Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PKP-PGSD
1
BAB I
PENDAHULUAN
berbahasa tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang
berbicara. Selain empat keterampilan pokok tersebut terdapat juga satu keterampilan bahasa
yang menggunakan sastra anak. Keterampilan bahasa yang menggunakan sastra anak
hubungan dengan orang lain. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan ide, pikiran,
perasaan, dan pesan kepada orang lain sehingga terjadi komunikasi. Sebagai alat komunikasi,
bahasa terbagi atas dua jenis bahasa yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan
digunakan untuk komunikasi antar pendengar dan pembaca, sedangkan bahsa tulis digunakan
pembelajaran, pada dasarnya keempat keterampilan tersebut merupakan tujuan yang ingin
secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra. Selain
itu, tujuan pembelajaran Bahsa Indonesia adalah untuk mengembangkan kemampuan bahasa
dalam segala fungsinya, yaitu sebagai sarana komuinikasi, sarana berfikir, sarana
2
Menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa menjadi dasar keterampilan
yang dikuasai manusia dan kegiatan yang banyak dilakukan dari kegiatan berbahasa yang
lainnya. Wilga M. River (dalam Sutari, dkk. 1997: 8) menyatakan bahwa “kebanyakan orang
dewasa menggunakan 45% waktunya digunakan untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16%
untuk membaca, dan hanya 9% untuk menulis”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
kemampuan menyimak sangatlah penting sehingga perlu dibina dan dilatih. Selain itu,
menyimak dapat melatih kemampuan berpikir karena didalamnya ada proses yang melibatkan
pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, dan pengertian. Dengan kata lain menyimak
merupakan suatu proses, sebagaimana Tarigan (dalam Djuanda, 2008: 12) mengemukakan
bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
didalamnya.
Dalam kurikulum bahasa Indonesia di sekolah dasar, menyimak mendapat porsi yang
jelas. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
menyimak siswa yang sebelumnya telah diperoleh sebelum masuk pendidikan formal. Salah
satu kompetensi menyimak yang harus dikuasai siswa dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, khususnya kelas V adalah mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat
yang didengarnya. Kompetensi tersebut akan tercapai dan dikuasai siswa apabila proses
optimal, guru harus terampil memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
sehingga dapat menarik perhatian siswa. Dengan penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi dan menarik diharapkan dapat menimbulkan motivasi terhadap pembelajaran dan
3
Pembelajaran menyimak cerita rakyat di SD Negeri Padamulya belum dilaksanakan
secara optimal. Suasana pembelajaran yang tercipta membuat siswa pasif dalam
pembelajaran, karena siswa hanya mendengarkan saja, sehingga hasil belajar belum optimal.
Dengan kata lain siswa kesulitan dalam pembelajran menyimak. Padahal jika dilihat dari
jenis-jenis menyimak, menyimak tidak hanya menyimak pasif, tetapi ada yang dinamakan
Indonesia, penulis mencoba mengangkat permasalahan yang terjadi di kelas. Dari penelitian
awal yang dilakukan pada hari Selasa 23 Februari 2010 diperoleh data awal yaitu siswa kelas
berjumlah 28 orang siswa yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa
perempuan. Hasil penelitian awal pada proses belajar mengajar di kelas V SDN Negeri
kelas.
4. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, artinya siswa tidak diberi kesempatan untuk
4
Dari permasalaha di atas, dilakukanlah penelitian tindakan kelas dengan judul
3. Bagaimana gambaran hasil kemampuan menyimak cerita melalui penerapan metode simulasi
2. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan
3. Untuk mengetahui gambaran hasil kemampuan menyimak cerita melalui penerapan metode
5
D. Manfaat Penelitian
Bagi siswa
1. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi konsep perubahan sifat benda.
4. Meningkatkan minat, antusias, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran menyimak
Bagi guru
1. Menjadikan bahan referensi bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran tentang konsep
2. Memberikan stimulus agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan model-model
pembelajaran lainnya.
3. Memperoleh wawasan dan pengalaman dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan
Bagi Sekolah
pembelajaran di sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak
(panduan bahasa dan sastra Indonesia, Hanapi; 1995: 18), sedangkan menurut Tarigan (dalam
Dadan Djuanda, 2008: 12) menyimak adalah “suatu proses yang mencakup kegiatan
6
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas
penghayatan, ingatan, dan pengertian. Situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak
terkandung tindakan yang disengaja. Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana.
Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara
langsung atau dengan menggunakan alat lain, misalnya radio, dan televisi. Bunyi bahasa yang
ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya kemudian dikelompokan menjadi suku kata,
gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Tujuan umum menyimak dapat
ses
Kegiatan menyimak sebenarnya merupakan suatu proses yang aktif. Meskipun dalam
kegiatan menyimak dapat dilihat pada waktu pemahaman simakan. Sebelum penyimak
sampai pada taraf pemahaman, penyimak harus berupaya sungguh-sungguh untuk memahami
Greene (dalam Djuanda, 2008: 20) membagi proses menyimak atas empat tahap, yaitu
Djuanda, 2008: 21) membagi proses menyimak atas lima tahap, yaitu mendengar, perhatian,
7
menjadi enam tahap, yaitu mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi, memahami,
Dalam setiap tahap proses menyimak diperlukan kemampuan tertentu agar proses
menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya dalam fase mendengarkan bunyi bahasa
a. Unsur Pembicara Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara
sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi
b. Unsur Materi. Unsur yang diberikan haruslah actual, bermanfaat, sistematis dan seimbang
sur Situasi
aktu penyimakan
an unsur pendukung
asana lingkungan
a. Berkonsentrasi. Artinya penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian kepada materi
yang disimak
b. Penyimak harus bermotivasi. Artinya mempunyai tujuan tertentu sehingga untuk menyimak
kuat
8
c. Penyimak harus menyimak secara menyeluruh. Artinya penyimak harus menyimak materi
e. Penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti
audiolingual. Metode ini ditandai dengan pemberian pelatihan terus-menerus kepada siswa
yang diikuti dengan pemantapan baik positif maupun negatife sebagai pokok aktifitas kelas.
menurut Moulfon (1963) memiliki 5 karakteristik kunci yang perlu dipertimbangkan jika
d. Bahasa adalah sebagaimana dikatakan oleh penutur asli, bukan seperti yang dipikirkan orang
9
Tahap terpenting dalam metode ini adalah penyajian dan pelatihan karena dilakukan
dengan sejelas mungkin.
2.Kognitivisme (Azies,1996:22)
Kognitivisme bisa disebut mentalisme yang dipelopori Linguis Noam Chomsky.
Menurut Chomsky bahasa bukanlah salah satu bentuk perilaku, melainkan merupakan sistem
yang didasarkan pada aturan dan pemerolehan bahasa pada dasarnya merupakan
kompetensi dan perpormansi. Kompetensi merujuk kepada penguasaan siswa tentang aturan
tetapi gagasannya yang menyatakan bahwa bahasa bukanlah seperangkat kebiasaan, yang
memungkinkan terjadinya performansi kreatif telah banyak memberi gagasan bagi berbagai
teknik dan metode pengajaran. Secara singkat pandangan ini dapat disimpulkan bahwa
tunjukkan pada mereka aturan atau struktur yang mendasari dan kemudian biarkan mereka
bahasa.
es,1996: 23)
suatu kesatuan’. Dengan kata lain, pengajaran bahasa tidak hanya mengajarkan bahasa tetapi
itu, pengalaman siswa adalah yang terpenting dan perkembangan kepribadian mereka serta
10
Metode yang termasuk kedalam pendekatan humanistik adalah metode the silent
way. Metode yang dikembangkan Caleb Gattogno ini bercirikan sedikit masukan yang
disampaikan guru, guru hanya memberikan contoh atau model berbahasa kemudian memberi
Kemudian metode total physical response yang dikembangkan oleh James Asher.
Dalam metode ini, guru memberi instruksi kepada siswa. Siswa tidak harus berbicara, mereka
hanya harus mengikuti perintah-perintah guru. Bila benar-benar menguasai, mereka bisa
memerintah kepada teman lain. Jadi siswa belajar bahasa melalui tindakan fisik dari
pelatihan.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengaruh tersebut dapat positif,
namun tidak mustahil pula menjadi negatif. Kita sebagai guru diharapkan dapat berbuat
sesuatu yang mampu membesarkan dampak positif faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak.
Pada umumnya anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret (concrete
operasional) sebagaimana tujuan dari teori perkembangan mental Piaget. Pada tahap ini anak
dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda konkret atau dalam keadaan
tertentu.
2. Teori Erik Erikson (teori perkembangan emosi)
Erik Erikson (1902-1994) berpendapat :
perkembangan emosi positif sangat penting dalam perkembangan jiwa anak dan sangat
tergantung pada peran orang tua dan guru. Setiap anak akan dihadapkan pada 2 keadaan yang
saling bertolak belakang; emosi positif dan negatif pada setiap tahap perkembangan.
Seseorang akan mengalami konflik tarik menarik antara kedua emosi tersebut, keberhasilan
11
dalam mengelola konflik itu terwujud apabila anak dapat mencapai emosi positif. (dalam
Mega Wangi, 2004: 11-13)
Hubungan antara teori Erik Erikson dengan model yang diujicobakan adalah pada
tahap berkarya/etos kerja VS minder yaitu antara 6-10 tahun. Dikarenakan pada usia ini
terdapat pada siswa sekolah dasar. Disini keadaan perkembangan siswa dikembangkan dalam
hal kepercataan diri mereka, mampu untuk berekspresi dan berkarya, hal inilah yang sangat
sensitif. Pada tahap perkembangan ini terdapat motivasi-motivasi untuk berkembang, untuk
itu pembelajaran yang disajikan jangan yang terlalu abstrak karena akan bahaya bagi
perkembangan siswa sehingga pembelajaran yang dilakukan harus menggunakan media dan
salah satu media yang dapat digunakan untuk berkarya dan berekspresi adalah peta
berwarna.
3. Teori Vigotsky (teori Sosio-kultur)
Menurut Vigotsky, perkembangan intelektual anak mencakup bagaimana mengaitkan
bahasa dengan pikiran. Pada awal perkembangan anak, antara bahasa dan pikiran tidak ada
keterkaitan. Semakin sulit subyek yang sedang dipelajari anak, semakin sering anak-anak
berbicara sendiri untuk mengerti apa yang sedang dipelajarinya. Jadi penggunaan bahasa
bukan hanya sekedar alat untuk berekspresi yaitu sebuah refleksi mengenai obyek yang telah
diketahui oleh anak menurut Piaget, tetapi juga alat bantu yang efektif dalam proses belajar.
(dalam Mega Wangi, 2004: 13-15)
BAB III
subjek dalam penelitian karena kurang optimalnya pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tahun 2006, sehingga dengan adanya penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dengan penerapan model inkuiri untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada konsep perubahan sifat benda dan penerapan metode simulasi untuk
pembelajaran. Selain itu juga peneliti menilai perlu adanya sebuah inovasi dalam kegiatan
12
pembelajaran di kelas V agar kualitas pembelajaran siswa dapat meningkat sehingga
diharapkan dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan hasil belajar siswa.
Latar belakang kehidupan sosial ekonomi orang tua siswa adalah kalangan menengah
ke bawah. Pendidikan orang tua siswa sangat bervariatif, mulai dari lulusan SD, SLTP,
SLTA, dan Perguruan Tinggi. Begitu juga dengan mata pencaharian, tapi sebagian besar
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Karena melalui penelitian tindakan kelas ini guru dapat melihat kembali apa yang
telah dikerjakan, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Model PTK yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart, yaitu model
siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Dalam setiap siklusnya
terdiri dari tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap
13
Alur pelaksanaan tindakan kelas
Gambar 2
Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart
(Wiriaatmadja, 2008: 66)
Dari bagan di atas prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari tiga atau beberapa kali tindakan. Hal ini sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai, sebagaimana telah didesain dalam penelitian tindakan.
14
1) Pendekatan kepada kepala sekolah SD Negeri Padamulya agar memberikan izin dan
2) Mengadakan penelitian awal pada proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
3) Mendiskusikan rencana Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya meningkatkan kualitas
5) Menyusun lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
6) Membuat alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memahami materi
pelajaran.
Pada tahap ini dilaksanakan tindakan penelitian yang berupa pelaksanaan kegiatan
pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri. Tahap pelaksanaan tindakan ini terdiri dari enam langkah, yaitu:
Orientasi. Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
model ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Teka-teki yang menjadi
15
masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus
yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah
satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak
adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran ini
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan suatu kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan
16
Kegiatan observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal penting
selama pembelajaran berlangsung, yang kemudian akan digunakan sebagai salah satu data
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini data hasil observasi yang didapat selama pelaksanaan tindakan
perbaikan dan data hasil belajar siswa dianalisis kembali sehingga dapat diketahui apakah
pelaksanaan tindakan tersebut telah mencapai target proses dan target hasil atau masih
memerlukan perbaikan-perbaikan.
elitian
Pedoman observasi adalah suatu pedoman atas pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa pada waktu
tindakan pelaksanaan. Observasi ini digunakan untuk memperoleh gambaran interaksi antara
guru dan siswa selama proses pembelajaran tentang konsep perubahan sifat benda. Dalam
Pedoman wawancara adalah suatu pedoman tanya jawab yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan responden dalam hal
ini dilakukan kepada siswa, guru dan pembimbing berkenaan dengan gambaran pelaksanaan
proses pembelajaran IPA tentang konsep perubahan sifat benda melalui penerapan model
pembelajaran inkuiri. Wawancara ini dilakukan setelah proses pembelajaran dengan tujuan
17
Tes yaitu suatu alat atau prosedur yang sistematis bagi pengukuran sebuah sampel
perilaku. Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa sebelum
Tes dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami konsep perubahan sifat benda. Tes tersebut terdiri dari lembar soal, lembar
penelitian berlangsung yang mungkin tidak terduga dan tidak direncanakan pada pedoman
observasi.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembar kerja yang dibuat untuk mengarahkan
siswa dalam mengamati atau melakukan kegiatan percobaan. LKS ini diberikan kepada siswa
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap pengumpulan
data gari berbagai instrument penelitian yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa yang
Merlalui observasi terhadap kinerja guru dapat diperoleh data melalui kelebihan dan
18
Observasi terhadap aktivitassiswa dilaksanakan pada saat pembelajaran, untuk mengetahui
Tes diberikan kepada siswa untuk mengukur pemahaman siswa. Ketuntasan siswa
dukung dan intake siswa. KKM itu sendiri merupakan kriteria minimal yang harus dicapai
atau dikuasai oleh siswa untuk semua mata pelajaran. Setiap siswa dinyatakan lulus atau
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dikumpulkan untuk dipelajari dan dianalisis.
Rangkuman data yang dianggap penting dan dapat menguatkan penelitian disajikan dalam
bentuk deskriptif dan tabel. Setelah mengumpulkan data dan memperoleh bukti-bukti yang
kuat mengenai hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data-data
tersebut.
a) Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang
diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber, siapa pun juga (kepala sekolah,
guru, teman sejawat guru, siswa dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi itu tetap
sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu diperiksa
kebenarannya.
b) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis dengan
membandingkan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan
19
c) Expert opinion, yaitu dilakukan dengan meminta nasihat kepada pakar, dalam hal ini
kemukakan.
BAB IV
Tabel 4.3
Daftar Nilai Siklus I
N TAFSIRAN
NAMA SISWA NILAI
O T BT
1. Andri Septiana 70 √
2. Anita Sari 70 √
3. Arifin 70 √
4. Cepi Rohdiana 80 √
20
5. Dede Suryadi 70 √
6. Devi Intan 50 √
7. Enggal Lalan 50 √
8. Fitriani 70 √
9. Fifi Nuradiana 70 √
10. Idan Royani 50 √
11. Ita Nurlela 50 √
12 Iqbal Maulana 70 √
13 Lina Nurlinasari 70 √
14 Martiningsih 50 √
15 Melani 70 √
16 Mesy Fitri 80 √
17 Moh. Ramdani 70 √
18 Novian Rosmiati 70 √
19 Rifki Renaldi 60 √
20 Rizal Zaelani 50 √
21 Siti Nurjanah 90 √
22 Sofian 80 √
23 Susi Nurhasanah 80 √
24 Taufik Budiman 50 √
25 Tomi 50 √
26 Widaningsih 80 √
27 Zaenal 60 √
28 Nurhakim 60 √
PERSENTASE 60,7% 39,3%
Dari daftar nilai di atas, walaupun ada peningkatan tetapi dapat dilihat bahwa masih
banyak siswa yang mendapat nilai kurang dari yang seharusnya.
4). Refleksi siklus I
Di dalam penerapan cara menggambar beregu ditemukan beberapa temuan sebagai
berikut :
a) Siswa belum memahami cerita
b) Siswa belum memahami karakter/watak tokoh
c) Masih ada beberapa siswa yang malu-malu dalam melakukan simulasi.
d) Hasil tes yang diperoleh pada siklus I mengalami peningkatan.
e) Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil observasi
f) Peneliti berdiskusi dengan praktikan mengenai proses dan hasil pembelajaran dengan
menggunakan
b. Paparan Data Tindakan Siklus II
1) Paparan data perencanaan siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, hasil tindakan sudah cukup bagus namun belum
sesuai dengan yang ditargetkan sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus berikutnya.
Pada siklus II ini indikator yang hendak dicapai yaitu menceritakan kembali secara tertulis
alur cerita yang telah disimak. Adapun perencanaan pada siklus II ini adalah sebagai berikut :
a) Pelaksanaan kegiatan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, tetapi indikator yang
harus dicapai yaitu siswa dapat menceritakan kembali alur cerita yang telah disamak.
b) Membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus II
c) Membuat lembar observasi siswa.
21
2) Paparan data pelaksanaan siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Maret 2010, dimulai pukul 07.30-08.40 WIB.
Kegiatan pelaksanaan pada siklus II masih sama dengan kegiatan pelaksanaan pada
siklus satu hanya saja pada siklus II ada perubahan yaitu lebih menekankan pada siswa untuk
dapat menceritakan kembali alur cerita yang telah disimak ke dalam sebuah tulisan.
3) Paparan data hasil siklus II
Setelah kegiatan belajar mengajar, maka sebagai pengamatan penulis mengadakan
tes akhir untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Dari hasil tes tersebut maka diperoleh
rincian nilai setiap siswa pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Daftar Nilai Siklus II
N TAFSIRAN
NAMA SISWA NILAI
O T BT
1. Andri Septiana 80 √
2. Anita Sari 80 √
3. Arifin 60 √
4. Cepi Rohdiana 80 √
5. Dede Suryadi 70 √
6. Devi Intan 60 √
7. Enggal Lalan 60 √
8. Fitriani 80 √
9. Fifi Nuradiana 70 √
10. Idan Royani 50 √
11. Ita Nurlela 60 √
12 Iqbal Maulana 80 √
13 Lina Nurlinasari 80 √
14 Martiningsih 60 √
15 Melani 80 √
16 Mesy Fitri 90 √
17 Moh. Ramdani 80 √
18 Novian Rosmiati 80 √
19 Rifki Renaldi 70 √
20 Rizal Zaelani 70 √
21 Siti Nurjanah 100 √
22 Sofian 90 √
23 Susi Nurhasanah 80 √
24 Taufik Budiman 70 √
25 Tomi 60 √
26 Widaningsih 90 √
27 Zaenal 70 √
28 Nurhakim 70 √
PERSENTASE 75% 25%
22
Dari daftar nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada
penbelajaran menyimak cerita rakyat hasilnya sangat memuaskan.
4). Refleksi siklus II
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi terhadap proses pembelajaran pada siklus II
temuan-temuannya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Siswa sudah memahami cerita
b. Siswa sudah memahami karakter/watak tokoh
c. Sudah tidak ada siswa yang malu-malu dalam melakukan simulasi.
B. Pembahasan
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil belajar siswa pada pembelajaran awal dan perbaikan pembelajaran
IPS diperoleh data nilai-nilai sebagai berikut :
Tabel 4.7
Daftar Perolehan Nilai Bahasa Indonesia
Nilai
No Nama Siswa Pert. II Pert . III
Pert. I
(siklus I) (siklus II)
1 Andri Septiana 70 70 80
2 Anita Sari 70 70 80
3 Arifin 50 70 60
4 Cepi Rohdiana 70 80 80
5 Dede Suryadi 70 70 70
6 Devi Intan 50 50 60
7 Enggal Lalan 30 50 60
8 Fitriani 70 70 80
9 Fifi Nuradiana 60 70 70
10 Idan Royani 50 50 50
11 Ita Nurlela 50 50 60
12 Iqbal Maulana 60 70 80
13 Lina Nurlinasari 30 70 80
14 Martiningsih 40 50 60
15 Melani 50 70 80
16 Mesy Fitri 70 80 90
17 Moh. Ramdani 60 70 80
18 Novian Rosmiati 60 70 80
19 Rifki Renaldi 50 60 70
20 Rizal Zaelani 50 50 70
21 Siti Nurjanah 90 90 100
22 Sofian 80 80 90
23 Susi Nurhasanah 80 80 80
24 Taufik Budiman 60 50 70
25 Tomi 60 50 60
26 Widaningsih 80 80 90
27 Zaenal 60 60 70
28 Nurhakim 60 60 70
23
Persentase Penguasaan Materi (%) 53,5% 60,7% 75%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan ke satu, persentase
tingkat keberhasilan penguasaan materi siswa hanya mencapai 53,5%, pada pertemuan ke dua
(siklus I) mengalami peningkatan menjadi 60,7%, dan pada pertemuan ke tiga (siklus II)
tingkat keberhasilan penguasaan materi siswa mencapai 75%. Adapun diagram tingkat
keberhasilan yaitu sebagai berikut :
Diagram 4.2
Persentase Tingkat Keberhasilan Bahasa Indonesia
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan
mengaplikasikan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep perubahan sifat benda dan penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan
B. Saran
25
Berdasarkan hasil penelitian mengenai meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep
perubahan sifat benda melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dan penggunaan
metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat di kelas V SDN
model pembelajaran inkuiri harus mengetahui dengan jelas model pembelajaran ini.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar. Untuk itu, model ini harus terus diberikan kepada
siswa agar siswa terbiasa terhadap model ini. Tentunya disesuikan dengan mata
3. Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman
4. Interaksi antara guru dan siswa harus lebih aktif agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
5. Penggunaan metode yang bervariasi akan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik.
26