Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN SURVEY GEOFISIKA

MENGGUNAKAN METODE
SEISMIK

OLEH :

KELOMPOK 1 :

Aria Ridwan Sitorus (1704107010012)


Nurul Aiman (1704107010028)
Fazlah Mauhida (1704107010030)
Cut Danisha Luthfanindia (1704107010031)
Andhika Laviola Perdana (1704107010032)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaiakan laporan
dengan judul LAPORAN SURVEY GEOFISIKA MENGGUNAKAN METODE
SEISMIK. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah
Workshop Geofisika.

Atas bimbingan bapak dan saran dari teman-teman maka disusunlah Laporan ini.
Semoga dengan tersusunnya Laporan ini diharapkan dapat berguna dalam memenuhi
salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Laporan  ini diharapkan bisa bermanfaat
dengan efisien dalam proses perkuliahan.

Dalam menyusun Laporan ini, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, maka kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam
menyusun laporan ini kami telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk
membuat laporan yang sebaik-baiknya.

Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam laporan
ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini bisa menjadi
lebih baik.

Demikianlah kata pengantar laporan dan kami berharap semoga laporan  ini


dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.

Banda Aceh, 16 Oktober  2020


Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
Y

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iv
BAB
PENDAHULUAN...........................................................................................................1

iii
Daftar Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Metode seismik merupakan salah satu metode dari ilmu geofisika aktif
yang berarti adanya pembuatan energy yang dilepaskan secara sengaja untuk
dilakukan penelitian hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan penjalaran
gelombang berdasarkan sifat elastisitas mediumnya. Metode seismik ini terdiri
dari seismik refraksi (bias) dan seismik refleksi (pantul). Biasanya dengan
menggunakan metode seismik refraksi (bias) digunakan untuk penentuan
struktur geologi yang dangkal sedangkan untuk seismik refleksi untuk
penentuan struktur lapisan bumi yang dalam. Hal ini akan sangat membantu
memahami keadaan bawah permukaan bumi yang sangat unik dan penuh
varisasi.

Salah satu sifat fisis yang terdapat di bawah permukaan bumi adalah
tingkat kekerasan batuan dan juga kerapatan dari batuan itu sendiri. Dimana
tingkat kekerasan batuan yang merupakan istilah geologi yang digunakan
untuk menandakan kekompakan (cohesiveness) sangat berkaitan erat dengan
tingkat kerapatannya dari suatu batuan.

Metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui elastisitas batuan


adalah metode seismik refraksi. Metode ini memanfaatkan perambatan
gelombang seismik yang merambat kedalam bumi. Gelombang seismik
tersebut berasal dari sumber seismik yang ada di permukaan dan gelombang
tersebut akan diterima oleh receiver yang ada dipermukaan juga.

Mekanisme pengambilan data lapangan yang dipergunakan dalam


Seismik adalah mengetahui jarak dan waktu yang terekam oleh alat
Seismograf untuk mengetahui kedalaman dan jenis lapisan tanah yang diteliti.
Dari getaran atau gelombang yang diinjeksikan dari permukaan tanah akan
merambat kebawah lapisan tanah secara radial yang di mana pada saat
bertemu lapisan dengan sifat elastik batuan di bawah permukaan yang
berbeda. Maka gelombang yang datang akan mengalami pemantulan dan
pembiasan. Gelombang yang melewati bidang batas dengan sifat lapisan yang
berbeda akan terpantul dan terbiaskan kepermukaan kemudian di tangkap oleh
alat reciver yaitu Geophone yang diletakkan di permukaan.

Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan berbagai


macam persiapan, penentuan parameter-parameter lapangan yang sesuai.

1
Penentuan parameter lapangan tersebut umumnya tidak sama, sesuai
karakteristik dan kondisi daerah lokasi survey. Perlunya penentuan parameter
ini dimaksudkan untuk menetapkan parameter awal dalam suatu rancangan
survey akuisisi data seismik, yang dipilih sedemikian rupa, sehingga dalam
pelaksanaannya akan diperoleh informasi target bawah permukaan selengkap
mungkin dengan noise serendah mungkin.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah


diuraikan diatas, ialah:
1. Apa saja persiapan dan perencanaan ketika melakukan survey
geofisika menggunakan metode seismik?
2. Bagaimana pengukuran lapangan menggunakan metode seismic?

3. Bagaimana pengolahan data dan interpretasi menggunakan metode


seismic?

1.3 Maksud dan Tujuan

Penulisan laporan ini bertujuan agar mampu memahami persiapan dan


perencanaan ketika melakukan survey geofisika menggunakan metode
seismik. Dapat mengerti cara melakukan pengukuran lapangan menggunakan
metode seismic dan cara melakukan pengolahan data dan interpretasi
menggunakan metode seismic.

2
BAB II

DASAR TEORI

Kegiatan survey merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan


semua data terkait yang nantinya akan digunakan pada suatu penelitian, tahapan
survey sendiri terbagi dalam beberapa bagian sebagai berikut:

2.1 Perencanaan

Tahapan survey yang paling penting ialah tahap perencanaan sebelum survey
dilakukan. Tahapan perencanaan meliputi penetuan metode yang akan digunakan
dalam suatu penelitian, persiapan alat survey, manajemen desain lapangan, serta
estimasi waktu dan pembiayaan. Disamping itu, pada tahap perencanaan sangat
dibutuhkan pengumpulan semua informasi terkait penelitian yang akan dilakukan
nantinya. Tahapan perencenaan sangat berpengaruh terhadap kelancaran survey
lainnya.

Metode seismic sendiri terbagi dua yaitu Seimik refleksi dan Seismik refraksi,
yang mana dapat digunakan dengan sangat optimal tergantung penelitian yang
akan dilakukan, oleh karenanya pada tahapan perencanaan sangat penting untuk
menentukan metode yang paling sesuai, untuk menentukan metode yang sesuai
dibutuhkan informasi mendetail tentang lokasi dan objek penelitian yang akan
dilakukan.

2.2 Persiapan

Setelah tahapan perencanaan dilakukan tahapan selanjutnya ialah tahap


persiapan dimana tahap ini merupakan lanjutan dari tahap perencanaan
sebelumnya. Tahap persiapan sendiri dibagi menjadi dua tahapan yaitu tahap
persiapan Pra-Lapangan dan tahapan persiapan lapangan.

- Persiapan Pra-Lapangan:

Pada persiapan pra lapangan surveyor diharuskan melakukan studi


literatur dan pengecekan alat. Studi literatur sangat penting untuk
menentukan dimana lokasi yang bagus untuk lokasi pengukuran,
pembuatan lintasan, penentuan panjang lintasan dan penentuan spasi antar
lintasan. Selain itu, pengecekan alat juga sangat penting dalam persiapan
pra lapangan. Karena ketidaklayakan alat dapat berpengaruh terhadap data
yang diperoleh dari lokasi penelitian.

3
- Persiapan Lapangan:

Tahapan Persiapan lapangan dilakukan sebelum pengukuran lapangan


dimulai, dimana termasuk didalamnya membentangkan alat, menancapkan
geophone, memasang lempeng besi serta mempersiapkan segala hal yang
terkait pengukuran lapangan yang akan dilakukan nantinya.

2.3 Manajemen Lapangan

Dalam proses pengukuran metode geosifisika dibutuhkannya kemampuan


seorang geofisis dalam memanajemen lapangan, dalam hal ini ada beberapa
persiapan lapangan yang dilakukan yaitu studi literatur , zonasi, desain lintasan,
Jadwal penelitian, spesifikasi tenaga kerja, dan persiapan peralatan.

a. Studi Literatur
Perlunya dilakukan studi literatur ialah agar peneliti dapat menentukan
topik dari penelitian dan ditetapkannya rumusan permasalahan, sebelum
terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan, hal ini
dilakukan bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi mengenai
lokasi penelitian.
b. Zonasi
Untuk melakukan penelitian perlunya dilakukan zonasi yaitu membuat
detail dari lokasi penelitian sesuai dengan tujuan pengelolaan.
c. Desain Lintasan
Desain lintasan dilakukan sesuai dengan target penelitian yang
diinginkan dan menyesuaikan kondisi lapangan apakah dapat
dilakukannya pengukuran di lintasan tersebut.
d. Jadwal Penelitian
Sebelum melakukan pengukuran langsung dilapangan perlunya
mengestimasi waktu pengukuran, sehingga diperlukan jadwal yang jelas
sehingga dapat mengefesiensi waktu dengan baik dan penelitian dapat
berjalan sesuai dengan tepat waktu.
e. Spesifikasi Tenaga Kerja dan Persiapan Peralatan
Dalam melakukan pengukuran langsung dilapangan terdapat tim yang
sudah harus dibentuk oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan dan target
waktu yang diinginkan serta proporsional untuk semua anggota tim.
Persiapan peralatan perlu dilakukan yaitu baik dari segi kelngkapan untuk
pengukuran serta mengecek dari peralatan apakah dapat berfungsi dengan
semestinya. Berikut ini alat-alat yang di perlukan dalam pengukuran

4
seismik diantaranya seismometer pasi, geophone, geophone triger, kabel
geophone, kabel triger, kabel power, baterai, palu seismik, plat besi,
elektroda, GPS Garmine, dll.

2.4 Melakukan Pengukuran Lapangan

Persiapan awal yang harus dilakukan adalah menentukan parameter-parameter


lapangan yang cocok dari daerah survey. Penentuan parameter tersebut dilakukan
untuk menetapkan parameter awal dalam suatu rancangan survey yang dipilih
sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya akan diperoleh informasi target
selengkap mungkin dengan noise serendah mungkin.Pengukuran lapangan atau
akuisisi dilakukan berdasarkan survey pendahuluan sebelumnya, Dalam survey
seismik refraksi pada umumnya dilakukan prosedur sebagai Berikut:

1. Menyusun konfigurasi peralatan (sesuai kondisi lapangan), pada


umumnya geophone dan sumber gelombang dipasang dalam satu garis
lurus (line seismic). Jarak pisah antara geophone adalah jarak
horizontal dan ditentukan oleh kondisi lapangan.
2. Penempatan sumber gelombang dilakukan untuk mendapatkan sumber
imformasi struktur bawah permukaan bumi secara detail. Sumber
gelombang yang berada di tengah spread (satu rangkaian geophone)
diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling atas, dan sumber
gelombang yang berada di luar spread diharapkan dapat mendeteksi
lapisan paling bawah yang dapat dicapai (lapisan bed rock).
3. Data yang diperoleh dari survey seismik refraksi adalah waktu tempuh
jalar gelombang dari sumber ke tiap geophone yang disebut travel
time.

4. Untuk survei yang efisien, minimal harus ada 2 offset shots, 2 end
shots, dan 2 center shot. (Jenny, 2013)

5
Gambar 2.1 Lintasan Pengukuran

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan adalah


nois yang sifatnya mengganggu. Ada beberapa hal penyebab noise antara lain
adalah angin, pohon, aliran sungai (parit), benda-benda lain yang bergerak
dekat dengan geophone (orang berjalan, sepeda motor, dan sebagainya).
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, noise ini harus ditekan sekecil
mungkin

Terdapat beberapa parameter utama lapangan yang mempengaruhi


kualitas data yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengukuran
diantaranya far offset, near offset, group interval, kedalaman sumber,
frekuensi perekam, Panjang lintasan, rangkaian penerima, arah lintasan, spasi
antar lintasan, laju pencuplikan, kelipatan liputan, ukuran sumber listrik, dan
low cut filter.

2.5 Pengolahan Data Metode Seismik

Pengolahan data seismik, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data


seismik lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang kemudian
dapat dilakukan interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data seismik
adalah untuk menghasilkan penampang seismik dengan kualitas signal to noise
ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan

6
refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga dapat dilakukan interpretasi
keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi seperti
kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan
sebagai suatu tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.

Pengolahan data seismik dilakukan melalui serangkaian tahapan-tahapan.


Oleh karena geologi setiap medan survey seismik berbeda-beda, yang secara
umum dapat dibedakan menjadi lingkungan laut (marine), lingkungan darat
(land), dan transisi (transition), perbedaan ini akan menghasilkan data dengan
karakteristik yang berbeda-beda dan akan menyebabkan tahapan-tahapan
pengolahan data seismik pun berbeda-beda. Selain itu, urutan/tahapan dalam
pengolahan data seismik juga dipertimbangkan atas dasar kualitas data lapangan
yang terekam, hingga kemampuan/pengalaman orang yang mengerjakan, dan
biaya.

Secara prinsip, tahapan dalam pengolahan data seismik dapat dikelompokkan


dalam :

 Pre Processing/Editing (Conditioning Data)


 Main Processing
 Post Processing

Secara garis besarnya, serangkaian tahapan pengolahan data seismik dapat


disajikan sebagai berikut :

7
Gambar 2.2 Diagram alir tahapan Pengolahan Data Seismik secara umum.

1. Demultiplexing

Demultiplexing, suatu tahapan untuk mengatur kembali atau


mengurutkan data berdasarkan kelompok trace/channel-nya. Gelombang
seismik yang diterima oleh sensor geophone pada mulanya berbentuk
analog, yang kemudian dilakukan sampling dan digitalisasi dengan
menggunakan multiplexer pada interval tertentu saat perekaman
berlangsung. Ketika sampling dimulai dari channel A hingga channel
terakhir dan kembali ke channel A dan seterusnya, sehingga akan

8
diperoleh sampel data 1 dari channel A, sampel data 1 channel B, hingga
sampel 1 channel terkahir (n), dan kemudian terulang kembali untuk
sampel data 2 dengan waktu sampling Δt.

2. Trace gathering

Merupakan tahapan pengelompokan berdasarkan kesamaan dari


masing-masing channel/trace. Pengelompokan tersebut dapat berupa :
 Common Source Point (CSP)
 Common Depth Point (CDP)
 Common Offset
 Common Receiver

Gambar 2.3 Ilustrasi berbagai trace gathering beserta respon


seismiknya.

3. Editing dan Muting

Tahapan editing merupakan tahapan untuk mengkoreksi amplitudo-


amplitudo yang dianggap buruk pada setiap trace seismiknya. Sedangkan
muting adalah tahapan untuk menghapus sinyal-sinyal gelombang
langsung (direct wave) yang terekam selama pengukuran dan gelombang-
gelombang refraksi yang tidak dibutuhkan.

9
Gambar 2.4 Perbedaan dari sebelum proses muting (gambar kiri) dan
setelah proses muting (gambar kanan).

Gambar 2.5 Hasil Proses Editing (Gambar kiri), sebelum proses editing
(Gambar kanan)

4. Gain Recovery

Ketika perekaman berlangsung, data yang terekam telah diberikan


penguatan (gain), namun dengan fungsi yang bersifat instantaneous
floating point yang dapat menyebabkan adanya distorsi pada data. Fungsi
penguatan tersebut kemudian dapat dikoreksi dengan cara mengalikan
nilai-nilai trace seismik dengan inversi dari fungsi penguatan, dan nilai
rata-rata amplitudo trace seismik dikalkulasi sebagai fungsi waktu,
sehingga hasilnya dapat diketahui parameter-parameter fungsi penguatan
yang baru.

Fungsi penguatan yang benar akan menghasilkan trace seismik dengan


perbandingan amplitudo-amplitudo yang sesuai dengan perbandingan dari
masing-masing koefisiensi refleksinya, sehingga akan mempermudah
dalam interpretasi. Fungsi penguatan g(t) secara dapat dinyatakan
sebagai :

Gain (dB) = A.t + B.20 log (t) + C

dimana t merupakan waktu, A sebagai faktor atenuasi, B sebagai faktor


spherical divergence, dan C adalah nilai tetapan penguatan.

Dalam penerapannya, terdapat beberapa jenis penguatan, yaitu :

10
 Programmed Gain Control (PGC); fungsi penguatan berdasarkan
interpolasi antara nilai skalar amplitudo sampel pada laju
sampling dengan satu window tertentu.

 Automatic Gain Control (AGC); fungsi penguatan berdasarkan


root mean square (RMS), dimana dikalkulasikan RMS dari
kuadrat amplitudo di tiap sampel pada satu window tertentu.

5. Koreksi Statik

Koreksi static dilakukan untuk mengembalikan waktu penjalaran


gelombang seismik yang bergeser karena adanya perbedaan ketinggian
antara sumber seismik dan geophone. Selain itu juga karena adanya
lapisan lapuk dengan ketebalan yang bervariasi, sekaligus cepat rambat
gelombang yang variatif dalam lapisan lapuk tersebut. Koreksi static ini
dilakukan sedemikian hingga sumber seismik dan penerima/geophone
berada pada satu garis horisontal (datum), sehingga dapat diperoleh
bentuk refleksi yang kurang lebih sesuai dengan kenyataannya dan
diperoleh sinyal yang sefase yang saling memperkuat pada saat proses
stacking dilakukan.

Gambar 2.6 Hasil koreksi static (kanan), Data sebelum koreksi static (kiri).

6. Filtering

Definisi data dalam geofisika adalah suatu hasil pengukuran terhadap


suatu objek dimana data belum mengalami proses/pengolahan dan masih
mengandung sinyal dan gangguan (noise). Sinyal adalah data yang
membawa informasi dari objek yang diukur, sedangkan noise merupakan

11
data yang mengganggu hasil pengukuran dan menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam pengukuran.

Dalam seismik refleksi, data lapangan yang terekam juga mengandung


sinyal dan noise. Untuk menghilangkan noise tersebut dan untuk
memperkuat sinyal maka dilakukan tahapan filtering. Filter yang biasa
digunakan dalam tahap ini antara lain :

a. Filter Frekuensi (1D); filter yang bekerja meredam noise frekuensi


tertentu. Filter frekuensi berupa :
 Low Pass Filter
 Hi-Pass Filter
 Band Pass Filter
 Notch Filter

 Berbagai jenis filter frekuensi 1D.

b. Filter F-K (2D); filter yang digunakan untuk meredam noise frekuensi
tertentu yang sama dengan frekuensi sinyal data namun dengan
bilangan gelombang yang berbeda.

7. Dekonvolusi

Gelombang seismik yang merambat dari sumber seismik melalui


medium akan mengalami konvolusi hingga terekam oleh geophone. Oleh
karena itu, medium (bumi) memiliki sifat filtering terhadap energi
gelombang seismik, sehingga mengakibatkan wavelet seismik dari sumber
seismik yang semula tajam dan memiliki amplitudo tinggi (dalam fungsi
waktu) menjadi lebih lebar, dengan amplitudo yang berkurang.

Dekonvolusi merupakan tahapan untuk melakukan koreksi terhadap


efek filter bumi tersebut sehingga diperoleh hasil dimana wavelet yang
terekam dapat dikembalikan menjadi tajam dan dengan amplitudo yang
tinggi.

8. Normal Move Out

Koreksi Normal Move Out (NMO) merupakan tahapan yang


diterapkan guna mengkoreksi adanya efek yang disebabkan oleh jarak
offset antara sumber gelombang seismik dengan geophone pada suatu
trace yang berasal dari satu CMP (Common Mid Point) atau CDP
(Common Depth Point). Oleh karena efek tersebut, maka untuk satu titik

12
CMP atau CDP akan terekam oleh sejumlah penerima sebagai garis
lengkung (hiperbola). Dengan menerapkan koreksi NMO ini maka
gelombang pantul yang terekam akan seolah-olah datang dalam arah
vertikal (normal incident), sehingga dalam tahap stacking berikutnya akan
diperoleh hasil yang maksimal.

9. Stacking

Stacking merupakan proses penjumlahan trace seismik dalam satu


gather data yang bertujuan untuk meningkatkan S/N ratio. Setelah semua
trace dilakukan koreksi-koreksi, maka dalam format CDP gather setiap
refleksinya menjadi horisontal, dan apabila trace-trace yang telah menjadi
horisontal tersebut dilakukan stacking dalam tiap-tiap CDP maka akan
mampu meningkatkan S/N ratio.

10. Analisa Kecepatan

Dengan analisa kecepatan akan diketahui nilai kecepatan yang sesuai


dan cukup akurat untuk menentukan kedalaman, ketebalan, kemiringan
dari suatu reflektor. Namun, nilai kecepatan suatu medium akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti litologi batuan, tekanan, suhu,
porositas, densitas, kandungan fluida, umur batuan, ukuran butir, dan
frekuensi gelombang itu sendiri.

Pada grup trace dari suatu titik pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan
akan mengikuti bentuk pola hiperbola. Sehingga secara prinsipnya, analisa
kecepatan adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga
menghasilkan nilai kecepatan yang sesuai, dan pada tahap stacking
berikutnya akan diperoleh hasil maksimum.

11. Migrasi

Proses migrasi pada penerapannya merupakan satu tahapan alternatif


dalam proses pengolahan data seismik, namun proses migrasi pada
umumnya diperlukan karena perumusan pemantulan yang diturunkan pada
CMP berasumsi pada model lapisan datar (persamaan gelombang
Snellius), sehingga apabila terdapat reflektor miring maka letak titik-titik
CMP akan bergeser. Oleh karena itu, proses migrasi memiliki tujuan
untuk memindahkan kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul
yang sebenarnya, berdasarkan lintasan gelombang. Selain itu, proses
migrasi juga mampu untuk menghilangkan efek difraksi gelombang yang

13
muncul sebagai akibat dari adanya struktur-struktur seperti patahan,
lipatan, dll, sehingga dapat memperjelas gambaran struktur bawah
permukaan secara lebih detail.

Migrasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode,


yaitu :

 Metode Kirchoff
 Metode F-K
 Metode Beda-Hingga (finite-differece)
 Metode Reverse Time

Melalui proses migrasi akan diperoleh beberapa parameter yang


berbeda sebagai koreksi, antara lain :

 Migrasi memperbesar sudut kemiringan


 Migrasi memperpendek reflektor
 Migrasi memindahkan reflektor ke arah up-dip
 Migrasi memperbaiki resolusi vertical

14
Gambar 2.7 Perbedaan sebelum dilakukan proses migrasi (a), dan
sesudah proses migrasi (b).

2.6 Interpretasi

Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang seismik


kemudian diinterpretasikan/ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik adalah
menggali dan mengolah berbagai informasi-informasi geologi bawah permukaan
dari penampang seismik. Pada eksplorasi minyak dan gas bumi, interpretasi
ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoar hidrokarbon di bawah permukaan.

Pada umumnya, penampang seismik ditampilkan sebagai penampang waktu


(time section), namun dapat juga ditampilkan sebagai penampang kedalaman
(depth section) setelah melalui beberapa tahapan perhitungan tertentu.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk mendapatkan semua data seismic tersebut, diperlukan survey


Geofisika yang yang baik dan benar. Tahapan kegiatan survey geofisika
antara lain : perencanaan lapangan,persiapan lapangan, manajemen lapangan,
pengukuran lapangan, pengolahan data dan interpretasi. Hal tersebut sangat
penting untuk mendapatkan hasil seperti yang diinginkan.

Kegiatan survey diawali dengan tahap perencanaan sebelum survey


dilakukan. Tahapan perencanaan meliputi penetuan metode yang akan
digunakan dalam suatu penelitian, persiapan alat survey serta manajemen
desain lapangan. Tahap perencanaan sangat dibutuhkan pengumpulan semua
informasi terkait penelitian dan sangat berpengaruh terhadap kelancaran
survey lainnya.

Pengukuran seisnik adalah tahapan survey guna mendapatkan data


seismik berkualitas baik di lapangan. Sebagai tahap terdepan dari serangkaian
survey seismik, data seismik yang diperoleh dari tahapan ini akan menentukan
kualitas hasil tahapan berikutnya. Sehingga, dengan data yang baik akan
membawa hasil pengolahan yang baik pula, dan pada akhirnya, dapat
dilakukan interpretasi yang akurat, yang menggambarkan kondisi bawah
permukaan sebagaimana mestinya

Setelah data sesimik didapatkan, selanjutnya data seismic tersebut


akan diolah menjadi suatu penampang seismik yang kemudian dapat
dilakukan interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data seismik
adalah untuk menghasilkan penampang seismik dengan yang baik tanpa
mengubah bentuk pelapisan batuan bawah permukaan,

16
DAFTAR PUSTAKA

Halawa, Nathael dkk. 2018. Laporan Akhir Manajemen Lapangan.


https://www.scribd.com/document/394190606/LAPORAN-AKHIR-Manajemen-
Lapangan-Geofisika

Lowell,J.D.,, Structural Styles in Petroleum Exploration,, OCGCI Lubrication Oil &


Gas, Consultant Int

N. K. Adnyawati, et. Al. 2012. Analisis Struktur Bawah Permukaan dengan


Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Universitas Tadulako.

Sheriff, R.E., 1980, Seismic Stratigraphy, International Human Resources


Development Corp. 4. Brown, A.R, 2004, Interpretation of Three-Dimensional
Seismic Data, AAPG Memoir 42

Sitepu, Laila dkk. 2019. Aplikasi Metode Seismik Refraksi untuk dalam
mengidentifikasi Struktur Bawah Permukaan Gunung Api Jaboi, Sabang

Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera Utara :
USU Digital Library

Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. 1976. Applied geophysics,
New York: Cambridge University Press.

Yilmaz, Özdogan; Stephen M. Doherty, editor, 2001. Seismic data analysis :


processing, inversion, and interpretation

17

Anda mungkin juga menyukai