Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


SEHAT JIWA PADA PRASEKOLAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan individu Praktek Profesi Ners
Departemen Keperawatan Jiwa

Oleh:

Nama : Dian Permatasari


NIM : 2007.14901.293

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


SEHAT JIWA PADA PRASEKOLAH

Hari :
Tanggal :

Disusun oleh:

Nama : Dian Permatasari


NIM : 2007.14901.293

Disetujui oleh:

Penguji Pendidikan Penguji Lahan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi Anak Prasekolah


Menurut Moersintowarti (2002) masa prasekolah adalah masa anak
antara umur 3-6 tahun . Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan
stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. Anak pra-sekolah telah
menguasai keterampilan motoric kasar dan halus, serta sudah
mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal. Selama tahap ini, anak terus menghaluskan keterampilannya dan
belajar keterampilan lain dalam persiapannya agar dapat meluaskan
dunianya kelingkungan tetangga dan sekolah. Anak pra sekolah
memfokuskan pengembangan kemampuan motoric halus melalui gerakan,
seperti menggunakan pensil dan menggambar. Bermain bersama teman
sebaya merupakan media pengembangan keterampilan fisik dan social yang
palin baik bagi anak pra-sekolah.
Menurut teori Erikson, pada tahap pra-sekolah, anak mengembangkan
inisiatif versus rasa bersalah setelah berhasil menanamkan rasa percaya dan
otonomi yang berkembang pada tahap sebelumnya. Inisiatif dapat
berkembang jika anak merasa aman psikososisal melalui interaksi yang
sesuai dengan orang tuanya. Karena rasa ingin tahu yang besar, anak
cenderung bertanya mengapa dan merasa lebih yakin akan kemampuannya
menoleransi perpisahan dengan orangtuanya, anak lebih mampu
bersosialisasi dan lebih stabil moodnya.
Pada masa ini, anak tidak mampu membedakan antara kenyataan dan
fantasi dalam semua situasi. Hal ini sangat penting, diketahui karena jika anak
berperilaku tidak baik, orangtua perlu menekankan pada anak bahwa perilaku
mereka yangtidak sesuai bukan dirinya. Jika tidak, anak akan
mempersepsikan bahwa karena mereka melakukan sesuatu yangtidak baik,
diri mereka juga berarti tidak baik.
Kemampuan kognitif terlihat melalui pemikiran magis dan cara berpikir
yang konkret. Anak pra-sekolah masih terbatas kemampuan menentukan
ukuran, bentuk, volume, usia dan waktu. Mereka biasanya mengulangi
perilaku yang memuaskan dirinya dan orang berarti bagi dirinya, serta sudah
tidak terlalu bergantung pada orangtua untuk membatasi perilakunya.
B. Konsep Dasar Perkembangan Emosi Anak Usia Prasekolah
Pola emosi pada anak usia prasekolah menurut Yusuf (2011) adalah:
1. Cemas
Cemas merupakan perasaan takut yang bersifat khayalan yang tidak ada
obyeknya. Kecemasan muncul akibat dari pengalaman yang diperoleh,
baik dari orang tua, buku bacaan, televisi atau film. Contoh perasaan
cemas: anak takut berada di kamar yang gelap, takut hantu dan
sebagainya.
2. Takut
Takut merupakan perasaan terancam oleh suatu obyek yang dianggap
membahayakan. Beberapa cara yang khas memperlihatkan rasa takut
pada masa anak-anak adalah gemetar, mundur dan menarik diri atau
merasa sakit yang dikhayalkan/keluhan palsu (Hurlock, 1991).
3. Marah
Marah merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap diri
sendiri, orang lain atau obyek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk
verbal (katakata kasar atau makian/sumpah serapah), atau non verbal
seperti mencubit, memukul, menampar, menendang dan merusak. Pada
masa ini penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran
mengenai permainan atau tidak tercapainya keinginan, dan serangan
yang hebat dari anak lain.
4. Cemburu
Pada masa ini anak menjadi mudah cemburu bila ia mengira bahwa minat
dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain didalam keluarga,
biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat
mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkannya
dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, mengompol, pura-pura
sakit atau menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik
perhatian.
5. Ingin tahu
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal yang baru dilihat, juga
mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Perasaan ini ditandai
dengan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan anak, misalnya anak ingin
mengetahui mengapa orang yang lebih tua berbeda dari yang lebih muda,
mengapa laki-laki berbeda dengan perempuan dan sebagainya (Yusuf,
2011). Menurut Hurlock (1991) dengan semakin luasnya lingkungan anak-
anak maka semakin meluas pula keingintahuan mereka.
6. Kegembiraan.
Anak-anak merasa gembira apabila terpenuhi keinginannya. Kondisi yang
melahirkan perasaan gembira pada anak diantaranya terpenuhinya
kebutuhan jasmaniah (makan dan minum), keadaan jasmani yang sehat,
diperolehnya kesempatan untuk bergerak (bermain secara leluasa) dan
memiliki mainan yang disenangi.
7. Kasih sayang
Kasih sayang merupakan perasaan senang untuk memberikan perhatian
atau perlindungan terhadap orang lain, binatang atau benda yang
menyenangkan. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah
besar, tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan
memeluk, menepuk dan mencium obyek kasih sayangnya.

C. Batasan Karakteristik
1. Anak suka mengkhayal dan kreatif
2. Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat dirumah
3. Anak suka bermain dengan teman sebaya
4. Anak mudah berpisah dengan orangtua
5. Anak mengerti mama yang benar dan yang salah
6. Anak belajar merangkai kata dan kalimat
7. Anak mengenal berbagai warna
8. Anak membantu melakukan perkerjaan rumah sederhana
9. Anak mengenal jenis kelaminnya
10. Belajar keterampilan baru melalui permainan

D. Perkembangan Umum Anak Usia Prasekolah


1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya.dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut
berat badan dan tinggi badan, maupun kekuatannya memungkinkan anak
dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi
terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang tuanya.
Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan keadaan anak
untuk lebih meningkatkan pemahaman dan penguasa terhadap tubuhnya.
Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, tulang kakinya tumbuh
dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia
sebelumnya. Pertumbuhan tulang-tulangnya semakin besar dan kuat,
pertumbuhan giginya semakin lengkap dan komplit sehingga dia sudah
menyenangi makanan padat. Untuk perkembangan fisik anak sangat
diperlukan gizi yang cukup, baik protein, vitamin dan mineral serta
karbohidrat.
2. Perkembangan Keterampilan
Perkembangan ketrampilan motorik dipelajari anak tergantung sebagian
pada kesiapan kematangan terutama kesempatan yang diberikan untuk
mempelajari dan bimbingan yang diperoleh dalam menguasai ketrampilan
ini secara cepat dan efisien. Implikasi perkembangan motorik anak secara
optimal memerlukan lingkungan pendidikan yang kondusif. Oleh sebab itu
diperlukan tempat dan perlengkapan permainan yang memberikan peluang
kepada mereka untuk dapat bergerak secara leluasa.
Menurut Sudjiningsih (1998) ketrampilan motorik pada anak meliputi :
a. Motorik halus.
Ketrampilan menulis, menggambar sendiri, mewarna gambar,
menggunakan gunting, bermain tanah liat atau palm, menyisir rambut,
berpakaian sendiri dan membuat kue-kue.
b. Motorik kasar.
Diantaranya adalah melompat dan berjalan cepat, memanjat, naik
sepeda roda tiga, berenang, lompat tali, keseimbangan berjalan diatas
pagar, sepatu roda dan menari.
c. Motorik Halus
 Usia 15 bulan , menyusun dua balok menar dan scribbles secara
spontan
 Usia 18 bulan , menyusun 3-4 balok menara.
 Usia 24 bulan, membuat gerakan yang lurus
3. Perkembangan bahasa.
Selama masa pra sekolah anak-anak memiliki kebutuhan dan dorongan
yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan dua hal, pertama
belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi; kedua,
belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian.
Untuk meningkatkan komunikasi anak-anak harus meningkatkan
kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain. Pada usia pra
sekolah kemampuan melakukan gerakan dan kemampuan berbahasa
yang bertujuan semakin meningkat. Anak ingin tahu, bertanya bermacam-
macam, melakukan aktivitas atau tugas untuk mendapatkan rasa
kebiasaan. Dorongan berinisitif disertai perkembangan rasa bersalah dapat
menghambat perkembangan kemajuan anak. Hubungan segi tiga antara
ayah, ibu, anak terbentuk, dimana anak mengalami perasaan sayang,
benci, iri hati, persaingan untuk memiliki satu atau kedua orang tuanya.
Peran orang tua menetapkan identitas anak, melatih integrasi peranan-
peranan sosial dan tanggung jawab sosial.
4. Perkembangan Intelektual
Meningkatnya kemampuan intelektual terutama kemampuan berpikir dan
melihat hubungan-hubungan dengan meningkatnya kemampuan untuk
menjelajah lingkungan karena bertambah besarnya kemandirian dan
mengendalikan motoric serta meningkatnya kemampuan bertanya dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain. Maka
pengertian anak akan orang lain, benda dan situasi meningkat dengan
pesat. Anak mulai memperhatikan hal-hal yang kecil yang tadinya tidak
diperhatikan. Dengan demikian anak tidak lagi bingung kalua menghadapi
benda-benda, situasi atau orang-orang yang memiliki unsur-unsur yang
sama
5. Perkembangan Sosial\
Pada usia pra sekolah, perkembangan sosial anak sudah tampak jelas,
karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya.
Tanda-tanda perkembangan sosial antara lain :
a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga
maupun dalam lingkungan bermain.
b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
d. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman
sebayanya. Perkembangan sosial sudah terjadi semenjak bayi mampu
membedakan antara manusia dan benda. Dasar pembentukan
perkembangan sosial terjadi pada masa perkembangan 0-2 tahun.
Perkembangan sosial akan tampak dalam bentuk komunikasi sosial
yang dinyatakan dalam tingkah laku sosial
G. Konsep askep
1. Pengkajian
a. Keluarga
 Pengetahuan keluarga
 Peran orangtua
b. Anak
Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
 Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun.
Berat badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg
terkait dengan nutrisi anak.
 Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
 Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi
otot besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik,
berjalan naik dan turun dengan mudah dan belajar untuk melompat.
 Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
 Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
 Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang
perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah.
 Perkembanganbahasaanakternasukkosakata,yang memungkinkan
penggabungan berbagai personifikasi yang berbeda.
Perkembangan psiko-sosial
 Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
 Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih
sosial, mereka berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola hidup mereka,
sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang tua untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu anak-anak
mengembangkan perilaku sehat mereka, berpakaian dan makan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan;
 Orang tua kurang pengetahuan
 Dukungan orang tua yang tidak adekuat, tidak sesuai
 Stressor yang berkaitan dengan sekolah

b. Keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial,


bermain atau pendidikan sekunder, akibat:
 Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
 Kurang stimulasi
 Sedikitnya orang terdekat
 Kehilangan teman sebaya.
c. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan bahasa
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa No. 1
 Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
 Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area
fungsi, menggunakan alat pengkajian yang spesifik.
 Dorong untuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai baju
sendiri, perawatan mulut, perawatan rambut.
 Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan dengan
berbagai mainan.
 Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali lingkungan bermain.
 Perintahkan untuk memberi respon verbal dan mengajukan
permintaan.
 Beri pujian untuk perilaku yang positif.
b. Diagnosa No. 2
 Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
 Beri pendidikan kesehatan atau informasi mengenai pertumbuhan
dan perkembangan anak.
c. Diagnosa No. 3
 Bila ada perilaku antisosial pada anak, bantu untuk:
 Menggambarkan perilaku yang memengaruhi sosialisasi.
 Bermain peran sesuai respon.
 Munculkan umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan negatif.
 Ajarkan orang tua untuk:
 Menghindari ketidaksetujuan di depan anak
 Membuat kontak mata sebelum memberi instruksi dan minta anak
untuk mengulangi apa yang dikatakan
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2015. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Sukesi. 2015. Hubungan Antara Pola Asuh dengan Mental Emosional Anak Usia
Prasekolah. Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai