Anda di halaman 1dari 11

PEMETAAN DAN ABLASI PADA TAKIKARDIA VENTRIKEL

AKIBAT PARUT

Loretta C. Wangko
Edmond L. Jim

Bagian Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: lorettawangko@yahoo.com

Abstract: Better understanding of the pathophysiology of ventricular tachycardia (VT) and


techniques of mapping as well as ablation leads to higher succes and lower complication rates
in the management of patients with VT. Mapping for identification the potential areas for
ablation depends on the basic mechanisms of VTs. There are several mapping techniques;
each has its own benefit and limitation. The usage of several mapping techniques together
shows a higher succes rate. Activation mapping and pace mapping are very useful in focal VT
mechanism meanwhile substrate mapping (with or without pace mapping) and entrainment
mapping are used for reentrant VT mechanism. Nowadays, catheter ablation is an important
option for VT cases with ineffective ICD and medication or intolerance, albeit, there is still no
complete agreement for the best recommended mapping strategy and ablation techniques for
scar-related VT, so far.
Keywords: ventricular tachycardia, scar, mapping, ablation

Abstrak: Adanya kemajuan pesat baik dalam pemahaman mekanisme patofisiologi takikardia
ventrikel (TV) maupun tehnik pemetaan dan ablasi memberikan keberhasilan yang lebih tinggi
dan komplikasi yang lebih rendah pada penanganan pasien dengan TV. Pemetaan yang
mengidentifikasi area berpotensi untuk dilakukan ablasi bergantung pada mekanisme
mendasari terjadinya TV. Terdapat beberapa teknik pemetaan yang dapat digunakan dengan
keunggulan dan limitasi masing-masing. Penggunaan beberapa teknik pemetaan bersama-
sama dapat dilakukan dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Pemetaan aktivasi dan
pemetaan langkah sangat bermanfaat pada mekanisme TV fokal sedangkan pemetaan substrat
(dengan atau tanpa pemetaan langkah) dan pemetaan entrainment digunakan untuk mekanisme
TV reentrant. Ablasi kateter merupakan pilihan utama untuk kasus TV akibat parut dengan
penggunaan ICD dan medikasi yang tidak efektif atau intoleransi namun sampai saat ini belum
terdapat rekomendasi yang pasti mengenai strategi pemetaan dan teknik ablasi yang terbaik
untuk TV akibat parut.
Kata kunci: takikardia ventrikel, parut, pemetaan, ablasi

Dalam keadaan normal, jantung berdenyut ventrikel yang menyebabkan sudden


sekitar 60-100 kali per menit dimana atria cardiac death (Gambar 1). Diperkirakan
berkontraksi terlebih dahulu disusul oleh kejadian sudden cardiac death sekitar
ventrikel secara sinkron. Pada takikardia 450.000 setiap tahun di US.1
ventrikel (TV), ventrikel berdenyut 120- Takikardia ventrikel sering terjadi pada
300 kali per menit dan tidak terkoordinasi pasien dengan kardiomiopati atau bila
lagi dengan atria. Bila denyut jantung terdapat parut dalam jantung. Pada pasien
melebihi 300 kali per menit dan tidak dengan penyakit jantung koroner (PJK),
terkoordinasi secara total, disebut fibrilasi parut terjadi akibat infark miokard. Parut
S12
Wangko, Jim: Pemetaan dan ablasi pada takikardia ventrikel ... S13

akan mengganggu impuls listrik normal episode TV dan menekan risiko rekurensi
pada jantung dan menghasilkan sirkuit sampai 75%.2,4 Connoly et al mendapatkan
pendek dari irama, yang disebut reentry.1 bahwa kombinasi β-blocker dan amiodaron
Terdapat tiga pilihan untuk dapat menurunkan kejadian ICD shocks,6
penanganan TV, yaitu: implantable namun akibat efek sampingnya maka
cardioverter defibrillator (ICD), obat amidaron harus dihentikan pada 25%
antiaritmia, atau ablasi kateter. Pada kasus.1
sebagian kasus diperlukan kombinasi Metode pemetaan dan ablasi kateter
terapi. Pada pasien yang berisiko terjadinya telah berkembang pesat dalam dua dekade
TV, terapi ICD sangat efektif untuk terakhir.1,2 Awalnya ablasi kateter hanya
mengembalikan denyut jantung ke irama merupakan salah satu pilihan untuk pasien
normal.1,2 Connolly et al mendapatkan 28% dengan TV fokal tanpa gangguan struktural
penurunan kematian pada pengguna ICD jantung namun dewasa ini prosedur ablasi
dibandingkan dengan yang diobati dengan telah menjadi strategi pengobatan pilihan
amiodaron.3 Walaupun ICD telah menjadi baik pada pasien dengan TV iskemia
terapi utama untuk pencegahan sudden maupun non-iskemia.5 Pada TV rekurens
cardiac death namun ICD tidak dapat akibat PJK yang sering merupakan
mencegah terjadinya TV,1,2,4 malah kegawatdaruratan elektrofisiologi, ablasi
menciptakan kelompok pasien aritmia kateter dapat mengontrol kejadian TV
ventrikular dengan kualitas hidup yang rekuren dan eliminasi TV jangka
menurun dan mortalitas yang meningkat.1,2 panjang,2,7-9 serta life-saving pada incessant
Hal ini disebabkan karena susbtrat TV.4,5
aritmogenik tetap ada dan tidak berubah Perkembangan teknik ablasi TV
atau malah berkembang dan menghasilkan dengan 3D mapping elektroanatomik
episode TV yang sering meningkat.2,5 sistem CARTO dapat melokalisasi substrat
Penggunaan ICD dapat mengakhiri aritmogenik secara lebih akurat dan dapat
episode TV dan menurunkan risiko sudden dilakukan pada saat aritmia sedang
cardiac death, namun kejadian TV rekuren berlangsung. Pemahaman yang baik
ditemukan pada 40-60% pasien pengguna mengenai pemicu dan substrat pada TV
ICD setelah episode spontaneus sustained mengarahkan ke strategi ablasi baru yang
ventricular tachycardia. Episode pertama memperluas indikasi ablasi TV.5,10 Dewasa
TV terjadi pada 20% pasien 3-5 tahun ini, sebagian besar substrat aritmogenik
setelah implantasi ICD.4 ventrikel dapat ditangani dengan
Pemberian obat antiaritmia dengan pendekatan ablasi kateter.5
ammiodaron atau sotalol dapat menurunkan

Gambar 1. A, TV sering beralih menjadi fibrilasi ventrikel. B, Ablasi pada TV. Ablasi
radiofrekuensi dilepaskan (Abl:ON) pada tempat yang ditentukan dengan pemetaan. TV berhenti
setelah 2 detik diablasi, dan irama jantung normal dipulihkan. Sumber: Tung et al, 2010.1
S14 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S12-22

TAKIKARDIA VENTRIKEL pada episode TV yang sama, tetapi QRS


tidak berubah secara kontinu. Pada
Takikardia ventrikel merupakan
beberapa pasien, satu TV monomorfik
komplikasi yang sering dari PJK yang
dapat mengawali TV monomorfik ke-2
berperan penting dalam kejadian
yang menyebabkan >1 konfigurasi QRS
morbiditas dan mortalitas. Terdapat
yang nyata selama satu episode tunggal
beberapa klasifikasi TV, yaitu: menurut
TV.2,12
gambaran EKG, mekanisme terjadinya TV,
TV polimorfik memperlihatkan konfi-
dan adanya substrat.5,8,11
gurasi QRS yang berubah-ubah pada setiap
denyutan yang menunjukkan rangkaian
Klasifikasi TV menurut gambaran EKG
aktivasi ventrikel yang berubah-ubah, dapat
Tampilan TV pada EKG sering disebabkan oleh reentry fungsional tanpa
menggambarkan penyebab dan menyertai target struktural untuk ablasi, antara lain
penyakit jantung (Gambar 2). Terdapat tiga pada iskemia miokard, acquired long QT
bentuk yang umum dari tampilan TV pada syndrome, dan sejumlah sindroma genetik
EKG, yaitu TV monomorfik, pleiomorfik, (Gambar 2). Kadang-kadang ablasi fokus
dan polimorfik.2,4 awal dilakukan untuk mengontrol episode
TV monomorfik mempunyai kompleks yang sering terjadi.2,4,12 Oleh karena TV
QRS yang sama pada setiap denyutan yang polimorfik tidak sering mempunyai substrat
menunjukkan aktivasi ventrikel berulang yang dapat diidentifikasi menjadi target
dari substrat struktural atau fokus yang ablasi maka TV jenis ini memerlukan cara
dapat menjadi target ablasi. Rangkaian terapi dan diagnosis yang berbeda. EKG
depolarisasi ventrikel sama untuk setiap TV spontan sangat membantu evaluasi dan
denyut. Umumnya disebabkan oleh reentry terapi. Dokumentasi TV klinis spontan
melalui daerah parut ventrikel. Morfologi pada 12 sadapan sangat dibutuhkan.
QRS TV ditentukan oleh lokasi parut dan
lokasi reentry di dalam parut, khususnya
daerah exit dimana gelombang reentry
menyebar dari parut untuk depolarisasi
ventrikel.4,12 Daerah parut sering
memperlihatkan heterogenitas jaringan
terutama pada border zone dengan nekrosis
yang diantarai miosit yang viable
(berfungsi). Perubahan pada densitas atau
distribusi taut rekah (gap junction),
terpisahnya berkas miosit yang viable oleh
jaringan ikat, dan destruksi awal diikuti
regenerasi saraf simpatis; kesemuanya
mengambil bagian dalam terjadinya
aritmia.11
Berbagai morfologi TV dapat
diinduksi pada pasien yang sama. Gambar 2. Takikardia ventrikel. A,
Demikian pula berbagai TV dapat monomorfik; B, Pleomorfik; C, Polimorfik.
menggunakan ismus yang sama dengan exit Sumber: Aliot EM et al, 2009.
berbeda, atau ismus yang berbeda pada
parut yang sama, atau mengindikasikan
adanya sirkuit reentry yang berbeda pada Klasifikasi TV menurut mekanisme atau
beberapa daerah berbeda dari parut substrat5
(Gambar 2, 3).2,4,12 Klasifikasi yang berkenaan dengan
TV pleiomorfik mempunyai lebih dari mekanisme TV, yaitu:
satu kompleks QRS yang jelas yang terjadi • TV idiopatik pada struktur jantung
Wangko, Jim: Pemetaan dan ablasi pada takikardia ventrikel ... S15

normal (right or left nonreentrant Scar-related reentrant TV tergantung


outflow tract tachycardia, left pada konduksi yang terlambat di area
ventricular ‘verapamil-sensitive’ jaringan parut miokard dan ablasi terutama
reentrant tachycardia) ditujukan pada jaringan parut (biasanya
• Bundle branch reentrant tachycardia pada border zone dari area voltase rendah)
• TV yang berhubungan dengan sebelum ablasi dicoba pada jaringan sehat.
penyakit jantung iskemik (PJK/infark Walaupun pemetaan voltase diterima
miokard) sebagai pemetaan jaringan parut, perlu
• TV pada penyakit jantung non-iskemik diperhatikan bahwa viabilitas listrik tidak
(idiopathic dilated CMP, arrythmo- identik dengan viabilitas miosit jantung.
genic cardiomyopathy, setelah Pada keadaan iskemia dan inflamasi,
tindakan pembedahan pada kasus voltase yang turun dapat reversibel.
tetralogi Fallot, distrofi muskular atau Adanya berbagai jenis TV ventrikel kanan,
penyakit neuromuskular) area voltase rendah pada ventrikel kanan
• TV pada channelopathies (acquired atau terbukti TV reentrant perlu dicurigai
long QT syndrome, sindrom Brugada, adanya kardiomiopati ventrikel kanan yang
TV katekolaminergik) aritmogenik.5
Pemilihan tehnik pemetaan pada
Substrat turut berperan penting dalam pasien TV tergantung pada mekanisme
menentukan mekanisme yag terjadi. aritmia dan saat pemetaan harus dilakukan
Terdapat tiga jenis substrat yang diketahui, (irama sinus atau selama TV). Pemetaan
yaitu:5 selama TV membutuhkan inducibility TV
1. Serat tunggal di dekat atau di atas katup dan toleransi hemodinamika. Pemetaan
ventrikel (terutama merupakan tempat pada TV idiopatik berbeda dengan TV
asal idiopathic nonreentrant ventricular akibat parut. Pada TV idiopatik, target
arrythmia) ablasi ke fokus aritmia yang jelas tanpa
2. Aritmia fasikular yang melibatkan abnormalitas anatomi atau elektrofisiologi.
bagian spesifik dari sistem konduksi. Pada TV akibat parut, target ablasi ialah
Aritmia yang terutama ialah jenis zona dengan konduksi lambat (ismus).
monomorfik (verapamil-sensitive idio- Zona ini bisa ditentukan secara anatomi
pathic left ventricular tachycardia dan selama irama sinus walaupun partisipasinya
bundle branch reentrant tachycardia) pada sirkuit TV harus dibuktikan selama
3. Scar-related TV yang berasal dari TV dengan menggunakan pemetaan
daerah bervoltase rendah dengan tanda langkah (pace mapping).13
anisotropik dan konduksi terlambat. Pemetaan ventrikel kanan harus
Biasanya berhubungan dengan penyakit dilakukan dengan hati-hati oleh karena
jantung struktural. adanya muskuli trabekularis yang besar dan
volum ventrikel yang sempit. Pemetaan
PEMETAAN PADA TV ventrikel kiri yang merupakan ruang
jantung dengan kontraksi paling kuat dapat
Pada ablasi TV perlu dipertimbangkan melalui beberapa pendekatan, yaitu:
apakah substrat yang mendasari itu tetap retrograd melalui katup aorta, elektroda
atau berubah secara dinamis. Ablasi TV pemetaan epikard yang dimasukkan
fokal tanpa adanya parut ditargetkan di melalui sinus koronarius, melalui epikardial
dekat katup dimana fungsi pompa jantung setelah pungsi perikard, atau pendekatan
kurang berperan. Hal ini juga berlaku pada transseptal. Pendekatan transseptal teruta-
sebagian TV fokal dengan penyakit jantung ma dilakukan bila stenosis katup aorta jelas
iskemik. Ablasi fokus pada dinding atau adanya katup aorta prostetik.5
ventrikel yang bebas atau muskuli papilaris Pada TV dengan hemodinamika stabil,
tanpa adanya parut harus dilakukan dengan pemetaan dapat dilakukan selama TV.
sangat hati-hati.5 Sering juga ditemukan pasien penyakit
S16 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S12-22

jantung dengan TV yang tidak dapat dengan membandingkan waktu aktivasi


dipetakan atau tidak stabil karena TV perlu lokal dari beberapa titik (pre-selected point
diterminasi segera akibat intoleransi of reference). Sistem pemetaan elektro-
hemodinamika, TV yang tidak dapat anatomikal CARTO dapat menghasilkan
diinduksi, atau TV yang berubah-ubah. reproduksi 3 dimensi dari perjalanan
Pemetaan substrat (substrate mapping) atau stimulus listrik di miokard ventrikel dengan
pemetaan elektroda (electrode mapping) membatasi waktu aktivasi spesifik untuk
dikembangkan untuk menuntun ablasi pada setiap titik pilihan dan mengonversi data
TV jenis ini.4 aritmatik ke peta berwarna. Peta ini dapat
Sirkuit akibat parut sering berukuran memberikan pemahaman mekanisme dan
besar. Ablasi ditargetkan pada ismus dan sirkuit TV yang lebih baik. Pemetaan non-
eksit dari sirkuit reentry. Identifikasi dan kontak memungkinkan perekaman stimuli
penentuan target difasilitasi oleh pemetaan dari banyak titik dan sangat bermanfaat
yang menghasilkan rekonstruksi 3 dimensi dalam reproduksi peta aktivasi selama
yang akurat dari anatomi jantung. Posisi hemodinamik yang tidak stabil atau non-
kateter dapat dilacak pada peta yang sustained TV.12,13
mengurangi penggunaan fluoroskopi. Pemetaan aktivasi selama TV harus
Gambaran amplitudo elektrogram atau menggunakan kompleks QRS dengan
penentuan waktu dapat dikode dengan defleksi yang paling tajam sebagai referensi
warna dan ditampilkan pada peta.2,4 untuk penghitungan waktu aktivasi
Pada TV yang non-incessant, terutama elektrogram lokal. Pada kasus dengan
bila induksi TV tidak stabil, pemetaan awal elektrogram diastolik yang rumit, defleksi
difokuskan pada substrat miokard abnormal yang paling tajam harus dilacak secara
selama irama sinus stabil (pemetaan independen terhadap amplitudo.5
substrat). Pada TV yang stabil, pemetaan TV monomorfik akibat parut biasanya
dilakukan saat TV untuk menentukan ismus merupakan TV re-entrant. Pemetaan
dan eksit dari sirkuit reentry dengan ditujukan ke daerah ismus atau eksit dari
pemetaan aktivasi dan entrainment. stimulus pada miokard ventrikel. Ismus
Pemetaan substrat juga sering dilakukan dihasilkan selama TV dengan potensial
bersamaan untuk meminimalisasi waktu mid-diastolik di antara 2 kompleks QRS.
TV serta mengurangi kebutuhan kardio- Potensial presistolik yang mendahului
versi dan gangguan hemodinamika.2 kompleks QRS menghasilkan eksit sirkuit
TV. Walaupun demikian, kontribusi nyata
PEMETAAN PADA TV AKIBAT dari potensial-potensial ini terhadap sirkuit
PARUT TV harus ditegaskan dengan pemetaan
Tehnik pemetaan voltase, aktivasi, entrainment.13
entrainment, dan pacing umum digunakan
pada TV akibat parut. Area parut dengan Pemetaan entrainment standar (standard
elektrogram beramplitudo rendah dapat entrainment mapping)
diidentifikasi dengan pemetaan voltase Pemetaan entrainment sangat memban-
selama irama sinus. Pemetaan aktivasi dan tu pemetaan aktivasi pada TV re-entry.
entrainment berfungsi untuk menginden- Limitasi dasar pemetaan ini ialah bila TV
tifikasi bagian kritis dari sirkuit reentrant klinis tidak dapat diinduksi atau kurang
selama TV yang diproteksi oleh perbatasan ditoleransi secara hemodinamika. Pemetaan
anatomi seperti parut dan struktur parut entrainment terdiri dari pengesetan kembali
(ismus TV).12,13 yang kontinu dari sirkuit TV dengan
menampilkan overdrive pacing 20-30 ms
Pemetaan aktivasi (activation mapping) lebih cepat daripada panjang siklus
Pemetaan jenis ini direkomendasi takikardi. Pada evaluasi pemetaan,
untuk mendapatkan perjalanan arus listrik takikardi harus dipercepat untuk sementara
Wangko, Jim: Pemetaan dan ablasi pada takikardia ventrikel ... S17

waktu sesuai dengan panjang siklus pacing anatomikal. Bila ismus dengan konduksi
kemudian bila memungkinkan untuk lambat selama periode diastolik atau
kembali ke panjang siklus semula setelah presistolik teridentifikasi pada area voltase
penghentian pacing. Ada tidaknya fusi rendah, ablasi linear sering berhasil.5
(perubahan morfologik kompleks QRS) Parut yang tidak dapat dieksitasi
selama pacing dan durasi post-pacing (inexcitable scar) dapat diidentifikasi
interval (PPI) pada tempat stimulasi harus selama TV dan irama sinus. Pada pasien
dianalisis dengan cermat.13 pasca infark, TV yang dapat ditoleransi
Kriteria entrainment standar dapat diperkirakan mempunyai ukuran sirkuit >3-
membuktikan adanya elektrogram kritikal 34 cm. Bagian tengah ismus dan jalan
di dalam sirkuit reentrant. Pemetaan masuk (entrance site) khas terletak dalam
entrainment dilakukan selama TV dengan parut infark miokard yang padat sedangkan
panjang siklus 10% lebih pendek. tempat eksit dari sirkuit reentrant terletak
Entrainment positif bila: 1) Paced QRS pada zona perbatasan (border zone) dari
identik dengan QRS TV; 2) stimulus ke area bervoltase rendah (Gambar 3).5
interval QRS kurang lebih sama dengan
interval onset elektrogram QRS saat TV;
dan 3) pacing pada tempat memperlihatkan
panjang siklus balik menyerupai panjang
siklus TV (± 30ms).13

Pemetaan substrat (substrate mapping)


Pemetaan substrat sangat membantu
pemetaan aktivasi dan entrainment pada
TV akibat parut. Pemetaan jenis ini
direkomendasikan untuk mengidentifikasi
substrat anatomik yang dapat mengarahkan
ke TV (parut dan zona konduksi lambat)
melalui tampilan pemetaan 3 dimensi Gambar 3. Model anatomik dari sirkuit reentry
berwarna dari ventrikel kiri yang merekam untuk menjelaskan TV pasca infark miokard.
amplitudo potensial elektrogram lokal Sumber: Benito B dan Mark E Josephson ME,
selama irama sinus.2,13 Pemetaan substrat 2012.14
dapat mencakup pemetaan voltase dan
pacing.2
Terdapat klasifikasi zone infark dan Pada TV yang dapat diinduksi
area parut padat melalui pemetaan voltase (inducible) dan stabil, pemetaan
bipolar. Jaringan yang berhubungan dengan entrainment dilakukan bersamaan dengan
parut mempunyai voltase bipolar rendah pemetaan substrat untuk membatasi jumlah
≤1,5 mV diukur dari amplitudo puncak-ke- lesi ablasi. Banyak strategi ablasi
puncak (peak-to-peak) elektrogram (diper- menargetkan substrat anatomik TV melalui
oleh dengan 7F mapping catheter 4 mm tip pembuatan lesi linear yang melintasi ismus.
electrode). Daerah dengan potensial rendah Ablasi dapat dituntun oleh pemetaan
<1,5 mV ditetapkan sebagai parut substrat saja tetapi sering mengidentifikasi
sedangkan daerah dengan potensial <0,5 daerah parut dan sirkuit reentry yang relatif
mV ditentukan sebagai parut padat.2,5,13 lebih besar. Kombinasi pemetaan substrat
Kriteria ini telah dipergunakan secara luas dengan episode singkat pemetaan aktivasi
untuk pemetaan voltase. Disamping dan entrainment bahkan pada pasein
merekam potensial selama irama sinus, dengan TV tidak stabil dapat meningkatkan
batas anatomi diidentifikasi dengan keberhasilan ablasi TV.2
bantuan sistem pemetaan elektro-
S18 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S12-22

Pemetaan langkah (pace mapping) semua pasien yang direncanakan ablasi


Pemetaan langkah terdiri dari stimulasi untuk melihat adanya trombus ventrikel
beberapa daerah berbeda selama irama kiri yang mobile, menentukan letak
sinus untuk membandingkan morfologi parut, dan menilai fungsi pompa
kompleks QRS yang terstimulasi dengan jantung. Bila dicurigai adanya laminated
morfologi TV klinis. Pemetaan ini sangat thrombus, harus diberikan antikoagulan
bermanfaat untuk menentukan lokasi asal warfarin selama beberapa minggu untuk
dari TV fokal, terutama bila hanya sedikit mencegah terjadinya trombus bebas.1,2,4
ekstrasistol ventrikel yang terekam atau • Ekokardiogram transesofageal dilakukan
bila TV klinis tidak dapat diinduksi, namun untuk mengeksklusi adanya bekuan
pemetaan ini lebih kurang akurat daripada darah di dalam jantung.1
pemetaan aktivasi.13 • Angiografi koroner harus dilakukan bila
Pemetaan langkah dapat membantu status vaskular koroner tidak diketahui
pemetaan substrat untuk menentukan zona atau pada kasus TV polimorfik. Adanya
refakter listrik yang mungkin membatasi PJK yang tidak diobati akan membatasi
zone ismus dan zona eksit pada zona mapping saat TV karena masalah
perbatasan dari parut yang memperlihatkan hemodinamik akibat iskemi miokard.2
morfologi QRS serupa TV klinis dengan • Anestesi umum harus dilakukan bila TV
interval QRS stimulus pendek (short dengan hemodinamik tidak stabil atau
stimulus QRS interval). Pemetaan ini dapat diantisipasi akan terjadi. Perbaikan
membantu menentukan daerah exit dari hemodinamik akan memfasilitasi
TV. Berbeda halnya dengan pemetaan pemetaan dan ablasi serta menurunkan
langkah untuk ablasi TV idiopatik, pada risiko gangguan hemodinamik dari
TV reentrant akibat parut pemetaan ini episode TV saat dilakukan prosedur.2
hanya memberikan perkiraan sirkuit TV.13 Selama pemetaan ventrikel kiri dan
ablasi, diberikan antikoagulan sistemik
Pemetaan saat takikardia ventrikel heparin intravenosa. Setelah ablasi,
Pada TV dengan hemodinamika stabil, antikoagulan aspirin atau warfarin
pemetaan dapat dilakukan saat takikardia. direkomendasikan selama sebulan
Peta rangkaian aktivasi dibuat melalui tergantung pada ablasi yang dilakukan
penandaan waktu elektrogram relatif untuk mencegah terbentuknya bekuan
terhadap onset QRS. Eksit dan ismus pada darah selama proses penyembuhan.
sirkuit reentry dipolarisasi sebelum onset Short acting low-molecular-weight
QRS untuk memberikan elektrogram heparin diberikan pada beberapa hari
presistolik atau diastolik. Elektrogram yang pertama oleh karena warfarin
serupa juga dapat direkam dari bystander memerlukan 5-10 hari untuk bekerja
yang tidak merupakan bagian integral dari efektif.1
sirkuit. Pengenalan ismus diperoleh melalui
efek pacing pada tempat saat TV Tehnik ablasi
(pemetaan entrainment). Ismus juga dapat Arus radiofrequensi (RF) cukup aman
dikenal melalui tekanan mekanis simpel dan praktis sehingga dipakai sebagai energi
dari kateter mengakhiri TV atau stimulus ablasi.1,2 Elektroda padat 4 atau 5 mm
yang tidak muncul untuk menangkap digunakan untuk TV idiopatik tetapi untuk
terminasi TV.2 scar-related TV sering diperlukan aplikasi
RF berulang serta lesi yang lebih besar dan
ABLASI PADA TV dalam dengan dibantu oleh irrigated RF
ablation atau elektroda yang lebih besar (8
Pre-prosedur mm).
• Ekokardiografi atau special imaging Langkah-langkah tindakan ablasi yaitu:
dengan CT scan harus dilakukan pada setelah akses vaskular diperoleh, aritmia
Wangko, Jim: Pemetaan dan ablasi pada takikardia ventrikel ... S19

diinduksi untuk menegakkan diagnosis dan epikardial. Akses ke epikard diperoleh


menentukan apakah penghentian inducible melalui pungsi perikard dari bawah os
TV merupakan endpoint dari prosedur. sifoid. Pada pasien dengan adhesi perikard
Pemetaan dilakukan untuk menentukan sering tidak dapat digunakan akses
lokasi sumber TV diikuti ablasi. Pengujian epikardial perkutan; dalam hal ini
dilakukan untuk melihat efek ablasi.4 diperlukan tindakan pembedahan untuk
Stimulasi terprogram dilakukan untuk ablasi.1,2 Steroid diberikan untuk menghin-
menginduksi TV, menegakkan diagnosis, dari terjadinya perikarditis steril (11%).2
mendapatkan morfologi EKG dari TV, dan Sarkozy et al melaporkan bahwa ablasi
menentukan apakah TV non-inducibility epikardial bermanfaat pada ≥6% populasi
dapat menjadi acute procedural endpoint. TV pasca infark. Jumlah tersebut
Dalam hal TV non-klinis non-inducibility diprediksikan bisa lebih tinggi karena 2/3
atau inducibility, pemetaan substrat dari pasien yang diseleksi untuk pemetaan
dilakukan dan ablasi menjadi pilihan. Bila epikard setelah kegagalan ablasi
TV disertai hemodinamik tidak stabil, memperlihatkan target TV epikardial.15
harus segera diakhiri dengan burst pacing Pendekatan epikardial untuk ablasi
atau kardioversi elektrik. Berdasarkan ventrikel dilakukan pada:
lokasi parut dan morfologi TV, pemetaan 1. Ablasi endokard gagal, antara lain
dilakukan pada ventrikel kanan, ventrikel pada TV yang berasal dari intramural
kiri atau perikard.2 yang dalam atau epikard4
2. Kontraindikasi terhadap pemetaan
Pemetaan dan penentuan ablasi TV endokardial (katup prostetik aorta atau
endokard dan epikard mitral)13
Pada pemetaan endokard, akses ke 3. EKG mengarahkan ke asal TV
ventrikel kiri sering diperoleh secara epikardial13
transseptal atau retrograd melalui katup
aorta.2,4 Kerusakan katup aorta atau ostia ABLASI PADA TV AKIBAT PARUT
arteri koronaria bisa terjadi walaupun Rerentry akibat parut merupakan
jarang. Komplikasi akses vaskular yang penyebab utama TV monomorfik yang
signifikan termasuk diseksi arteri, menetap (sustained monomorphic).4,5,13
perdarahan, fistula atriventrikular femoral Penyebabnya mencakup infark miokard,
dilaporkan terjadi pada 2,1% pasien pada kardiomiopati, dan insisi pembedahan.
satu studi multisenter. Pendekatan Area parut miokard biasanya terdiri dari
transseptal ke atrium kiri memberikan daerah-daerah padat berupa fibrosis
akses ke ventrikel kiri melalui katup mitral interstitial yang inexcitable yang berkerja
pada pasien dengan penyakit pembuluh sebagai sawar konduksi (conduction
darah perifer, katup aorta mekanis, atau barrier), dan daerah miokard dengan miosit
untuk insersi kateter pemetaan multipel. yang bertahan hidup (surviving) yang
Emboli sitemik atau serebral dilaporkan menjadi koridor untuk reentry. Ismus
terjadi 0-2,7% kasus.4 terdiri dari massa kecil jaringan.
Pemetaan endokard LV bisa dilakukan Depolarisasi dalam ismus menghasilkan
transseptal atau retrograd. Sampai saat ini sinyal beramplitudo rendah yang tidak
belum ada studi yang membandingkan berkontribusi ke kompleks QRS pada EKG
transaortik retrograd dan transseptal permukaan. Kompleks QRS tercatat bila
anterograd untuk pemetaan dan ablasi LV.2 gelombang eksitasi keluar dari eksit
Kegagalan ablasi endokard meningkatkan sepanjang perbatasan parut dan menyebar
kecurigaan substrat epikard terutama ke ventrikel. Keluarnya aktivasi dari
adanya gambaran EKG spesifik.13 saluran ini ke miokard sekitarnya akan
Pemetaan epikardial dan ablasi sering menentukan morfologi QRS karena semua
dilakukan bila dicurigai adanya TV miokard yang viable diaktivasi dari titik ini.
S20 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S12-22

Daerah proksimal terhadap tempat keluar hemodinamika yang dapat ditoleransi.


merupakan daerah sentral atau proksimal. Penemuan yang terpenting ialah interval
Setelah meninggalkan tempat keluarnya, postpacing ±30 ms dari panjang siklus TV
gelombang eksitasi terdepan dapat kembali dengan fusi tersembunyi berhubungan
ke daerah proksimal melalui zona yang luas dengan terminasi takikardia oleh ablasi RF
dari miokard sepanjang perbatasan parut (solid 4 mm tip catheter) dan keberhasilan
(lengkung luar, outer loop) sedangkan paling tinggi pada tempat eksit dari ismus.5
lengkung dalam (inner loop) terdapat di Limitasi terpenting dari single point
dalam parut. Tempat yang tidak menjadi ablation ialah jumlah rendah (sekitar 10%)
reentry disebut bystanders (Gambar 3).4,5 pasien pasca infark dengan well-tolerated
Konfigurasi sirkuit reentry dan sustained TV yang dapat terjadi melalui
lokasinya bervariasi dari pasien ke pasien. induksi oleh stimulasi terprogram. Pada
Parut yang menyebabkan TV sering pasien dengan riwayat TV yang ditoleransi
membatasi anulus katup yang membentuk baik, keberhasilan ablasi sekitar 58%.5
segmen tepi dari bagian sirkuit reentry. Pendekatan ablasi fokal yang
Stimulasi terprogram yang berulang menargetkan aktivasi endokard yang terdini
menginduksi >1 TV monomorfik. TV atau hanya satu point positive entrainment
multipel dapat disebabkan oleh sirkuit tanpa pemahaman ismus konduksi kritikal
berbeda pada area yang berjauhan dari lengkap sering bermanfaat untuk terminasi
parut, exit berbeda pada parut yang sama, TV yang menetap. Walaupun demikian,
atau perubahan aktivasi sirkuit oleh blok keberhasilan jangka panjang tidak jelas
fungional. Ablasi pada satu daerah sering bahkan bila TV yang ditargetkan
dapat menghilangkan >1 TV.4 Penggunaan noninducible pada akhir prosedur. Data
12-lead ECG dapat membantu melokalisasi pasien pasca infark setelah ablasi lokal
tempat eksit TV dari sirkuit reentrant.5 memperlihatkan rekurensi TV yang tinggi
Ablasi ditargetkan ke ismus (zona (70%) selama kontrol jangka panjang pada
konduksi lambat) yang biasanya terletak di TV klinis dan nonklinis, bahkan pada kasus
dalam parut dan berperan dalam memper- yang tidak dapat diinduksi pada akhir studi
tahankan sirkuit reentry. Cara terbaik untuk elektrofisiologi. Ablasi ismus linear
menentukan lokasi ismus ialah dengan mempunyai rekurensi TV yang lebih
menggunakan pemetaan aktivasi atau rendah (30%) dan cara ini lebih disukai.
entrainment, dan juga substrat. Pada Bila tidak terdapat ismus konduksi diastolik
prinsipnya ablasi bertujuan untuk mengeli- yang dapat ditentukan, substrate-based
minasi TV klinis dan bukan berbagai TV ablation dengan tuntunan kriteria potensial
non-klinis yang terjadi selama prosedur. atau voltase sebaiknya dilakukan untuk
Pemakaian cooled tip catheter yang menurunkan rekurensi TV.5
membuat lesi lebih besar dan dalam
menjadi pilihan pada jenis TV ini. Adanya Substrate-based ablation of scar related
sirkuit epikardial harus selalu dipertim- TV
bangkan oleh karena dapat dijumpai pada Tehnik ablasi ini digunakan untuk
10-30% TV.13 bentuk TV unstable dan juga bermanfaat
pada kasus TV noninducible atau
Point (focal) ablation for stable reentrant polimorfik. Dewasa ini substrate-based
TV ablation telah digunakan sebagai bagian
Stevenson et al. membagi ismus dari tindakan rutin untuk hampir semua
konduksi lambat dari takikardia pasca pasien dengan ablasi TV.5
infark menjadi ismus eksit, sentral dan Substrate-based ablation berdasarkan
proksimal. Batas anatomi tidak harus sesuai pada pemetaan elektroanatomik yang rinci
dengan gambaran tersebut. Model ini selama irama sinus atau paced rhythm dan
bermanfaat untuk konsep penemuan selama dapat menentukan daerah eksit dari TV
pemetaan dan ablasi TV dengan dengan pemetaan langkah untuk dokumen-
Wangko, Jim: Pemetaan dan ablasi pada takikardia ventrikel ... S21

tasi TV. Hasil pemetaan langkah harus Pada pasien dengan penyakit jantung
diinterpretasi dengan hati-hati dan struktural akibat parut atau kardiomiopati
berpatokan pada karakteristik substrat. Bila keberhasilan ablasi sekitar 50-75% dalam
tidak terdapat tempat matching dari pace 6-12 bulan. Pada pasien dengan rekurensi,
map, perkiraan yang mendekati akan kejadian TV yang dialami lebih kurang
bermanfaat untuk guide ablation.5 daripada sebelum tindakan ablasi.1
Hasil dari dua prospective randomized
KOMPLIKASI ABLASI PADA TV trial SMASH-TV study dan TVACH
terhadap outcome pasien penyakit jantung
Ablasi kateter pada TV merupakan
iskemia disertai TV yang dilakukan ablasi
prosedur invasi yang rumit dengan berbagai
kateter menunjukkan bahwa ablasi dapat
risiko yang berat terutama pada kasus
mencegah rekurensi TV dan menurunkan
dengan penyakit jantung struktural yang
jumlah ICD shock.2
lanjut. Komplikasi berat ditemukan pada
Tanner et al. menggunakan teknologi
8% kasus dengan penyakit lanjut dan
kateter yang diirigasi dengan NaCl (open
mortalitas 3%. Komplikasi berat mengaki-
saline-irrigated catheter technology)
batkan rawat inap yang berkepanjangan,
dituntun oleh pemetaan elektroanatomikal
membutuhkan prosedur tambahan untuk pada infark miokard, baik pada pemetaan
pengobatan, atau berakibat kerusakan parah yang relevan maupun tidak, memper-
bahkan kematian.13 lihatkan keberhasilan tinggi dan komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi ialah: rendah namun masih dijumpai rekurensi.8
• Lesi vaskular di tempat perforasi Bhargava et al. melaporkan kasus TV
(hematoma, arteriovenous shunt, iskemik pada ventrikel kiri dengan
pseudoaneurisma) ditemukan pada 2% pemetaan entrainment. Ablasi radio-
kasus13 frekuensi berhasil menghentikan TV dan
• Tromboemboli dilaporkan pada 1,3% memperlihatkan PPI yang lebih pendek
kasus. Penggunaan irrigated tip catheter daripada panjang siklus TV.16
dan antikoagulan selama tindakan dapat Ablasi TV setelah infark miokard
menurunkan risiko ini13 mempunyai keberhasilan awal 70-95%
• Tamponade jantung dilaporkan pada 1% dengan pemetaan substrat. TV terjadi
kasus13 kembali pada 20-50% kasus walaupun pada
• Stroke pada <1% kasus1 mayoritas kasus frekuensi episode telah
• Ablasi epikard melalui akses perikardial berkurang. Hasil studi memperlihatkan
dapat terjadi efusi perikardial (1-2%), bahwa ablasi TV preventif berdasarkan
perdarahan epikardial (4,5%), perdarah- substrat berhasil secara signifikan
an yang memerlukan penanganan bedah menurunkan jumlah pemakaian defibrilator
(<1%), laserasi hepar (3%), dan cedera selama follow up. Walaupun demikian,
arteri koroner epikardial (1,2%) yang perbandingan keberhasilan dari berbagai
dapat berakibat serangan jantung. studi perlu diteliti karena endpoint ablasi
Angiogram koroner perlu dilakukan yang berbeda pada masing-masing studi.13
untuk mengurangi risiko1,2,4
• Cedera nervus frenikus kiri: dapat SIMPULAN
dihindari dengan identifikasi melalui
Takikardia ventrikel akibat parut
pacing dari kateter ablasi4
merupakan komplikasi yang sering
ditemukan pada PJK. Pemetaan aktivasi
KEBERHASILAN ABLASI PADA TV dan pemetaan langkah sangat bermanfaat
Keberhasilan tindakan ablasi TV pada mekanisme takikardia ventrikel fokal
tergantung pada penyebab TV. Tindakan sedangkan pemetaan substrat (dengan atau
ini lebih efektif pada pasien dengan kondisi tanpa pemetaan langkah) sedangkan
jantung normal dengan keberhasilan >90%. pemetaan entrainment digunakan untuk
S22 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S12-22

mekanisme takikardia ventrikel reentrant. Furniss S, Kuhlkamp V, Lacroix D, et


Ablasi telah menjadi pilihan utama al. Catheter ablation of reccurent scar-
untuk kasus takikardia ventrikel dengan related ventricular tachycardia using
penggunaan ICD dan medikasi yang tidak electro-anatomical mapping and
efektif atau intoleransi namun sampai saat irrigated ablation technology: Results of
the prospective multicenter Euro-TV-
ini belum terdapat rekomendasi yang pasti
Study. J Cardiovasc Electrophysiol.
mengenai strategi pemetaan dan teknik 2010;21(1):47-53.
ablasi yang terbaik untuk TV akibat parut. 9. Reddy VY, Reynolds MR, Neuzil P,
Richardson AW, Taborsky M,
DAFTAR PUSTAKA Jongnarangsin K, et al. Prophylactic
1. Tung R, Boyle NG, Shivkumar K. Catheter catheter ablation for the prevention of
ablation of ventricular tachycardia. defibrillator therapy. N Eng J Med.
Circulation. 2010;122:e389-e391. 2007;357:2657-65.
2. Wissner E, Stevenson WG, Kuck KH. 10. Tadjoedin Y, Yuniadi Y, Firdaus I,
Catheter ablation of ventricular Harimurti GM, Munawar M. Ablasi
tachycardia in ischaemic and non- takikardia ventrikular dengan pemetaan
ischaemic cardio-myopathy: where are elektro-anatomikal 3 dimensi. J Kardiol
we today? A clinical review. Eur Heart Ind. 2007;28:142-45.
J. 2012;33:1440-50. 11. Yen Ho, Ernst S. Anatomy of cardiac
3. Connolly SJ, Hallstrom AP, Cappato R, electrophysiologists a practical
Schron EB, Kuck KH, Zipes DP, et al. handbook. Minneapolis: Cardiotext,
Meta-analysis of the implantable 2012.
cardioverter defibrillator secondary 12. Letsas KP, Charalampous Ch, Weber R,
prevention trials. Eur Heart J. Tsikrikas S, Efremidis M, Arentz T, et
2000;21:2071-78. al. Methods and indications for ablation
4. Stevenson WG, Soejima K. Catheter of ventricular tachycardia. Hellenic J
ablation for ventricular tachycardia. Cardio. 2011;52:427-36.
Circulation. 2007;115: 2750-60. 13. Sarkozy A, Tokuda M, Tedrow UB, Sieria
5. Schreieck J, Hessling G, Pustowoit A, J, Michaud GF, Couper GS, et al.
Schmitt C. Vengtricular tachycardia. In: Epicardial ablation of ventricular
Schmitt C, Deisenhofer I, Zrenner B, tachycardia in ischemic heart disease.
eds. Catheter ablation of cardiac Circ Arrhythm Electrophysiol.
arrhythmias a practical approach. 2013;6(6):1115-22.
Darmstadt: Springer, 2006. 14. Benito B, Josephson ME. Ventricular
6. Connoly SJ, Dorian P, Roberts RS, Gent tachycardia in coronary artery disease.
M, Bailin S, Fain ES, et al. Optimal Rev Esp Cardiol. 2012;65:939-55. DOI:
pharmacology therapy in cardioverter 10.1016/j.rec.2012.03.022.
defibrillator patients I. Comparison of 15. Bhargava K, Tomar HS, Gupta P, Singh
beta-blockers, amiodarone plus beta- B. Entrainment during ablation of
blockers, or sotalol for prevention of ischemic ventricular tachycardia. What
shocks from implantable cardioverter is explanation for post pacing interval
defibrillatoirs: the OPTIC study: a shorter than the tachycardia cycle
randomized trial. J Am Med Assoc. length? Indian Pacing and
2006;295:165-71. Electrophysiol J. 2011;11(6):167-68.
7. Marchlinski F, Garcia F, Siadatan A, 16. Aliot EM, Stevenson WG, Almendral-
Sauer W, Beldner S, Zado E, et al. Garrote JM, Bogun F, Calkins H,
Ventricular tachycardia/ventricular Delacretaz E, et al. EHRA/HRS expert
fibrillation ablation in the setting of concensus on catheter ablation of
ischemic heart disease. J Cardiovasc ventricular arrhythmias. Europace.
Electrophysiol. 2005;16(1):S59-70. 2009;11:771-817.
8. Tanner H, Hindricks G, Volkmer M,

Anda mungkin juga menyukai