1450 Danik Trisusilowati
1450 Danik Trisusilowati
OLEH :
DANIK TRISUSILOWATI
F1107509
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1
2
3
4
MOTTO
b Kita hidup untuk masa depan maka jangan kau tangisi hari kemaren.
b Selalu belajar dari kesalahan ,lupakan masa lalu dan mari menatap masa
(Mr. Tony )
5
PERSEMBAHAN
b Mas Andryku
b Almamaterku
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan
lancar.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis
Surakarta.
7
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu.
Semoga kebaikan dan ketulusan hati mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu
kritik serta saran pembaca sangat penulis harapkan akhirnya penulis berharap
Surakarta, ……………………
Penulis
8
DAFTAR ISI
HALAMAN ABSTRAKSI………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………. iv
HALAMAN MOTO……………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah……………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………. 5
A. Landasan Teori…………………………………………. 7
9
3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah …………………….. 11
5. PDRB ………………………………………………. 15
6. Desentralisasi ………………………………………. 16
Di Daerah …………………………………………….. 20
D. Hipotesis ………………………………………………. 25
A. Desain Penelitian……………………………………… 26
10
A. Gambaran umum daerah penelitian …………………… 35
d. Pemerintahan …………………………………… 41
1. AnalisisDeskriptif …………………………………… 46
C. Pembahasan……………………………………………... 48
1. AnalisisDeskriptif …………………………………… 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………… 60
11
B. Saran ……………………………………………………. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
12
pelaksanaan otonomi daerah …………………………… 57
Tabel 4.16 Klasifikasi hasil analisis MRp propinsi
Jawa Tengah sesudah pelaksanaan otonomi daerah ……. 59
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAKSI
13
Berdasarkan data PDRB sector basis Propinsi Jawa Tengah pada sebelum
maupun sesudah otonomi daerah sama yakni sector industri pengolahan serta
sector perdagangan, hotel dan restoran.
Saran yang diberikan pemerintah Propinsi Jawa Tengah harus
mempertahankan sector basis, membuat perencanaan pembangunan yang tepat,
mengembangkan sector dominant maupun potensial dengan optimal dengan tetap
mempertahankan kelestarian alam, memperkenalkan sector unggulan daerah ke
luar Propinsi untuk menarik minat investor serta proaktif memberikan penyuluhan
mengenai pembagunan dimasa otonomi daerah kepada masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
rakyat.
14
Pembangunan suatu wilayah ditunjang oleh beberapa sektor antara lain
Disisi lain, tuntutan adanya pelaksanaan otonomi daerah yang begitu kuat
ekonomi daerah akan bisa berjalan jika spesialisasi sektor ekonomi daerah
15
lain dari segi pendapatan per kapita, sosial budaya, geografis dan lain
sebagainya.
32.799,71 Km2 atau sekitar 25 persen dari luas Pulau Jawa. Propinsi Jawa
propinsi lain di pulau Jawa yang wilayahnya lebih kecil, maka fenomena ini
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan
Atas Dasar Harga Konstan 2000 serta Perkembangannya di
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2006
berdasarkan atas dasar harga berlaku pada tahun 2002 – 2006 selalu
16
meningkat menjadi 234.435.323,31 juta rupiah dan tahun 2006 meningkat
menjadi 281.996.709,11.
17
“Identifikasi Sektor Ekonomi Unggulan Propinsi Jawa Tengah Sebelum Dan
B. Perumusan Masalah
pada era sebelum dan pada era otonomi daerah tahun 1996 – 2005 ?
Tengah sebelum dan pada Era Otonomi daerah tahun 1996 – 2005 ?
C. Tujuan Penelitian
pada era sebelum dan pada era otonomi daerah pada tahun 1996 –
2005.
Tengah sebelum dan pada era otonomi daerah pada tahun 1996-2005.
D. Manfaat Penelitian
18
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Pembangunan
dinamis dan terus menerus atas suatu masyarakat atau system social
20
Pengertian pembangunan secara konvensional diartikan sebagai
lebih kurang statis dalam jangka waktu yang cukup lama, untuk
1998:16)
21
Lincolin Arsyad (1999 : 6) mendefinisikan pembangunan
riil per kapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang yang
menerus.
jangka panjang
yang panjang.
22
c. Mendefinisikan pembangunan (perkembangan) ekonomi dari
23
berpindah dari suatu kondisi kehidupan yang dianggap tidak
perlindungan
24
masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu Negara
cara tersebut bisa diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan
berikutnya.
masyarakat.
1999:115-118)
25
mengalir tanpa pembatasan oleh karena itu modal akan mengalir
c. Teori lokasi
26
e. Teori Kausasi Kumulatif
4. Sektor Unggulan
27
yaitu akumulasi modal pertumbuhan penduduk dan kemajuan
membutuhkan.
keseluruhan nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh
(sektor), yaitu :
28
2 Tanaman perkebunan
4 Kehutanan
5 Perikanan
e. Sektor bangunan
i. Jasa-jasa
6 Desentralisasi
29
yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat (Sarundajang
7 Otonomi Daerah
tersebut.
30
dapat diartikan sebagai hak wewenang dan kewajiban daerah
daerah
31
3) Undang-undang No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok
pemerintah daerah
pemerintah daerah
pemerintah di daerah
daerah
daerah
perimbangan
pinjaman daerah
32
5) Peraturan Pemerintah (PP) No. 108 Tahun 2000 mengenai
daerah
daerah yaitu :
daya daerah
kemakmuran masyarakat
(Masdiasmo, 2002:59)
33
yang lebih cepat, dan untuk mencegah akibat-akibat buruk yang dapat
a. Enterprenur
b. Fasilitator
c. Koordinator
34
d. Stimulator
kawasan industri
B. Kerangka Pemikiran
sasaran.
Tengah dituntut untuk siap melaksanakan otonomi daerah. Bertolak dari hal
daerah, khususnya di Propinsi Jawa Tengah. Hal ini penting dilakukan guna
melihat serta sekaligus menguji apakah terdapat satu atau lebih sektor-sektor
pembangunan.
35
OTONOMI DAERAH
Overlay LQ MRP
1996 – 2005 pada Propinsi Jawa Tengah dan Nasional dilakukan analisa
36
Propinsi Jawa Tengah diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
Propinsi Jawa Tengah dapat lebih terarah dan dapat tercapainya keberhasilan
pembangunan Propinsi Jawa Tengah dimana hal ini ditandai dengan adanya
C. Hipotesis
2001-2005.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
yang tersedia dikantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bappeda Jawa
Tengah.
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data sekunder
yaitu data PDRB atas harga konstan pada kurun waktu tahun 1996-2005.
38
c. PDRB Propinsi Jawa Tengah berdasarkan lapangan usaha atas dasar
harga konstan.
B. Definisi Operasional
tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan
barang dan jasa dari seluruh sektor ekonomi dasar perekonomian suatu
(Mulyanto, 2003:9)
4. Keunggulan Daerah
39
Suatu daerah memiliki tingkat keunggulan pada suatu sektor tertentu
(Mulyanto, 2003:9)
5. Tenaga Kerja
tahun ke atas dan dibedakan sebagai angkatan kerja. Dalam hal ini
tenaga kerja di Jawa Tengah pada kurun waktu tahun 1997 – 2003 dan
Alat analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua. Yaitu tahap
1. Analisis Deskriptif
40
Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
Dalam analisis uji hipotesis alat yang dipakai dalam penelitian ini
1999:229). Nilai hasil perhitungan baik LQ dan MRp lebih besar dari 1
diberi symbol positif (+) sedangkan untuk nilai kurang dari 1 diberi
41
3. Pertumbuhan negatif (-) dan sumbangan/ kontribusi positif (+).
nasional.
Vi / Vt Vi / Vi
LQ = =
Vi / Vt Vt / Vt
42
unggul.(berspesialisasi) dan tidak unggul di Propinsi Jawa Tengah.
Eij
Ej
LQ =
Ein
En
Dimana :
wilayah referensi
wilayah referensi
43
dengan teknik analisis lain seperti analisis Shift Share, analisis MRp,
industri basic
44
Qs = Output total nasional
referensi.
macam rasio, yaitu rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) dan rasio
RPr. Jika nilainya lebih besar dari 1, maka nilai nominalnya positif (+),
sedangkan bila nilai Riilnya lebih kecil dari 1 maka nilai nominalnya
negatif (-).
45
1. Klasifikasi pertama : nilai (+) dan nilai (+) berarti kegiatan sektor
2. Klasifikasi kedua: Nilai (+) dan Nilai (-) berarti kegiatan sektor
^ Eir / Eir(t )
R Pr =
^ Er / Er (t )
referensi
46
Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) merupakan
^ Eij Eij (t )
RPs =
^ Eir Eir (t )
BAB IV
a. Aspek Geografis
diapit oleh dua propinsi besar, yakni Propinsi Jawa Timur dan
hektar) terdiri dari 998 ribu hektar (30,68 persen) lahan sawah
dan 2,26 juta hektar (69,32 persen) bukan lahan sawah. Apabila
47
dibandingkan dengan tahun 2002, luas lahan sawah tahun 2003
sawah dapat ditanami padi lebih dari dua kali dalam satu tahun.
sawah.
Semarang).
48
Di sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur
Di sebelah selatan : Propinsi DIY
Di sebelah Barat : Propinsi Jawa Barat
3. Tinggi Propinsi Jawa Tengah berketinggian rata-
rata ± 55 m di atas permukaan laut.
4. Iklim Propinsi Jawa Tengah beriklim tropis dan
bertemperatur sedang
5. Kelembaban udara Propinsi Jawa Tengah memiliki
kelembaban udara antara 77 % – 88 %
Sumber BPS Propinsi Jawa Tengah, Jawa Tengah Dalam Angka
2004
tinggi.
1) Luas Wilayah
49
luas wilayah yang paling kecil yaitu seluas 18,12 Km2
2) Kependudukan
50
penduduk laki-laki. Penduduk Jawa Tengah belum
51
Tabel 4.2 luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan
penduduk per Km2 di Jawa Tengah Tahun 1999 –
2003.
Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
Tahun Penduduk Penduduk
(Km2)
(jiwa) (per Km2)
1999 32.544.12 30.761.221 945.22
2000 32.544.12 30.775.846 945.67
2001 32.544.12 31.063.818 954.51
2002 32.544.12 31.691.866 973.81
2003 32.544.12 32.052.840 984.90
Sumber BPS Propinsi Jawa Tengah, Jawa Tengah Dalam
Angka 2004
973,81 jiwa/ Km2 pada tahun 2002 dan meningkat lagi pada
c. Tenaga Kerja
52
Berdasarkan hasil survey BPS, angkatan kerja di Jawa Tengah
dibantu orang lain sebesar 3,11 persen, dan pekerja yang tidak
d. Pemerintahan
53
ditamatkan adalah : tamat/ tidak tamat SD (8,62 persen), SLTP (
e. Aspek Sosial
1) Pendidikan
Tengah.
2) Kesehatan
54
tahun 2003, jumlah rumah sakit umum pemerintah sebesar
besar farmasi.
55
3,52 persen mengalami peningkatan dibandingkan tahun
Tahun
Sektor
1998 1999 2000 2001 2002 2003
1 25.58 25.09 25.61 24.48 23.40 21.40
2 1.07 1.00 0.97 0.99 0.94 1.00
3 27.72 29.10 28.54 29.15 29.62 30.3
4 0.68 0.65 0.74 0.77 1.01 1.18
5 3.57 3.92 4.07 3.96 3.86 4.01
6 23.6 22.99 23.32 23.97 23.91 24.19
7 4.17 4.11 4.40 4.59 5.07 5.69
8 3.68 3.65 3.69 3.65 3.69 3.71
9 9.93 9.49 8.66 8.44 8.50 8.52
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah PDRB Propinsi Jawa
Tengah Tahun 2004
56
perdagangan, hotel dan restoran. Sektor tersebut naik dari
di bawah ini :
Tahun
Sektor
1998 1999 2000 2001 2002 2003
1 -3.35 3.07 3.31 1.69 0.80 -0.86
2 -7.11 3.49 2.49 8.82 3.98 5.32
3 -14.61 2.82 3.19 3.21 4.33 6.26
4 3.64 10.38 9.66 3.12 10.82 1.88
5 -32.10 11.93 1.49 2.58 4.30 4.08
6 -9.00 3.20 6.71 4.77 3.64 6.01
7 -0.09 10.29 5.45 8.13 5.39 6.33
8 -34.20 3.77 2.99 1.04 3.22 2.87
9 -9.60 -0.20 1.27 1.71 3.71 1.83
Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah PDRB Propinsi Jawa
Tengah Tahun 2004
57
PDRB per kapita Propinsi Jawa Tengah pada tahun 1999-2003
Pada tabel 4.5 di atas terlihat bahwa PDRB per kapita atas Dsr
Jika pada tahun 2002 sebesar Rp. 4.311.046.83, pada tahun 2003
dari nilai PDRB per kapita atas dasar harga konstan (ADHK),
PDRB atas dasar Harga Berlaku Jawa Tengah tahun 2003 sebesar
58
PDRB Harga Berlaku dan harga Konstan Jawa Tengah tahun
59
B. Analisa Data
Alat analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tahap analisis
1. Analisis Deskriptif
a. Analisis Overlay
c. Analisis MRp
60
DAFTAR PUSTAKA
BPS Propinsi Jawa Tengah (beberapa edisi). Produk Domestik Regional Bruto
Propinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah. BPS.
Lilino Joko Suprapto. 2006. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Basis
Ekonomi Propinsi DIY Tahun 1998-2004
Yusuf Maulana. 1999. Model Rasio Pertumbuhan (MRp) sebagai salah satu alat
analisis alternatif dalam perencanaan wilayah dan kota. (Aplikasi Model :
Wilayah Bangka Belitung). Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Vol XLVII
No. 2 Hal. 219-233
61
iii