Anda di halaman 1dari 9

R.

Sudarwo & Yohanes, Model Pembelajaran Teknik Lompat Jangkit Dengan Metode Bermain di Sekolah Dasar

Model Pembelajaran Teknik Lompat Jangkit Dengan Metode


Bermain di Sekolah Dasar

R. Sudarwo & Yohanes


Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sejauhmana penerapan model
pembelajaran teknik melompat jangkit dengan metode bermain dapat meningkatkan prestasi peserta
didik di sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik lebih aktif terlibat dalam
pembelajaran, mereka antusias melakukan lompat jangkit sambil bermain, sehingga dapat disimpulkan
peserta didik merasa senang melakukan lompat jangkit dengan metode bermain, begitupun ketika
peserta didik melakukan kesalahan dengan kesadaran dan tanggung jawab peserta didik melakukan
push up dengan senang sebagai hukuman tanpa diminta oleh guru.

Kata kunci : teknik lompat jangkit, bermain, pendidikan jasmani, dan sekolah dasar

Abstract: This study aims to describe how far the application of learning models jump technique
transmissible by playing methods to improve student achievement in elementary school. Results showed
that students more actively involved in learning, they do jump transmissible enthusiastic while playing,
so it can be concluded students feel happy to do the jump transmissible by playing methods, as well as
students make the mistake of awareness and responsibility of learners doing push ups with pleasure as
punishment without being asked by the teacher.

Key words: transmissible jump technique, playing, physical education, and elementary school

Pendahuluan suatu yang bisa diabaikan atau sebagai pelengkap


Pendidikan Jasmani sebagai bagian dari proses dalam penyel enggaran kurikul um sekolah.
pendidikan secara keseluruhan, masih sering Menyikapi hal tersebut maka Pendidikan Jasmani
diartikan dan diinterprestasikan sebagai kegiatan di sekolah tidak bisa dianggap hanya sebagai
pengajaran yang berupa aktifitas fisik dan demi pelajaran pele ng kap saja, karena denga n
fisik itu sendiri. Kerancuan dalam pemahaman pendidikan jasmani yang baik dan teratur bisa
pendidikan jasmani nampaknya masih banyak dan membantu perkembangan dan pertumbuhan
justru terdapat pada kalangan guru Pendidikan anak, baik jasmani maupun rohaninya. Berdasar-
Jasmani itu sendiri. Masih banyak para guru kan slogan “Mensana in corpore Sano” atau didalam
pendidikan jasmani sendiri belum memahami tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, maka
sepenuhnya paradigma baru tentang Pendidikan untuk mencapai tubuh sehat bagi peserta didik
Jasmani disekolah, umumnya mereka rata-rata sekolah dasar (SD) dibutuhkan upaya guru untuk
masih menerapkan Pendidikan Olahraga yang melakukan perubahan dalam pembelajarannya.
selama ini dilaksanakan di sekolah. Padahal sangat Guru yang biasanya dalam pembelajaran Pen-
berbeda sekali arti dan makna dari keduanya didikan Jasmani hanya meminta siswa melakukan
se pe rti ya ng terda pa t pada Falsafah dan senam massal saja. Sebagai pembaharuan guru
Pendidikan Jasmani. harus mampu menerapkan model pembelajaran
Pendidikan jasmani dalam penyelenggaraan teknik melompat jangkit dengan metode bermain.
suatu program pendidikan ikut mendukung dan Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang
membantu tercapainya tujuan pendidikan anak ingin dicari jawabnya yaitu sejauhmana penerap-
didiknya. Unt uk i tu keberadaan Program an model pembelajaran teknik melompat jangkit
Pendidikan Jasmani merupakan bagian penting dengan metode bermain dapat meningkatkan
dalam pendidikan di Sekolah, oleh karena itu prestasi peserta didik. Atas dasar permasalahan
Pendidikan Jasmani tidak boleh dianggap sebagai dimaskud maka tujuan penelitian ini yaitu untuk

329
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011

memperoleh gambaran sejauhmana pembe- membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang


lajaran teknik melompat jangkit dengan metode berkualitas berdasarkan Pancasila (Mutohir,
bermain dapat meningkatkan prestasi peserta 1996:4). Sementara itu, Bucher (1983) berpen-
didik di sekolah dasar. dapat bahwa Pendidikan Jasmani sebagai bagian
integral dari proses pendidikan secara keseluruhan
Kajian Literatur yang mempunyai tujuan dan sasaran untuk
Hakikat Pendidikan Jasmani. meningkatkan keterampilan manusia melalui
Pendidikan Jasmani adalah belajar keterampilan media aktivitas jasmani yang telah diseleksi,
gerak, gerak manusia dimanipulasi dalam bentuk dengan maksud menc apai t ujuan. (Bucher,
kegiatan fisik, seperti melalui permainan dan 19 83:3). Sedangkan menur ut kurikul um,
olahraga yang didalamnya terkandung nilai-nilai, Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan
sikap dan perilaku positif. Belajar keterampilan melalui penyediaan pengalaman belajar kepada
gerak dapat diartikan sebagai suatu rangkaian peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermain
proses pembelajaran gerak yang dilakukan secara dan berolahraga yang direncanakan secara
sistematis, terarah dan terencana. Secara spesifik sistematis guna merangsang pertumbuhan dan
hakekat Pendidikan Jasmani yaitu sebagai berikut: perkembangan fisik, keterampilan motorik,
1) Pemenuha n hasrat unt uk bergerak; 2) keterampilan berfikir, emosional, sosial dan moral.
Pengembangan Kesegaran Jasmani yang ber- Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
kaitan dengan unsur keterampilan motorik dan untuk membina , sekaligus membentuk gaya hidup
kesehatan (komponen kebugaran Fisik); 3) sehat dan aktif sepanjang hayat. (Depdiknas,
Pengembangan Keterampilan; 4) Mentransfor- 2002: 1).
masikan nilai-nilai, atara lain appresiasi, percaya Walaupun defi ni si Pendi dikan Ja smani
diri, harga diri, kooperatif, tanggung jawab, berbeda-beda, tetapi mengandung persamaan
sportifitas, komperatif dan budaya hidup sehat; dan dapat ditarik kesimpulan. Pendidikan melalui
dan 5) Merangsang pertumbuhan dan perkem- gerak jasmani, dan dapat dikatakan lebih lanjut
bangan Jasmani juga Rohani secara menyeluruh bahwa Pendidikan Jasmani pada hakikatnya
yakni : kognitif, afektif dan psikomotor. adalah proses pendidikan yang kegiatannya
Dalam proses pembelajaran Pendi dikan melibatkan interaksi antara peserta didik dengan
Jasmani, guru mengajarkan berbagai keterampilan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani
gerak dasar, teknik dan strategi permainan secara sistematis menuju pembentukan manusia
olahraga internalisasi nilai-nilai (sportivitas, seutuhnya. Aktivitas jasmani yang dimaksud
kejujuran, kerja sama, dan kebersamaan), dan adalah kegiatan untuk meningkatkan keteram-
pembiasaan-pembiasaan pola hidup sehat yang pilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang
terus diamati dalam setiap pembelajarannya, mencakup kognitif, afektif dan sosial. Melalui
bukan melalui pengajaran konvensional didalam Pendidikan Jasmani diharapkan seseorang dapat
kelas yang bersifat kajian teoritis. Aktivitas- sehat, segar jasmaninya seiring dengan perkem-
aktivit as yang diberikan dalam pengajaran bangan keterampilan, pengembangan nilai sikap
Pendidikan Jasmani harus mendapat sentuhan dan minat peserta didik. Aktivitas-aktivitas
didaktik metodik dari guru Pendidikan Jasmani, tersebut mencerminkan kesesuaian tujuan akhir,
sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai yaitu pendidikan secara utuh.
tujuan pengajaran dengan baik.
Teori Belajar
Definisi Pendidikan Jasmani. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang yang amat penting bagi kelangsungan hidup
dilakukan secara sadar dan sistimatik melalui manusia. Belajar membantu manusia menye-
kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan suaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya.
jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, Dengan adanya proses belajar inilah manusia
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan bertahan hidup (survived). Belajar s ecara
watak serta pribadi yang harmonis dalam rangka sederhana dikatakan sebagai proses perubahan

330
R. Sudarwo & Yohanes, Model Pembelajaran Teknik Lompat Jangkit Dengan Metode Bermain di Sekolah Dasar

dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi harus diupayakan agar peserta didik sendiri yang
dalam jangka waktu waktu tertentu. Perubahan melalui jalan tersebut (Slavin, 1994 :225).
yang itu harus secara relative bersifat menetap
(permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku Hakikat Pembelajaran
yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi Pengertian Pembelajaran.
juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa Pe mbel ajaran adalah operasio nali sasi dari
mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu kurikulum, dalam hal ini adalah Garis-garis Besar
diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan Program Pengajaran. Pembelajaran di sekolah
tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan terjadi apabila terdapat interaksi guru dan peserta
yang terjadi karena pengalaman ini membedakan didik dengan lingkungan pembelajaran yang
dengan perubahan-perubahan lain yang disebab- diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
kan oleh kemasakan (kematangan). Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan
Banyak ahli berpendapat bahwa belajar peserta didik, yang secara implisit terlihat bahwa
merupakan suatu proses yang asosiatif, yaitu dalam pembelajaran ada kegiatan memilih,
asosiasi atau koneksi antara suatu rangsangan menetapkan dan mengembangkan metode untuk
tertent u (stimulus) dengan reaksi terte ntu mencapai untuk mencapai hasil yang diinginkan.
(respons). Sementara itu ada yang menyatakan Dari definisi ini dapat dikatakan bahwa pembel-
bahawa belajar secara sederhana memang dapat ajaran adalah upaya guru yang bertujuan dalam
terjadi secara asosiatif, tetapi dalam proses art ian bahwa tujuan t ersebut adalah guru
belajar yang rumit, kompleks, persepsi serta membelajarkan peserta didik untuk mencapai
pengertian akan situasi secara keseluruhan lebih tujuan belajar.
memegang peranan. Selain itu belajar tidak Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya
semata-mata merupakan suatu akibat dari kondisi menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta
dalam lingkungan seperti pada model-model didik dapat belajar. Pembelajaran merupakan
belajar klasikal dan instrumental conditioning, upaya untuk membelajarkan pese rta didik,
tetapi juga bisa terjadi karena mencontoh perilaku pembelajaran lebih mengutamakan pada bagai-
yang terjadi di sekitarnya. mana upaya guru mendorong atau memfasilitasi
Menurut pendekatan konstruktivisme, belajar peserta didik belajar, bukan pada apa yang
adalah membangun dan memantapkan pengeta- dipelajari peserta didik. Istilah pembelajaran
huan sebagai hasil transformasi pengalaman yang adalah menggambarkan bahwa peserta didik lebih
dilakukan melalui aneka ragam interaksi peserta banyak be rperan dalam mengkontruksika n
didik dengan sumber. Dalam psikologi pendidikan pengetahuan bagi dirinya dan bahkan penge-
prinsi p yang pal ing penting me nurut te ori tahuan itu bukan hasil transformasi dari guru.
konstruktivis adalah guru tidak hanya sekedar Bucher. C.A., (1983) mengemukakan bahwa
memberi pengetahuan kepada peserta didik, pembelajaran Pendidikan Jasmani dapat disebut
peserta didik sendiri membangun pengetahuan ilmu apabila memenuhi karateristik sebagai
di dalam pikirannya. Guru memberikan kemudahan berikut: a) memiliki daya ramal dan kontrol
dal am proses bela jar dengan memberika n terhadap hasil belajar; b) dapat dievaluasi secara
kesempatan kepada peserta didik menemukan sistematik dan dapat dipecah menjadi rangkaian
sendiri dan mengajar peserta didik menjadi nalar kegiatan yang dapat dikuasai; c) mengandung
dan secara sadar menggunakan strategi mereka pemahaman tentang tingkah laku, desain instruk-
sendiri untuk belajar. Hal tersebut diperjelas oleh sional, penyampaian dan manajemen; d) berkait-
Slavin (1994:225) bahwa “The teacher can give an erat dengan prinsip belajar seperti kesiapan,
students ladder that lead to higher understandings, motivasi, pelatihan, umpan balik dan kemajuan
yet students themselves must clim these ladders”. secara urutan; dan e) di mungkinkan unuk meng-
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa guru dapat kaji pengajaran “Teoritical Scientific Perspektif”
memberi jalan dan kesempatan kepada peserta Berdasarkan karakteristik pembelajaran
didik yang dapat membantu mereka mencapai tersebut di a tas dapat disimpulkan ba hwa
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun pendidikan jasmani sebagai salah satu komponen

331
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011

pembelajaran tidak akan berarti, apabila guru seluruh unsur dinamis dalam proses belajar, yang
mengalami kesulitan dalam memahami dan dapat mengarahkan peserta didik pada kegiatan
melaksanakan pembelajaran. Jika implementasi- kontruksi ilmu pengetahuannya. Tujuan yang
nya dapat dic apai melal ui pembe lajara n dimaksud adalah hasil belajar. D i s amping
pendidikan jasmani, maka guru diharapkan dapat pendapat lainnya yang dikemukakan, proses
meningkatkan kemampuannya dalam melaksana- belajar pada individu-indi vi du di se ko la h
kan proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan merupakan faktor penentu keberhasilan belajar,
kurikulum yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut oleh sebab itu maka terlebih dahulu diperlukan
menunjukkan, bahwa melalui pembelajaran suatu rancangan pembelajaran yang formal dan
Pendidikan Jasmani peserta didik diharapkan sistematis. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
memiliki pengembangan keterampilan gerak, pengetahuan atau keterampilan yang dicapai
pemahaman kognitif, dan sikap positif terhadap peserta didik adalah sebagai hasil belajar dan
aktivitas jasmani, agar kelak menjadi manusia pembelajaran yang diterimanya di sekolah.
dewasa yang sehat, segar jasmani dan rohani Pendapat lain yang berkaitan dengan belajar
serta memiliki kepribadian yang mantap. Apabila pendidikan jasmani mengemukakan pendapatnya
kita kaji lebih jauh lagi tentang konsep pe- bahwa kesiapan fisik dan mental untuk belajar
ngajaran, maka konsep pengajaran mengandung apa saja merupakan komponen dalam belajar
konotasi guru, sedangkan konsep peserta didik keterampilan/skill adalah kesiapan. Kesiapan
adalah yang aktif belajar. Konsep pengajaran dan belajar mengarah pada kesadaran menerima
konsep pembelajaran dapat disimpulkan tidak instruksi dan pencapaian tujuan, karena setelah
mengandung makna yang berbeda dan sering belajar diharapkan terjadi perubahan dalam diri
digunakan secara bergantian. Pengajaran lebih peserta didik/peserta didik yang belajar. Misalnya
menekankan upaya guru dalam membelajarkan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak tidak bisa
peserta didik mencapai tujuan kurikulum. Adapun melakukan menjadi bisa melakukan, dari tidak
Pembelajaran menekankan pada proses yang terampil menjadi terampil. Jadi tujuan ini secara
menggambarkan peserta didik lebih banyak eksplisit diupayakan melalui kegiatan pembel-
berperan dalam mengkonstruksi pengetahuan ajaran. Tujuan suatu pembelajaran akan tercapai
bagi dirinya dan pengetahuan itu adalah bukan apabila peserta didik telah siap untuk belajar.
hasil transformasi dari guru. Jadi pembelajaran Kesiapan yang dimaksudkan agar terjadi
adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik perubahan tingkah laku, bukan pada aspek
melalui kegiatan proses belajar mengajar antara kognitif saja, tetapi juga pada aspek lainnya
guru dengan peserta didik dalam mengembang- seperti afektif dan psikomotor.
kan metode untuk hasil yang diinginkan.
Kreativitas
Tujuan Pembelajaran. Dewasa ini istilah kreativitas atau daya cipta sering
Tujuan utama pendidikan jasmani yaitu membantu digunakan dalam kegiatan manusia sehari-hari,
peserta didik agar dapat meningkatkan keteram- sering pula ditekankan pentingnya pengembang-
pilan gerak mereka. Di samping itu, agar peserta an kreativitas baik pada anak didik, pegawai
didik merasa senang dan mau berpartisipasi negeri maupun pada mereka yang berwiraswasta.
dalam berbagai aktivitas. Tujuan ini mengisyarat- Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampu-
kan, apabila peserta didik telah memiliki fundasi an untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan
keterampilan gerak, dan sikap yang positif terha- itu tidak perlu seluruh produknya harus baru,
dap aktivitas jasmani, maka kelak akan menjadi mungkin saja gabungannya, kombinasi nya,
manusia dewasa yang sehat dan segar jasmani sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelum-
dan rohani serta memiliki kepribadian yang nya, kombinasi baru, atau melihat hubungan-
mantap. Untuk mencapai tujuan ini diharapkan hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal
guru tidak berperan sebagai pemberi pengeta- yang sudah ada sebelumnya.
huan tetapi lebih berperan sebagai fasilitator yang Kreativitas terletak pada kemampuan untuk
memungkinkan peserta didik dapat mengaktifkan melihat asosiasi antara hal-hal atau obyek-obyek

332
R. Sudarwo & Yohanes, Model Pembelajaran Teknik Lompat Jangkit Dengan Metode Bermain di Sekolah Dasar

yang sebelumnya tidak ada atau tidak tampak peraturan perlombaan yang dikeluarkan oleh
hubungannya. Seorang anak kecil asyik bermain Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) adalah
dengan balok-balok yang mempunyai bentuk dan Lompat Jangkit (HOP – STEP JUMP). Berdasarkan
warna yang bermacam-macam, setiap kali dapat teori pada buku peraturan perlombaan dan AD/
menyusun sesuatu yang baru, artinya baru bagi ART PASI 1990-1991 pasal 174 ayat 1 dan 2 yang
dirinya karena sebelumnya ia belum pernah menyebutkan: 1) Lompat jangkit adalah suatu
membuat hal yang semacam itu. Anak ini adalah lompat yang terdiri dari jingkat (HOP), sebuah
anak yang kreatif, berbeda dengan anak lain yang langkah (STEP) dan sebuah lompatan (JUMP)
hanya membangun sesuatu jika ada contohnya. terjadi urut seperti ini, 2) Jangkit dilakukan
Terdapat empat prinsip dasar sinektik tentang dengan si pelompat mendarat dengan kaki yang
kraetivitas. Pertama, kreativitas merupakan sama sesudah bertolak atau kaki tolak (kaki
sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. tumpu dipakai mendarat disusul dengan satu
Hampir semua manusia berhubungan dengan langkah penuh yang mendarat menggunakan kaki
proses kreativitas, yang dikembangkan melalui yang lain dan diakhiri dengan gerakan lompat)
seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh (PASI, 1991: 151).
Gordon menekankan bahwa kreativitas merupa-
kan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan Model pembelajaran lompat jangkit dengan
berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses metode bermain
kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal Bermain dan permainan merupakan bagian hidup
tersebut dapat diekspresikan dalam gerakan dan kehidupan manusia, khususnya bagi anak-
dalam lompat jangkit atau mungkin membantu anak, bermain tidak bisa dipisahkan dari mereka.
orang secara langsung untuk meningkatkan Matakupan berpendapat; bahwa bermain adalah
kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas pekerjaan yang dilakukan dengan senang hati,
didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk akan tepat sekali bila bermain dan permainan
untuk mendeskripsi ka n dan menciptaka n dijadikan modal utama dalam menciptakan situasi
prosedur latihan lompat jangkit yang dapat belajar (Matakupan, 1993: 5).
diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Lompat jangkit merupakan salah satu nomor
Jasmani di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, atlet ik yang tercantum dalam GBPP, da n
penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik merupakan mata pelajaran inti yang wajib diikuti
dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. oleh semua peserta didik. Agar pembelajaran
Se lain itu, penemuan kreati f d itandai ol eh atletik menyenangkan, maka pembelajaran perlu
beberapa proses intelektual. Keempat, berpikir dimodifikasi dan disesuaikan dengan tingkat
kraetif baik secara individu maupun kelompok pertumbuhan dan perkembangan anak.
adalah sama. Individu dan kelompok menurunkan Menurut ahli atletik Lange Gunter berpendapat
ide-ide dan produk dalam berbagai hal. bahwa: Atletik dapat dilakukan secara bermain
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk ditujukan pada aspek aktivitas bermain dalam
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta atlet ik. Fo kusnya pada saran-sara n da n
didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman kemungkinan-kemungkinan pendidikan atletik
belajar. Namun, dalam pelaksanaannya seringkali yang dapat dipandang dari berbagai segi, menarik
tidak disadari guru, bahwa masih banyak kegiatan dan penuh event (Lange Gunter, 1995: 1)
pembelajaran yang dilaksanakan justru meng- Untuk itu, permainan Atletik yang digunakan
hambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. dalam proses pembelajaran keterampilan dasar
lo mp at jangkit perlu mengutamakan unsur
Fungsi Bermain dalam Pendidikan Jasmani. kegembiraan dan kesenangan. Permaianan Atletik
Teknik Dasar lompat Jangkit. merupakan modifikasi mater pemb elajar an
Lompat jangkit sering juga disebut dengan lompat keterampilan dasar lo mpat jangkit sebagai
jingkat atau lompat tiga (triple jump). Namun pelatihan awal/pendahuluan untuk memudahkan
istilah atau nama yang resmi digunakan di peserta didik melakukan teknik dasar sebelum
Indonesia, yaitu yang tercantum di dalam buku teknik dasar yang sebenarnya. Modifikasi merupa-

333
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011

kan merupakan penyederhanaan dari peraturan kompetisi; dan 5) Menekankan kapan mengguna-
sarana dan prasa rana t elah diubah da n kan power dan kapan menggunakan kontrol yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan baik.
peserta didik. Ini berarti dengan modifikasi
diharapkan suasana pembelajaran keterampilan Metodologi
dasar lompat jangkit lebi h menari k dapat Sampel dalam penelitian ini yaitu peserta didik
dilakukan dan diikuti peserta didik tanpamerasa kelas lima sekolah dasar yang memperoleh mata
takut dan gagal dalam tugas gerak. pelajaran pendid ikan jas mani. Wakt u ya ng
Impleme ntas i Pe nd ekatan p ola gerak digunakan dalam pengambilan data adalah tiga
dominan dalam pembelajaran Atletik di Sekolah jam pelajaran, dengan rincian dua jam untuk
Dasar meliputi: 1) Proses Pembelajaran yang pelaksanaan pembelajaran dan satu jam untuk
hanya berorientasi kepada hasil tanpa memper- evaluasi (tes). Dalam melaksanakan pembelajaran
hatikan variasi dan proses pengembangannya guru menggunakan alat peraga lompat jangkit
sering menjebak peserta didik dalam kebosanan; yaitu kertas warna merah berbentuk persegi
2) Pendekatan yang dapat membantu menyegar- panjang dan ke rtas warna biru berbentuk
kan kembali nuansa Atletik yang sementara ini lingkaran. Kertas warna merah harus diinjak oleh
dianggap sebagai pembelajaran yang monoton, kaki kanan dan kertas warna biru berbentuk
membosankan dan tanpa variasi adalah melalui lingkaran diinjak oleh kaki kiri dengan metode
dimensi ritmik dan permainan; dan 3) Ritmik dan bermain. Kemudian kertas-kertas warana tersebut
permainan adalah suatu daya kehidupan yang diatur sesuai kebutuhan. Pada awalnya kertas
vital dan dapat menimbulkan kegembiraan, warna warni disusun dengan berurutan sehingga
kegairahan, kelincahan, relaksasi, yang berman- peserta didik mudah melakukannya kemudian,
faat untuk memudahkan timbulnya inspirasi. kemudian susunan kertas diatur secara tidak
Manfaat permainan dalam pembelajaran berurutan sehingga peserta didik memerlukan
Atletik, meliputi: 1) Mengembangkan gerak pemikiran dan pemahaman untuk melakukan
berirama; 2) Memberikan nuansa kompetisi/ injakan kaki pada kertas-kertas tersebut dan agar
perlombaan dalam persaingan diantara peserta tidak salah.
didik; 3) Penggunaan alat bantu yang variatif Untuk melakukan pengamatan pembelajaran
dapat diguna ka n dala m permainan dapat digunakan pedo man observasi dan untuk
memberikan kegembiraan dan kepuasan kepada meminta pendapat peserta didik tentang rasa
peserta didik; 4) Penggunaan alat bantu yang senang dan rasa puas pada model pembelajaran
menarik dan mudah, menempatkan peserta didik teknik lompat jangkit dengan metode bermain
pada penguasaan yang penuh, sehingga mereka digunakan kuesioner.
tidak segan-segan mengambil resiko untuk Hasil pengamatan langsung dan kuesioner
memperol eh kemenangan; dan 5) Me ng uji dilakukan analisis untuk melihat hubungan antara
ket angkasan yang te rsembunyi (menggali pengamatan langsung dengan hasil kuesioner. Di
kompetensi peserta didik). samping itu, dilakukan studi dokumentasi dengan
membandingkan antara prestasi peserta didik
Pelaksanaan pembelajaran teknik lompat sebelum penerapan model pembelajaran teknik
jangkit dengan metode bermain lompat jangkit dengan metode bermain dan
Hasil belajar, menyeleksi dan menkombinasikan setelah penerapan model pembelajaran tersebut,
keterampilan-keterampilan teknik-teknik dan ide- apakah ada peningkatan prestasi peserta didik?
ide yang sesuai dengan olahraga perorangan
(Atletik). Beberapa indikator: 1) Mendemontrasi- Hasil Penelitian dan Pembahasan
kan teknik yang baik dalam semua tahap lari atau Pada awal pembelajaran guru meminta peserta
nomor-nomor lari; 2) Mengaplikasikan berbagai didik melalukan pemanasan di lapangan dengan
teknik lompat jauh, lompat jangkit dan lompat berlari-lari kecil berkeliling lapangan sebanyak tiga
tinggi; 3) Memilih pendekatan dengan event yang kali. Semua mata peserta didik tertuju pada kertas
dihadapi; 4) Melakukan berbagai usaha dalam berwarna-warni dengan bentuk yang berbeda.

334
R. Sudarwo & Yohanes, Model Pembelajaran Teknik Lompat Jangkit Dengan Metode Bermain di Sekolah Dasar

Kertas warna tersebut dibentuk lingkaran, persegi bersikap luwes dan fleksibel dan tidak kaku,
panjang di tengah lapangan. Guru mulai melaku- sehingga peserta didik tidak merasa sedang dinilai
kan pembelajarannya. Dengan meminta peserta oleh guru karena situasi peserta didik dalam
didik menginjak kertas-kertas berwarna tadi kondisi bermain sehingga tidak ada perasaan
dengan menjelaskan kertas-kertas tadi sebagai takut atau cemas akan melakukan kesalahan
alat Bantu lompat jangkit. dalam lompat jangkit. Peserta didik merasa
Untuk kertas warna merah berbentuk persegi senang melakukan permainana tersebut meski-
panjang sebagai tanda dan boleh diinjak dengan pun dinil ai o leh guru, pese rta didi k teta p
kaki kanan, sedangkan kertas warna biru ber- bergembira dan bersenda gurau dengan teman-
bentuk lingkaran sebagai tanda dan diinjak temannya. Gurupun tidak mengalami kesulitan
dengan kaki kiri. Guru menyusun kertas warna- dalam melakukan penilaian karena semuanya
warni tadi dengan urutan yang tidak sama yaitu berjalan dengan wajar dan dalam situasi bermain.
merah-biru-merah-biru sebanyak enam merah dan Meskipun peserta didik dihadapkan pada
enam biru. Guru meminta peserta didik melakukan permainan yang agak menantang lagi karena
jalan diatas kertas warna merah dan biru dengan harus melakukan gerak kaki dan berpikir untuk
kaki kanan harus menginjak kertas warna merah tidak melakukan kesalahan. Namun semua itu
dan kaki kiri menginjak warna biru. Semua peserta dilakukan dengan hati gembira dan dalam situasi
didik melakukannya sebanyak tiga kali, sebagai bermain sehingga semuanya berjalan lancer.
pemanasan dan menghafal kaki mana yang Setelah semua peserta didik melakukan tugasnya
digunakan untuk menginjak kertas warna-warni. dan dinilai, guru meminta peserta didik istirahat
Bagi peserta didik yang melakukan kesalahan dan berganti pakaian untuk mengikuti pelajaran
diberi hukuman dengan push up sebanyak tiga selanjutnya. Sambil beristirahat telihat jelas
kali. Selanjutnya, peserta didik diminta lari-lari kecil wajah peserta didik tampak senang dan gembira
di atas kertas warna-warni tadi, sesuai ke- meskipun badan letih.
sepakatan jika peserta didik melakukan kesalahan Kreativitas guru menciptakan media pembel-
menginjak kerta s warna akan mendapat ajaran berupa kertas warna yang dibentuk persegi
hukuman. Kemudian kertas warna-warni diatur panjang maupun lingkaran yang digunakan untuk
dengan jaraknya satu dengan yang lainnya agak permainan dalam lompat jangkit sangat baik
brejauahan, dan peserta didik melakukan lari yang sekali dan membuahkan hasil yang positif.
agak lebih cepat dari yang terdahulu. Sambil Prestasi belajar peserta meningkat. Sebelumnya
memberi istirahat dan peserta didik berpikir , guru pada pembelajaran yang dilakukan guru nilai rata-
mengatur karpet lebih agak sulit dengan cara tidak rata siswa 6,38 namun setelah guru menerapkan
beraturan. Kemudian, peserta didik diminta model pembelajaran teknik lompat jangkit dengan
melakukan lari kecil atau melangkah cepat di atas metode bermain nilai rata siswa menjadi 7,28.
kertas warna-warni tadi. Sesuai dengan kese- Hal tersebut menunjukkan bahwa kreativitas yang
pakatan bersama peserta didik yang melakukan dilakukan guru tidak sia-sia. Tampaknya memang
kesalahan menginjak kertas warna-warni tadi sederhana, hanya berupa kertas yang dibentuk
tetap diberi hukuman untuk memotivasi peserta bangun datar, namun bagi peserta didik sangat
didik agar tidak melakukan kesalahan. memotivasi untuk melakukan suatu hal yang
Permainan dilakukan dua atau tiga kali sampai terbaiknya. Baik dalam melakukan lompatan
peserta didik tidak melakukan kesalahan lagi. maupun saat menjalani hukuman apabila peserta
Setelah itu peserta didik diminta beristirahat didik melakukan kesalahan dalam menginjak
sejenak dan guru mengatur kembali susunan kertas warna warni sesuai dengan kesepakatan.
kertas warna-warni secara tidak teratur dan cukup Dalam diri peserta didik telah tertanam rasa
sulit dan dengan jarak antara kertas warna merah tanggung jawab sportivitas yang tinggi. Selain itu,
dan warna biru tertentu dengan tujuan adanya telah dapat memotivasi peserta didik untuk
keseimbangan. Setelah istirahat guru meminta berbuat jujur.
peserta didik berlari satu persatu sesuai absensi Apabila peserta didik melakukan kesalahan,
untuk dinilai. Dalam melakukan penilaian guru dengan menginjak kertas warna dengan kaki yang

335
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011

salah maka dengan suka rela peserta didik akan apabila melakukan kesalahan. Kertas disusun
menjalani hukuman tanpa diminta oleh guru atau kembali dengan susunan agak sulit dengan
teman-temanya. Dengan penuh kesadaran dan maksud agar peserta didik berpikir terlebih dahulu
rasa tanggung jawab yang tinggi peserta didik sebelum melakukan lompatan. Tanpa disadari
akan menjalani hukuman dengan melakukan push peserta didik telah dapat menghadapi tantangan
up sebanyak tiga kali. Apabila kebiasaan berbuat yang cukup sulit yang diberikan guru dan peserta
jujur terus dikembangkan dan dipelaihara, maka didik melakukan lompat jangkit dengan baik
pada akhirnya tercipta manusia-manusia unggulan tanpa kesalahan. Terjadi peningkatan prestasi,
sebagai sumber daya yang berkualitas, jujur sebelumnya nilai rata-rata siswa 6,38 dan setelah
sehingga mampu bersaing di era global. penerapan model pembelajaran menjadi 7,28.
Dalam melaksanakan pembelajaran, guru Peserta didik merasa senang melakukan
telah dapat membuat peserta didik merasa lompat jangkit dengan metode bermain, setiap
senang dan tidak tertekan ataupun takut. Apabila melakukan lompat jangkit dilakukannya dengan
peserta didik selalu merasa senang pada setiap senang dan gembira begitupun ketika peserta
mengikuti pembelajaran, maka peserta didik juga didik melakukan kesalahan maka kesadaran dan
akan menyenangi materi yang diajarkan guru tanggung jawab peserta didik melakukan push
maupun mata pelajaran tersebut secara utuh. up dengan senang se bagai hukuman tanpa
Apabila dalam setiap pembelajaran guru selalu diminta oleh guru. Saat guru melakukan penilaian
merujuk pada prinsip pembelajaran adalah terhadap gerakan lompat jangkit tidak ada
pembelajaran yang melibatkan peserta didik satupun peserta didik yang melakukan kesalahan,
secara aktif, membuat peserta didik kreatif dan semua peserta didik berhasil melakukan lompat
pembelajaran tersebut berlangsung secara efektif jangkit dengan sempurna. Ketika peserta didik
dan juga menyenangkan peserta didik (PAKEM). selesai melakukan lompat jangkit dengan penuh
Peserta didik merasa senang dalam melakukan canda peserta didik beristirahat berganti pakaian
proses belajar, semua yang diberikan guru dapat olah raga dengan seragam sekolah putih-merah
dipahami dengan baik dan diterapkan dengan baik kembali untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
pula. Jika setiap pembelajaran yang dilaksanakan
guru menampilkan kreativitas-kreativitasnya yang Saran
menyenangkan. Dengan demikian, peserta didik Guru agar selalu berusaha membuat persiapan
juga terpacu untuk melakukan kreativitas. Peserta pembelajaran dengan sebaik-baiknya, mengacu
didik dapat media pembelajaran sesuai materi pada pembelajaran yang berpusat pada peserta
yang diajarkan dan dicontohkan guru maupun didik. Peserta didik menjadi tolok ukur pembel-
alat-alat atau media lainya yang baru sebagai ajaran yang dilaksanakan guru sehingga guru
hasil kreativitasnya. Pada akhirnya akan tercipta akan selalu berusaha membuat peserta didik
manusia-manusia yang kreatif yang dapat men- merasa senang dalam setiap pembelajaran.
ciptakan ide atau sesuatu yang baru berdasarkan Guru Pendidikan Jasmani sebaiknya terlibat
contoh yang telah ada, atau sesuatu yang baru langsung dalam seluruh kegiatan pembelajaran
sama sekali. dan memperhatikan peserta didik dengan sek-
sama jangan membiarkan peserta didik melaku-
Simpulan dan Saran kan gerakan atau permainan sesuai kemauan
Simpulan peserta didik dan guru hanya duduk-duduk saja
Pa da awalnya sus unan kertas diatur untuk di pinggir lapangan sementara peserta didik
memudahkan peserta didik melakukan injakan. berada di tengah lapangan. Apabila seti ap
Apabila peserta didik melakukan kesalahan pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat
lompatan atau menginjak kertas dengan kaki yang melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif,
salah maka dibe ri hukuman. Hukumannya, dan peserta didik merasa senang maka sangat
melakukan push up sebanyak tiga kali. Karena dimungkinkan akan tercipta manusia-manusia
lompatan dilakukan sambil bermain maka peserta unggul sebagai sumber daya yang berkualitas
didik tidak merasa takut mendapat hukuman yang mempu bersaing di era global sekarang ini.

336
R. Sudarwo & Yohanes, Model Pembelajaran Teknik Lompat Jangkit Dengan Metode Bermain di Sekolah Dasar

Pustaka Acuan
Bucher, C.A. 1983. Foundation of Physical Education and Sport, St. House CV. Mosby.
Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta.
Lange Gunter. 1995. Manual Aktual Knowladge for Indonesia Level I Coacher, Jakarta.
Matakupan. 1993. Materi Pokok Teori Bermain, Jakarta.
Mutohir. 1996. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, Lembaga
Penelitian IKIP Surabaya.
Persatuan Atlet Seluruh Indonesia. 1991. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga, PASI 1990-1991
Jakarta.
Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: Theory Research and Practice. Second Edition. Boston: Allyn
and Bacon.

337

Anda mungkin juga menyukai