Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
4
BUPAK HAL 88
UUD 1945
MPR
UUD 1945
( PERIODE 1959
- 1971 )
MPR
SEMENTARA
Lembaga Negara menurut UUD 1945 sebelum diamandemen dengan lembaga negara
pada masa Demokrasi Terpimpin memiliki beberapa perbedaan yang sering dianggap sebagai
penyimpangan dari UUD 1945.
MPR adalah lembaga tertinggi negara yang menjalankan kedaulatan rakyat Indonesia,
diberikan kekuasaan tak terbatas, dan berhak mengangkat dan memberhentikan presiden.
Anggotanya berasal dari anggota DPR hasil pemilihan umum dan utusan daerah serta utusan
golongan yang diangkat.
Presiden
Presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR, dan tunduk serta bertanggung jawab
kepada MPR. Presiden memiliki kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan,
menjabat sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Merupakan lembaga perwakilan rakyat yang anggotanya berasal dari partai politik
peserta Pemilu yang dipilih oleh rakyat. DPR tidak bertanggung jawab kepada
Presiden, dan tidak dapat dibubarkan oleh Presiden.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, Presiden membentuk MPRS melalui Penetapan Presiden
Nomor 2 Tahun 1959, dan anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat :
Hal ini merupakan penyimpangan dari UUD 1945 karena anggota MPR seharusnya berasal
dari anggota DPR ditambah dengan utusan daerah dan golongan. Anggota DPR sendiri
seharusnya dipilih rakyat melalui Pemilihan Umum (Pemilu) yang diikuti oleh partai-partai
politik. Selain itu wewenang MPRS dibatasi hanya menyusun Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN), padahal tugas MPRS seharusnya juga berwenang meminta pertanggung
jawaban, mengangkat, dan memberhentikan Presiden.
Presiden
Dalam UUD 1945, kedudukan Presiden ada di bawah MPR, namun kenyataannya
pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi penyimpangan. Presiden mengangkat ketua
MPRS yang juga menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri III, dan para Wakil Ketua
MPRS merupakan pimpinan partai-partai besar serta wakil ABRI yang masing-
masing dijadikan Menteri yang tidak memimpin departemen. Karena Ketua MPRS
adalah Wakil Perdana Menteri dan Wakil Ketua MPRS adalah Menteri, ini berarti
bahwa MPRS berada di bawah Presiden sehingga Presiden dapat menentukan apa
yang diputuskan MPRS.
Dalam UUD 1945, kedudukan DPR setara dengan Presiden, sehingga Presiden tidak
dapat membubarkan DPR, dan anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui Pemilu.
Namun dalam masa Demokrasi Terpimpin, Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu
1955 dan membentuk DPR Gotong Royong (DPR-GR), di mana anggotanya ditunjuk
oleh Presiden. Selain itu peraturan DPR-GR ditentukan oleh Presiden sehingga DPR-
GR harus mengikuti keinginan pemerintah.
Mahkamah Agung (MA)
Menurut UUD 1945, kedudukan DPA setara dengan Presiden. Namun pada masa
Demokrasi Terpimpin, DPAS dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 3
Tahun 1959 dengan diketuai oleh Presiden sendiri. Ini berarti DPAS berada di bawah
Presiden sebagai ketuanya, dan melanggar UUD 1945. Selain itu, tugas DPA menurut
UUD 1945 adalah memberi jawaban atas pertanyaan Presiden, sehingga jika Presiden
adalah ketuanya berarti bahwa DPAS mengajukan pertanyaan kepada dirinya sendiri
dan menjawab kepada dirinya sendiri.
NB : Pada masa Demokrasi Terpimpin, lembaga negara yang dibentuk hampir sama dengan
lembaga negara yang ada di UUD 1945. Ya, walaupun Dekrit Presiden 5 Juli 1959 salah satu
isinya adalah kembali kepada UUD 1945, namun pelaksanaannya khususnya dalam hal
lembaga-lembaga negara ternyata banyak menyimpang dari UUD 1945 baik dari cara
pembentukannya dan wewenangnya. Tetapi hal ini merupakan proses sejarah yang dialami
Indonesia untuk mencari jalan terbaik untuk negara dan pemerintahannya agar bisa
memajukan bangsa dan mensejahterakan rakyatnya.
Tambahan