Anda di halaman 1dari 53

1

2
3
4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
“Analisa Kualitas Air Limbah : COD dan BOD“. Akhirnya, penulis ingin
menyampaikan terima kasih atas perhatian pembaca terhadap laporan in, penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi diri penulis sendiri dan khusunya
pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian lapora ini mungkin masih banyak kekurangan ataupun
kesalahan kosakata. Oleh karena itu penulis meminta saran dan kritik yang
bermanfaat ataupun membangun untuk penyempurnaan laporan ini dan juga untuk
peningkatan pembuatan laporan pada praktikum yang lain dan pada waktu
mendatang.

Medan, 11 April 2019

Hasrida Yemima Panjaitan

v
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
FORM ASISTENSI.................................................................................     iii 
KATA PENGANTAR ............................................................................     iv  
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
BAB I.  PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. TujuanPraktikum.................................................................. 1
1.2. LandasanTeori...................................................................... 1
1.2.1. AnalisisKualitas Air Pada Sumber Mata Air Di
Kecamatan Karangan Dan Kaliorang Kabupaten
Kutai Timur............................................................... 1
1.2.2. Air............................................................................. 12
1.2.3. Karakteristik Air....................................................... 12
1.2.4. Pengolahan Air…………......................................... 14
1.2.5. OksigenTerlarut, COD dan BOD……………….... . 15
BAB II. METODOLOGI...................................................................... 16
2.1. Alat dan Bahan................................................................... 16
a. Alat................................................................................. 16
b. Bahan............................................................................. 16
2.2. Tahapan Pengolahan Limbah dan Analisa COD dan BOD 17
2.2.1. Perancangan Alat…………………………………. 17
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen......................... 18
2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air……………........... 19
2.2.4. Prosedur Kerja COD……………………................ 20
2.2.5. Prosedur Kerja BOD................................................ 22
BAB III. DATA PENGAMATAN........................................................ 25
BAB IV. PEMBAHASAN..................................................................... 33
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 34
5.1. Kesimpulan........................................................................ 34
5.2. Saran................................................................................... 34

vi
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 35
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis.......................................... 3


Tabel 1.2. Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air dari Tiga Lokasi........................... 5
Tabel 1.3. Baku Mutu Parameter Kimia terhadap Kualitas Air Dingin Desa
Karangan Hilir dan Air Panas Desa Baru Lepoq.................................... 6
Tabel 1.4. Baku Mutu Parameter Biologi terhadap Kualitas Air Dingin dan
Air Panas di Karangan.............................................................................. 9
Tabel.1.5. Baku Mutu Parameter Biologi terhadap Kualitas Air di Sumber
Air Kaliorang........................................................................................... 9
Tabel 3.1. Data Pengamatan Faktor KMnO4..................................................... 24
Tabel 3.2. Data Pengamatan Kadar COD..........................................................25
Tabel 3.3. Data Pengamatan Kadar BOD................................................ ......... 26

DAFTAR GAMBAR
Halaman

viii
Gambar 2.1. Perancangan Alat......................................................................... 17
Gambar 2.2. Penetapan Faktor KMnO4............................................................ 19
Gambar 2.3. Penetapan Blanko......................................................................... 20
Gambar 2.4. Penetapan COD pada Sampel...................................................... 21
Gambar 2.5. Penetapan BOD pada Sampel...................................................... 22
Gambar 2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Limbah dan COD serta BOD......... 23

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Menganalisa kadar COD dalam sampel dengan penambahan larutan KMnO 4
berlebihan dalam suasana asam pada suhu 60-70 oC
2. Memahami metode analisis kadar COD
3. Menganalisa kadar BOD dalam sampel
4. Memahami metode analisis kadar BOD

1.2. Landasan Teori

1.2.1.Analisis Kualitas Air Pada Sumber Mata Air Di Kecamatan


Karangan Dan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur
Pendahuluan
Hutan memiliki manfaat nyata bagi keberlangsungan hidup
organisme baik berupa manfaat tangible maupun intangible. Secara
teoritis, fungsi ekologis hutan berperan penting dalam menjaga kestabilan
ekosistem. Salah satu fungsi hutan adalah menjaga tata air yang ada di
bumi. Ekosistem hutan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik
berpengaruh nyata terhadap siklus hidrologis. Hutan berperan penting
dalam mengintersepsi hujan, meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah,
mengurangi laju erosi tanah, mengurangi limpasan permukaan,
mempertahankan debit air sungai dan meningkatkan kelembapan nisbi
tanah. menyebutkan bahwa hutan memiliki tiga pengaruh penting terhadap
karakteristik hidrologis yaitu menahan tanah, dimana tanah hutan
menahan air lebih banyak dan meningkatkan kapasitas infiltrasi.
Ketersediaan air baik secara kuantitas maupun kualitas berkaitan erat
dengan kualitas hutan atau dengan kata lain kualitas dan kuantitas air
merupakan salah satu indikator kondisi hutan.Air memiliki banyak fungsi,
sebagai pelarut umum, air digunakan oleh organisme untuk reaksi-reaksi
kimia dalam proses metabolisme serta menjadi media transportasi nutrisi

1
dan hasil metabolisme. Bagi manusia, air memiliki peranan yang sangat
besar bukan hanya untuk kebutuhan biologisnya, yaitu bertahan hidup.
Perlindungan dan pelestarian sumberdaya air harus menjadi salah satu
prioritas utama manusia. Pemanfaatan air untuk berbagai kebutuhan harus
memperhatikan parameter-parameter kualitas air sesuai baku mutu yang
sudah ditetapkan. Sumber mata air di lokasi studi telah dimanfaatkan
masyarakat sekitar, seperti untuk kebutuhan air bersih serta sebagai sarana
rekreasi alami. Penggunaan lahan di Kecamatan Karangan dan Kaliorang
sebagian besar untuk kegiatan perkebunan, dan pertanian. Sehingga
potensi tercemarnya sumber mata air semakin tinggi dengan semakin
tingginya aktivitas manusia di sekitar sumber air tersebutkebutuhan akan
air bersih oleh manusia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Kenyataan yang terjadi sekarang ini, kualitas dan
kuantitas air semakin menurun serta mengalami penyimpangan tatanan
sebagai dampak dari eksploitasi secara berlebihan dan perilaku mahluk
Maraknya alih fungsi kawasan hutan (konversi) seperti untuk kegiatan
pertambangan, pertanian, perkebunan dan lainnya dewasa ini,
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, untuk
mengetahui beberapa parameter kualitas air secara fisik, kimia dan biologi
dari tiga lokasi sumber mata air di lokasi studi, dan membandingkan hasil
pengujian kualitas air dari tiga sumber mata air dengan baku mutu yang
mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur nomor 02
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Timur khususnya
sumber mata air di Desa Karangan Hilir, dan Desa Batu Lepoq Kecamatan
Karangan serta sumber mata air di Desa Bukit Harapan Kecamatan
Kaliorang. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan Tahun 2015,
dan analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Analisis Terpadu FPIK
Universitas. Prosedur dalam penelitian ini secara umum terdiri dari studi

2
kepustakaan, orientasi lapangan dan pengambilan sampel air. Sampel air
yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan, untuk masing-masing lokasi
diambil 3 botol (±1800 ml) dengan diberi perlakuan tertentu agar suhu
konstan tetap terjaga bertujuan untuk mempertahankan dan mengawetkan
sifat fisik, kimia dan biologi sampel air tersebut.Metode dalam penelitian
ini adalah metode survey langsung dan analisis laboratorium.
Lokasisurvey sumber mata air ditentukan secara sengaja. Penelitian ini
bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil perbandingkan
data kualitas air hasil uji laboratorium dengan baku mutu yang berlaku
dan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan kajian kepustakaan.
Parameter kualitas air yang akan diuji dan metode analisisnya dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis

N Paramete Metode analisis


o r
1 Warna Metode visual (langsung)
2 Ph Metode electrometric
(pengukuran
pH dilakukan
menggunakan pH
meter)
3 COD Metode titration
4 BOD Metode electrometric
dengan
digital instrumental
5 Amonia Metode reaksi Diazotasi –
Spectrofotometri
6 Kesadah Metode titrasi EDTA-
an
(CaCO3) Spectrofotometric
7 Sulfat Metode turbidimeter
(SO4)
8 Nitrit Metode reaksi Diazotasi –
Spectrofotometri
9 Coliform metoda tabung/ Most
Probable

3
Hasil Dan Pembahasan
Desa Karangan Hilir merupakan salah satu desa yang ada di
Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur yang dapat ditempuh sekitar
kurang lebih 7 jam dari ibukota kabupaten (Sangatta). Sumber air dingin di
Desa Karangan Hilir dapat dicapai dengan menempuh perjalanan selama
kurang lebih 30 menit dari pusat pemukiman padat penduduk dengan
menggunakan transportasi darat. Desa Karangan Hilir terletak pada daerah
dengan keadaan topografi yang bervariasi mulai dari daerah dataran, lereng
bergelombang, sampai pegunungan kapur (karst). Potensi di sektor
kehutanan, Desa Karangan Hilir, yaitu memiliki hutan alam yang masih
relatif luas, terdiri atas kawasan lindung karst, hutan produksi (HPH) dan
hutan non-produksi. Hutan alami didominasi oleh famili Dipterocarpaceae
seperti beberapa jenis meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.),
kapur (Balanocarpus sp.) dan lain sebagainya. Sektor perkebunan,
masyarakat Desa Karangan Hilir mengembangkan beberapa jenis tanaman
perkebunan antara lain : kelapa sawit (Elaeis guinensis), karet (Hevea
bruciliensis), kopi (Coffea arabica), lada (Piper nigrum) dan lainnya. Untuk
sektor pertanian, yang dikembangkan masyarakat desa Karangan Hilir dapat
dikelompokkan menjadi tanaman pangan yang terdiri dari tanaman padi,
jagung, umbi-umbian, sagu dan kedelai ; tanaman sayur-sayuran yang terdiri
dari : kacang-kacangan, bayam, sawi, kangkung, terong, labu, cabe dan
lainnya; serta tanaman buah-buahan yang terdiri dari : pisang, pepaya,
belimbing, salak dan lainnya. Desa Batu Lepoq di Kecamatan Karangan
berada di dataran rendah pada ketinggian ± 71 meter dari permukaan laut
dengan keadaan topografi yang cukup datar/ landai. dimana jenis vegetasi
yang ada di sekitar mata air didominasi oleh jenis jati (Tectona grandis
Linn.) dan beberapa tanaman kehutanan lainnya. Secara global, air yang
tercemar mikroorganisme patogen merupakan penyebab terbesar terjadinya
penyakit manusia. Organisme pencemar air dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu bakteri, virus dan parasit, dimana organisme-organisme tersebut dapat
menyebabkan penyakit tipus, disentri, radang usus, kolera, polio, hepatitis
dan masih banyak lagi Air pada sumber air yang berada dalam dua atau lebih

4
wilayah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur menurut
peruntukannya dibagi menjadi 4 (empat) kelas. Tingkatan mutu air dari
setiap kelas disusun berdasarkan kemungkinan kegunaannyabagi suatu
peruntukan air (designated beneficialwater uses). Pembagian kelas air
berdasarkanperuntukannya

a. Kelas I (satu), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas II (dua), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

c. Kelas III (tiga), air yang peruntukannya digunakan untuk pembudidayaan


ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan/ atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;

d. Kelas IV (empat), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi


pertanaman dan/ atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

Tabel 1.2. Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air dari Tiga Lokasi

5
Sumber air di lokasi studimerupakan sumber air dari kawasan
perbukitan karst(batu kapur) dimana sumber mata air dari tiga lokasi tersebut
berasal dari akuifer (lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang
mengandung air dan dapat dirembesi air) batuan karst.Bentang lahan karst
memiliki peran yang sangat penting bagi lingkungan dimana lahan karst
menyediakan jasa ekosistem seperti air bersih, bahan-bahan material, dan
menjadi agen pengendali perubahan iklim.Terganggunya ekosistem dapat
mempengaruhi kualitas air dari sumber mata air yang dihasilkan. Untuk
ketiga lokasi studi sudah terdapat berbagai aktivitas pemanfaatan lahan baik
di sektor pertambangan, perkebunan dan pertanian masyarakat.Kawasan
karst memiliki fungsi ekosistem yang serupa dengan hutan rimba, yaitu
sebagai pengatur tata air khususnya air bawah tanah dan penyimpan potensi
karbon. Aliran air yang tersimpan di bukit karst dikeluarkan perlahan-lahan
baik sebagai mata air maupun sungai bawah tanah.

Tabel 1.3. Baku Mutu Parameter Kimia terhadap Kualitas Air Dingin Desa
Karangan Hilir dan Air Panas Desa Batu Lepoq

6
Nilai pH air yang bersumber dari tiga lokasi, yaitu mata air dari
Kecamatan Kaliorang, sumber mata air dingin serta sumber mata air panas di
Kecamatan Karangan masing-masing adalah 6.94 mg/L; 7.09 mG/L dan 8.26
mg/L. Nilai pH tersebut mengindikasikan bahwa ion H+ dan ion OH- yang
terdapat dalam air yang berasal dari mata air. Di Kecamatan Kaliorang dan
sumber mata air dingin di Kecamatan Karangan masih dalam jumlah yang
berimbang sehingga bersifat netral, sedangkan berdasarkan skala nilai pH,
air yang berasal dari sumber mata air panas di Kecamatan Karangan bersifat
alkalis (basa) yang diindikasikan dengan nilai pH yang tinggi (>7,9)
peruntukannya yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Timur, kualitas air dengan kisaran nilai pH 6,94 mg/l- 8,26 mg/l dari ketiga
lokasi diatas sesuai dan dapat digunakan untuk semua kelas peruntukan (I-
IV), dimana air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum, sarana dan
prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, irigasi,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

7
Amonia (NH3-N)
Kandungan amonia yang terdapat dalam air yang berasal dari tiga
sumber air relatif rendahyaitu sebesar >0.01 mg/L untuk air yang berasal dari
mata air Kaliorang, sedangkan untuk air yang berasal dari sumber air dingin
dan sumber air panas di Kecamatan Karangan memiliki kandungan amonia
masing-masing sebesar 0.22 mg/L dan 0.08 mg/L. pada air dengan
kandungan oksigen terlarut tinggi, kandungan amonia relatif kecil sehingga
amonia bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Kondisi mata air yang
cukup dangkal (tidak terlalu dalam) serta biota air dalam jumlah yang sedikit
merupakan faktor penyebab rendahnya kandungan amonia yang terkandung
dalam air yang berasal dari mata air di Kecamatan Kaliorang. Berbeda
dengan kondisi sumber air di Kecamatan Kaliorang, sumber air dingin dan
sumber air panas yang ada di Kecamatan Karangan memiliki kedalaman
yang cukup tinggi. Selain kedalaman, pada kedua sumber air tersebut dapat
dijumpai keberadaan biota air (ikan)

Nitrit (NO2-N)
Nitrit yang terkandung dalam air yang berasal dari tiga lokasi mata
air cukup rendah. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan nitrit
dalam air yang berasal dari 3 lokasi terdapat dalam jumlah yang sama yaitu
>0.01 mg/L. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga sumber air tersebut
masih aman dan belum terkontaminasi oleh limbah industri maupun limbah
domestik serta penggunaan pupuk nitrogen dalam kegiatan pertanian
masyarakat di sekitarsumber air masih terkontrol dengan baik.Berdasarkan
baku mutu dan kelas peruntukannya yang diatur dalam Peraturan Daerah
Provinsi Kalimantan Timur, kualitas air dengan kandungan nitrit (NO 2)
<0.01 mg/l sesuai dan dapat digunakan untuk semua kelas peruntukan (Kelas
I-kelas IV), dimana air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum, sarana
dan prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, irigasi,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

8
BODdan COD
Indikator adanya zat organik dalam air limbah dapat diperoleh
dengan cara mengukur jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
menstabilkannya. Kebutuhan oksigen tersebut dapat dinyatakan dengan
parameter BOD dan COD.Kadar BOD yang terdapat dalam air dari ketiga
lokasi yaitu mata air di Kecamatan Kaliorang, sumber air dingin dan juga
sumber air panas di Kecamatan Karangan adalah masing- masing sebesar
11.55 mg/L, 17.70 mg/L dan 13.85 mg/L

Alkalinitas (CaCO3)
Nilai alkalinitas air yang berasal dari mata air di Kaliorang, sumber
air dingin serta sumber air panas di Karangan adalah masing-masing sebesar
15,06 mg/L, 15.06 mg/L dan 14,15 mg/L dan tergolong ke dalam klasifikasi
perairan yang lunak. Pada umumnya alkalinitas disebabkan oleh bikarbonat
yang berasal dari larutnya batu kapur dalam air tanah. Alkalinitas sangat
berguna dalam air maupun air limbah, karena dapat memberikan buffer
untuk menahan perubahan pH. Nilai alkalinitas yang rendah
mengindikasikan bahwa kandungan kalsium dan magnesium masih
berimbang dengan ion logam bervalensi dua lainnya.

Tabel 1.5. Baku Mutu Parameter Biologi terhadap Kualitas Air


Dingin dan Air Panas di Karangan

9
Dari hasil pengujian, air panas yang ada di Batu Lepoq dalam kondisi
tercemar oleh bakteri totalcoliform. Meskipun ditemukan adanya bakteri
totalcoliform yang cukup banyak, namun sesuai dengan baku mutu
jumlahnya belum melebihi ambang batas yang dipersyaratkan. Selanjutnya,
hasil pengujian air yang berasal dari mata air di Kaliorang dalam
kondisitercemar oleh bakteri total coliform, sedangkan untuk bakteri fecal
coliform tidak ditemukan dalam air yang diuji. Kandungan bakteri total
coliform dalam air yang berasal dari Kaliorang tidak melebihi ambang batas
yang dipersyaratkan sehingga air tersebut sesuai dan layak untuk
dimanfaatkan pada semua kelas peruntukkan air.

Tabel 1.6. Baku Mutu Parameter Biologi terhadap Kualitas Air di Sumber
Air Kaliorang

Coliform Total
Bakteri coliform total merupakan jenis bakteri coliform yang
bersumber dari pencemaran lingkungan oleh bahan organik. Total coliform
merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan
aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Dari hasil pengujian di laboratorium,
sampel air yang berasal dari Kecamatan Kaliorang dan sumber air dingin di
Kecamatan Karangan jumlah total coliform yang terkandung dalam 100 ml

10
air adalah masing-masing 40 individu sedangkan sampel air yang berasal
dari sumber air panas di Karangan mengandung total coliform sebanyak 90
individu/ 100 ml air. Banyaknya bakteri total coliform dalam sampel air
yang berasal dari sumber air panas di Karangan diakibatkan oleh kondisi
lingkungan dimana jarak tempat pengambilan sampel kurang lebih 1 km dari
sumber mata air, sehingga dengan jarak yang cukup jauh tersebut,
kemungkinan air banyak terkontaminasi dengan bahan organik.

Coliform Fekal
Coliform fekal merupakan bakteri coliform yang berasal dari tinja
manusia dan atau hewan berdarah panas dimana secara normal bakteri coli
fecal hanya ditemukan di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan
mamalia atau juga dapat ditemukan pada bahan yang telah terkontaminasi
dengan tinja. Apabila dalam air ditemukan bakteri coliform fekal, maka air
tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik, selain itu
keberadaan bakteri ini juga mengindikasikan adanya bakteri patogen lainnya
dalam air tersebut Dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium
bakteri coliform fekal hanya ditemukan di dalam sampel air yang berasal
dari sumber air dingin di Karangan, yaitu sebanyak ± 40 individu per 100 ml
air.

Parameter Fisika
Dari hasil pengamatan secara visual, kualitas fisik air yang berasal
dari tiga lokasi relatif baik. Beberapa indikator yang dijadikan parameter
kualitas air meliputi warna, rasa dan bau.Warna air sangat dikaitkan dengan
nilai estetika terutama untuk beberapa peruntukkan. Namun sangat penting
untuk dapat membedakan antara air yang mempunyai warna asli akibat
material terlarut dan warna semu akibat zat-zat yang tersuspensi. Warna
kuning alami pada air yang berasal dari daerah pegunungan adalah berasal
dari asam organik yang tidak berbahaya bagi kesehatan, dan warna ini bisa
disamakan dengan warna asam tanik yang terdapat dalam air teh Dari hasil
pengamatan dengan metode visual warna air yang berasal dari ketiga lokasi
tersebut sangat jernih sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi

11
semua kelas peruntukkan air baik untuk air minum, irigasi, wisata maupun
kegiatan lainnya.

Upaya Perlindungan terhadap Sumber Air


Mengingat besarnya peranan air terhadap ekosistem terutama
kelangsungan hidup organisme, maka perlindungan terhadap sumber air
sangat penting dilakukan untuk menanggulangi dan
meminimalisirpencemaran yang dapat memberikan dampak besar terhadap
kerusakan lingkungan serta terutama untuk mempertahankan kuantitas dan
kualitas sumberdaya air.

Simpulkan
Secara fisik dengan indikator warna, bau dan rasa air yang berasal
dari tiga lokasi, yaitu mata air desa Bukit Harapan di Kaliorang, sumber air
dingin Karangan Hilir dan sumber air panas Batu Lepoq di Kecamatan
Karangan memiliki kualitas yang baik sehingga memenuhi syarat
pemanfaatan terutama untuk kelas peruntukkan air, yaitu kelas II, III dan
IV.Secara kimiawi kualitas air relatif baik berdasarkan beberapa indikator
seperti pH, Nitrit, Amoniak, Alkalinitas dan sulfat yang tidak melebihi batas
ambang baku mutu yang dipersyaratkan. Meskipun secara umum kualitas air
cukup baik, namun ada dua indikator yang tidak memenuhi baku mutu, yaitu
BOD dan COD.Dari parameter biologi, air dari ketiga lokasi tersebut dalam
kondisi tercemar oleh bakteri dilihat dari coliform terutama total coliform,
meskipun dalam kondisi tercemar, jumlah bakteri coliform yang terkandung
dalam air tersebut tidak melebihi batas ambang baku mutu yang
dipersyaratkan sehingga apabila dimanfaatkan sebagai air minum, maka tetap
harus melalui pengolahan air atau dipanaskan sampai titik didih tertentu,
karena mengandung bakteri yang mungkin berbahaya bagi manusia.

Saran
Pemanfaatan air untuk bahan baku air minum oleh masyarakat
terlebih dahulu harus melalui pengolahan, salah satunya dengan cara

12
sederhana yaitu dipanaskan sampai titik didih tertentu.Banyaknya kegiatan-
kegiatan seperti perkebunan, pertanian dan lainnya yang berpotensi
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas air,
sehingga pengujian kualitas air harus dilakukan secara terus-menerus
(berkala) untuk mengetahui layak tidaknya air tersebut untuk dimanfaatkan
sebagai air bersih.Perlu dilakukan upaya pengelolaan sertatindakan
konservasi air dan tanah dengan teknik vegetatif di sekitar mata air untuk
mencegah perubahan tatanan dan kualitas air
1.2.2. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H 2O) satu molekul
air memilki dua atom hidrogen kovalen terkait pada atom oksigen
tunggal .air muncul didalam alam dalam semua tiga negara umum dari
materi yang dapat mengambil berbagai bentuk di bumu: uap air danau
dilangit; air laut dan gunung es di lautan kutub, gletser, dan sungai-
sungai dipegunungan.
1.2.3.Karakteristik Air
Adapun karakteristik air yaitu:
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, porosifits
air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid
dalam molekuler. dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi
oleh pH.

2. DO
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer. Semakin banyak jumlah DO maka
kualitas air semakin baik.

3. BOD
BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik atau zat

13
pencemar yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan
COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air
penerima.

4. COD
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan secara organik.

5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian
sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam
pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin atau pemanas) adanya
kesadahan di dalam air tidak lah di kehendaki. Kesadahan yang tinggi
disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi di dalam air.

6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun


Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan
racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat.

1.2.4 Pengolahan air menjadi air minum

Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan untuk


membuat sumber air baku atau air limbah menjadi air yang dapat diterima
bagi pengguna akhir sesuai dengan standar yang dibutuhkan termasuk air
bersih, air minum, air untuk proses industri, air pengobatan, dan air untuk
keperluan lainnya. Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada
adalah menghilangkan kontaminan dalam air atau mengurangi konsentrasi
komtaminan tersebut sehingga menjadi air yang diinginkan sesuai
kebutuhan tanpa merugikan dampak ekologis. Proses-proses yang terlibat
dalam pemisahan kontaminan dapat menggunakan proses fisik seperti
menetap dan penyaringan kimia seperti desinfeksi dan koagulasi. Selain
itu proses biologi juga digunakan dalam pengolahan air limbah, proses-
proses ini dapat meliputi mencampur dengan udara, diaktifkan lumpur
atau saringan pasir padat.

14
1.2.5 Oksigen terlarut, COD dan BOD
1. Oksigen terlarut
Kenaikan temperature menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.
Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menyebabkan bau
yang tidak sedap akibat degradasi anarobik yang mungkin saja terjadi.
2. COD
COD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi
bahan organik
3. BOD
BOD adalah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
menguraikan bahan organik yang terdapat didalam air buangan secara
biolog

15
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
1. Erlenmeyer 300 ml : 4 buah
2. Beaker glass 250 ml : 1 buah
3. Beaker glass 300 ml : 1 buah
4. Beaker glass 500 ml : 3 buah
5. Beaker glass 1000 ml : 1 buah
6. Pipet volume 25 ml : 2 buah
7. Pipet volume 10 ml : 1 buah
8. Pipet ukur 10 ml : 1 buah
9. Pipet ukur 5 ml : 1 buah
10. Bola hisap : 2 buah
11. Pipet tetes : 1 buah
12. Gelas ukur 50 ml : 1 buah
13. Tabung winkler BOD : 4 buah
14. Buret 50 mL : 1 buah
15. Statif & klem : 1 buah
16. Corong : 1 buah
17. Batang pengaduk : 1 buah
18. Water bath : 1 buah
19. Incubator : 1 buah
20. Labu ukur 100 ml : 1 buah
21. Labu ukur 10 ml : 1 buah

b. Bahan yang digunakan

1. Larutan H2SO4 (p) : 6 ml


2. Larutan H2SO4 1:2 : 30 ml

16
3. Kristal Ag2SO4 : 4 gram
4. Larutan KMnO4 0,025 N : 87,2 ml
5. Larutan Na2C2O4 0,025 :92,7 ml
6. Aquadest : 100 ml
7. Air sungai sebelum filtrasi : 135,8 ml
8. Air sungai sesudah filtrasi : 121,2 ml
9. Amos : 129,8 ml
10. Pristine : 131,5 ml
11. MnSO4 : 6 ml
12. Alkil Iodida Azida : 8 ml
13. Indikator Amylum : 18 tetes

2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa COD dan BOD


2.2.1 Perancangan Alat
1. Alat dan Bahan disiapkan.
2. Pada lapisan pertama diisi dengan potongan kain kasa.
3. Pada lapisan kedua diisi dengan batu kecil.
4. Pada lapisan ketiga diisi dengan kain kasa.
5. Pada lapisan keempat diisi dengan pasir silika.
6. Pada lapisan kelima diisi dengan kain kasa.
7. Pada lapisan keenam diisi dengan pasir halus.
8. Pada lapisan ketujuh diisi dengan kain kasa.
9. Pada lapisan kedelapan diisi dengan ijuk.
10. Pada lapisan kesembilan diisi dengan kain kasa.
11. Pada lapisan kesepuluh diisi dengan arang.
12. Pada lapisan kesebelas diisi dengan kain kasa
13. Pada lapisan keduabelas diisi dengan batu kecil
14. Pada lapisan ketiga belas dibuat kain kasa

17
Gambar 2.1. Perancangan Alat

2.2.2 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen


a. Pembuatan H2SO4 1 : 2
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. H2SO4 97 % diukur sebanyak50 ml lalu dimasukkan kedalam
beaker glass 300 ml.
3. Larutan kemudian diencerkan dengan aquadest sebanyak 100
ml.
b. Pembuatan Larutan Na2C2O4 0,025 N
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Kristal Na2C2O4 ditimbang sebanyak 1,68 gram.
3. Kristal kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000
ml,lalu diencerkan dengan aquadest sampai tanda garis, lalu
homogenkan.
c. Pembuatan Larutan KMnO4 0,025 N
1. Alat dan bahan disediakan.
2. KMnO4 ditimbang sebanyak 0,79 gram dengan kaca arloji.

18
3. Kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyk 1 liter dan
dipanaskan selama 2 jam dan biarkan selama 1 malam.

2.2.3 Prosedur Kerja Pengolahan Air


1. Alat pengolahan dicuci dengan menggunkan air bersih
2. Sampel air sungai difiltrasi.
3. Air hasil filtrasi di pindahkan ke beaker glass 300 ml.
2.2.4 Prosedur Kerja COD
A. Prosedur Kerja Sampel
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Air tahu filtrasi diukur sebanyak 25 ml dalam erlenmeyer
300 ml, lalu ditambahkan aquadest 50 ml.
3. Larutan tidak berwarna ditambahkan H2SO4 1:2 sebanyak
5 ml.
4. Larutan yang terbentuk kemudian ditambahkan Ag2SO4
sebanyak 1 gram (1 ujung spatula) sampai terbentuk
larutan putih keruh.
5. Larutan putih keruh kemudian ditambahkan KMnO4
sebanyak 10 ml lalu dipanaskan pada water bath selama 30
menit.
6. Larutan kemudian ditambahkan Na2C2O40,025 N sebanyak
10 ml, dan langsung dititrasi dengan KMnO4 sampai
terbentuk warna merah jambu muda.
7. Prosedur diulangi dengan mengganti air tahu sebelum
filtrasi menjadi air tahu sesudah filtrasi

19
Gambar 2.2. Penetapan COD
B. Prosedur Kerja Blanko
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Aquadest diukur sebanyak 25 ml lalu ditambahkan H2SO41:2
sebanyak 5ml .
3. Larutan putih keruh kemudian ditambahkan KMnO4 sebanyak
10ml lalu dipanaskan pada water bath selama 30 menit.
4. Larutan kemudian ditambahkan Na2C2O4 sebanyak 10 ml,
kemudian dipanaskan kembali pada water bath selama 30
menit.
5. Larutan tidak berwara kemudian ditambahkan lagi Na2C2O4
sebanyak 10 ml dan langsung dititrasi dengan KMnO4 sampai
terbentuk warna merah jambu muda.

Gambar 2.3. Penetapan Blanko

C. Prosedur Kerja FaktorLarutan KMnO4


1. Alat dan bahan disediakan.

20
2. Larutan Na2C2O4 0,025 N sebanyak 15 ml dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 300 ml.
3. Aquades ditambahkan kedalam Erlenmeyer sebanyak 100 ml.
4. Larutan H2SO41:2 kedalam Erlenmeyer sebanyak 5 ml.
5. Tambahkan KMnO40,025 N ditambahkan kedalam Erlenmeyer
sebanyak 20 ml. biarkan beberapa menit sampai hilang
warnanya. Panaskan pada water bathselama 30 menit sampai
berwarna coklat.
6. Larutan coklat dipanaskan dalam water bath selama 20 menit
sampai berubah menjadi larutan tidak berwarna.
7. Larutan langsung dititrasi dengan KMnO4 0,025 Nsampai
terbentuk warna merah muda.

Gambar 2.4. Penetapan Faktor Larutan KmnO4


2.2.5 Prosedur Kerja BOD
A. Prosedur Kerja OT0
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Air tahu sebelum filtrasi diisi kebotol Winkler sampai
penuh.
3. MnSO4 kemudan ditambahkan kedalam botol winkler
sebanyak 1 ml.

21
4. Larutan putih keruh yang terbentuk kemudian ditambahkan
Alkali Iodidia Azida sebanyak 1 ml, terbentuk 2 lapisan
yaitu lapisan tidak berwarna dibuang sebanyak 25 ml
5. Endapan cokelat ditambahkan H2SO4(p) sebanyak1 ml dan
diaduk sampai terbentuk larutan kuning muda

6. Larutan kuning muda ditambahkan indicator amilum


sebanyak 3 tetes sehingga terbentuk larutan biru tua

7. Larutan biru tua kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,025


N sampai berubah menjadi larutan tidak berwarna

B.Prosedur Kerja OT0 Pada Air Sungai Sesudah Filtrasi,


Amos, dan Pristine
1. Alat dan bahan disediakan
2. Sampel air sungai sebelum filtrasi diisi kebotol winkler
sampai penuh
3. MnSO4 kemudian ditambahkan ke dalam botol winkler
sebanyak 1 ml
4. Larutan putih keruh yang terbentuk kemudian ditambahkan
Alkali Iodida Azida sebanyak 1 ml, lalu diamkan selama 30
menit sampai terbentuk 2 lapisan dan larutan tidak berwarna
dibuang sebanyak 25 ml
5. Endapan coklat ditambahkan H2SO4(p) sebanyak 1 ml dan
diaduk sampai terbentuk larutan orange
6. Larutan orange dititrasi dengan larutan tio 0,025 N sampai
terbentuk larutan kuning muda
7. Larutan kuning muda ditambahkan indicator amilum
sebanyak 3 tetes sehingga terbentuk larutan biru tua
8. Larutan biru tua kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,025
N sampai berubah menjadi larutan tidak berwarna

22
Gambar 2.5. Penetapan BOD pada OT0

23
C.Prosedur Kerja OT2 Pada Amos, dan Pristine
1. Alat dan bahan disediakan
2. Sampel diisi kebotol winkler sampai penuh lalu diinkubator
selama 2 hari
3. MnSO4 kemudian ditambahkan ke dalam botol winkler
sebanyak 1 ml
4. Larutan putih keruh yang terbentuk kemudian ditambahkan
Alkali Iodida Azida sebanyak 1 ml, lalu diamkan selama 30
menit sampai terbentuk 2 lapisan dan larutan tidak berwarna
dibuang sebanyak 25 ml
5. Endapan coklat ditambahkan H2SO4(p) sebanyak 1 ml dan
diaduk sampai terbentuk larutan kuning muda
6. Larutan kuning kemudian ditambahkan indicator amilum
sebanyak 3 tetes sehingga terbentuk larutan biru tua
7. Larutan biru tua kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,025 N
sampai berubah menjadi larutan tidak berwarna

D.Prosedur Kerja OT2 Pada Air Sungai Sebelum dan


Sesudah Filtrasi
1. Alat dan bahan disediakan
2. Sampel diisi kebotol winkler sampai penuh lalu diinkubator
selama 2 hari
3. MnSO4 kemudian ditambahkan kedalam botol winkler
sebanyak 1 ml
4. Alkil azida iodide ditambahkan sebanyak 1 ml sampai
terbentuk 2 lapisan yaitu endapan putih dan larutan tidak
berwarna

24
Gambar 2.6. Penetapan Kadar BOD pada OT2

25
2.2.6 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan CODSerta BOD.

AIR SUNGAI

Analisa COD dan BOD

MEDIA FILTRASI

AIR HASIL FILTRASI

Analisa COD dan BOD

SESUAI
TIDAK
SNI

YA

AIR BERSIH

Gambar 2.1 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan COD serta BOD.

26
BAB III

DATA & PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Pengamatan


Tabel 3.1. Data Pengamatan Faktor Larutan KMnO4

No Volume Volume Volume Volume Volume


Na2C2O4 0,025 aquades H2SO4 KMnO4 titrasi
(ml) (ml) (ml) 0,025 N KMnO4
(ml) 0,025 N
(ml)

1. 25 100 5 20 7

Pengamatan:
Na2C2O4+ aquades → Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 → Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + KMnO4→ Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan Coklat
30 menit
Larutan coklat55-60oC→ Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna dititrasi Larutan merah muda


KMnO40,025 N

Tabel 3.2. Data Pengamatan Kadar COD

N Nama Vol. Vol. Vol. Kris Vol. Vol. Vol.


o Sampel Sam Aqua H2SO4 tal KMnO4 Na2C2 titrasi
pel Ag2 O4 KMnO4

27
(ml) dest (ml) SO4 (ml) (ml) 0,025 N
(ml) (ml) (ml)

1 Blanko - 50 5 - 10 10 3,1

2 Amos 25 50 5 1 10 10 5,6

3 Pristine 25 50 5 1 10 10 5,7

4 Air 25 50 5 1 10 10 6,2
sungai
sebelum
filtrasi

3 Air 25 50 5 1 10 10 6,6
sungai
setelah
filtrasi

Pengamatan

1. Blanko
Aquades + H2SO4 1:2 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + KMnO4 Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit
Latutan ungu + Na2C2O4 Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna titrasi Larutan merah muda


KMnO4 0,025 N

2. Amos
Amos + aquades Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1: 2 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + Ag2SO4 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + KMnO4 0,025 N Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit

28
Lautan ungu+ Na2C2O4 0,025 N Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna titrasi Larutan merah muda


KMnO4 0,025 N

3. Pristine
Pristine + aquades Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + Ag2SO4 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + KMnO4 0,025 N Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit
Lautan ungu+ Na2C2O4 0,025 N Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna titrasi Larutan merah muda


KMnO4 0,025 N

4. Air Sungai Sebelum Filtrasi


Air Sungai Sebelum Filtrasi + aquades Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + Ag2SO4 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + KMnO4 0,025 N Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit
Lautan ungu+ Na2C2O4 0,025 N Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna titrasi Larutan merah muda


KMnO4 0,025 N

5. Air Sungai Sesudah Filtrasi


Air Sungai Sesudah Filtrasi + aquades Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + Ag2SO4 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + KMnO4 0,025 N Larutan ungu

29
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit
Lautan ungu+ Na2C2O4 0,025 N Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna titrasi Larutan merah muda


KMnO4 0,025 N

30
Tabel. 3.3. Data Pengamatan Kadar BOD

N Nama Peng Vol Vol Vol Vol Ind Vol Vol


o sampel amat Mn alka beni H2S ami tio botol
an SO4 li ngan O4 lum sulfat winkl
BOD (ml) azid yang (ml) 1% 0,025 er
a dipip (tet N (ml)
(ml) et es) (ml)
(ml)
1 Amos OT0 1 1 25 1 3 3,5 104,8
2 Pristine OT0 1 1 25 1 3 3,6 106,5
3 Air OT0 1 1 25 1 3 3,6 99,2
sungai
sebelum
filtrasi
2 Air tahu OT0 1 1 25 1 3 2,3 96,2
setelah
filtrasi

Pengamatan

1. Amos
Amos+ MnSO4 Larutantidakberwarna
Larutantidakberwarna+ alkali azida iodide
Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisanatastidakberwarna
b. Lapisanbawahendapancoklat

Endapancoklat + H2SO4 1:2 Larutanberwarnajingga

Larutanberwarnajinggadititrasi Larutanberwarnakuning
Tiosulfat

31
Larutanberwarnakuning+ind.Amilum 1%

Larutanberwar
nabirutua
LarutanbirutuadititrasiLarutantidakberwarna
Tiosulfat
2. Pristine
Pristine + MnSO4 Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + alkali azida iodide

Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisan atas tidak berwarna

b. Lapisan bawah endapan coklat

Endapan coklat + H2SO4 1:2 Larutan berwarna jingga

Larutan berwarna jingga dititrasi Larutan berwarna kuning


Tio sulfat
Larutan berwarna kuning + ind. Amilum 1% Larutan
berwarna biru
tua

Larutan biru tua dititrasi Larutan tidak berwarna


Tio sulfat
3. Air sungaisebelumfiltrasi
Air sungai sebelum filtrasi + MnSO4 Larutan tidak
berwarna

Larutan tidak berwarna + alkali azida iodide

Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisan atas tidak berwarna

b. Lapisan bawah endapan coklat

Endapan coklat + H2SO4 1:2 Larutan kuning muda

32
Larutan berwarna kuning + ind. Amilum 1% Larutan
berwarna biru tua
Larutan biru tua dititrasi Larutan tidak berwarna
Tio sulfat
4. Air sungaisetelahfiltrasi
Air sungai setelah filtrasi + MnSO4 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + alkali azida iodide

Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisan atas tidak berwarna


b. Lapisan bawah endapan coklat
Endapan coklat + H2SO4 1:2 Larutan berwarna jingga

Larutan berwarna jingga dititrasi Larutan berwarna kuning


Tio sulfat
Larutan berwarna kuning + ind. Amilum 1% Larutan
berwarna biru
tua

Larutan biru tua dititrasi Larutan tidak berwarna


Tio sulfat

33
Tabel. 3.4. Data Pengamatan Kadar BOD pada OT2

N Nama Peng Vol Vol Vol Vol Ind Vol Vol


o sampel amat Mn alka beni H2S ami tio botol
an SO4 li ngan O4 lum sulfat winkl
BOD (ml) azid yang (ml) 1% 0,025 er
a dipip (tet N (ml)
(ml) et es) (ml)
(ml)
1 Amos OT2 1 1 25 1 3 3,5 104,8
2 Pristine OT2 1 1 25 1 3 3,6 106,5
3 Air OT2 1 1 - - - - 110,8
sungai
sebelum
filtrasi
2 Air tahu OT2 1 1 - - - - 96,2
setelah
filtrasi

Pengamatan

1. Amos
Amos+ MnSO4 Larutan tidak berwarna
Larutantidakberwarna+ alkali azida iodide
Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisanatastidakberwarna
b. Lapisanbawahendapancoklat

Endapan coklat + H2SO4(p) Larutankuning muda

Larutan kuning muda + Ind.Amilum 1 % Larutan biru tua

34
Larutanbiru tua dititrasi Larutantidak berwarna
Tiosulfat
2. Pristine
Pristine + MnSO4 Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + alkali azida iodide

Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisan atas tidak berwarna

b. Lapisan bawah endapan coklat

Endapan coklat + H2SO4(p) Larutankuning muda

Larutan kuning muda + Ind.Amilum 1 % Larutan biru tua

Larutan biru tua dititrasi Larutan tidak berwarna


Tio sulfat
3. Air sungaisebelumfiltrasi
Air sungai sebelum filtrasi + MnSO4 Larutan tidak
berwarna

Larutan tidak berwarna + alkali azida iodide

Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisan atas tidak berwarna

b. Lapisan bawah endapan putih

4. Air sungaisetelahfiltrasi
Air sungai setelah filtrasi + MnSO4 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + alkali azida iodide

Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisan atas tidak berwarna


b. Lapisan bawah endapan putih

35
3.2. Pengolahan Data

3.2.1. Pembuatan Reagen


a. Larutan Na2C2O4 0,025 N
Gr= NxBExV
=0,025 ek / l x 67 gr / ek x 11
=1,675 gr
b. Larutan KMnO4 0,025 N
Gr= NxBExV
=0,025 ek / l x 31,6 gr / ek x 11
=0,79 gr
3.2.2. Penentuan Faktor
25 b 1
f =a × × ×
1000 100 7 x 0,001675
25 99 1
¿ 1,675 × × ×
1000 100 7 x 0.001675
1
¿ 1,675 ×0,025 ×0,99 ×
7 x 0.001675
= 3,5357
3.2.2. COD
1. Amos
1000
COD (ppm) ¿ ( a−b ) × f × ×0,2
V
1000
¿ ( 10−6,1 ) ml × 0,8834 × ×0,2
25 ml
¿ ( 2,5 ) ml × ( 0,8834 ) × ( 40 ) × ( 0,2 )
¿ 17,668 ppm
2. Pristine
1000
COD (ppm) ¿ ( a−b ) × f × ×0,2
V
1000
¿ ( 10−6,1 ) ml × 0,8834 × ×0,2
25 ml

36
¿ ( 2,6 ) × ( 0,8834 ) × ( 40 ) × ( 0,2 )
¿ 18,3747 ppm

3. Air Sungai Sebelumfiltrasi


1000
COD (ppm) ¿ ( a−b ) × f × ×0,2
V
1000
¿ ( 10−6,1 ) ml × 0,8834 × ×0,2
25 ml
¿ ( 3,1 ) ml × ( 0,8834 ) × ( 40 ) × ( 0,2 )
¿ 21,9083 ppm
4. Air Sungai SetelahFiltrasi
1000
COD (ppm) ¿ ( a−b ) × f × ×0,2
V
1000
¿ ( 10−6,1 ) ml × 0,8834 × ×0,2
25 ml
¿ ( 3,5 ) ml × ( 0,8834 ) × ( 40 ) × ( 0,2 )
¿ 24,7352 ppm
3.2.3. BOD

Perhitungan OT0

1. Amos
ml Tio × N .Tio ×8000
OT0¿ DO=
volume larutan yang dititrasi

mek
3,5 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml

¿ 28 ppm

ml Tio × N .Tio ×8000


OT2¿ DO=
volume larutan yang dititrasi

37
mek
2,2ml × 0,025 × 8000
ml
¿
25 ml

¿ 17,6 ppm

BOD = OT0 – OT2


=28-17,6 ppm
=10,14ppm
2. Pristine
ml Tio × N .Tio ×8000
OT0¿ DO=
volume larutan yang dititrasi

mek
3,6 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml

¿ 28,8 ppm

ml Tio × N .Tio ×8000


OT2¿ DO=
volume larutan yang dititrasi

mek
2,5 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml

¿ 20 ppm

BOD = OT0 – OT2


=28,8-20 ppm
=8,8ppm
3. Air Sungai SebelumFiltrasi
ml Tio × N .Tio ×8000
OT0¿ DO=
volume larutan yang dititrasi

mek
3,6 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml

38
¿ 28,8 ppm

ml Tio × N .Tio ×8000


OT2¿ DO=
volume larutan yang dititrasi

mek
0 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml

¿ 0 ppm

BOD = OT0 – OT2

=28,8-0 ppm
=28,8 ppm
4. Air Sungai SetelahFiltrasi
ml Tio × N .Tio ×8000
OT0¿ DO=
volume larutan yang dititrasi

mek
2,3 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml

¿ 18,4 ppm

ml Tio × N .Tio ×8000


OT2¿ DO=
volume larutan yang dititrasi

mek
0 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml

¿ 0 ppm

BOD = OT0 – OT2


=18,4-0 ppm
=18,4 ppm

3.2.4. Reaksi

39
a. COD
2KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + MnSO4 + H2O + SO2

Na2C2O4 + H2SO4 H2S2O4 +Na2SO4

On + ZatOrganik CO2 + H2O

Na2C2O4 + On CO2 + H2O

Senyawa Kalium Asam Karbon air Mangankalium


Organikpermanganate sulfat dioksida sulfat

CaHbOc + KMnO4 + H2SO4 CO2 + H2O + MnSO4 + K+


+7 Ag2SO4+2
Reduksi

KloridaKalium Perak HidrogenKlorinMangan Perak Kalium Air


permanganate sulfat Oksida OksidaSulfat

2Cl- + 2KMnO4 + Ag2SO4 + 4H+ + 2e Cl2 + 2MnO2 + 2AgO↓ + K2SO4 + 2H2O


-1 +7 0 +2

Oksidasi

Reduksi
NatriumKaliumAsamKarbon Air Mangan Kalium OksigenNatrium
OksalatPermanganatsulfatdioksida SulfatSulfat

2Na2C2O4 + 4KMnO4+ 6H2SO4 → 4CO2 + 6H2O + 4MnSO4 + 2K2SO4 + 5O2 +


4Na+

40
+3 +7 -1 +2

Oksidasi

Reduksi

b. BOD

1. 2H2O + MnSO4 Mn(OH)2 + H2SO4


Air ManganMangan (II) AsamSulfat
Sulfat Hidroksida

2. 2Mn(OH)2 + O2 2MnO2 + 2H2O


Mangan (II) OksigenManganOksida Air
Hidroksida

3. MnO2 + H2O + 2KI- NaN3 Mn(OH)2 + I2 + 2KOH +2NaN3


Mangan AirAlkali AzidaMangan (II) IodiumKaliumAzida
Oksida IodidaHidroksida Hidroksida

4. Mn(OH)2 + I2 + 2KOH + 2NaN3 + 2H2SO4


Mangan (II) IodiumKalium AzidaAsam
HidroksidaHidroksidaSulfat

MnSO4 + K2SO4 + I2+ 2NaN3+ 4H2O


ManganSulfatKaliumSulfat IodiumAzida Air

41
5. I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI
IodiumNatrium Tio Sulfat NatriumNatrium
TetraTionatIodida

BAB IV

PEMBAHASAN

Air merupakan senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur
hydrogen yang bersenyawa dengan unsur oksigen, dalam hal ini membentuk
senyawa H2O. Dalam pengolahan air kotor menjadi air bersih perlu dilakukan
beberapa uji kualitas salah satunya COD, BOD pada air. Uji COD adalah jumlah
oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang
sukar didegradasi. Sedangkan Uji BOD adalah suatu analisa empiris yang
mencoba mendekti secara global proses mikrobiologis yang benar – benar terjadi
dalam air. Pada praktikum kali ini dilakukan uji COD dan BOD pada sampel air
sungai baik sebelum difiltrasi maupun setelah difiltrasi, amos, dan pristine. Hasil
yang diperoleh adalah bahwa nilai COD lebih tinggi dari pada nilai BOD nya,
sehingga dapat dikatakan bahwa kemungkinan bagi makhluk air yang
membutuhkan oksigen untuk hidup. Berdasarkan data yang diatas, diperoleh
kadar COD air amos 17,668 ppm, pristine 18,3747 ppm, air sungaisebelumfiltrasi
21,9083 ppm, air sungaisetelahfiltrasi 24,7352ppm. Berdasarkan data yang diatas,
diperoleh kadar BOD OT0air amos 28 ppm, pristine 28,8 ppm, air
sungaisebelumfiltrasi28,8 ppm, air sungaisetelahfiltrasi18,4ppm.Berdasarkan data
yang diatas, diperoleh kadar BOD OT2air amos 17,8 ppm, pristine 20 ppm.
Menurut SNI dinyatakan bahwa kadar COD sebesar 10 mg/l maka seluruh air
tersebut belum layak dipakai. Faktor yang mempengaruhi kadar COD yaitu

42
banyak material organik dioksidasi oleh dikromat tapi tidak secara boikimia
oksidasi. Faktor yang mempengruhi kadar BOD yitu bibit biological yang dipakai,
pH jika tidak dekat dengan aslinya (netral), keracunan sampel, dan waktu
inkubasi. Efek yang ditimbulkn dari COD yaitu bahan pencemar organik dalam
jumlah yang banyak. Sejalan dengan jumlah mikroorganisme,baik yang
merupakan ptogen maupun tidak patogen juga banyak. Adapun mikroorgnisme
patoen dapat menimbulkan berbagai macam penyakit manusia, sedangkan pada
BOD yaitu menimbulkan bau menyengat serta menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia maupun hewan yang ada disekitar periran tersebut

43
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

1. COD pada amos sebesar 17,668 ppm, pristine 18,3747 ppm, air sungai
sebelum filtrasi 21,9083 ppm, air sungai sesudah filtrasi 24,7352 ppm.

2. OT0padaamos 28 ppm,pristine 28,8 ppm, air sungai setelah filtrasi 18,4


ppm, dan air sungai sebelum filtrasi 28,8 ppm.

3. OT2pada Amos 17,8 ppm, dan pada pristine 20 ppm.

4. BOD pada amos sebesar 10,14 ppm, pristine 8,8 ppm, air sungai sebelum
filtrasi 28,8 ppm, dan air sungai setelah filtrasi 18,4 ppm.

5.2 Saran
Alat filtrasi yang tidak baik akan mempengaruhi kualitas air yang akan
dianalisa, sehingga hasil pengamatan yang didapat memiliki selisih yang
tinggi dibandingkan dengan SNI

44

Anda mungkin juga menyukai