan halusinasi bersifat sementara.
c. Stage III: (Condemning Severe Level of Anxiety) Pada tahap ini halusinasi
bersifat menyalahkan dan sering mendatangi individu. Pengalaman sensori
individu menjadi sering datang dan mengalami bias sehingga pengalaman sensori
tersebut mulai bersifat menjijikan dan menakutkan. Individu mulai merasa
kehilangan kendali, merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan berusaha untuk
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan individu. Individu
akan merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut dan akhirnya menarik
diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
d. Stage IV: (Controling Severe Level of Anxiety) Pada tahap ini halusinasi
bersifat mengendalikan, fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan
dan pengalaman sensori tersebut menjadi penguasa. Halusinasi menjadi lebih
menonjol, menguasai dan mengontrol individu sehingga individu tersebut
mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang. Hingga
akhirnya individu tersebut menjadi tidak berdaya dan menyerah untuk melawan
halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Individu mungkin akan
mengalami kesepian jika pengalaman sensori atau halusinasinya tersebut
berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan psikotik.
e. Stage V: (Concuering Panic Level of Anxiety) Tahap ini adalah tahap terahir
dimana halusinasi bersifat menaklukan, halusinasi menjadi lebih rumit dan
individu mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya. Pengalaman
sensorinya menjadi terganggu dan halusinasi tersebut berubah mengancam,
memerintah, dan menakutkan apabila tidak mengikuti perintahnya sehingga klien
mulai terasa mengancam. Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan
diri, klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain dan menjadi menarik diri.
Klien merasa berada dalam dunia menakutkan dalam waktu yang singkat atau
bisa juga beberapa jam atau beberapa hari atau selamanya/kronis (terjadi
gangguan psikotik berat). Hasil riset (Keliat,2011) menyimpulkan bahwa
halusinasi diakibatkan oleh dipengaruhi oleh intensitas keparahan dan respon
individu dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar. Pada kasus terdapat
sesuai dengan teori yaitu karena koping individu tidak efektif dalam
menyelesaikan masalah, keluarga mengatakan Ny.T Klien merasa terpaku dan
tidak berdaya melepaskan diri, klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain
dan menjadi menarik . Sehingga terbukti dalam teori ini dan kasus yang
dilakukan saat pengkajian pada Ny.T
5. Genogram
Pada genogram dibuat minimal 3 generasi yang dapat menggambarkan
hubungan pasien dengan keluarga dan tidak adanya riwayatpenyakit keturunan.
Biasanya dalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, mengkaji 3 generasi yang menggambarkan klien dengan anggota
keluarga yang lain. pola komunikasi yang digunakan biasanya dua arah, Sama
halnya dengan kasus pada Ny.T dimana pasien menggatakan tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.Ny. T adalah anak sulung atau pertama,
klien belum menikah dan belum menikah. Saat ini klien tinggal bersama ibunya.
Klien mengatakan dalam pengambilan keputusan ia mengikuti kata ibunya, dan
pola komunikasi menurut Ny. T dua arah karena ada timbal balik dan respon dari
Ny.T dan ibunya.
6. Konsep Diri
Konsep diri biasanya tentang pengetahuan individu tentang dirinya sendiri,
merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaaan, sikap,
persepsi baik yang disadari maupun tidak disadari. Pada konsep diri biasanya
peran dan harga diri terganggu pada klien halusinasi dan pada kasus terdapat
peran dan harga diri klien terganggu sehingga berdasarkan teori dan kasus sesuai.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah tahap kedua dalam proses Keperawatan yang dapat
dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik diagnosis yang bersifat aktual
maupun resiko. Masalah yang saling berhubungan dapat digambarkan pada
pohon masalah yang terdiri dari penyebab, prioritas masalah, dan akibat yang di
timbul dari masalah.
Secara kasus ditemukan pada saat pengkajian di RSJ dalam menegakkan
diagnosa keperawatan terdapat 3 diagnosa Keperawatan yaitu :Halusinasi, resiko
perilaku kekerasan, dan isolasi social. Sedangkan pada teori ada 3 diagnosa
Keperawatan yaitu halusinasi, perilaku kekerasan ,isolasi sosial. Ada 3 diagnosa
yang penulis angkat yang ditemukan dilapangan selama melakukan pengkajian
dalam menegakkan diagnosa halusinasi , risiko perilaku kekerasan dan isolasi
sosial, karena diagnosa yang diangkat kelompok sesuai dengan data yang
ditemukan pada klien selama pengkajian.
C. Intervensi keperawatan
Intervensi ini merupakan tahap lanjut dari diagnosa keperawatan dimana
perencanaan ini menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan meliputi diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil, intervensi
dan rasional. Pada intervensi halusinasi ada 4 strategi pelaksanaan untuk pasien
dan 4 strategi pelaksanaan untuk keluarga pertama strategi pelaksanaan untuk
pasien mengindentifikasi halusinasi, isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon dan latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik. Kedua yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien melatih
kemampuan kedua, mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang benar.
Ketiga yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan dan latih cara mengontrol haluisnasi
dengan cara bercakap cakap dan keempat yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien dan latih cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan harian.
Keliat ( 2011) dalam bukunya mengatakan untuk melatih kemampuan pasien
untuk mengubah cara pasien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada
saat pasien mengalami gangguan sensori persepsi palsu : halusinasi, sehingga
pasien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif dengan
menggunakan terapi kognitif. Pasien sendiri yang awalnya menunjukan secara
verbal dengan berbicara sendiri, tertawa sendiri, dan mendengar suara
menyuruh dia bernyanyi, marah tanpa sebab, dan melihat bayangan . Stelah
diberikan tidakan keperawatan SP dan terapi kognitif pasien sudah mampu
merubah persepsi palsu yang negatif menjadi sudah mampu mengontrol dan
kontak mata bisa dipertahankan.
Strategi pelaksanaan ini sudah penulis berikan selama 5 hari dan dari hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap Ny.T tersebut sudah berjalan dan
diskusi pasien, masing-masing strategi pelaksanaan dilakukan sampai pasien
mandiri dengan tujuan mengurangi dan dapat mengontrol gangguan persepsi
sensori palsu yang ia rasakan, pasien dengan cara menghardik. Minum obat
teratur, bercakap-cakap dan dengan aktivitas terjadwal yang dimiliki pasien
antara lain melakukan kegiatan merapikan tempat tidur, menyapu, mencuci
gelas, mengepel lantai, dan memasukan kedalam jadwal kegiatan
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang telah diidentifikasi dalam asuhan
keperawatan. Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada perencanaan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan sesuai dengan perencanaan tindakan
keperawatan. Hal ini dilakukan dalam implementasi (Kaliat,2011).
Pada kasus diberikan SP sesuai diagnose utama yaitu gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran dan penglihatan pertama strategi pelaksanaan
untuk pasien mengindentifikasi halusinasi, isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon dan latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik. Kedua yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien melatih
kemampuan kedua, mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang benar.
Ketiga yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan dan latih cara mengontrol haluisnasi
dengan cara bercakap cakap dan keempat yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien dan latih cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan harian.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan evaluasi bagi dua yaitu evaluasi
proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan dan
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan denvan memandikan antara respon
pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Keliat,2011).
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang dilakukan terhadap Ny. T maka dapat


disimpulkan beberapa pembahasan yaitu:
1. Pengkajian
Pada pengakajian yang penulis lakukan pada tanggal 18 Februari 2021, didapatkan
data klien mengatakan ia mendengar suara-suara. Klien bicara ngaur dan focus
mudah teralihkan ketika berbicara dan berinteraksi. Klien mengatakan belum
menikahAnalisa data dan diagnosa keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan ditemukan kesamaan antara teori dan
kasus, adapun diagnosa secara teori (Keliat, 2014) ditemukan 3 diagnosa yaitu
halusinasi(core problem), koping individu tidak efektif (cause), dan resiko perilaku
kekerasan (effect). Sedangkan diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada
Ny. T ada 3 yaitu: halusinasi, resiko perilku kekerasan dan Defisit Perawatan Diri.
2. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. T denganhalusinasi meliputi
tujuan umum yaitu dapat mengontrol halusinasi secara mandiri. Rencana
keperawatan ini dilakukan pada Strategi Pelaksanaan (SP) 1 yaitu mengidentifikasi
jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, dan respon klien terhadap halusinasi serta
mengajarkan klien cara mengontrol suara-suara dengn menghardik.
Saran
Bagi penulis
Agar penulis dapat memperdalam pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh di perkuliahan dalam penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa
dengan Gangguan Persepsi sensori : halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jogjakarta : Trans
Info Media
Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua.Bandung: PT.
Refika Adimata

Direja, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jogjakarta : Trans
Info Media
Keliat, Budi Ana. 2014. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta
Keliat, Budi A, dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic
Couse).Jakarta : EGC
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Riskesdas.2018. Data Riset Kesehatan Dasar Jiwa. Jakarta
Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta Timur: CVTrans Info Media

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Yosep. 2011. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai