Anda di halaman 1dari 9

Model Cox Proportional Hazard Pada Kejadian Bersama (Ties) dengan Metode Breslow

(Studi Kasus: Pasien Rawat Inap Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Dirgahayu
Samarinda Periode Juli 2016 s.d Juni 2017)

Cox Proportional Hazard Model At The Tied Incident With Breslow Method
  (Case Study: Inpatient Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) at Dirgahayu Hospital Samarinda
July 2016 - June 2017)

Nazmi Soraya1, Yuki Novia Nasution2, dan Sri Wahyuningsih3


1
Laboratorium Statistika Terapan FMIPA Universitas Mulawarman
2,3
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Mulawarman
1
E-mail: nazmisoraya.ns@gmail.com

ABSTRACT

Cox proportional hazard model at the tied incident is a modification from Cox model while there are two or
more individual that experienced tied. Parameter estimation in procedure formation of cox generally uses
maximum partial likelihood estimation (MPLE) that maximised the function of partial likelihood. In incident
with ties case, the modification at partial likelihood is done with breslow approach. The data used in this
research were Dengue Hemorrhagic Fever patients (DHF) who were hospitalized at Dirgahayu Hospital
Samarinda from July 2016 until June 2017. There are 100 patients with 5 independent variables that are
suspected to affect the healing of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) patients, namely sex, age, platelet
count, hematocrit count, and duration of fever before hospitalized. From the calculation of data used R
2.11.1 software, Cox proportional hazard model using Breslow method, it is obtained that significant
variable, are the count of platelets and hematocrit, and the duration of fever before hospitalized, patient who
had normal platelet count had a chance of healing 2.359 times faster than patients had a thrombocytopenia
(low platelet). For the amount of heamatocrit each patient who had a normal hematocrit had a chance of
healing 2.364 times faster than patients who had under-normal hematocrit, and each one day addition to
duration of patient's long history fever before hospitalized, decreased the chance of healing by 0.849 times.

Keywords: Breslow, Cox Proportional Hazard, DHF, Ties.

Pendahuluan hanya sebagian atau sampai batas periode


Waktu merupakan suatu kejadian atau keadaan penelitian (Collett, 2003).
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui hubungan antara waktu
Seperti lamanya sembuh dari suatu penyakit, survival dengan variabel-variabel yang diduga
lamanya masa studi seseorang, kegagalan mesin mempengaruhi waktu survival dapat digunakan
dan lain-lain. Salah satu ilmu statistik yang Model Cox proportional hazard. Waktu kejadian
berkaitan dengan waktu kejadian-kejadian tersebut atau waktu survival dalam analisis survival terbagi
adalah metode survival yang menganalisis data menjadi dua macam yaitu waktu kejadian tanpa
yang berhubungan dengan waktu, mulai dari awal ties dan waktu kejadian dengan ties. Ties yaitu
sampai terjadinya suatu peristiwa khusus. keadaan dimana terdapat dua individu atau lebih
Analisis survival merupakan istilah untuk yang mengalami kejadian pada waktu bersamaan.
mendeskripsikan analisis data dari time origin Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan
hingga suatu kejadian terjadi atau end-point. Pada untuk mengatasi terjadinya ties, yaitu metode
penelitian kesehatan, time origin dapat merujuk Efron, metode Breslow dan metode Exact. Metode
pada pemilihan individu pada suatu penelitian Breslow merupakan metode yang lebih sederhana
sebagai contoh percobaan untuk membandingkan dan perhitungannya lebih cepat (Allison, 2010).
dua atau lebih perlakuan. Sedangkan, end-point Beberapa penelitian yang mengkaji tentang
adalah waktu pencatatan terakhir berguna untuk analisis survival pada kejadian bersama telah
mengetahui status tersensor atau tidak tersensor ditulis oleh beberapa orang, antara lain Vitriana
pada suatu penelitian sebagai contoh kejadian (2016) yang membahas prosedur pembentukan dan
meninggalnya pasien. Jika end-point berupa penerapan model Cox extended untuk mengatasi
kejadian meninggal, sembuh, atau kambuhnya nonproportional hazard pada kejadian bersama
pasien maka data tersebut disebut waktu survival. dengan pendekatan metode Breslow. Susetyo
Analisis survival digunakan pada data survival (2014) yang membahas analisis survival data
karena sering terjadi kejadian tersensor. Kejadian kejadian ties dengan membandingan antara metode
tersensor yaitu jika pengamatan waktu survival Efron dan Exact.
Berdasarkan beberapa kajian di atas, penulis merupakan fungsi kepadatan peluang t maka fungsi
tertarik untuk mengambil studi kasus dalam bidang distribusi kumulatif F(t ) adalah (Lawless, 2003):
kesehatan. Salah satu bidang kesehatan yang akan t

digunakan adalah Demam Berdarah Dengue F  t   P  T  t     f  x  dx (2)


0
(DBD). Menurut Dinkes RI 2016, DBD menjadi
sehingga dari Persamaan (2) diperoleh
masalah kesehatan masyarakat Indonesia selama 47
tahun terakhir. Sejak tahun 1968 terjadi f  t 

d F  t   F t
  (3)
peningkatan jumlah Provinsi dan Kabupaten/Kota dt
dari 2 Provinsi dan Kota, menjadi 34 Provinsi dan
435 (85%) Kabupaten/Kota pada tahun 2015. Fungsi Survival
Kalimantan Timur adalah salah satu Provinsi yang Jika T merupakan variabel random tidak negatif
masuk ke dalam lima Provinsi dengan angka pada interval  0,   yang menunjukkan waktu
kesakitan DBD tertinggi tahun 2015 yaitu sebesar individu sampai mengalami kejadian pada
186,12 per 100.000 penduduk.
populasi, f (t ) merupakan fungsi kepadatan
Peningkatan dan penyebaran DBD tersebut
dapat disebabkan oleh faktor epidemiologi. peluang dari t maka peluang suatu individu tidak
Penyakit ini juga dapat didiagnosis berdasarkan mengalami kejadian sampai waktu t dinyatakan
rekam medik yang ada di rumah sakit seperti umur, dengan fungsi survival S(t), (Lawless, 2003):
jenis kelamin, dan pemeriksaan darah seperti S  t   P  T  t   1 P  T  t 
hematokrit dan trombosit. Untuk mengetahui  1 F  t   (4)
faktor-faktor resiko penyakit DBD pada kejadian
bersama, maka peneliti akan melakukan pemodelan
Fungsi Hazard
Cox proportional hazard pada kejadian bersama
Jika T variabel acak positif pada interval t  0
dengan metode Breslow.
menuju t   yang menunjukkan waktu hidup
individu suatu populasi, maka risiko individu
Analisis dan Waktu Survival
tersebut mengalami kegagalan pada interval t
Analisis survival merupakan suatu teknik
statistik untuk menganalisis variabel acak bernilai hingga [t , t  t ] , dan jika diketahui bahwa
positif. Analisis survival meliputi variasi metode individu tersebut masih bertahan hingga waktu ke-t
yang luas untuk menganalisis waktu suatu adalah :
peristiwa. Pada umumnya analisis ini digunakan P (t  T   t  t  |T  t )
h  t   lim  
pada bidang medis yaitu untuk menganalisis t 0 t
sebuah kematian. Tetapi analisis ini juga dapat f  t
 (5)
digunakan dalam beberapa jenis peristiwa seperti S  t
kegagalan mesin, perceraian, dan lamanya masa
studi (Miller, 1981). Hazard Kumulatif
Menurut Kleinbaum dan Klein (2005), waktu Menurut Lee dan Wang (2003), fungsi
Survival adalah catatan waktu yang dicapai suatu kumulatif hazard didefinisikan sebagai
objek sampai terjadinya peristiwa tertentu yang t

disebut sebagai failure event. Untuk menentukan H  t   h  x   dx (6)


0
waktu survival T, secara tepat terdapat tiga elemen
maka hubungan antara fungsi kumulatif hazard
yang harus diperhatikan yaitu:
dengan fungsi survival yaitu
1. Waktu awal (time origin)
2. Definisi failure event keseluruhan harus jelas. S  t   exp   H  t   (7)
3. Skala waktu dalam (time scale) sebagai satuan
pengukuran harus jelas. Kurva Fungsi Survival dan Metode Kaplan-
Meier
Fungsi Kepadatan Peluang Kurva fungsi survival Kaplan-Meier
Fungsi kepadatan peluang adalah peluang suatu membentuk kurva yang menggambarkan hubungan
individu mati atau gagal dalam interval waktu t antara estimasi fungsi survival dengan waktu
sampai t  t. Fungsi kepadatan peluang survival (Lee dan Wang, 2003).
dinotasikan dengan f (t ) dan dirumuskan dengan. Metode Kaplan-Meier mengelompokkan data
ke dalam selang tertentu dan kemudian data
f  t    lim 

 P t  T   t  t     lim  P  F  t  t   F  t      disusun dalam suatu tabel. Secara umum susunan
t 0  t  t 0  t  (1)
    tabel Kaplan-Meier sebagai berikut:
Misalkan T adalah variabel random tidak 1. Kolom waktu (t), merupakan selang waktu yang
negatif pada interval  0,   yang menunjukkan digunakan.
2. Kolom ni , merupakan jumlah objek yang dapat
waktu hidup pada suatu populasi dan f (t )
bertahan sampai dengan waktu t.
3. Kolom d i , merupakan jumlah objek yang di mana,
mengalami kejadian pada dengan waktu t. Rij : Residual Schoenfeld variabel bebas ke-p dari
 individu yang mengalami event pada waktu t(i)
4. Kolom S (t ) , merupakan fungsi survival di
mana  i : Indikator penyensoran
 n d βˆ :
mana S (t )   n , ti  t  ti 1 , i  1, 2,...m. Estimator partial likelihood maksimum dari β
i i

t t i i
xij : Nilai dari variabel bebas ke-p dari individu
Kejadian Bersama
Dalam analisis survival terkadang ditemukan yang mengalami event pada waktu t(i)
adanya kejadian bersama atau yang sering disebut Asumsi proportional hazard terpenuhi jika
ties. Kejadian bersama atau Ties adalah kejadian tidak terdapat korelasi antara residual Schoenfeld
dimana terdapat dua individu atau lebih yang dengan ranking survival time. Berikut adalah
mengalami kejadian pada waktu yang bersamaan. rumus korelasi yang digunakan:

   RTi  RT i 
m
Jika suatu data terdapat ties, maka akan Rij  Rij
menimbulkan permasalahan dalam membentuk j 1
r

    j 1 RTi  RT i 
partial likelihood yaitu saat menentukan anggota m 2 m 2
Rij  Rij
dari himpunan risikonya (Vitriana , 2016). j 1
Menurut Allison (2010), terdapat tiga metode di mana,
yang bisa digunakan untuk mengatasi kejadian m : Jumlah Individu ke-i
bersama dalam analisis survival yaitu metode RTi : Rangking waktu survival untuk individu ke- i
Breslow, metode Efron, dan metode Exact. Metode
RTi :Rata-rata rangking waktu survival untuk
Breslow dan metode Efron keduanya memiliki
perhitungan yang sederhana dan cepat, sedangkan individu ke-i
metode Exact perhitungannya lebih rumit. Hipotesis
H0 : (Asumsi proportional hazard terpenuhi)
Asumsi Proportional Hazard H1 : (Asumsi proportional hazard tidak terpenuhi)
Ada pendekatan umum untuk menaksir asumsi Statistik Uji
proportional hazard yaitu grafik dan Uji Goodness r
z
1 (9)
Of Fit (GOF).
n 1
1. Pendekatan Grafik ln   ln( S (t )) 
Membuat plot ln   ln( S (t ))  dari fungsi Tolak H 0 jika nilai | z | z 2 atau p-value ≤ α,
survival. Cara ini hanya dapat digunakan untuk artinya asumsi propotional hazard tidak terpenuhi
variabel kategorik. Jika garis antar kategorik sejajar yang berarti terdapat korelasi antara residual
maka dapat dikatakan asumsi terpenuhi Schoenfeld dengan ranking survival time.
(Collet,2003).
2. Uji Goodness of Fit Model Umum Proportional Hazard
Pengujian asumsi proportional hazard dengan Model Cox proportional hazard merupakan
metode goodness of fit menggunakan residual model berdistribusi semiparametrik karena model
Schoenfeld. Residual Schoenfeld terdefinisi pada Cox tidak memerlukan informasi tentang distribusi
setiap individu yang mengalami event untuk setiap yang mendasari waktu survival dan parameter
variabel prediktor dalam model (Kleinbaum & regresi dapat diestimasi dari model Cox tanpa harus
Klein, 2005). Adapun langkah-langkah pengujian menentukan fungsi baseline hazard (Lee dan
asumsi proportional hazard menggunakan residual Wang, 2003). Model semiparametrik lebih sering
Schoenfeld adalah sebagai berikut: digunakan karena walaupun bentuk fungsional
1. Membangun model Cox proportional hazard baseline hazard tidak diketahui, tetapi model Cox
dan mencari taksiran residual Schoenfeld untuk proportional hazard dapat memberikan informasi
setiap variabel bebas. berupa hazard ratio yang tidak bergantung pada
2. Membuat variabel ranking survival time di baseline hazard. Melalui model Cox proportional
mana waktu survival diurutkan mulai dari hazard dapat dilihat hubungan antara variabel
individu yang mengalami event pertama kali. bebas terhadap variabel terikat yaitu waktu
3. Menguji korelasi antara variabel yang survival fungsi hazardnya. Persamaan model Cox
dihasilkan pada langkah pertama yaitu residual proportional hazard dapat ditulis sebagai berikut:
Schoenfeld dengan variabel yang dihasilkan
pada langkah kedua yaitu ranking survival time.

h  t , x   h0  t  exp 1x1   2 x2    p x p (10) 
Rumus umum residual Schoenfeld adalah dengan:
sebagai berikut: h0 (t) : baseline hazard
( x1 , x2 ,..., x p ) : vektor yang berisi p variabel bebas

 lR ti 
  
 xlj exp β'xˆ
l
( 1 ,  2 ,...,  p ) : vektor pada parameter regresi

Rij   i xij   , j  1, 2, , p; i  1, 2, , n (8)


 lR ti 
  
 exp β'xˆ
l
Estimasi Parameter Model Regresi Cox r  p    p  
Proportional Hazard     j xij    ln  exp   j xlj )    (13)
 
i 1  j 1
    
   lR ti   j 1  
Estimasi parameter βj dengan j  1,2,..., p pada
model regresi Cox proportional hazard dapat
dilakukan salah satunya menggunakan metode Estimasi Parameter Metode Breslow
Maximum Partial likelihood Estimation (MPLE.) Menurut Klein dan Moeschberger (2003), fungsi
Fungsi likelihood adalah fungsi dari parameter- partial likelihood dengan metode Breslow sebagai
berikut:
parameter 𝛽 yang tidak diketahui nilainya yang
menggambarkan peluang bersama dari observasi
L  β  Breslow  
k exp  lò D  ti  
p
x j
j 1 lj      (14)
   x 
data (Kleinbaum and Klein, 2005). i 1
p
di
exp
Menurut Collet (2003), misal data untuk m lR ti  j 1 j lj

individu yang terdiri dari k waktu kejadian yang di mana:


tidak tersensor dan m  k individu tersensor kanan, D(ti): himpunan individu yang mengalami event
diurutkan menjadi t1  t2    ti    tk dengan ti pada waktu ti
merupakan urutan waktu kejadian ke- i . Rti : himpunan individu yang berisiko mengalami
Diasumsikan hanya terdapat satu individu yang event pada saat ti
mengalami kematian pada tiap waktu kegagalan, k : jumlah individu yang tidak tersensor
jadi tidak terjadi ties pada data. Hal lain, yang perlu di : banyaknya ties pada saat ti
dipertimbangkan adalah peluang kematian suatu Dari Persamaan (14) diperoleh fungsi log partial
individu yang mati pada waktu kegagalan ti , likelihood sebagai berikut:
dengan syarat ti menjadi salah satu yang diamati
lnL  β   ln
k exp  lò D ti  
p

x j
j 1 lj
dari k waktu kegagalan t1  t2    tk .
   x 
di
p
i 1
exp
Misalkan kejadian A adalah individu dengan lR ti  j 1 j lj

variabel xi meninggal pada saat ti dan kejadian B k  p


   p  
     j xlj   d iln   exp   j xlj      (15)
i 1 
   
adalah satu kematian pada saat ti , maka  lD  ti  j 1   l R  ti   j 1   
P  A  B  P  A
P  A  B   (11)
P  B P  B Pengujian Parameter
Pembilang pada Persamaan (12) adalah bentuk Pengujian parameter digunakan untuk
sederhana dari risiko kematian pada waktu ti untuk menentukan apakah variabel terikat dalam model
signifikan terhadap variabel bebas. Pengujian
individu dengan variabel xi . Jika pembilang dilakukan secara serentak maupun tiap variabel
tersebut adalah individu ke- i yang meninggal pada bebas, uji yang digunakan adalah :
saat ti , fungsi baseline hazard ini dapat ditulis 1. Uji Likelihood Ratio
menjadi hi  ti  . Penyebutnya adalah penjumlah dari Uji likelihood ratio digunakan untuk
mengetahui pengaruh seluruh kovariat dalam
peluang kematian pada waktu ti , dari semua
model secara bersama-sama maka diperlukan suatu
individu yang mempunyai risiko kematian pada uji simultan.
waktu ti . Apabila individu-individu tersebut Hipotesis dalam pengujian ini adalah:
dinotasikan dengan l dan Rti adalah himpunan dari H 0 : 1   2     p  0
individu-individu yang berisiko pada waktu ti .
H1 : minimal ada saat,  j  0 dengan  j  1, 2, , p
Maka peluang dalam Persamaan (11) menjadi
hi  ti 
Statistik uji G adalah sebagai berikut:
L 
 lR (t ) hi  ti  , Dengan mengambil hasil peluang G   2 ln  0     (16)
 L p 
i

bersyarat di atas, memberikan fungsi partial


likelihood sebagai berikut: di mana:
p L0 : Fungsi kemungkinan tanpa peubah penjelas
r
exp(  j xij ) Lp : Fungsi kemungkinan dengan p peubah penjelas
L  β  
j 1
p (12) Uji ini mengikuti sebaran Chi-Square, dimana
i 1
 exp(  x ) j lj
lR ti  j 1 H0 ditolak jika nilai G ≥ X (2 ; p ) atau p-value ≤ α
Dari Persamaan (12) diperoleh fungsi ln partial
sehingga dapat disimpulkan secara simultan semua
likelihood sebagai berikut:
 p  variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
 r exp(  j xij )  terikat.
ln L  β   ln  
j 1
 i 1 p  2. Uji Wald
   exp(  x )
j lj  Uji Wald digunakan untuk menguji pengaruh
 lR ti  j 1 
estimasi parameter masing-masing variabel bebas
maka diperlukan uji parsial.
Hipotesis dalam pengujian ini adalah: dengan kurva berdasarkan variabel-variabel yang
H 0 :  j  0 diduga mempengaruhi lama rawat inap pasien
H1 :  j  0, dengan  j  1, 2, , p
DBD. Estimasi fungsi survival dan fungsi
kumulatif hazard dengan metode Kaplan-Meier
Statistik uji Wald adalah sebagai berikut: dilakukan dengan bantuan software R.
2
 ˆ  1. Karakteristik berdasarkan variabel jenis
W2  j    (17) kelamin.
 SE ˆ
  
j


di mana:
W2 : statistik uji Wald
ˆ
j : koefisien variabel bebas ke-j

 
SE ˆ j : standar error koefisien variabel bebas
ke-j
Uji ini mengikuti sebaran Chi-square dimana
2
H0 ditolak jika nilai W2 ≥ X ( ; p ) atau p-value ≤ α
sehingga dapat disimpulkan secara parsial variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat
(Collet, 2003). Gambar 1. Kurva fungsi survival berdasarkan jenis
kelamin
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan Gambar 1 kurva fungsi survival
Data berupa data sekunder yang diambil dari dimulai dari atas ke bawah hal ini menunjukkan
hasil rekam medis di Rumah Sakit Dirgahayu bahwa peluang pasien untuk tetap dirawat di rumah
Samarinda dengan jumlah penderita DBD sebanyak sakit semakin rendah. Dapat dilihat hari ke-1 dan
100 pasien selama periode Juli 2016 sampai Juni hari ke-7 hingga hari ke-10 peluang pasien DBD
2017. Variabel terikat yang digunakan pada yang berjenis kelamin perempuan untuk tetap
penelitian ini yaitu variabel waktu (t) menunjukkan dirawat di rumah sakit lebih rendah dibandingkan
lama rawat inap pasien (dalam satuan hari) dan pasien DBD yang berjenis kelamin laki-laki.
berada dalam batas periode penelitian dengan Sedangkan hari ke-2 hingga hari ke-6 peluang
ketentuan: pasien DBD yang berjenis kelamin laki-laki untuk
1, Jika lama rawat inap pasien DBD kurang tetap dirawat di rumah sakit lebih rendah
 dari atau sama dengan 7 hari dibandingkan pasien DBD yang berjenis kelamin

Status = 
0, Jika lama rawat inap pasien DBD lebih dari
perempuan.
 7 hari atau pasien DBD dinyatakan meninggal
Adapun variabel bebas yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Jenis kelamin (x1) dengan kategori sebagai
berikut:
 1, untuk jenis kelamin laki-laki
x1  
0, untuk jenis kelamin perempuan
b. Umur (x2)
c. Jumlah Trombosit (x3), dengan kategori
sebagai berikut:
 3
1, normal (150.00-400.000/mm ) Gambar 2. Kurva fungsi kumulatif hazard
x3   3 berdasarkan jenis kelamin
0, di bawah normal (<150.000/mm )

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa
d. Jumlah Hematokrit (x4) kurva dimulai dari bawah ke atas hal ini
  38%-42% untuk perempuan  menunjukkan bahwa risiko pasien DBD untuk
 1, normal  
  40-47% untuk laki-laki  sembuh semakin tinggi. Dapat dilihat pada hari ke-
x4  
  <38% untuk perempuan  1 dan hari ke-7 hingga ke-10 risiko pasien DBD
0, di bawah normal  <40% untuk laki-laki  yang berjenis kelamin perempuan untuk sembuh
  
lebih tinggi dibandingkan pasien DBD yang
e. Lama Demam Sebelum Rawat Inap (x5) berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan hari ke-2
hingga hari ke-6 risiko pasien DBD yang berjenis
Kurva Fungsi Survival Kaplan-Meier dan kurva kelamin laki-laki untuk sembuh lebih tinggi
Fungsi Kumulatif Hazard dibandingkan pasien DBD yang berjenis kelamin
Karakteristik fungsi survival dan fungsi perempuan.
kumulatif hazard lama rawat inap pasien DBD di
Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda digambarkan
2. Karakteristik berdasarkan variabel jumlah Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa
trombosit. kurva fungsi survival dimulai dari atas ke bawah
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa hal ini menunjukkan bahwa peluang pasien untuk
kurva fungsi survival dimulai dari atas ke bawah
tetap dirawat di rumah sakit semakin rendah. Dapat
hal ini menunjukkan bahwa peluang pasien untuk
tetap dirawat di rumah sakit semakin rendah. Dapat dilihat pada hari ke-1 hingga hari ke-8 peluang
dilihat pada hari ke-1 hingga hari ke-4 peluang pasien DBD yang memiliki jumlah hematokrit
pasien DBD yang memiliki jumlah trombosit normal untuk tetap dirawat di rumah sakit lebih
normal untuk tetap dirawat di rumah sakit lebih rendah dibandingkan pasien DBD yang memiliki
rendah dibandingkan pasien DBD yang memiliki jumlah hematokrit di bawah normal.
jumlah trombosit di bawah normal.

Gambar 6. Kurva fungsi kumulatif hazard


Gambar 3. Kurva fungsi survival berdasarkan berdasarkan jumlah hematokrit
jumlah trombosit Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa kurva fungsi kumulatif hazard dimulai dari bawah
kurva fungsi kumulatif hazard dimulai dari bawah ke atas hal ini menunjukkan bahwa risiko pasien
ke atas hal ini menunjukkan bahwa risiko pasien DBD untuk sembuh semakin tinggi. Dapat dilihat
DBD untuk sembuh semakin tinggi. Dapat dilihat pada hari ke-1 hingga hari ke-8 risiko pasien DBD
pada hari ke-1 hingga hari ke-4 risiko pasien DBD yang memiliki jumlah hematokrit normal untuk
yang memiliki jumlah trombosit normal untuk sembuh lebih tinggi dibandingkan pasien DBD
sembuh lebih tinggi dibandingkan pasien DBD yang memiliki jumlah hematokrit di bawah normal.
yang memiliki jumlah trombosit di bawah normal.
Pengujian Asumsi Proportional Hazard
Pengujian asumsi proportional hazard
dilakukan dengan uji goodness of fit menggunakan
residual Schoenfeld pada persamaan (8). Adapun
hasil uji goodness of fit dengan bantuan software R
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengujian Asumsi Proportional
Hazard dengan Goodness of Fit
Variabel p-value Keputusan
Jenis Kelamin 0,786 H0 gagal ditolak
Jumlah Trombosit 0,642 H0 gagal ditolak
Gambar 4. Kurva fungsi kumulatif hazard
berdasarkan jumlah trombosit Jumlah Hematokrit 0,729 H0 gagal ditolak
3. Karakteristik berdasarkan variabel jumlah Hipotesis yang digunakan untuk pengujian
asumsi proportional hazard dengan goodness of fit
hematokrit
adalah sebagai berikut:
H0 : Asumsi proportional hazard terpenuhi
H1 : Asumsi proportional hazard tidak terpenuhi
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh p-value lebih
besar dari a  0,05 untuk semua variabel sehingga
dari hasil pengujian H0 gagal ditolak. Dengan
tingkat kepercayaan 90% dapat disimpulkan bahwa
asumsi proportional hazard terpenuhi.

Estimasi Parameter Model Cox dengan


Pendekatan Breslow Partial Likelihood
Gambar 5. Kurva fungsi survival berdasarkan
jumlah hematokrit
Membentuk fungsi partial likelihood dengan Parameter yang diperoleh akan diuji secara
pendekatan Breslow yang didefinisikan sebagai simultan untuk menguji parameter hasil estimasi
berikut: antara kelima variabel terhadap waktu survival.

L  β  
k exp  lò D ti  
p
x j
j 1 lj     
Adapun hipotesis untuk pengujian secara simultan
adalah sebagai berikut:
   x 
di
p
i 1
lR t 
i
exp j 1 j lj H 0 : 1   2   3   4   5  0
Selanjutnya membentuk fungsi log partial H1 : minimal ada satu  j  0, dengan j  1, 2, 3, 4,5
likelihood dari L(β) sehingga diperoleh sebagai Berdasarkan Tabel 2, diperoleh p-value sebesar
berikut: 0,001 ≤   0,05 sehingga dapat disimpulkan

ln L  β   ln
92 exp  lò D ti  
5
x j
j 1 lj bahwa secara simultan minimal ada satu variabel
bebas yang berpengaruh terhadap lama rawat inap
   x 
di
5
i 1
lR ti 
exp j 1 j lj pasien DBD dirumah Sakit Dirgahayu Samarinda.
92  5    5  
Setelah dilakukan pengujian parameter secara
     j xlj   di ln   exp   j xlj       simultan, selanjutnya dilakukan pengujian

 lD ti  j 1   
i 1    lR ti   j 1   
signifikansi parameter secara partial untuk melihat
Setelah membentuk fungsi log partial
likelihood, selanjutnya menentukan turunan hasil estimasi masing-masing variabel dengan
pertama dan kedua dari ln L(β) terhadap βj yaitu hipotesis sebagai berikut:
sebagai berikut: H 0 :  j = 0, dengan j  1, 2, 3, 4,5
92   5    5   H1 :  j  0, dengan j  1, 2, 3, 4,5
     j xlj   di ln   exp   j xlj      
 ln L  β  
 lD ti  j 1   
i 1    lR ti   j 1    Berdasarkan Tabel 4, diperoleh p-value untuk

 j  j
variabel jumlah trombosit, jumlah hematokrit dan
    5  5  lama demam sebelum rawat inap nilainya lebih
   lR  t  xlj exp   j xlj    kecil dibandingkan nilai   0,05 sehingga dapat
  
92 5
 j 1 
      xlj  d i 
i
j 1

  
 disimpulkan bahwa jumlah trombosit, jumlah
i 1  l D  ti  j 1  5  
  
 lR  ti 
exp 
   j xlj  
 
hematokrit dan lama demam sebelum rawat inap
   j 1   signifikan berpengaruh terhadap lama rawat inap
92   5    5   pasien DBD di Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda
 2     j xlj   d i ln   exp   j xlj      
 ln L  β 
2 
 lD ti  j 1
i 1 



 lR ti   j 1

  
sehingga variabel jumlah trombosit, jumlah
 hematokrit dan lama demam sebelum rawat ianp
 j
2
 j
2

dimasukkan ke dalam model.


    5    5  5  
   lR t xlj exp   j xlj     lR t xlj exp   j xlj   
    
Tabel 2. Hasil Estimasi Parameter Model Cox
  i    i
 j 1  j 1  j 1  Proportional Hazard
 2

     5   Variabel β p-value Keputusan
  lR ti    j lj  
  exp  x 
92
   j 1    Jenis H0 gagal
  di   0,106 0,647
    5     5   Kelamin ditolak
i 1 5
 
  lR ti   xlj
2
exp 
   j xlj    
   lR ti  exp 
   j xlj  
 
 j 1  j 1   j 1   H0 gagal
 2
 Umur 0,008 0,284

    5  

ditolak
  lR t exp   j xlj  
    Jumlah
  j 1 
i
  0,930 0,037 H0 ditolak
Berdasarkan hasil turunan partial kedua yang Trombosit
diperoleh dengan pendekatan Breslow partial Jumlah
0,813 0,001 H0 ditolak
likelihood, dapat dilihat bahwa fungsi tidak dapat Hematokrit
diselesaikan secara analitik untuk mendapatkan Lama
hasil estimasi parameter. Salah satu metode yang Demam
-0,184 0,008 H0 ditolak
sering digunakan untuk menyelesaikan sistem non Sebelum
liniear tersebut adalah iterasi Newton-Raphson, Rawat Inap
untuk mengestimasi parameter model Cox Likelihood
0,001 H0 ditolak
dilakukan dengan bantuan software R. Ratio Test
Kemudian dilakukan analisis kembali dengan
Analisis Regresi Cox Proportional Hazard mengeluarkan variabel yang tidak signifikan yaitu
Setelah melakukan pengujian asumsi variabel jenis kelamin dan umur sebagai berikut:
proportional hazard, selanjutnya adalah melakukan Tabel 3. Hasil Estimasi Parameter Model Cox
uji likelihood ratio (Secara Simultan) dan uji Wald Proportional Hazard ke 2
(Secara Parsial) untuk mengetahui variabel apa saja
yang masuk ke dalam model. Hasil estimasi Variabel β p-value Keputusan
parameter model regresi Cox proportional hazard Jumalah
0,858 0,048 H0 ditolak
dengan pendekatan Breslow partial likelihood Trombosit
dengan bantuan software R sebagai berikut: Jumlah 0,861 0,000 H0 ditolak
Hematokrit Berdasarkan model yang telah didapatkan,
Lama dapat diperoleh bahwa nilai hazard ratio untuk
Demam variabel jumlah trombosit adalah exp(0,858) atau
-0,164 0,849 H0 ditolak
Sebelum 2,359. Artinya pasien DBD yang jumlah
Rawat Inap trombositnya normal memiliki kesempatan 2,359
Likelihood kali lebih cepat untuk mengalami event atau
0,000 H0 ditolak
Ratio Test sembuh dibandingkan pasien DBD dengan jumlah
Berdasarkan Tabel 3, diperoleh p-value sebesar trombosit di bawah normal. Nilai hazard ratio
0,000 ≤   0,05 sehingga dapat disimpulkan untuk variabel jumlah hematokrit adalah
bahwa secara simultan minimal ada satu variabel exp(0,861) atau 2,364. Artinya pasien DBD yang
bebas berpengaruh terhadap lama rawat inap pasien memiliki jumlah hematokrit normal memiliki
DBD di Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda. Untuk kesempatan 2,364 kali lebih cepat untuk
pengujian secara parsial, berdasarkan Tabel 5, mengalami event atau sembuh dibandingkan pasien
diperoleh p-value untuk variabel jumlah trombosit, DBD yang memiliki jumlah hematokrit di bawah
jumlah hematokrit dan lama demam sebelum rawat normal. Dan nilai hazard ratio untuk variabel lama
inap nilainya lebih kecil dibandingkan nilai sakit sebesar exp(1(0,164)) atau 0,849. Artinya
  0,05 sehingga dapat disimpukan bahwa jumlah setiap penambahan satu hari riwayat lama sakit
trombosit, jumlah hematokrit dan lama demam pasien DBD sebelum di rawat inap, risiko untuk
sebelum rawat inap signifikan berpengaruh mengalami event atau sembuh adalah 0,849 kali.
terhadap lama rawat inap pasien DBD di Rumah Dengan kata lain semakin lama riwayat pasien sakit
Sakit Dirgahayu Samarinda. Sehingga diperoleh sebelum dirawat inap di rumah sakit maka
model regresi Cox proportional hazard sebagai kesempatan untuk sembuh semakin kecil.
berikut:
hˆ  t , x   hˆ0  t  exp  0,858 x3  0,861x4  0,164 x5  Daftar Pustaka
Allison, P. (2010). Survival Analysis Using SAS: A
Berdasarkan model yang diperoleh diketahui
Practical Guide. Cary: SAS Institute Inc.
bahwa nilai hazard ratio untuk variabel jumlah
Collett, D. (2003). Modelling Survival Data in
trombosit adalah exp(0,858) atau 2,359. Artinya
Medical Research. London: Chapman &
pasien DBD yang jumlah trombositnya normal Hall/CRC.
memiliki kesempatan 2,359 kali lebih cepat untuk Depkes RI. (2016). Info DATIN Pusat Data dan
mengalami event atau sembuh dibandingkan pasien Informasi Kementrian Kesehatan RI Situasi
DBD dengan jumlah trombosit di bawah normal. DBD. Jakarta: Depkes RI. Dari
Nilai hazard ratio untuk variabel jumlah www.dipkes.go.id diaskes pada 27 Febuari
hematokrit adalah exp(0,861) atau 2,364. Artinya 2017 pukul 12.36 WITA.
pasien DBD yang memiliki jumlah hematokrit Kleinbaum, D. G., dan Klein, M. (2005). Survival
normal memiliki kesempatan 2,364 kali lebih cepat Analysis: A Self-Learning. New York:
untuk mengalami event atau sembuh dibandingkan Springer.
pasien DBD yang memiliki jumlah hematokrit di Klein, J. P., dan Moeschberger, M. L. (2003).
bawah normal. Dan nilai hazard ratio untuk Survival Analysis: Techiques for Censored
variabel lama sakit sebesar exp(1(0,164)) atau and Truncated Data (Second Edition). New
0,849. Artinya setiap penambahan satu hari riwayat York: Springer-Verlag.
lama demam pasien DBD sebelum rawat inap, Lee, E. T., dan Wang, J. W. (2003). Statistical
kesempatan untuk mengalami event atau sembuh Methods for Survival Data Analysis (Third
adalah 0,849 kali. Dengan kata lain semakin lama Edition). Hoboken: John Wiley & Sons.
riwayat pasien demam sebelum dirawat inap di Lawless, J. F. (2003). Statistical Models and
rumah sakit maka kesempatan untuk sembuh Methods for Lifetime Data (Second Edition).
semakin kecil. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Miller, Jr.,RG. (1981). Survival Analysis. New
Kesimpulan York: John Weley & Sons.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Susetyo, A. B. (2014). Analisis Survival Data
maka diperoleh kesimpulan bahwa, setelah Kejadian Ties dengan Exact Partial
dilakukan estimasi parameter menggunakan Likelihood Cox Regression (Studi Kasus:
metode Breslow diperoleh bahwa variabel jumlah Data Siswa Putus Sekolah Tingkat
Menengah Pertama). Seminar Nasional
trombosit, jumlah hematokrit, dan lama sakit secara
Matematika dan Pendidikan Matematika
parsial dan simultan berpengaruh. Sehingga Universitas Jember, Jember.
diperoleh model Cox dengan variabel yang Vitriana, A. N., Kusumawati, R. (2016). Model
berpengaruh signifikan sebagai berikut: Cox Extended dengan g(t)=1 untuk
hˆ  t , x   hˆ0  t  exp  0,858 x3  0,861x4  0,164 x5  Mengatasi Nonproportional Hazard pada
Kejadian Bersama. Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai