Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah
dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup (Fatimah, 2010). Menurut Priyoto (2015)
menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan
untuk melakukan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan hidup, menua ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut yang memutih, penurunan pendengaran, penglihatan yang menjadi
semakin buruk, sensivitas emosi, sehingga proses menua merupakan proses yang terus-
menerus (berlanjut) secara ilmiah yang pada umumnya dimiliki olehlansia.
Lansia digolongkan menjadi dua yakni lansia potensial dan tidak potensial, lansia
potensial adalah orang yang masih mampu melakukan segala aktivitasnya dengan baik dan
melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan baik barang maupun jasa. Sementara lansia
yang tidak potensial orang yang tidak mampu mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung
kepada bantuan orang lain, seperti lansia penghuni panti tresna werdha. Di negara
berkembang, lansia digolongkan berdasarkan usia 60 tahun ke atas, sedangkan di negara
maju seperti Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan Belanda lansia digolongkan usia 65 tahun
ke atas (Priyoto,2015).
Prevalensi lansia menurut World Health Organization (WHO) dalam Departemen
Kesehatan Republik Indonesia di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau
sekitar 142 juta jiwa, pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat
dari tahun ini. Tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi,
sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun
2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.000.000 (11,34%) dari total populasi,
sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar
80.000.000.
Indonesia termasuk dalam 5 besar Negara dengan jumlah lansia terbanyak di dunia yaitu
18,1 juta jiwa (7,6 dari total penduduk). Pada tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia di
Indonesia mencapai 18,781 juta jiwa dan pada tahun 2015, jumlahnya akan mencapai 36 juta
jiwa (Depkes,2015) .Jumlah lansia di Jawa Timur telah mencapai 4,45 juta orang atau sekitar
11,46 persen dari penduduk Jawa Timur. Secara agregat, jumlah lansia perempuan tercatat
jauh lebih banyak mencapai 2,49 juta orang dibanding lansia laki-laki pada periode 2016
mencapai 2,11 juta orang. Begitu pula halnya dengan proporsi penduduk lansia perempuan
terhadap total penduduk perempuan di Jawa Timur menunjukkan proporsi yang jauh lebih
besar dibanding proporsi penduduk lansia laki-laki terhadap total penduduk laki-laki di Jawa
Timur yaitu 12,66 persen berbanding 10,90 persen (BPS,2016).
Lansia memiliki potensi yang harus dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan
bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal (optimumAging)
(Depsos,2008). Kualitas hidup diusia tua dapat digolongkan sebagai sesuatu yang kompleks,
multidimensi, dan holistik yang mencakup sosial, lingkungan, struktural, serta aspek
kesehatan.Kualitas hidup juga sangatberpengaruh terhadap kesehatan mental dan
kesejahteraan lansia (Prazeres & Figueiredo,2014).
Menurut Nugroho (2008) bahwa lansia akan mengalami banyak perubahan dan
penurunan fungsi fisik dan psikologis hal ini akan menimbulkan berbagai masalah pada
lansia yang akan mempengarui dalam menilai dirinya sendiri yang disebut konsep
diri.Dampak dari menurunnya konsep diri pada lansia menyebabkan bergesernya peran
sosial dalam berinteraksi sosial dimasyarakat maupun di keluarga. Hal ini didukung oleh
sikap lansia yang cenderung egois dan enggan mendengarkan pendapat orang lain, sehingga
mengakibatkan lansia terasingkan secara sosial dan akhirnya merasa terisolir dan merasa
tidak berguna lagi karena tidak ada penyaluran emosional dari bersosialisasi. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial menurun baik secara kualitas maupun kuantitas karena peran
lansia yang digantikan kaum muda, dimana keadaan ini terjadi sepanjang hidup dan tidak
dapat dihindari (Standley & Beare,2007).
Lansia selain mengalami masalah komunikasi dan kesehatan mental, masalah
keagamaan juga di alami oleh para lansia, dimana pada masa tuanya itu mereka memerlukan
ketenangan jiwa sehingga perlu adanya pendampingan dengan pendekatan bimbingan dan
konseling keagamaan (Fauziah, 2015). Pelayanan spiritualitas yang baik pada lansia akan
memberikan makna dan tujuan sebagai makhluk spiritual yang khas, serta berhubungan
dengan kesejahteraan, mengatasi penderitaan, mengembangkan koping yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia. Tenaga kesehatan wajib menghargai keyakinan dan
nilai-nilai lansia, apakah mereka beragama dan memiliki budaya(Rogers & Wattis,2015).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2017 di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha (UPTPSTW) Kota Pasuruan diketahui
bahwa jumlah lansia sebanyak 107 orang yang terdiri dari 41 laki- laki dan 66 perempuan.
Masalah kualitas hidup yang dialami sebagian besar lansia mengungkapkan dan mengeluh
tentang kondisi kehidupan di masa tua yang sangat susah karena jauh dari keluarga, aktivitas
yang mereka lakukan sangat terbatasnya dilingkungan UPT, lansia juga tidak percaya diri
karena kondisi fisik yang semakin hari mengalami perubahan dan melemah, serta beberapa
lansia ada yang mengeluh dikarenakan satu kamar ditempati 3 orang dan membuat lansia
tidak nyaman saat istirahat. Hal ini menjadi rendahnya kualitas hidup lansia karena mereka
tidak dapat menikmati masa tua yang menggembirakan. Kesejahteraan psikologis menjadi
salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas hidup lansia, yang meliputi kesehatan
fisik, hubungan sosial dan lingkungan (Rohmah, 2012).
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti ingin meneliti lebih
jauh tentang hubungan spiritualitas dan konsep diri dengan kualitas hidup pada lansia,
dengan penelitian yang berjudul “Hubungan Spiritualitas dan Konsep Diri dengan Kualitas
Hidup pada Lansia di UPT PSTW Pasuruan”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan, diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori yang sudah didapat kedalam asuhan keperawatan pada kelompok
khusus lansia secara nyata sesuai dengan masalah yang muncul, dikelompok khusus
lansia yang berada di wisma Mawar
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan pasien Osteoasthritis.
b. Mengetahui penyebab Osteoasthritis
c. Mengetahui motivasi untuk melakukan intervensi pada pasien Osteoasthritis
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiwa
Mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikan teori asuhan keperawatan
gerontik secara nyata pada lansia di Wisma Mawar
2. Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat bahwa pengetahuan tentang
Osteoasthritis sangat di butuhkan agar lansia terhindar dari komplikasi penyakit
Osteoasthritis serta memiliki motivasi yang kuat untuk hidup sehat.
3. Pendidikan
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di
lingkungan UPT Pelayanan sosial tresna werdha pasuruan.
4. Bagi Profesi
Dapat memberikan gambaran mengenai sikap lansia dengan penyakit Osteoasthritis
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan penyuluhan atau
promosi kesehatan tentang intervensi penyakit Osteoasthritis.
D. Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan ini mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Nurul Jadid memberikan asuhan keperawatan kesehatan gerontik di
Wisma Mawar UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan .
E. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan adalah metode pendekatan asuhan keperawatan
gerontik yang profesional yang meliputi biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural
secara mandiri maupun kolaborasi lintas sektor yang diberikan secara langsung kepada
kelompok lanjut usia di Wisma Mawar UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimulai dengan pengkajian data keperawatan, analisis data,
penapisan masalah, penentuan prioritas diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan
kesimpulan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lanjut Usia (Lansia)


1. Pengertian Lanjut Usia
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, dalam pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas,
sedangkan menurut WHO umur tua dibagi menjadi tiga jenis yaitu umur lanjut
(elderly) antara umur 60-75 tahun, umur tua (old) antara umur 75-90 tahun dan
umur sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun (Suardiman, 2011). Hurlock (1980)
menyatakan pada tahap perkembangan dalam rentan kehidupan batasan masa tua
atau masa lanjut usia yaitu dari usia 60 tahun sampai dengan individu meninggal.
Pernyataan Undang-undang Republik Indonesia dan Hurlock didukung oleh
Hardwinoto dan Setiabudi (1999), yang menyatakan bahwa lanjut usia adalah
kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas.
Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi kapan
individu dapat dikatakan tua, yaitu pendekatan biologis dan pendekatan
kronologis.Pendekatan biologis yaitu pendekatan yang didasarkan pada keadaan
fisik atau biologis individu, sedangkan pendekatan kronologis yaitu pendekatan
yang didasarkan pada hitungan umur individu (Suardiman,2011).
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diketahui bahwa lanjut usia
merupakan individu yang berusia 60 tahun, melalui dua pendekatan yang
digunakan untuk mengetahui kapan individu dapat disebut lanjut usia yaitu
pendekatan biologis yang berdasarkan keadaan fisik seseorang dan pendekatan
kronologi yaitu pendekatan yang didasarkan pada usia seseorang.
2. Batasan Lansia
Tidak ada batasan yang pasti tentang lansia.Umur yang dijadikan batasan
lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan
beberapa pendapat ahli mengenai batasan lansia :
1) Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap, yakni :

a. Usia pertengahan (middle age), yaitu 45-49tahun

b. Lanjut usia (elderly), yaitu 60-74tahun

c. Lanjut usia tua (old), yaitu 75-90tahun

d. Usia sangat tua (very old), yaitu di atas 90tahun

2) Menurut Prof. Dr. dr. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.KJ., lansia (usia lebih
dari 70 tahun), terbagi menjadi:

a. Usia 70-75 tahun (youngold)

b. Usia 75-80 tahun(old)

c. Usia lebih dari 80 tahun (veryold)

3) Menurut Hurlock (1979), perbedaan lansia terbagi dalam dua tahap, yakni:

a. Early old age (usia 60-70tahun)


b. Advanced old age (usia 70 tahun keatas)
4) Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lansia, yakni:
a. Young old (usia 60-69tahun)
b. Middle age old (usia 70-79tahun)
c. Old-old (usia 80-89tahun)
d. Very old-old (usia 90 tahun keatas)

Menurut para ahli, batasan lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas. Hal
ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, bahwa yang disebut dengan lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, baik pria maupun wanita
(Nugroho,2014).
B. Proses Menua
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
bilogis, teori sosial, teori spiritual, dan teori psikologis.
a. Teori Biologis
Teori Biologis mencakup teori genetik, teori somatik, teori sistem imun,
teori metabolism, serta teori radikal bebas.
(1) Teori Geneticclock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu.Tiap spesies mempunyai jam genetik di dalam inti sel yang
telah berputar menurut replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis
dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini
bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir (Darmojo dan Martono,2004).
(2) Teori Somatik (teori ErrorCatastrophe)
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-
faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang
menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Diketahui bahwa radiasi dan zat
kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut (Darmojo dan Martono, 2004).
(3) Rusaknya Sistem ImunTubuh
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat
menyebabkan kemampuan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinyaperistiwa autoimun. Selain itu, sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya
terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah. Inilah yang menyebabkan terjadinya kanker meningkat
sesuai meningkatnya umur (Darmojo dan Martono, 2004).
(4) Teori Menua AkibatMetabolisme
Pentingnya metabolisme sebagai faktor penghambat umur panjang, dimana
terdapat hubungan antara tingkat metabolisme dengan panjang umur.
Mamalia yang dirangsang untuk hibernasi, selama musim dingin
ditempatkan pada temperatur yang rendah tanpa dirangsang berhibernasi,
metabolismenya meningkat dan berumur lebih pendek. Walaupun umurnya
berbeda, namun jumlah kalori yang dikeluarkan untuk metabolisme selama
hidup adalah sama (Darmojo dan Martono, 2004).
(5) Kerusakan akibat Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh jika fagosit
dipecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam
mitokondria. Radikal bebas yang terbentuk tersebut adalah: (1) Superoksida
(O2), (2) Hidroksil (OH), dan juga (3) Perioksida hidrogen (H 2O2). Radikal
bebas bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi
dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti membrane sel, dan
dengan gugus SH (Darmojo dan Martono,2004).
b. Teori Sosial
Pada lansia, kekuasaan dan prestise yang berkurang menyebabkan berkurangnya
interaksi sosial, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuanmereka untuk
mengikuti perintah. Kemiskinan yang dialami lansia dan menurunnya derajat
kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan- lahan menarik diri
dari pergaulan sekitar. Proses penuaan mengakibatkan interaksi sosial mulai
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas (Maryam dan Ekasari, 2008).
c. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
Kepercayaan merupakan suatu pengetahuan dan cara berhubungan dengan
kehidupan akhir. Kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu
hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu
keyakinan, cinta kasih, dan harapan. Perkembangan spiritual pada lansia berada
pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam dan
Ekasari,2008).
d. Teori Psikologis
Pada lansia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan
usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu
yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri
dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia
mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada, ditunjang
dengan status sosialnya (Maryam dan Ekasari,2008).
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada lansia menyebabkan mereka
sulit untukberinteraksi dan dipahami. Dengan adanya penurunan fungsi sistem
sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima,
memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi atau
reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Selain itu, kurangnya motivasi pada
lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap
bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga (Maryam
dan Ekasari,2008).
C. faktor - faktor yang mempengaruhi proses penuaan
Adapun faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas dua
bagian. Pertama, faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap
stres, dan pertahanan terhadap antioksidan. Kedua, faktor lingkungan, yang meliputi
pemasukan kalori, berbagai macam penyakit, dan stres dari luar, misalnya radiasi atau
bahan-bahan kimia.
D. Perubahan Pada Lansia

1) Perubahan Fisik Pada Lansia

Dengan bertambahnya usia, begitu banyak perubahan fisik yang terjadi sehingga
sulit untuk menetapkan batas-batas normal. Semakin tua seseorang, perubahan
fisiologis normal dalam semua sistem tubuh bersifat universal, progresif, dan
intrinsik. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan fungsi tingkat sel, sistem
persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem
reproduksi, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem integumen, serta
sistem musculoskeletal (Bastable, 2002)

2) Perubahan Mental

Di bidang mental atau psikis pada lansia, perubahan dapat berupa sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit terhadap sesuatu yang
dimiliki. Sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yakni
keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat. Perubahan
kepribadian yang drastis jarang terjadi. Lebih sering berupa ungkapan yang
tulus dari perasaan seseorang (Bastable,2002).

3) Perubahan Psikososial

Depresi, kesedihan, dan kesepian biasa terjadi di antara lansia. Banyak orang
yang mengalami kehilangan ganda dalam periode waktu yang singkat berkaitan
dengan jaringan pendukung terdahulu, seperti teman, keluarga dan pekerjaan.
Kehilangan seperti ini, yang berarti ancaman terhadap otonomi, kemandirian,
dan pembuatan keputusannya mengakibatkan pengucilan, ketidakamanan
keuangan, berkurangnya mekanisme koping, dan penurunan jati diri, nilai
pribadi, dan keberhargaan dalam masyarakat (Bastable, 2002).

4) Masalah Kesehatan Pada Lansia

Menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu proses perubahan
dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi
berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant, di mana lansia akan
mengalami 13 I, yaitu imobilisasi; instabilitas (mudah jatuh); intelektualitas
terganggu (dementia); isolasi (depresi); inkontinensia; impotensi;
imunodefisiensi; infeksi mudah terjadi; impaksi (konstipasi); iatrogenesis
(kesalahan diagnosis); insomnia; impairment of (gangguan pada); penglihatan,
pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi, dan integritas kulit, serta
inaniation (malnutrisi) (Maryam dan Ekasari,2008).
E. Permasalahan yang terjadi pada lansia
1. Pengertian KualitasHidup
WHO (World Health Organization) mendefinisikan kualitas hidup sebagai
persepsi individu mengenai kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana
individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan dan standar yang ditetapkan.
Banyak definisi lain yang menjelaskan tentang kesehatan dan kualitas hidup yang
telah dicoba, keduanya saling berhubungan dan untuk kualitas hidup biasanya
ditekankan pada komponen kesenangan dan kepuasan hidup biasanya ditekankan
pada komponen kesenangan dan kepuasaan hidup. Sementara yang mempengaruhi
seseorang (status ekonomi, fungsi sosial, status kesehatan, secara khusus berfokus
pada kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (WHOQOL Group, 1998).
Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati
kemungkinan dalam hidupnya. Kenikmatan tersebut memiliki dua komponen yaitu
pengalaman, kepuasan, dan kepemilikan atau pencapaian beberapa karakteristik dan
kemungkinan-kemungkinan tersebut merupakan hasil dari kesempatan dan
keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal
dan lingkungan (Chang dkk., 2004). Hal tersebut dipertegas oleh Yarbro dkk.(2005),
bahwa kualitas hidup adalah perasaan sejahtera dari seseorang yang timbul dari
kepuasan dan ketidakpuasan dalam bidangkehidupan.
2. Dimensi KualitasHidup
Menurut Netuveli dkk. (2008) menjelaskan ada 2 dimensi kualitas hidup,yaitu:
(1) Kualitas hidup objektif, yaitu berdasarkan pada pengamatan eksternal individu
seperti standar hidup, pendapatan, pendidikan, status kesehatan, umur panjang
dan yang terpenting adalah bagaimana individu dapat mengontrol dan sadar
mengarahkanhidupnya.
(2) Kualitas hidup dari dimensi subjektif didasarkan pada respon psikologis individu
terhadap kepuasaan dan kebahagiaan hidup. Jadi, kualitas hidup subjektif adalah
hasil persepsi individu tentang bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan oleh
masing-masing individu yang memilikinya.
3. Pengukuran KualitasHidup
Berdasarkan konsep WHOQOL-BREF, kualitas hidup dapat diukur dari aspek
kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan
(WHOQOL Group, 1998).
(1) Domain kesehatan fisik terdiri dari aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada
obat-obatan dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan
ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas kerja. Aktivitas sehari-hari
yaitu menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu pada
saat melakukan kegiatan sehari-hari. Ketergantungan pada obat-obatan dan
bantuan medis yaitu menggambarkan seberapa besar kecenderungan individu
dalam menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Energi dan kelelahan yaitu tingkat kemampuan yang
dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Mobilitas
yang menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individi
dengan mudah dan cepat. Tidur dan istirahat yaitu menggambarkan kualitas
tidur dan istirahat yang dimiliki oleh individu, dan kapaitas kerja yaitu
menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh individu (Lopez dkk,2004).

(2) Domain kesejahteraan psikologi terdiri dari gambaran dan penampilan fisik,
perasaan negatif, perasaan positif, harga diri dan berpikir, belajar, memori,
konsentrasi. Gambaran dan penampilan fisik yaitu menggambarkan bagaimana
individu memandang keadaan tubuh serta penampilannya. Perasaan negatif
yaitu menggambarkan bagaimana individu memandang keadaan tubuh serta
penampilannya. Perasaan negatif yaitu menggambarkan adanya perasaan yang
tidak menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Perasaan positif yaitu
menggambarkan perasaan menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Perasaan
positif yaitu menggambarkan perasaan menyenangkan yang dimiliki oleh
individu. Harga diri menggambarkan bagaimana individu menilai atau
menggambarkan dirinya sendiri. Berpikir, belajar, memori, dan motivasi, yaitu
menggambarkan keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk
berkonsentrasi, belajar, dan menjalankan fungsi kognitif lainnya (Lopez
dkk.,2004)
(3) Domain hubungan sosial terdiri dari relasi personal, dukungan sosial, dan
aktivitas seksual. Relasi personal yaitu menggambarkan hubungan individu
dengan orang lain.Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanya bantuan yang
didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Aktivitas
seksual menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan individu (Lopez
dkk.,2004). Domain lingkungan terdiri dari sumber finansial, kebebasan,
keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan perawatan sosial,
lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagaiinformasi baru dan
keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi, lingkungan
fisik, dan transportasi. Sumber finansial menggambarkan keadaan keuangan
individu, kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik menggambarkan tingkat
keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya. Perawatan
kesehatan dan perawatan sosial yaitu menggambarkan ketersediaan layanan
kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat diperoleh individu. Lingkungan
rumah menggambarkan keadaan tempat tinggal individu. Kesempatan untuk
mendapatkan informasi baru dan keterampilan, menggambarkan ada atau
tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh hal-hal baru yang
berguna bagi individu. Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi
menggambarkan sejauh mana individu memiliki kesempatan dan dapat
bergabung untuk berkreasi dan menikmati waktu luang. Lingkungan fisik
menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal seperti keadaan air,
saluran udara, iklim, polusi. Transportasi menggambarkan sarana kendaraan
yang dapat dijangkau oleh individu (Sekarwiri, 2008).Instrumen WHOQOL-
BREF merupakan suatu instrumen yang sesuai untuk mengukur kualitas hidup
dari segi kesehatan terhadap lansia dengan jumlah responden yang kecil,
mendekati distribusi normal, dan mudah untuk penggunaannya (Hwang,2003).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup padaLansia
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup lansia
dikatakan baik tidak hanya didapat dari kesehatan akan tetapi ada beberapa faktor lain
yang mempengaruhi. Faktor tersebut antara lain hubungan sosial yangbaik dengan
anak, keluarga, teman, dan tetangga; faktor lingkungan sosial ditunjukkan melalui
hubungan yang baik dengan tetangga, lingkungan yang menyenangkan, rumah yang
nyaman, dan pelayanan umum yang baik seperti bebas fasilitas transportasi; faktor
psikologi seperti selalu optimis dan sikap positif, berfikir ke arah masa depan,
penerimaan dan strategi koping yang lain; aktif dalam kegiatan sosial; kondisi
keuangan yang aman; dan tidak ketergantungan pada orang lain (Natuveli dan
Blane,2008).
5. Penurunan Kualitas Hidup padaLansia
Hidup lansia yang berkualitas merupakan kondisi fungsional lansia pada kondisi
optimal, sehingga mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna,
membahagiakan dan berguna. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang
lansia untuk tetap bisa berguna di masa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri
dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan
dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut, lingkungan yang
menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia
dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan
kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang diberikan akan memiliki fungsi
memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh lansia
(Sutikno,2011).
Masalah kesehatan lansia dapat disebabkan karena kurang gerak, instabilitas,
inkontinensia, gangguan intelektual, infeksi, gangguan pancaindera, gangguan
komunikasi, depresi, kurang gizi, tidak punya uang, penyakit akibat obat-obatan,
gangguan tidur, daya tahan tubuh menurun, dan impotensi. Masalah kesehatan
tersebut akan memperburuk kualitas hidup lansia. Dapat disimpulkanbahwa masalah
yang ditimbulkan, baik karena kesehatan maupun kondisi sosial dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup lansia (Maryam dan Ekasari, 2008).
Penuaan sering diikuti dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia
dalam kondisi sehat atau sakit. Penuaan dapat terjadi secara alamiah/fisiologis atau
patologis. Perlu kehati-hatian dalam mengidentifikasi atau membedakan antara
penuaan fisiologis dan patologis (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).
F. Konsep Osteoarthritis (Lansia)
1. Pengertian Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang terjadi pada cartilago (tulang
rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan sendi yang
terkena. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain,
sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri pembatasan gerak pada sendi. (Helmi,
2016).
a) Faktor-faktor resiko
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya osteoarthritis. Faktor
faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor resiko
mekanik yang meliputi usia, jenis kelamin, genetik sedangkan.
b) Faktor-faktor resiko biomekanik
Faktor faktor resiko biomekanif meliputi cidera, trauma dan pekerjaan. Usia
merupakan faktor yang besar untuk terjadinya osteoarthritis. Insidensi
osteoarthritis meningkat pada usia 40 tahun untuk perempuan dan usia 50
tahun pada laki-laki. (Helmi, 2016)
2. Klasifikasi Osteoarthritis
Pembagian osteoarthritis berdasarkan etiologinya dibagi menjadi 2
diantaranya osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis
primer merupakan osteoarthritis ideopat ik atau osteoarthritis yang belum
diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal sendi. Sedangkan osteoarthritis sekunder
penyebabnya yaitu pasca trauma, genetic, mal posisi, pasca operasi, metabolic,
gangguan endokrin, ostonekrosis aseptik. (Wilke, WS, 2010)
3. Patofisiologi Osteoarthritis
Perkembangan perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 4
mekanisme yaitu sebagai berikut : (Helmi, 2016)

a) Peningkatan Matrix Metalloproteases (MMP)

Collagenase, sebuah enzim MMP bertanggung jawab atas degradasi


proteoglikan. Begitu juga stromelysin bertanggung jawab atas proteoglikan.
Sebuah enzim yang disebut Agrecanase juga bertanggung jawab atas
degradasi proteoglikan. Kondisi ini menyebabkan penipisan kartilago.

b) Inflamasi Membran Sinovial

Sintesis mediator-mediator seperti interlukin-1 beta (IL-1) dan TNF- alfa


(Tumor Necrosis Factor) pada membran sinovial menyebabkan degradasi
tulang rawan. Pada fase ini terjadi fibrasi dan erosi dari permukaan
kartilago desertai dengan adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen
ke dalam cairan sinovial.

c) Stimulasi Produksi Nixtric Oxide


Produksi mikrofag synovial seperti interlukin-1 beta (IL-1) dan TNF- alfa
(Tumor Necrosis Factor) dan metalloproteases menjadi meningkat. Kondisi
ini secara langsung memberikan dekstruksi pada kartilago. Molekul-molekul
pro-infalamsi juga ikut terlibat seperti Nixtric Oxide. Kondisi ini
memberikan manefestasi perubahan bentuk sendi dan memberikan dampak
terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan bentuk
sendi dan stress infala msi ini memberikan pengaruh pada permukaan
articular menjadi gangguan yang progresif.

d) Fase nyeri

Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibriogenik dan


penurunan aktivitas fibrinoiliyik. Proses ini menyebabkan penumpukan
trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral seingga
menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan interlukin
yang dapat menghantarkan rasa nyeri.

G. Manifestasi Klinis
Penyakit Osteoarthritis mempunyai gejala-gejala yang menulitkan
penderitanya. Gejala-gejala tersebut diantaranya nyeri sendi, kekakuan,
pembengkakan. Nyeri yang dialami diperberat dengan aktivitas atau menahan
berat tubuh dan berkurang dengan istirahat. Kekakuan t erjadi ketika di pagi hari
atau setelah bangun tidur dan mereda kurang dari 30 menit. Pembengkakan
disebebabkan karena synovitis dengan efusi. Gangguan fungsi disebabkan karena
nyeri yang terjadi dan kerusakan struktur sendi. (Smetlzer, SC., O’Conell & Bare,
2003)
H. Penatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan utama dari pengobatan pada pasien osteoarthritis adalah untuk
mengurangi gejala nyeri maupun peradangan, mencegah terjadinya kontraktur dan
memperbaiki deformitas pada sendi. Penatalaksanaan utama yang perlu dilakukan
adalah dengan memberikan edukasi mengenai penyakitnya secara lengkap,
selanjutnya adalah istirahat yang adekuat, pemberian gizi seimbang dan
memberikan terapi farmakologis untuk mengurangi nyeri yaitu dengan pemberian
obat analgesik. Pemberian Pendidikan kesehatan merupakan penatalaksanaan
utama yang dilakukan bagi pasien maupun keluarga. Pendidikan kesehatan yang
harus dijelaskan secara terperinci diantaranya mengenai pengertian, patofisiologi,
prognosis, serta sumber bantuan untuk mengatasi keluhan dari osteoarthritis. Di
samping itu istirahat yang adekuat juga merupakan komponen penting dari
penatalaksanaan osteoarthritis. Untuk mengurangi nyeri maka perlu diberikan
obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dan meredakan peradanagan seperti
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). (Ningsih, N., 2013).
Selain itu Teknik non farmakologis dengan pemberian ekstrak jahe juga
dapat mengurangi nyeri pada osteoarthritis. Jahe memiliki sifat pedas, panas dan
aromatic dari oleoresin seperti zingaron, gingerol dan shogaol. Teknik
komplementer dengan pemberian boreh jahe juga mampu mengurangi nyeri yang
diderita penderita osteoarthritis. Jahe memiliki sifat pedas, pahit dan aromatic dari
oleoresin seperti zingaron, gingerol dan shogaol. Gingerol dan shogaol memiliki
berat molekul yang menunjukan potensi yang baik untuk penetrasi kulit. Boreh
jahe yang dibalurkan pada sendi yang nyeri akan mengakibatkan stratum korneum
pada kulit menjadi lebih permeabel, sehingga mampu meningkatkan pembukaan
ruang intraseluler dan tejadinya ekspansi. Permeabilitas yang terjadi
mengakibatkan gingerol dan shogaol melewati kulit, masuk ke sirkulasi sistemik dan
memberikan efek terapi anti-inflamasi.(Ningsih, N., 2013)

A. Konsep Dasar Nyeri Pada Osteoarthritis

1. Pengertian Nyeri

Menurut The International Association for The Study of Pain (IASP), nyeri
didefisinikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau potensial yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan (Jone, 2010). Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi
kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama perawat saat mengkaji
nyeri (S.Andarmoyo, 2013). Persepsi yang diakibatkan oleh rangsangan yang
potensial dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang disebut nosiseptor, yang
merupakan tahap awal proses timbulnya nyeri. Reseptor yang dapat membedakan
rangsang noksius dan non-noksius disebut nosiseptor. Nosiseptor merupakan terminal
yang Tidak tediferensiasi serabut a-delta dan serabut c. Serabut a-delta merupakan
serabut saraf yang dilapisi oleh mielin yang tipis dan berperan menerima rangsang
mekanik dengan intensitas menyakitkan, dan disebut juga high-threshold
mechanoreceptors, sedangkan serabut c merupakan serabut yang tidak dilapisi mielin
(Set iadi, 2013).

2. Nyeri Kronis

Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan


dengan kerusakan jaringan aktual maupun fungsional dengan waktu yang mendadak
atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung
selama lebih dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

3. Tanda dan gejala nyeri kronis

Biasanya pasien mengeluh nyeri, merasa depresi, merasa takut mengalami cedera
berulang, tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas, bersikap
protektif, waspada, pola tidur berubah, anoreksia, serta berfokus pada diri sendiri
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri. Perawat sebagai tenaga


kesehatan harus mendalami faktor yang mempengaruhi nyeri agar dapat memberikan
pendekatan yang tepat dalam pengkajian dan perawatan terhadap pasien yang
mengalami nyeri. Faktor-faktor tersebut antara lain (S.Andarmoyo, 2013) :

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya


pada lansia. Kebanyakan lansia hanya menganggap nyeri yang dirasakan sebagai
bagian dari proses menua. Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara
kelompok usia anak-anak dan lansia dapat mempengaruhi bagaimana mereka
bereaksi terhadap nyeri
b. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda dalam mengungkapkan nyeri. Ini
dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor biokimia, dan merupakan hal yang unik pada
setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin. Kebudayan yang sangat kental
membedakan nyeri antara pria dan wanita, dimana pria dianggap lebih kuat dalam
menahan nyeri

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai – nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi


nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

d. Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman


nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan menilai nyeri dari
sudut pandang masing-masing. Cara memaknai nyeri pada setiap orang berbeda-
beda nyeri dibandingkan anak perempuan, hal ini tentu saja hanya kebudayaan
masyarakat yang terbiasa memandang laki-laki lebih kuat dari pada perempuan

e. Perhatian

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat.


sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Perhatian juga dapat dikatakan mempengaruhi intensitas nyeri.
Dibutuhkan pengalihan perhatian nyeri dengan relaksasi untuk menurunkan
intensitas nyeri

f. Keletihan

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering


meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Ansietas memiliki hubungan dengan intensitas nyeri yang dirrasakan
pasien.

5. Penyebab nyeri kronis

Penyebab nyeri kronis adalah kondisi musculoskeletal kronis, kerusakan system


saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan neurotansmiter, gangguan
imunitas, gangguan fungsi metabolik, riwayat posisi kerja statis, peningkatan indeks
massa tubuh, kondisi pasca trauma, tekanan emosional, riwayat penganiyaan, dan
riwayat penyalahgunaan obat/zat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

6. Dampak nyeri

Nyeri yang dirasakan pasien akan berdampak pada fisik, perilaku, dan aktifitas
sehari-hari (S.Andar moyo, 2013) :

a. Dampak fisik

Nyeri yang tidak ditangani dengan adekuat akan mempengaruhi system


pulmonary, kardiovaskuler, edokrin, dan imunologik. Nyeri yang tidak diatasi
juga memicu stress yang akan berdampak secara fisiologis ya itu timbulnya infark
miokard, infeksi paru, dan ileus paralitik. Dampak ini tentunya akan
memperlambat kesembuhan pasien.

b. Dampak perilaku

Seseorang yang sedang mengalami nyeri cenderung menunjukkan respon


perilaku yang abnormal. Respon vokal individu yang mengalami nyeri biasanya
mengaduh, mendengkur, sesak napas hingga menangis. Ekspresi wajah meringis,
menggigit jari, membuka mata dan mulut dengan lebar, menutup mata dan mulut, dan
gigi yang bergemeletuk. Gerakan tubuh menunjukkan perasaan gelisah,
imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan, gerakan
menggosok dan gerakan melindungi tubuh yang nyeri. Dalam melakukan interaksi
sosial individu dengan nyeri menunjukkan karakteristik menghindari percakapan,
menghindari kontak sosia l, perhatian menurun, dan fokus hanya pada aktifitas
untuk menghilangkan nyeri.

c. Pengaruh terhadap aktifitas sehari-hari

Aktivitas sehari-hari akan terganggu apabila nyeri yang dirasakan sangat


hebat. Nyeri dapat mengganggu mobilitas pasien pada tingkat tertentu. Nyeri yang
dirasakan mengganggu akan mempengaruhi pergerakan pasien.

7. Pengalaman nyeri

Potter dan Perry menjabarkan 3 fase pengalaman nyeri diantaranya (Potter, P. A., &
Perry, 2005) :

a. Fase antisipasi

Fase antisipasi merupakan fase sebelum nyeri dimana fase ini


mempengaruhi 2 fase lainnya. Pada fase ini seseorang seseorang belajar tentang
nyeri, dan upaya untuk menghilangkan nyeri. Pada fase ini perawat berperan
dalam memberikan informasi yang adekuat.

b. Fase sensasi

Fase ini merupakan fase ketika nyeri sudah dirasakan pasien. Toleransi
setiap orang terhadap nyeri berbeda-beda sehingga respon terhadap nyeri juga
akan berbeda. Seseorang dengan toleransi nyeri tinggi maka tidak akan merasa
nyeri dengan stimulus kecil tetapi seseorang dengan toleransi nyeri rendah akan
mengeluh nyeri dari stimulus kecil. Pasien mengungkapkan nyeri melalui ekspresi
wajah, voxsasi dan gerakan tubuh

c. Fase akibat

Fase ini berlangsung ketika nyeri berkurang atau sudah menghilang. Pasien
masih memerlukan kontrol perawat untuk meminimalkan rasa takut yang berulang
sebab nyeri bersifat krisis yang memungkinkan adanya gejala sisa pasca nyeri.
Advokasi dari perawat untuk mempertahankan kondisi pasien kepada pasien dan
keluarga.
8. Pengukuran nyeri

Pengukuran nyeri dapat merupakan pengukuran satu dimensional saja (one


dimensional) atau pengukuran berdimensi ganda (multi-dimensional). Pada
pengukuran satu dimensional umumnya hanya mengukur pada satu aspek nyeri saja,
misalnya seberapa berat rasa nyeri menggunakan pain rating scale yang dapat
berupa pengukuran kategorikal atau numerical misalnya visual analogue scale (VAS),
sedangkan pengukuran multi-dimensional dimaksudkan tidak hanya terbatas pada aspek
sensorik belaka, namun juga termasuk pengukuran dari segi afektif atau bahkan
proses evaluasi nyeri dimungkinkan oleh metoda ini (Setiyohadi, B., Sumariyono,
Kasjmir, Y. I., Isbagio, H., & Xm, 2006).

a. Skala Nyeri Menurut Bourbanis

Keterangan: 0: Tidak nyeri, 1-3: Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik, 4-6: Nyeri sedang: Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik, 7-9: Nyeri berat: secara obyektif klien terkadang
tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, 10: Nyeri sangat berat: Pasien
sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

9. Nyeri pada osteoarthritis

Nyeri pada osteoarthritis terjadi karena ada tiga tempat yang dapat menjadi sumber
nyeri, diantaranya: sinovium, jaringan lunak sekitar sendi, dan tulang. Nyeri
sinovium terjadi akibat reaksi radang yang timbul akibat adanya debris dan kristal dalam
cairan sendi. Selain itu juga dapat terjadi akibat kontak dengan rawan sendi pada
waktu sendi bergerak. Kerusakan pada jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri,
misalnya robekan ligamen dan kapsul sendi, peradangan pada bursa atau kerusakan
meniskus. Nyeri yang berasal dari tulang akibat rangsangan pada periosteum karena
periosteum kaya akan serabut-serabut penerima nyeri. Selain itu nyeri pada
Osteoartritis dapat juga dipengaruhi oleh tiga penyebab ayor diantaranya nyeri
akibat gerakan dari faktor mekanis, nyeri saat istirahat akibat inflamasi synovial,
dan nyeri malam hari akibat hipertensi intraoseus (Yusuf & Indarwati, 2014).

Format Pengkajian Departemen Keperawatan Gerontik

Kelompok :kelopok4

NIM :

Tanggal Pengkajian :

A. Riwayat Klien / Data Biografis

Nama Ny Sy

Alamat :Malang jl,kaben blok 1c No.3

Telp. : .......................................

Tempat, tanggal, lahir/ umur : blitar 16 nopember 1950 Umur 71thn

Jenis kelamin : perempuan

Suku : jawa

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SPG Negri

Alamat : Malang jl,kaben blok 1c No.3

Orang yang paling dekat dihubungin : Saudara bungsu

B. Alasan Berada Di Panti


Klien mengatakan alasan berada di panti ini karena tidak mempunyai rumah dan tidak
mempunyai anak karna masalah faktor ekonomi ………

C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
- Klien mengatakan nyeri lutut dengan skla 6 ketika bangun dari duduk dan bangun dari
tidur
- klien juga mengatakan pusing kadang kadang terasa cekot cekot dengan skala 6 di
kepala bagian depan

2. Status Kesehatan 1 Tahun Yang Lalu


Klien mengatakan status kesehatan 1 tahun yang lalu sama dengan keluhan saat ini

3. Riwayat Kesehatan 5 Tahun Yang Lalu


Klien mengatakan status kesehatan 1 tahun yang lalu sama dengan keluhan saat ini

D. Perubahan Fisik, Psikologis, Dan Psikososial


1. Perubahan Fisik
a. Pandangan Lansia Terhadap Kesehatan
Klien mengatakan kesehatan merupakan suatu yang sangat penting
b. Kegiatan Yang Mampu Dilakukan Lansia
Klien mengatakan mambantu suaminya mencuci rantang, menyapu dan mengepel dan
menjemur pakain
c. Kebiasaan Lansia Dalam Merawat Dirinya
Klien mengatakan mandi sendiri dan mengganti pakain sendiri
d. Kekuatan Fisik Lansia (Otot, Sendi, Penglihatan Pendengaran, Penglihatan)
Klien mengatakan pendengarannya baik dan penglihatannya baiak akan tetapi kekuatan
otot kurang
baik………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………....
e. Kebiasaan Makan, Minum, Istirahat/Tidur, BAB/BAK
Klien mengatakan makan 3x sehari dan minum ±2 gelas tidur siang 2 jam dan tidur
malem 6 jam dan BAB 3X sehari dan BAK malam 5-6 kali semalem dan siang
2xsehari
f. Kebiasaan Gerak Badan/Olahraga/Senam Lansia
Klien mengatakan mempunyai kebiasaan menggerakkan kaki dan tangannya ketika
bangun dari tidur dan mengikuti senam lansia satu kali dalam 1 minggu dengan
bantuan kursi

g. Perubahan – Perubahan Fungsi Tubuh Yang Dirasakan Sangat Bermakna


Klien mengatakan penurunan fungsi dikakinya
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
h. Kebiasaan Lansia Dalam Memelihara Kesehatan Dan Kebiasaan Dalam Minum
Obat
Klien mengatakan dalam memelihara kesehatan setelah bangun tidur menggerakkan
kaki dan tangannya sekitar ± 5 menit
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

Baik…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……
Tekanan Darah : 140/90 mmHg Suhu :36,4 °C
RR :20 x/menit Nadi :80 x/menit
TB :155 cm
BB :56 Kg
a. Pengkajian Sistem Persyarafan
Pemeriksaan glosgow come scale E= 4 V = 5 M = 6
b. Mata
Simetris , putih, penglitan berkurang, dengan jarak jauh
c. Ketajaman Pendengaran
Pendengaran menurun
d. Sistem Kardiovaskuler
I = Simetris, normal
P= Tidakn ada nyeri tekan
p = Sonor
A = Nafas bersih tidak ada tambahan
e. Sistem Gastrointestinal
I= Normal, lesi tidak ada
P= Nyeri tekan tidak ada
P= Asites (-)
A = Bising usus 27x M
f. Sistem Genitourinarius
Normal tidak ada nyeri tekan
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

g. Sistem Kulit/Integumen
Kulit mulai kriput dan tidak ada
lesi………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
h. Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Psikologis
a. Sikap Lansia Terhadap Proses Penuaan
Klien mengatakan tetap mensyukuri dan menjalaninya
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
b. Pandangan Lansia Terhadap Kehidupan
Klien mengatakan terlalu banyak cobaan yang dihadapi
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

c. Cara Lansia Dalam Mengatasi Stres


Klien mengatakan cara mengatasi stres dengan cara curhat dengan kepada suaminya
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

d. Lansia Mudah Menyesuaikan Diri


Klien mengatakan mudah mudah sulit akan tetapi kalau sudah lama pastinakan
terbiasa…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……
e. Kegagalan Yang Pernah Dialami Lansia
Klien mengatakan tidak prnah merasa hgagal
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
f. Harapan Lansia Saat Ini Dan Akan Datang
Klien mengatakan harapan saat ini cobaan cobaan semoga cepat berahir
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

3. Perubahan Psikososial
a. Perubahan Sosial Ekonomi
1) Sumber Keuangan Lansia
Klien mengatakan sumber keuangannya nunggu dari keluarga, dan keluarga
mengunjungi setiap hari raya
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2) Kesibukan Lansia Dalam Mengisi Waktu Luang
Klien mengatakan mengisi waktu luang dengan belajar bernyayi dan membuat
keterampilan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

3) Kegiatan Organisasi Yang Diikuti Lansia


Klien mengatakan sebelum masuk ke panti mengikuti organisasai PKK Darma
Wanita tetapi setelah di panti ini tidak mengikuti
organisasi……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………
4) Pandangan Lansia Terhadap Lingkungannya
Klien mentakan lingkungannya baik
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
5) Hubungan Lansia Dengan Orang Lain
Klien mengatakan hubungan baik dengan orang
lain……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

6) Orang Yang Bisa Mengunjungi
Klien mengatakn yang mengunjungi saudaranyayang nomer 5 dari 5
bersaudara……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………
7) Hobi Atau Keinginan Dengan Fasilitas Yang Ada
kklien mengatakan tidak mempunyai hubi klien menonton tv di pagi hari
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………….
b. Perubahan Spiritual
Klien mengatakan tidak bisa bersembahyang dengan cara berdiri karna lututnya sakit
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..

E. PENGKAJIAN KHUSUS PADA LANSIA

1. STATUS FUNGSIONAL

Indeks Katz ( Aktivitas Kehidupan sehari – hari ) :........................................................

Indeks Katz Menurut Maryam, R. Siti, 2011

Mandiri Tergant
Nilai ung
No Aktivitas
(1) Nilai
(0)
1. Mandi di kamar mandi ( Menggosok, membersihkan dan √
mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan menggunakannya √
3. Memakan makanan yang disiapkan √
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri ( Menyisir √
rambut, mencuci rambaut, menggosok gigi, mencukur kumis )
5. BAB di WC ( memberikan dan mengeringkan daerah bokong ) √
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses √
7. Membuang air kecil di kamar mandi ( Membersihakan dan √
mengeringkan daerah kemaluan )
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih √
9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar rauangan √
tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan yang di √
anut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur, √
mencuci pakaian, memasak dan membersihakn ruangan
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga √
13. Mengelola keuangan ( menyimpan dan mengunakan uang √
sendiri )
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian √
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan √
( takaran obat dan waktu minum obat tepat )
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan √
keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas sosialnyg √
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktivitas di waktu luang ( kegiatan keagamaan, √
sosial, rekreasi, olah raga dan menyalurkan hobi.
17 1
Jumlah

Analisis Hasil :

Point : 13 – 17 : Mandiri

Point : 0 – 12 : Ketergantungan

2. STATUS KOGNITIF/ AFEKTIF

a. Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) :...................................................

Benar Salah Nomer Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa hari ini ?
√ 2 Hari apa sekarang ?
√ 3 Apa nama tempat ini ?
√ 4 Dimana alamat anda ?
√ 5 Nemer berapa rumah anda ?
√ 6 Kapan anda lahir ?
√ 7 Siapa presiden indonesia sekarang ?
√ 8 Siapa nama presiden sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu anda ?
Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
Analisi hasil :

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

b. Mini – Mental State Exam ( MMSE ) :..........................................................

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 Orietasi 5 5 Dimana sekarang kita berada
registrasi 3  Negara
 Provinsi
 Kabupaten
Sebutkan 3 nama objek ( kursi , meja, kertas )
kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab
4. Kursi
5. Meja
6. Kertas
3 Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100, kemudian
dan dikurangi 7 sampai 5 tingkat
kalkulasi 100, 93,......
4 Menging 3 3 Meminta klien untuk menyebutkan objek nomer 2
at 1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
5 Bahasa 9 9 Menyakan kepada klien tentang benda ( sambil
menunjuk bend tersebut )
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi kata berikut “
tidak ada jika, dan, atau, tetapi “
Klien menjawab dan, atau, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah
Ambil bolpoin ditangan anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
1. Ambil bolpoin
2. Ambil ketas
3. ................
4. Perintah klien untuk melakukan hal tersebut
5. Perintahkan pada klien untuk menulis atau
kalimat dan menyalin.
Total 30 27

Analis hasil :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : probbable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : Difinitif gangguan

3. Inventaris Depresi Beck ( IDB ) :......................................................................

Skor Uraian
A.  Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih √
B.  Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan √
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal √
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas √
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah √
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri √
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri sendiri √
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan  pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain √
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik √
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan in
membuat saya tidak tertarik √
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya √
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya √
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya √
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Analis Hasil
0-6 Depresi tidak ada atau minimal √
7-13 Depresi ringan
14-21 Depresi sedang
22-39 Depresi berat

4. STATUS FUNGSIONAL SOSIAL


APGAR Keluarga :......................................................................

No Uraian Fungsi Skor


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- 1
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu Adaptation
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 0
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan Partneship
masalah dengan saya
3 Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima 1
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas Growth
atau arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 2
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi Affection
saya seperti marah, sedih atau mencintai
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya Resolve 1
menyediakan waktu bersama-sama
Analisi hasil:  5
Selalu = 2,  
Kadang-kadang = 1, 
Hampir tidak pernah = 0

DATA PENUNJANG

............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
BAB III
PROFIL UNIT PELAKSANAAN TEKNIS PELAYANAN
SOSIAL TRESNA WERDHA
3.1 Pengertian UPT
Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha merupakan unsur pelaksana
teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan
atau kegiatan teknis penunjang tertentu, berdasarkan pada peraturan Gubernur Jawa Timur
nomor : 108 tahun 2016 tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas Dan
Fungsi Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

3.2 Landasan Hukum


1. Pancasila dan UUD 1945 Pasar 27 Ayat 2 dan Pasal 34.
2. UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
3. UU No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
4. UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Jo No. 32 Tahun 2004.
5. UU No. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Junto PP
No. 25 Tahun 2000.
6. PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintahan,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Kota/ Kabupaten.
7. PP No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.
8. Permendagri No. 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah.
9. Perda Prov. Jatim No. 5 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Perda.
10. Perda Prov. Jatim No. 7 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi
Jawa Timur.
11. Pergub. Prov. Jatim No. 119 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unut
Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
12. Pergub. Prov. Jatim No.71 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
13. Pergub. Prov. Jatim No. 108 Tahun 2016 Tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi,
Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur.
3.3 Visi dan Misi
Visi :

Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa

Misi :

1. Melaksanakan tugas pelayanan dan rehabilitas bagi lanjut usia dalam upaya memenuhi
kebutuhan rohani,jasmani dan sosial sehingga dapat menikmati hari tua yang diliputi
kebahagiaan dan ketentramaan lahir batin.
2. Mengembangkan Sumber Potensi bagi lanjut usia potensial,sehingga dapat mandiri dan
dapat menjalankan fungsi sosial secara wajar.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia terlantar.
3.4 Sejarah Berdirinya UPT
1. Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan ini didirikan pada
tanggal 1 Oktober 1979 dengan namaSASANA TRESNA WERDHA (STW)
“SEJAHTERA” PANDAAN yang pada awalnya dengan kapasitas tamping 30 orang.
2. Pada tanggal 17 Mei 1982 diresmikan pemakainnya oleh Menteri Sosial Bapak Saparjo
dengan dasar KEP. MENSOS RI NO. 32/HUK/KEP/VI/82 dibawah pengendalian
kanwil Depsos Provinsi Jawa Timur dengan kapasitas tamping 107 orang dengan
menempati area seluas 16.454 m2.
3. Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaanUPT Pusat/ Panti/Sasana di
lingkungan Departemen Sosial dengan SK. Mensos RI No. 14/HUK/1994 dengan
namaPanti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera Pandaan”.
4. Dalam perkembangan waktu dan perkembangan kebutuhan akan pelayanan lanjut usia
terjadi perubahan dengan melalui SK. Mensos RI. No. 8/HUK/1998 ditetapkan menjadi
panti percontohan Tingkat Provinsi dengan kapasitas 107 orang.
5. Pada tahun 1999 ketika Departemen Sosial RI dihapus, panti ini sempat dikelola melalui
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Pusat. Dan pada tahun 2000 pada saat pelaksanaan
otonomi daerah diberlakukan maka semua perangkat pusat termasuk asset-asetnya
diserahkan pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui Peraturan Daeran No. 12
Tahun 2000 Tentang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna
Werdha “Sejahtera” Pandaan, merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur.
6. Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia melalui Perda No.
14 Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No. 12 Tahun 2000 Tentang Dinas Sosial,
bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan berunah nama menjadi Panti Sosial
Tresna Werdha Pandaan Bangkalan, yang jangkauan pelayanannya bertambah untuk
wilayah Madura dengan penambahan Unit Pelayanan Lanjut Usia di Bangkalan.
7. Berdasarkan pada peraturan Gubernur No. 119 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata
kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Panti Sosial Tresna
Werdha Pandaan Bangkalan berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Pasuruan dengan jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten
Pasuruan dan Kab./Kota sekitarnya ditambah pelayanan sosial lanjut usia di Lamongan
dan jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten sekitarnya.
8. Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 71 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur, dan Peraturan Gubernur No. 108 Tahun 2016 Tentang Nomenklatur, Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Sosial Provinsi Jawa Timur, nama UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan berubah
menjadi UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL TRESNA
WERDHA PASURUAN.
3.5 Maksud dan Tujuan
1. MAKSUD
Memberikan tempat pelayanan sosial serta kasih sayang terhadap para lanjut usia,
terlantar (potensian dan tidak potensial) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. TUJUAN
1. Terpenuhinya kebutuhan rohani meliputi :
Ibadah sesuai agama masing-masing, kebutuhan kasih sayang, peningkatan
semangat hidup dan rasa percaya diri.
2. Terpenuhinya kebutuhan jasmani meliputi:
Kebutuhan pokok secara layak (sandang, pangan, dan papan), pemeliharaan
kesehatan, pemenuhan kebutuhan rekreatif untuk mengisi waktu luang.

3. Terpenuhinya kebutuhan sosial terutama bimbingan sosial antar penghuni panti,


pembina maupun masyarakat.
3.6 Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai peraturan Gubernur No.108 Tahun 2016

1. UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
dinas dalam pelayanan sosial lanjut usia terlantar.
2. Untuk melaksanakan tugas UPT mempunyai tugas :
a. Pelaksanaan program kerja UPT
b. Penyusunan rencana, monitoring, evaluasi, dan pelaporan program pelayanan lanjut
usia terlantar
c. Pelaksanaan tugas-tugas ketatausahaan
d. Pelaksanaan kegiatan pelayanan dan bimbingan, pengembalian kepada keluarga,
pembinaan lanjut berbasis praktik pekerjaan sosial
e. Pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan instansi, lembaga, perorangan
dalam rangka pengembangan program UPT
f. Pelaksanaan pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia berbasis
keluarga dan masyarakat
g. Pelaksanaan penjangkauan, seleksi, observasi, pengungkapan, dan pemahaman
masalah serta rujukan
h. Penyelenggaraan konsultasi bagi individu, keluarga atau masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial
i. Penyebarluasan informasi tentang program pelayanan UPT
j. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
3.7 Prinsip Pelayanan
1. Menerima klien apa adanya
2. Menghormati harkat dan martabat klien
3. Menjaga kerahasiaan data
4. Tidak memberikan stigma
5. Tidak mengucilkan
6. Menghindari sikap sensitive
7. Pemenuhan kebutuhan secara tepat dan komprehensif
8. Menghindari sikap belas kasian
9. Pelayanan yang cepat dan tepat, bermutu, efisien, dan efektif, serta akuntabel
3.8 Persyaratan Masuk UPT
1. Laki-laki / perempuan usia 60 tahun keatas
2. Terlantar secara sosial / ekonomi
3. Potensial dan tidak potensial
4. Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan
5. Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan dengan surat
keterangan sehat dari dokter
6. Direkomendasi dari kantor Dinas Sosial / Pemdas setempat
7. Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas UPT
3.9 Jenis Pelayanan yang Diberikan Klien di UPT
1. Pengasramaan
Proses kegiatan penempatan klien ke masing-masing wisma yang disesuaikan dengan
kondisi dan kapasitas yang ada.

2. Permakanan
Pemberian makanan klien yang sesuai dengan menu dan standart gizi yang
direkomendasi oleh ahli gizi/dokter puskesmas setempat.

3. Pakaian
Pakaian diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan.

4. Kesehatan / obat-obatan
Pelayanan kesehatan bagi klien diberikan sewaktu-waktu pada saat klien membutuhkan
perawatan.Pemeriksaan seluruh klien dilakukan setiap hari rabu bekerjasama dengan
PUSKESMAS Pandaan (POSYANDU LANSIA).

5. Pemberian alat kebersihan dan obat-obatan sesuai kebutuhan


6. Melakukan rujukan ke puskesmas dan rumah sakit apabila klien memerlukan perawatan
lanjutan/rawat inap (opname)
3.10Proses Pelayan Ada Lima Tahapan (Dalam Gambar)
1. Tahap pendekatan awal
a. Sosialisasi
Kegiatan ini merupakan penyampaian informasi tentang program pelayanan sosial
dalam panti kepada pihak-pihak yang terlibat agar terdapat kesamaan persepsi dan
tindakan dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia
b. identifikasi dan seleksi
c. proses menuemukenali,menginfentarisasi memilih dan menetapkan calon klien
d. penerimaan dan regristrasi
e. penerimaan calon klien dari pihak keluarga atau pihak-pihak lain kepada pihak
UPT.
2. Tahap Pengukapan dan pemahaman masalah (Assesment)
Proses untuk menilai situasi dan kondisi,kebutuhan dan permasalahan klien,serta situasi
dan kondisi objektif dari keluarga dan lingkungan sosialnya untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan rencana pelayanan yang akan diberikan kepada lanjut usia.

3. Taha Perencanaan program pelayanan


Merupakan proses penelaaahan dan penyusunan rencana program pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan permasalahan klien.

4. Tahap Pelaksanaan Pelayanan


a. Pemenuhan kebutuhan fisik
Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan,pakaian, tempat tinggal.

b. Bimbingan sosial
Bimbingan sosial adalah proses pelayanan yang ditujukan kepada lanjut usia agar
mampu mengembangkan relasi sosial yang positif dan menjalankan pernan
sosialnya dalam panti dan dalam lingkungan sosial masyarakat

c. Bimbingan fisik dan kesehatan


Merupakan proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau meningkatkan kondisi
fisik dan kesehatan lanjut usia,sehingga dapat melaksankan peran sosialnya
d. Bimbingan psikososial
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial psikososial
seperti adanya perasaan rasa aman,nyaman,tenteram dan damai.

e. Bimbingan mental- spiritual dan kerohanian


Merupakan upaya yang dilaksanakaan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi
mental-spiritual dan kerohanian klien

f. Bimbingan keterampilan
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengembangan bakat, minat
dan potensi klien untuk mengisi waktu luangnya sehingga merasa betah dan
nyaman tinggal di dalam panti

g. Bimbingan rekreasi dan hiburan


Upaya yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan kreatifitas untuk
meningkatkan semangat hidup klien agar bahagia dalam menjalankan kehidupanya.

5. Tahap Pasca Pelayanan


a. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauh mana keberhasilan atau
kegagalan program pelayanan yang telah diberikan sebagai salah satu bentuk
pertangungjawban pihak panti kepada klien,keluarganya atau pemerintah.

b. Terminasi dan Rujukan


Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah klien meninggal dunia atau
kembali kekeluarga atau karena sesuatu hal harus dilakukan. Rujukan adalah proses
menghubungkan klien dengan pelayanan lain yang dibutuhkan sesuai masalah dan
kenutuhanya.

c. Pembinaan Lanjut
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali kekeluarga,dan/atau ketika
klien sudah dimakamkan karena klien tidak memiliki kluarga.
6. Jumlah Pegawai, Sarana, dan Prasarana
Jumlah Pegawai

a. Pandaan
PNS :

PTT :

b. Lamongan
PNS :

PTT :

Sarana dan Prasarana

Luas lahan/tanah : 13.968 m2

Tanah makam : 3.222 m2

Daya listrik terpasang : 16.000 Kwh

Wisma Klien : 9 unit

Wisma Keperawatan Khusus : 2 unit

Gedung Poli Klinik : 1 unit

Gedung Dapur Umum : 1 unit

Gedung Kantor : 2 unit

Gedung Serbaguna : 1 unit

Gedung Lokal Kerja : 1 unit

Asrama Graha 2 Lantai : 16 unit

Masjid : 1 unit

Rumah Dinas Kepala : 1 unit

Pos Keamanan : 1 unit


Ruang Genset : 1 unit

Sumur Bor : 1 unit

Tandon Air Besar : 2 unit

Water Tower : 8 unit

Kandang Ternak : 2 unit

Kolam Ikan : 7 petak

Tempat Pemandian Jenazah : 1 unit

Gazebo : 1 buah

Keranda Jenazah : 1 buah

Mobil Dinas Kepala : 1 unit

Mobil Ambulance : 1 unit

Sepeda Motor : 3 unit

Perabot Karawitan : 1 set

Elecone (keyboard) : 1 unit

Sound System : 1 unit

7. Hubungan Lintas Program dan Lintas Sektoral


Hubungan Lintas Program

1) Departemen Agama Dalam Bimbingan Mental Agama


2) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Bimbingan Keterampilan Kesenian
3) Dinas Kesehatan (Puskesmas, RSUD) membantu bidang kesehatan
4) Sekolah / Perguruan Tinggi Akademisi dalam rangka pengembangan ilmu
Pengetahuan dan sebagai pusat informasi di masyarakat
Hubungan Lintas Sektoral

1) Pemerintah Kabupaten / Kota Madya khususnya di wilayah kerja UPT PSTW


Pasuruan
2) Muspika kecamatan
3) Tokoh masyarakat / LSM

8. Kegiatan Pelayanan Dalam UPT (Jadwal Harian Untuk Klien di UPT)

9. Data Kesehatan Bulan Ini Perwisma Dalam Bentuk Tabel


BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V

FORMAT ANALISA MASALAH

No Data Masalah
FORMAT PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


Sifat Masalah : 1 Pembenaran mengacu pada :
Tidak / kurang sehat : 3 - Masalah yang sedang terjadi
Ancaman Kesehatan : 2 - Baru menunjukkan tanda dan
Keadaan Sejahterah : 1 gejala
- Atau bahkan dalam kondisi
sehat
Kemingkinan masalah 2 Pembenaran mengacu pada :
dapat diubah : - Pengetahuan keluarga
Mudah : 2 - Sumber daya perawat dan
Sebagian : 1 keluarga
Tidak dapat : 0 - Sumber daya lingkungan
Potensial masalah untuk 1 Pembenaran mengacu pada :
dicegah : - Berat ringannya masalah
Tinggi : 3 - Jangka waktu terjadinya
Cukup : 2 masalah
Rendah : 1 - Tindakan yang akan dilakukan
- Kelompok resiko tinggi yang
di cegah
Menonjolnya masalah : 1 Pembenaran mengacu pada :
Masalah berat segera - Persepsi keluarga terhadap
ditangani : 2 masalah
Masalah tetapi tidak perlu di
tanganin : 1
Masalah tidak dirasakan : 0
FORMAT PENYUSUNAN POA

Tujuan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Umum Khusus
BAB VI

FORMAT EVALUASI

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Evaluasi Struktur
Evaluasi Proses
Evaluasi Hasil
BAB VII
A. KESIMPULAN
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai