2
3
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
“Analisa Kualitas Air Limbah : COD dan BOD“. Akhirnya, penulis ingin
menyampaikan terima kasih atas perhatian pembaca terhadap laporan in, penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi diri penulis sendiri dan khusunya
pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian lapora ini mungkin masih banyak kekurangan ataupun
kesalahan kosakata. Oleh karena itu penulis meminta saran dan kritik yang
bermanfaat ataupun membangun untuk penyempurnaan laporan ini dan juga untuk
peningkatan pembuatan laporan pada praktikum yang lain dan pada waktu
mendatang.
v
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
FORM ASISTENSI................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. TujuanPraktikum.................................................................. 1
1.2. LandasanTeori...................................................................... 1
1.2.1. AnalisisKualitas Air Pada Sumber Mata Air Di
Kecamatan Karangan Dan Kaliorang Kabupaten
Kutai Timur............................................................... 1
1.2.2. Air............................................................................. 12
1.2.3. Karakteristik Air....................................................... 12
1.2.4. Pengolahan Air…………......................................... 14
1.2.5. OksigenTerlarut, COD dan BOD……………….... . 15
BAB II. METODOLOGI...................................................................... 16
2.1. Alat dan Bahan................................................................... 16
a. Alat................................................................................. 16
b. Bahan............................................................................. 16
2.2. Tahapan Pengolahan Limbah dan Analisa COD dan BOD 17
2.2.1. Perancangan Alat…………………………………. 17
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen......................... 18
2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air……………........... 19
2.2.4. Prosedur Kerja COD……………………................ 20
2.2.5. Prosedur Kerja BOD................................................ 22
BAB III. DATA PENGAMATAN........................................................ 25
BAB IV. PEMBAHASAN..................................................................... 33
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 34
5.1. Kesimpulan........................................................................ 34
5.2. Saran................................................................................... 34
vi
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 35
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
Gambar 2.1. Perancangan Alat......................................................................... 17
Gambar 2.2. Penetapan Faktor KMnO4............................................................ 19
Gambar 2.3. Penetapan Blanko......................................................................... 20
Gambar 2.4. Penetapan COD pada Sampel...................................................... 21
Gambar 2.5. Penetapan BOD pada Sampel...................................................... 22
Gambar 2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Limbah dan COD serta BOD......... 23
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan hasil metabolisme. Bagi manusia, air memiliki peranan yang sangat
besar bukan hanya untuk kebutuhan biologisnya, yaitu bertahan hidup.
Perlindungan dan pelestarian sumberdaya air harus menjadi salah satu
prioritas utama manusia. Pemanfaatan air untuk berbagai kebutuhan harus
memperhatikan parameter-parameter kualitas air sesuai baku mutu yang
sudah ditetapkan. Sumber mata air di lokasi studi telah dimanfaatkan
masyarakat sekitar, seperti untuk kebutuhan air bersih serta sebagai sarana
rekreasi alami. Penggunaan lahan di Kecamatan Karangan dan Kaliorang
sebagian besar untuk kegiatan perkebunan, dan pertanian. Sehingga
potensi tercemarnya sumber mata air semakin tinggi dengan semakin
tingginya aktivitas manusia di sekitar sumber air tersebutkebutuhan akan
air bersih oleh manusia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Kenyataan yang terjadi sekarang ini, kualitas dan
kuantitas air semakin menurun serta mengalami penyimpangan tatanan
sebagai dampak dari eksploitasi secara berlebihan dan perilaku mahluk
Maraknya alih fungsi kawasan hutan (konversi) seperti untuk kegiatan
pertambangan, pertanian, perkebunan dan lainnya dewasa ini,
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, untuk
mengetahui beberapa parameter kualitas air secara fisik, kimia dan biologi
dari tiga lokasi sumber mata air di lokasi studi, dan membandingkan hasil
pengujian kualitas air dari tiga sumber mata air dengan baku mutu yang
mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur nomor 02
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Timur khususnya
sumber mata air di Desa Karangan Hilir, dan Desa Batu Lepoq Kecamatan
Karangan serta sumber mata air di Desa Bukit Harapan Kecamatan
Kaliorang. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan Tahun 2015,
dan analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Analisis Terpadu FPIK
Universitas. Prosedur dalam penelitian ini secara umum terdiri dari studi
2
kepustakaan, orientasi lapangan dan pengambilan sampel air. Sampel air
yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan, untuk masing-masing lokasi
diambil 3 botol (±1800 ml) dengan diberi perlakuan tertentu agar suhu
konstan tetap terjaga bertujuan untuk mempertahankan dan mengawetkan
sifat fisik, kimia dan biologi sampel air tersebut.Metode dalam penelitian
ini adalah metode survey langsung dan analisis laboratorium.
Lokasisurvey sumber mata air ditentukan secara sengaja. Penelitian ini
bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil perbandingkan
data kualitas air hasil uji laboratorium dengan baku mutu yang berlaku
dan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan kajian kepustakaan.
Parameter kualitas air yang akan diuji dan metode analisisnya dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut:
3
Hasil Dan Pembahasan
Desa Karangan Hilir merupakan salah satu desa yang ada di
Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur yang dapat ditempuh sekitar
kurang lebih 7 jam dari ibukota kabupaten (Sangatta). Sumber air dingin di
Desa Karangan Hilir dapat dicapai dengan menempuh perjalanan selama
kurang lebih 30 menit dari pusat pemukiman padat penduduk dengan
menggunakan transportasi darat. Desa Karangan Hilir terletak pada daerah
dengan keadaan topografi yang bervariasi mulai dari daerah dataran, lereng
bergelombang, sampai pegunungan kapur (karst). Potensi di sektor
kehutanan, Desa Karangan Hilir, yaitu memiliki hutan alam yang masih
relatif luas, terdiri atas kawasan lindung karst, hutan produksi (HPH) dan
hutan non-produksi. Hutan alami didominasi oleh famili Dipterocarpaceae
seperti beberapa jenis meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.),
kapur (Balanocarpus sp.) dan lain sebagainya. Sektor perkebunan,
masyarakat Desa Karangan Hilir mengembangkan beberapa jenis tanaman
perkebunan antara lain : kelapa sawit (Elaeis guinensis), karet (Hevea
bruciliensis), kopi (Coffea arabica), lada (Piper nigrum) dan lainnya. Untuk
sektor pertanian, yang dikembangkan masyarakat desa Karangan Hilir dapat
dikelompokkan menjadi tanaman pangan yang terdiri dari tanaman padi,
jagung, umbi-umbian, sagu dan kedelai ; tanaman sayur-sayuran yang terdiri
dari : kacang-kacangan, bayam, sawi, kangkung, terong, labu, cabe dan
lainnya; serta tanaman buah-buahan yang terdiri dari : pisang, pepaya,
belimbing, salak dan lainnya. Desa Batu Lepoq di Kecamatan Karangan
berada di dataran rendah pada ketinggian ± 71 meter dari permukaan laut
dengan keadaan topografi yang cukup datar/ landai. dimana jenis vegetasi
yang ada di sekitar mata air didominasi oleh jenis jati (Tectona grandis
Linn.) dan beberapa tanaman kehutanan lainnya. Secara global, air yang
tercemar mikroorganisme patogen merupakan penyebab terbesar terjadinya
penyakit manusia. Organisme pencemar air dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu bakteri, virus dan parasit, dimana organisme-organisme tersebut dapat
menyebabkan penyakit tipus, disentri, radang usus, kolera, polio, hepatitis
dan masih banyak lagi Air pada sumber air yang berada dalam dua atau lebih
4
wilayah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur menurut
peruntukannya dibagi menjadi 4 (empat) kelas. Tingkatan mutu air dari
setiap kelas disusun berdasarkan kemungkinan kegunaannyabagi suatu
peruntukan air (designated beneficialwater uses). Pembagian kelas air
berdasarkanperuntukannya
a. Kelas I (satu), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
Tabel 1.2. Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air dari Tiga Lokasi
5
Sumber air di lokasi studimerupakan sumber air dari kawasan
perbukitan karst(batu kapur) dimana sumber mata air dari tiga lokasi tersebut
berasal dari akuifer (lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang
mengandung air dan dapat dirembesi air) batuan karst.Bentang lahan karst
memiliki peran yang sangat penting bagi lingkungan dimana lahan karst
menyediakan jasa ekosistem seperti air bersih, bahan-bahan material, dan
menjadi agen pengendali perubahan iklim.Terganggunya ekosistem dapat
mempengaruhi kualitas air dari sumber mata air yang dihasilkan. Untuk
ketiga lokasi studi sudah terdapat berbagai aktivitas pemanfaatan lahan baik
di sektor pertambangan, perkebunan dan pertanian masyarakat.Kawasan
karst memiliki fungsi ekosistem yang serupa dengan hutan rimba, yaitu
sebagai pengatur tata air khususnya air bawah tanah dan penyimpan potensi
karbon. Aliran air yang tersimpan di bukit karst dikeluarkan perlahan-lahan
baik sebagai mata air maupun sungai bawah tanah.
Tabel 1.3. Baku Mutu Parameter Kimia terhadap Kualitas Air Dingin Desa
Karangan Hilir dan Air Panas Desa Batu Lepoq
6
Nilai pH air yang bersumber dari tiga lokasi, yaitu mata air dari
Kecamatan Kaliorang, sumber mata air dingin serta sumber mata air panas di
Kecamatan Karangan masing-masing adalah 6.94 mg/L; 7.09 mG/L dan 8.26
mg/L. Nilai pH tersebut mengindikasikan bahwa ion H+ dan ion OH- yang
terdapat dalam air yang berasal dari mata air. Di Kecamatan Kaliorang dan
sumber mata air dingin di Kecamatan Karangan masih dalam jumlah yang
berimbang sehingga bersifat netral, sedangkan berdasarkan skala nilai pH,
air yang berasal dari sumber mata air panas di Kecamatan Karangan bersifat
alkalis (basa) yang diindikasikan dengan nilai pH yang tinggi (>7,9)
peruntukannya yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Timur, kualitas air dengan kisaran nilai pH 6,94 mg/l- 8,26 mg/l dari ketiga
lokasi diatas sesuai dan dapat digunakan untuk semua kelas peruntukan (I-
IV), dimana air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum, sarana dan
prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, irigasi,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
7
Amonia (NH3-N)
Kandungan amonia yang terdapat dalam air yang berasal dari tiga
sumber air relatif rendahyaitu sebesar >0.01 mg/L untuk air yang berasal dari
mata air Kaliorang, sedangkan untuk air yang berasal dari sumber air dingin
dan sumber air panas di Kecamatan Karangan memiliki kandungan amonia
masing-masing sebesar 0.22 mg/L dan 0.08 mg/L. pada air dengan
kandungan oksigen terlarut tinggi, kandungan amonia relatif kecil sehingga
amonia bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Kondisi mata air yang
cukup dangkal (tidak terlalu dalam) serta biota air dalam jumlah yang sedikit
merupakan faktor penyebab rendahnya kandungan amonia yang terkandung
dalam air yang berasal dari mata air di Kecamatan Kaliorang. Berbeda
dengan kondisi sumber air di Kecamatan Kaliorang, sumber air dingin dan
sumber air panas yang ada di Kecamatan Karangan memiliki kedalaman
yang cukup tinggi. Selain kedalaman, pada kedua sumber air tersebut dapat
dijumpai keberadaan biota air (ikan)
Nitrit (NO2-N)
Nitrit yang terkandung dalam air yang berasal dari tiga lokasi mata
air cukup rendah. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan nitrit
dalam air yang berasal dari 3 lokasi terdapat dalam jumlah yang sama yaitu
>0.01 mg/L. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga sumber air tersebut
masih aman dan belum terkontaminasi oleh limbah industri maupun limbah
domestik serta penggunaan pupuk nitrogen dalam kegiatan pertanian
masyarakat di sekitarsumber air masih terkontrol dengan baik.Berdasarkan
baku mutu dan kelas peruntukannya yang diatur dalam Peraturan Daerah
Provinsi Kalimantan Timur, kualitas air dengan kandungan nitrit (NO 2)
<0.01 mg/l sesuai dan dapat digunakan untuk semua kelas peruntukan (Kelas
I-kelas IV), dimana air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum, sarana
dan prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, irigasi,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
8
BODdan COD
Indikator adanya zat organik dalam air limbah dapat diperoleh
dengan cara mengukur jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
menstabilkannya. Kebutuhan oksigen tersebut dapat dinyatakan dengan
parameter BOD dan COD.Kadar BOD yang terdapat dalam air dari ketiga
lokasi yaitu mata air di Kecamatan Kaliorang, sumber air dingin dan juga
sumber air panas di Kecamatan Karangan adalah masing- masing sebesar
11.55 mg/L, 17.70 mg/L dan 13.85 mg/L
Alkalinitas (CaCO3)
Nilai alkalinitas air yang berasal dari mata air di Kaliorang, sumber
air dingin serta sumber air panas di Karangan adalah masing-masing sebesar
15,06 mg/L, 15.06 mg/L dan 14,15 mg/L dan tergolong ke dalam klasifikasi
perairan yang lunak. Pada umumnya alkalinitas disebabkan oleh bikarbonat
yang berasal dari larutnya batu kapur dalam air tanah. Alkalinitas sangat
berguna dalam air maupun air limbah, karena dapat memberikan buffer
untuk menahan perubahan pH. Nilai alkalinitas yang rendah
mengindikasikan bahwa kandungan kalsium dan magnesium masih
berimbang dengan ion logam bervalensi dua lainnya.
9
Dari hasil pengujian, air panas yang ada di Batu Lepoq dalam kondisi
tercemar oleh bakteri totalcoliform. Meskipun ditemukan adanya bakteri
totalcoliform yang cukup banyak, namun sesuai dengan baku mutu
jumlahnya belum melebihi ambang batas yang dipersyaratkan. Selanjutnya,
hasil pengujian air yang berasal dari mata air di Kaliorang dalam
kondisitercemar oleh bakteri total coliform, sedangkan untuk bakteri fecal
coliform tidak ditemukan dalam air yang diuji. Kandungan bakteri total
coliform dalam air yang berasal dari Kaliorang tidak melebihi ambang batas
yang dipersyaratkan sehingga air tersebut sesuai dan layak untuk
dimanfaatkan pada semua kelas peruntukkan air.
Tabel 1.6. Baku Mutu Parameter Biologi terhadap Kualitas Air di Sumber
Air Kaliorang
Coliform Total
Bakteri coliform total merupakan jenis bakteri coliform yang
bersumber dari pencemaran lingkungan oleh bahan organik. Total coliform
merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan
aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Dari hasil pengujian di laboratorium,
sampel air yang berasal dari Kecamatan Kaliorang dan sumber air dingin di
Kecamatan Karangan jumlah total coliform yang terkandung dalam 100 ml
10
air adalah masing-masing 40 individu sedangkan sampel air yang berasal
dari sumber air panas di Karangan mengandung total coliform sebanyak 90
individu/ 100 ml air. Banyaknya bakteri total coliform dalam sampel air
yang berasal dari sumber air panas di Karangan diakibatkan oleh kondisi
lingkungan dimana jarak tempat pengambilan sampel kurang lebih 1 km dari
sumber mata air, sehingga dengan jarak yang cukup jauh tersebut,
kemungkinan air banyak terkontaminasi dengan bahan organik.
Coliform Fekal
Coliform fekal merupakan bakteri coliform yang berasal dari tinja
manusia dan atau hewan berdarah panas dimana secara normal bakteri coli
fecal hanya ditemukan di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan
mamalia atau juga dapat ditemukan pada bahan yang telah terkontaminasi
dengan tinja. Apabila dalam air ditemukan bakteri coliform fekal, maka air
tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik, selain itu
keberadaan bakteri ini juga mengindikasikan adanya bakteri patogen lainnya
dalam air tersebut Dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium
bakteri coliform fekal hanya ditemukan di dalam sampel air yang berasal
dari sumber air dingin di Karangan, yaitu sebanyak ± 40 individu per 100 ml
air.
Parameter Fisika
Dari hasil pengamatan secara visual, kualitas fisik air yang berasal
dari tiga lokasi relatif baik. Beberapa indikator yang dijadikan parameter
kualitas air meliputi warna, rasa dan bau.Warna air sangat dikaitkan dengan
nilai estetika terutama untuk beberapa peruntukkan. Namun sangat penting
untuk dapat membedakan antara air yang mempunyai warna asli akibat
material terlarut dan warna semu akibat zat-zat yang tersuspensi. Warna
kuning alami pada air yang berasal dari daerah pegunungan adalah berasal
dari asam organik yang tidak berbahaya bagi kesehatan, dan warna ini bisa
disamakan dengan warna asam tanik yang terdapat dalam air teh Dari hasil
pengamatan dengan metode visual warna air yang berasal dari ketiga lokasi
tersebut sangat jernih sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi
11
semua kelas peruntukkan air baik untuk air minum, irigasi, wisata maupun
kegiatan lainnya.
Simpulkan
Secara fisik dengan indikator warna, bau dan rasa air yang berasal
dari tiga lokasi, yaitu mata air desa Bukit Harapan di Kaliorang, sumber air
dingin Karangan Hilir dan sumber air panas Batu Lepoq di Kecamatan
Karangan memiliki kualitas yang baik sehingga memenuhi syarat
pemanfaatan terutama untuk kelas peruntukkan air, yaitu kelas II, III dan
IV.Secara kimiawi kualitas air relatif baik berdasarkan beberapa indikator
seperti pH, Nitrit, Amoniak, Alkalinitas dan sulfat yang tidak melebihi batas
ambang baku mutu yang dipersyaratkan. Meskipun secara umum kualitas air
cukup baik, namun ada dua indikator yang tidak memenuhi baku mutu, yaitu
BOD dan COD.Dari parameter biologi, air dari ketiga lokasi tersebut dalam
kondisi tercemar oleh bakteri dilihat dari coliform terutama total coliform,
meskipun dalam kondisi tercemar, jumlah bakteri coliform yang terkandung
dalam air tersebut tidak melebihi batas ambang baku mutu yang
dipersyaratkan sehingga apabila dimanfaatkan sebagai air minum, maka tetap
harus melalui pengolahan air atau dipanaskan sampai titik didih tertentu,
karena mengandung bakteri yang mungkin berbahaya bagi manusia.
Saran
Pemanfaatan air untuk bahan baku air minum oleh masyarakat
terlebih dahulu harus melalui pengolahan, salah satunya dengan cara
12
sederhana yaitu dipanaskan sampai titik didih tertentu.Banyaknya kegiatan-
kegiatan seperti perkebunan, pertanian dan lainnya yang berpotensi
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas air,
sehingga pengujian kualitas air harus dilakukan secara terus-menerus
(berkala) untuk mengetahui layak tidaknya air tersebut untuk dimanfaatkan
sebagai air bersih.Perlu dilakukan upaya pengelolaan sertatindakan
konservasi air dan tanah dengan teknik vegetatif di sekitar mata air untuk
mencegah perubahan tatanan dan kualitas air
1.2.2. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H 2O) satu molekul
air memilki dua atom hidrogen kovalen terkait pada atom oksigen
tunggal .air muncul didalam alam dalam semua tiga negara umum dari
materi yang dapat mengambil berbagai bentuk di bumu: uap air danau
dilangit; air laut dan gunung es di lautan kutub, gletser, dan sungai-
sungai dipegunungan.
1.2.3.Karakteristik Air
Adapun karakteristik air yaitu:
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, porosifits
air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid
dalam molekuler. dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi
oleh pH.
2. DO
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer. Semakin banyak jumlah DO maka
kualitas air semakin baik.
3. BOD
BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik atau zat
13
pencemar yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan
COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air
penerima.
4. COD
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan secara organik.
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian
sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam
pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin atau pemanas) adanya
kesadahan di dalam air tidak lah di kehendaki. Kesadahan yang tinggi
disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi di dalam air.
14
1.2.5 Oksigen terlarut, COD dan BOD
1. Oksigen terlarut
Kenaikan temperature menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.
Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menyebabkan bau
yang tidak sedap akibat degradasi anarobik yang mungkin saja terjadi.
2. COD
COD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi
bahan organik
3. BOD
BOD adalah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
menguraikan bahan organik yang terdapat didalam air buangan secara
biolog
15
BAB II
METODOLOGI
16
3. Kristal Ag2SO4 : 4 gram
4. Larutan KMnO4 0,025 N : 87,2 ml
5. Larutan Na2C2O4 0,025 :92,7 ml
6. Aquadest : 100 ml
7. Air sungai sebelum filtrasi : 135,8 ml
8. Air sungai sesudah filtrasi : 121,2 ml
9. Amos : 129,8 ml
10. Pristine : 131,5 ml
11. MnSO4 : 6 ml
12. Alkil Iodida Azida : 8 ml
13. Indikator Amylum : 18 tetes
17
Gambar 2.1. Perancangan Alat
18
3. Kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyk 1 liter dan
dipanaskan selama 2 jam dan biarkan selama 1 malam.
19
Gambar 2.2. Penetapan COD
B. Prosedur Kerja Blanko
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Aquadest diukur sebanyak 25 ml lalu ditambahkan H2SO41:2
sebanyak 5ml .
3. Larutan putih keruh kemudian ditambahkan KMnO4 sebanyak
10ml lalu dipanaskan pada water bath selama 30 menit.
4. Larutan kemudian ditambahkan Na2C2O4 sebanyak 10 ml,
kemudian dipanaskan kembali pada water bath selama 30
menit.
5. Larutan tidak berwara kemudian ditambahkan lagi Na2C2O4
sebanyak 10 ml dan langsung dititrasi dengan KMnO4 sampai
terbentuk warna merah jambu muda.
20
2. Larutan Na2C2O4 0,025 N sebanyak 15 ml dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 300 ml.
3. Aquades ditambahkan kedalam Erlenmeyer sebanyak 100 ml.
4. Larutan H2SO41:2 kedalam Erlenmeyer sebanyak 5 ml.
5. Tambahkan KMnO40,025 N ditambahkan kedalam Erlenmeyer
sebanyak 20 ml. biarkan beberapa menit sampai hilang
warnanya. Panaskan pada water bathselama 30 menit sampai
berwarna coklat.
6. Larutan coklat dipanaskan dalam water bath selama 20 menit
sampai berubah menjadi larutan tidak berwarna.
7. Larutan langsung dititrasi dengan KMnO4 0,025 Nsampai
terbentuk warna merah muda.
21
4. Larutan putih keruh yang terbentuk kemudian ditambahkan
Alkali Iodidia Azida sebanyak 1 ml, terbentuk 2 lapisan
yaitu lapisan tidak berwarna dibuang sebanyak 25 ml
5. Endapan cokelat ditambahkan H2SO4(p) sebanyak1 ml dan
diaduk sampai terbentuk larutan kuning muda
22
Gambar 2.5. Penetapan BOD pada OT0
23
C.Prosedur Kerja OT2 Pada Amos, dan Pristine
1. Alat dan bahan disediakan
2. Sampel diisi kebotol winkler sampai penuh lalu diinkubator
selama 2 hari
3. MnSO4 kemudian ditambahkan ke dalam botol winkler
sebanyak 1 ml
4. Larutan putih keruh yang terbentuk kemudian ditambahkan
Alkali Iodida Azida sebanyak 1 ml, lalu diamkan selama 30
menit sampai terbentuk 2 lapisan dan larutan tidak berwarna
dibuang sebanyak 25 ml
5. Endapan coklat ditambahkan H2SO4(p) sebanyak 1 ml dan
diaduk sampai terbentuk larutan kuning muda
6. Larutan kuning kemudian ditambahkan indicator amilum
sebanyak 3 tetes sehingga terbentuk larutan biru tua
7. Larutan biru tua kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,025 N
sampai berubah menjadi larutan tidak berwarna
24
Gambar 2.6. Penetapan Kadar BOD pada OT2
25
2.2.6 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan CODSerta BOD.
AIR SUNGAI
MEDIA FILTRASI
SESUAI
TIDAK
SNI
YA
AIR BERSIH
Gambar 2.1 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan COD serta BOD.
26
BAB III
1. 25 100 5 20 7
Pengamatan:
Na2C2O4+ aquades → Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 → Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + KMnO4→ Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan Coklat
30 menit
Larutan coklat55-60oC→ Larutan tidak berwarna
27
(ml) dest (ml) SO4 (ml) (ml) 0,025 N
(ml) (ml) (ml)
1 Blanko - 50 5 - 10 10 3,1
2 Amos 25 50 5 1 10 10 5,6
3 Pristine 25 50 5 1 10 10 5,7
4 Air 25 50 5 1 10 10 6,2
sungai
sebelum
filtrasi
3 Air 25 50 5 1 10 10 6,6
sungai
setelah
filtrasi
Pengamatan
1. Blanko
Aquades + H2SO4 1:2 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + KMnO4 Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit
Latutan ungu + Na2C2O4 Larutan tidak berwarna
2. Amos
Amos + aquades Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1: 2 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + Ag2SO4 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + KMnO4 0,025 N Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit
28
Lautan ungu+ Na2C2O4 0,025 N Larutan tidak berwarna
3. Pristine
Pristine + aquades Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + Ag2SO4 Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna + KMnO4 0,025 N Larutan ungu
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit
Lautan ungu+ Na2C2O4 0,025 N Larutan tidak berwarna
29
Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu
30 menit
Lautan ungu+ Na2C2O4 0,025 N Larutan tidak berwarna
30
Tabel. 3.3. Data Pengamatan Kadar BOD
Pengamatan
1. Amos
Amos+ MnSO4 Larutantidakberwarna
Larutantidakberwarna+ alkali azida iodide
Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisanatastidakberwarna
b. Lapisanbawahendapancoklat
Larutanberwarnajinggadititrasi Larutanberwarnakuning
Tiosulfat
31
Larutanberwarnakuning+ind.Amilum 1%
Larutanberwar
nabirutua
LarutanbirutuadititrasiLarutantidakberwarna
Tiosulfat
2. Pristine
Pristine + MnSO4 Larutan tidak berwarna
32
Larutan berwarna kuning + ind. Amilum 1% Larutan
berwarna biru tua
Larutan biru tua dititrasi Larutan tidak berwarna
Tio sulfat
4. Air sungaisetelahfiltrasi
Air sungai setelah filtrasi + MnSO4 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + alkali azida iodide
33
Tabel. 3.4. Data Pengamatan Kadar BOD pada OT2
Pengamatan
1. Amos
Amos+ MnSO4 Larutan tidak berwarna
Larutantidakberwarna+ alkali azida iodide
Terbentuk 2 lapisan: a. Lapisanatastidakberwarna
b. Lapisanbawahendapancoklat
34
Larutanbiru tua dititrasi Larutantidak berwarna
Tiosulfat
2. Pristine
Pristine + MnSO4 Larutan tidak berwarna
4. Air sungaisetelahfiltrasi
Air sungai setelah filtrasi + MnSO4 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + alkali azida iodide
35
3.2. Pengolahan Data
36
¿ ( 2,6 ) × ( 0,8834 ) × ( 40 ) × ( 0,2 )
¿ 18,3747 ppm
Perhitungan OT0
1. Amos
ml Tio × N .Tio ×8000
OT0¿ DO=
volume larutan yang dititrasi
mek
3,5 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml
¿ 28 ppm
37
mek
2,2ml × 0,025 × 8000
ml
¿
25 ml
¿ 17,6 ppm
mek
3,6 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml
¿ 28,8 ppm
mek
2,5 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml
¿ 20 ppm
mek
3,6 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml
38
¿ 28,8 ppm
mek
0 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml
¿ 0 ppm
=28,8-0 ppm
=28,8 ppm
4. Air Sungai SetelahFiltrasi
ml Tio × N .Tio ×8000
OT0¿ DO=
volume larutan yang dititrasi
mek
2,3 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml
¿ 18,4 ppm
mek
0 ml ×0,025 ×8000
ml
¿
25 ml
¿ 0 ppm
3.2.4. Reaksi
39
a. COD
2KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + MnSO4 + H2O + SO2
Oksidasi
Reduksi
NatriumKaliumAsamKarbon Air Mangan Kalium OksigenNatrium
OksalatPermanganatsulfatdioksida SulfatSulfat
40
+3 +7 -1 +2
Oksidasi
Reduksi
b. BOD
41
5. I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI
IodiumNatrium Tio Sulfat NatriumNatrium
TetraTionatIodida
BAB IV
PEMBAHASAN
Air merupakan senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur
hydrogen yang bersenyawa dengan unsur oksigen, dalam hal ini membentuk
senyawa H2O. Dalam pengolahan air kotor menjadi air bersih perlu dilakukan
beberapa uji kualitas salah satunya COD, BOD pada air. Uji COD adalah jumlah
oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang
sukar didegradasi. Sedangkan Uji BOD adalah suatu analisa empiris yang
mencoba mendekti secara global proses mikrobiologis yang benar – benar terjadi
dalam air. Pada praktikum kali ini dilakukan uji COD dan BOD pada sampel air
sungai baik sebelum difiltrasi maupun setelah difiltrasi, amos, dan pristine. Hasil
yang diperoleh adalah bahwa nilai COD lebih tinggi dari pada nilai BOD nya,
sehingga dapat dikatakan bahwa kemungkinan bagi makhluk air yang
membutuhkan oksigen untuk hidup. Berdasarkan data yang diatas, diperoleh
kadar COD air amos 17,668 ppm, pristine 18,3747 ppm, air sungaisebelumfiltrasi
21,9083 ppm, air sungaisetelahfiltrasi 24,7352ppm. Berdasarkan data yang diatas,
diperoleh kadar BOD OT0air amos 28 ppm, pristine 28,8 ppm, air
sungaisebelumfiltrasi28,8 ppm, air sungaisetelahfiltrasi18,4ppm.Berdasarkan data
yang diatas, diperoleh kadar BOD OT2air amos 17,8 ppm, pristine 20 ppm.
Menurut SNI dinyatakan bahwa kadar COD sebesar 10 mg/l maka seluruh air
tersebut belum layak dipakai. Faktor yang mempengaruhi kadar COD yaitu
42
banyak material organik dioksidasi oleh dikromat tapi tidak secara boikimia
oksidasi. Faktor yang mempengruhi kadar BOD yitu bibit biological yang dipakai,
pH jika tidak dekat dengan aslinya (netral), keracunan sampel, dan waktu
inkubasi. Efek yang ditimbulkn dari COD yaitu bahan pencemar organik dalam
jumlah yang banyak. Sejalan dengan jumlah mikroorganisme,baik yang
merupakan ptogen maupun tidak patogen juga banyak. Adapun mikroorgnisme
patoen dapat menimbulkan berbagai macam penyakit manusia, sedangkan pada
BOD yaitu menimbulkan bau menyengat serta menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia maupun hewan yang ada disekitar periran tersebut
43
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
1. COD pada amos sebesar 17,668 ppm, pristine 18,3747 ppm, air sungai
sebelum filtrasi 21,9083 ppm, air sungai sesudah filtrasi 24,7352 ppm.
4. BOD pada amos sebesar 10,14 ppm, pristine 8,8 ppm, air sungai sebelum
filtrasi 28,8 ppm, dan air sungai setelah filtrasi 18,4 ppm.
5.2 Saran
Alat filtrasi yang tidak baik akan mempengaruhi kualitas air yang akan
dianalisa, sehingga hasil pengamatan yang didapat memiliki selisih yang
tinggi dibandingkan dengan SNI
44