Anda di halaman 1dari 13

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Konduktivias Listrik Bahan Hasil Pertanian)

Oleh:
Nama : Abdul Cholik
NPM : 240110190040
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 08 Desember 2020
Waktu / Shift :A
Asisten Praktikum : 1. Dwita Putri Andina
2. Navidah Rakhma
3. Rivanka Al-Fajar
4. Rizka Fauziyah

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap bahan hasil pertanian memiliki sifat kelistrikan yang dipengaruhi
oleh metabolisme yang terjadi pada bahan tersebut. Secara umum, produk-produk
hasil pertanian bersifat perishable atau mudah rusak. Penyebab kerusakan ini
dapat berasal dari lingkungan yaitu makhluk hidup, cuaca, suhu, kelembapan, dan
kerusakan yang disebabkan oleh bahan itu sendiri misalnya komposisi kimia atau
kadar air dari bahan tersebut. Pengujian kualitas bahan hasil pertanian umumnya
dilakukan secara kiwiawi yang bersifat destruktif. Namun, dapat pula pengujian
kualias bahan hasil pertanian dengan menentukan karakteristik elektrik tersebut
dan dapat dilakukan secara cepat, tidak desktrutif, dan lebih efisien
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mempelajari karakteristik elektrik bahan hasil pertanian
2. Mahasiswa dapat menentukan besar konduktivitas listrik pada bahan hasil
pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konduktivitas Elektrik


Konduktivitas elektrik bahan hasil pertanian adalah kemampuan suatu bahan
untuk menghantarkan listrik. Pada saat bahan elektrolit disimpan di medan listrik,
ion-ion yang berada pada bahan tersebut akan bergerak menuju elektroda dengan
muatan yang berlawanan. Gerakan ion-ion tersebut akan menghasilkan panas.
Sama halnya pada saat makanan ditempatkan di antara dua elektroda dengan
aliran arus bolak-balik atau gelombang apapun yang bergerak menembus
makanan tersebut, akan menghasilkan panas di dalam makanan tersebut (Singh &
Heldman, 2008). Secara teoritis, konduktivitas elektrik bahan akan menaik seiring
dengan kenaikan suhu bahan dan kenaikan tersebu hampir bersifat linear
(Wahyuni, Salengke, & Mursalim, 2018) (Purwanto & Purnama, 2009).
Konduktivitas elektrik diukur oleh kemampuan bahan dalam menghantarkan
aliran listrik yang sama dengan konduktansi elektrik yang diukur di antara luasan
satu meter dari bahan tersebut (Singh & Heldman, 2008). Konduktivitas elektrik
dapat ditentukan oleh persamaan:
𝜅𝐸 𝐿 𝐼𝐿
𝜎𝐸 = =
𝐴 𝐸𝑉 𝐴
dimana A adalah luas (m2) dan L adalah jarak antara dua elektroda. Satuan
internasional dari konduktivitas elektrik adalah siemens/m atau S/m (Singh &
Heldman, 2008).
1.2 Sifat Dielektrik
Sifat dielektrik dapat dikategorikan menjadi dua yaitu konstanta dielektrik
dan faktor kehilangan dielektrik. Konstanta dielektrik merupakan kemampuan
untuk menyimpan energi gelombang mikro, sedangkan faktor kehilangan
dielektrik merupakan kemampuan bahan untuk menghantarkan energi gelombang
mikro menjadi panas. Parameter yang mengukur daya serap gelombang mikro
adalah faktor kehilangan tersebut. Nilai dari konstanta dielektrik dan faktor
kehilangan mempunyai peran penting dalam menentukan interaksi dari
gelombang mikro dengan makanan (Sahin & Sumnu, 2006).
Panas yang dihasilkan per satuan volume (Q) di dalam makanan pemanasan
microwave dapat tentukan oleh persamaan:
𝑄 = 2𝜋𝑓𝜀0 𝜀 ′′ 𝐸 2
dimana f adalah frekuensi gelombang, ε0 adalah konstanta dielektrik ruang bebas,
𝜀 ′′ adalah faktor kehilangan dielektrik, dan E adalah medan listrik (Sahin &
Sumnu, 2006).
1.3 Pemanasan Ohmic
Pemanasan ohmic adalah metode pemanasan bahan dengan mengalirkan
arus bolak-balik yang langsung melalui bahan tersebut dan akan menghasilkan di
dalam bahan. Dikarenakan panas yang dihasilkan secara internal, maka
pemanasan merambat lebih cepat dan lebih seragam menyeluruh isi bahan
dibandingkan sistem pemanasan tradisional dimana panas harus merambat dari
permukaan luar menuju dalam bahan (Singh & Heldman, 2008).
Cepat rambat dan keseragaman dalam pemanasan makanan bermanfaat
dalam mempertahankan kualitas seperti warna, rasa, dan tekstur. Efesiensi
pemanasan ohmic bergantung pada seberapa baik aliran listrik tersebut mengalir
pada bahan, yang juga pula ditentukan oleh konduktivitas elektrik bahan tersebut
(Singh & Heldman, 2008).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Juicer
2. Conductivity meter
3. Wadah plastik
4. Waterbath
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunaka pada praktikum kali ini adalah
1. Aquades
2. Larutan CMC
3. Larutan garam
4. Larutan jeruk
5. Susu Ready to Drink
6. Susu segar
3.2 Prosedur Percobaan
Prosedur praktikum kali ini adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengukur konduktivitas bahan dengan conductivity meter untuk perlakuan
bahan pada suhu ruang
3. Memanaskan bahan pada oven sebagai perlakuan bahan yang dipanaskan
4. Mengukur konduktivitas bahan yang telah dipanaskan menggunakan
conductivity meter
5. Mencatat semua data hasil percobaan yang diperoleh.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Tabel
Tabel 1. Hasil pengukuran konduktivitas elektrik menggunakan conductivuty
meter
No Bahan Konsentrasi Konduktivitas Listrik (S/m)
(%) Suhu 1 Suhu 2
(25o C) (50o C)
0,1 0,013 0,016
1 Larutan CMC 100 ml 0,2 0,018 0,018
0,3 0,020 0,018
10 0,016 0,018
2 Larutan jeruk 100 ml 25 0,018 0,02
50 0,026 0,036
0,3 0,015 0,015
3 Larutan garam 100 ml 0,5 0,016 0,022
0,7 0,018 0,018
4 Susu segar 100 ml 100 0,016 0,034
5 Susu Ready to Drink 100 0,23 0,022
100 ml
4.2 Grafik

Larutan CMC
0,025
Konduktivitas Elektrik (s/m)

0,02

0,015

25 oC
0,01
50 oC

0,005

0
0,10% 0,20% 0,30%
Konsentrasi Larutan

Grafik 1. Konduktivitas larutan CMC

Larutan Jeruk
0,04

0,035
Konduktivitas Elektrik (s/m)

0,03

0,025

0,02
25 oC
0,015
50 oC
0,01

0,005

0
10,00% 20,00% 30,00%
Konsentrasi Larutan

Grafik 2. Konduktivitas larutan jeruk


Larutan Garam
0,025
Konduktivitas Elektrik (s/m)
0,02

0,015

25 oC
0,01
50 oC

0,005

0
0,30% 0,50% 0,70%
Konsentrasi Larutan

Grafik 3. Konduktivitas larutan garam

Susu Segar
0,04
Konduktivitas Elektrik (s/m)

0,035
0,03
0,025
0,02
0,015
0,01
0,005
0
100%
Konsentrasi Larutan

25 oC 50 oC

Grafik 4. Konduktivitas susu segar


Susu Segar
0,0232
Konduktivitas Elektrik (s/m) 0,023
0,0228
0,0226
0,0224
0,0222
0,022
0,0218
0,0216
0,0214
100%
Konsentrasi Larutan

25 oC 50 oC

Grafik 5. Konduktivitas susu ready to drink


BAB V
PEMBAHASAN
Percobaan praktikum kali ini adalah mengamati nilai konduktivitas
elektrik larutan CMC, larutan jeruk, larutan garam, susu segar, dan susu ready to
drink dengan perbedaan konsentrasi pada masing-masing larutan. Percobaan
pertama dilakukan dengan mengukur konduktivitas elektrik masing-masing bahan
percobaan menggunakan conductivity meter pada suhu ruang yaitu 25o C dan
percobaan kedua dilakukan dengan memberikan perlakuan pada masing-masing
bahan percobaan dengan memanaskan bahan menggunakan waterbath hingga
mencapai suhu 50o C, setelah itu diukur konduktivitas elektrik.
Terdapat perbedaan hasil pengukuran pada bahan percobaan yang sama
dengan suhu yang berbeda. Perbedaan hasil pengukuran dapat disebabkan oleh
perbedaan suhu pada sampel percobaan. Menurut literatur, secara teoritis
konduktivitas elektrik bahan akan menaik seiring dengan kenaikan suhu dan
kenaikan tersebut hampir bersifat linear. Namun, terdapat pula nilai konduktivitas
yang tidak mengalami perubahan pada suhu yang lebih tinggi. Terdapat pula
perbedaan nilai konduktivitas elektrik pada masing-masing bahan percobaan. Pada
Tabel 1, dapat dilihat bahwa konsentrasi larutan jeruk setiap sampelnya memiliki
konsentrasi lebih tinggi daripada larutan-larutan lainnya dan memiliki rata-rata
nilai konduktivitas elektrik lebih besar daripada larutan-larutan lainnya.
Pengujian konduktivitas elektrik bertujuan untuk mengetahui karakteristik
elektrik suatu bahan hasil pertanian. Bahan hasil pertanian merupakan bahan yang
bersifat isolator atau dielektrik. Dengan menentukan nilai konduktivitas elektrik,
maka suatu bahan hasil pertanian dapat ditentukan sifat dielektrik bahan tersebut
yang mana jika semakin kecil nilai konduktivitas elektrik maka samakin baik sifat
delektrik bahan tersebut.
Penentuan karakteristrik dielektrik dapat diterapkan dalam kegunaannya
dalam penerapan isolator pada peralatan teganan tinggi menggunakan bahan hasil
pertanian seperti minyak kelapa sawit
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan praktikum kali ini adalah:
1. Nilai konduktivitas elektrik bahan hasil pertanian berbanding lurus dengan
perubahan suhu
2. Nilai konduktivitas elektrik bahan hasil pertanian dipengaruhi oleh
konsentrasi bahan tersebut
3. Semakin kecil nilai konduktivitas elektrik bahan hasil pertanian maka
semakin baik sifat dielektrik bahan tersebut.
6.2 Saran
Saran praktikum kali ini adalah penulis memberi perlakuan suhu yang lebih
banyak pada masing-masing bahan percobaan sehingga data dan grafik yang
diperoleh lebih komprehensif dan dapat dibandingkan dengan data dengan
suhu yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, P., & Purnama, S. (2009). Pengaruh Temperatur dan Frekuensi
Terhadap Konduktivitas Konduktor Padat ( KI ) x - ( Na 3 PO4 ) 1 − x.
Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron Dan Sinar-X, 7, 31–35.
Sahin, S., & Sumnu, S. G. (2006). Physical Properties of Foods. In D. R. Heldman
(Ed.), Middle East Technical University (One). Ankara: Spinger.
Singh, R. P., & Heldman, D. R. (2008). Introduction to Food Engineering. In
Antimicrobial Agents and Chemotherapy (Fourth, Vol. 58).
https://doi.org/10.1128/AAC.03728-14
Wahyuni, M., Salengke, S., & Mursalim, M. (2018). Pengaruh Pemanasan Ohmic
Terhadap Kadar Antosianin Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
Polyrhizus). Jurnal Agritechno, 11(2), 139–146.
https://doi.org/10.20956/at.v11i2.135
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum

Gambar 2. Penjelasan materi praktikum Gambar 1. Penjelasan materi praktikum

Gambar 4. Larutan jeruk Gambar 3. Conductivity meter

Anda mungkin juga menyukai