Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK REPORT

MIKRO KONSELING

Dosen Pengampu:

Dra. Pastiria embiring, M.Pd., Kons

Penyusun:

Nur Annisa Ridwan

1173151033

BK Reguler B 2017

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
CRITICAL BOOK REPORT ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga Critical Book Report ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi dari critical book report agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam Critical Book Report ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Critical Book Report
ini.

Medan, Oktober 2019

Penyusun

NUR ANNISA RIDWAN

(1173151033)

2
DAFTAR ISI

COVER 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

Bab I. PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Tujuan 4
1.3 Manfaat 4

Bab II: ISI BUKU 5

2.1 Indetitas Buku 5

2.2 Ringkasan Buku 6

Bab III: PEMBAHASAN 24

3.1 Keunggulan 24
3.2 Kelemahan 24

Bab IV: PENUTUP 25

4.1 Kesimpulan 25
4.2 Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konseling merupakan serangkaian kegiatan yang terintegrasi, merupakan kesatuan
dari unsur – unsur pengetahuan, keterampilan dan seni. Pengetahuan dan keterampilan
konseling lebih banyak diperoleh melalui proses belajar mengajar dan pengalaman,
sedang seni konseling lebih banyak di pengaruhi oleh faktor bakat, khususnya pribadi
yang mewarnai konselor. Menjalin hubungan dengan klien sangat penting, karena
hubungan dengan klien merupakan pusat dalam proses konseling serta sangat dibutuhkan
dalam mempelajari teknik konseling sebagai upaya meningkatkan efektivitas proses
konseling. Dalam teknik konseling terdapat elemen penting dalam menjalin hubungan
dengan klien yang disebut micro-skill.

Dengan mikro konseling, maka calon konselor dilatih untuk dapat menjalankan
profesinya di kemudian hari sebagai konselor yang profesional. Keterampilan Mikro
konseling adalah keterampilan – keterampilan khusus yang harus di kuasai oleh seorang
konselor, karena jika digunakan secara tepat dapat sangat meningkatkan kualitas dan
keefektifan dari proses konseling.

1.2 Tujuan
Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan Mikro Konseling

1.3 Manfaat
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemahaman Tingkah Laku makalah ini
bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca dan calon konselor
mengenaiPemahaman Tingkah Laku.

BAB II

4
ISI BUKU

2.1 IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi

Penulis Buku : Gerald Corey

Penerbit : Brooks/Cole Publishing Company

Tahun Terbit : 1995

Kota Terbit : California

ISBN : 979-8579-03-8

Jumlah Halaman : 661 Halaman

BUKU PEMANDING

Judul Buku : Pemahaman Tingkah Laku

Penulis Buku : Drs. H. Farozin & Kartika Nur Fathiyah

Penerbit : Rineka Cipta

Tahun Terbit : 2004

Kota Terbit : Jakarta

ISBN : 979-5189-20-4

2.2 RINGKASAN BUKU

5
BAB I: PENGANTAR DAN TUJUAN UMUM

Buku ini berasumsi bahwa mahasiswa konseling yang masih pemula dapat memulai
tugasnya dengan bekal gaya konseling yang dibentuk sesuai dengan kepribadian masing-
maisng, yaitu apabila pendekatan utama pada praktek terapi sudah mereka kenal. Saya selalu
menekankan kepada mahasiswa saya bahwa mereka tidak bisa mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman yang diperlukan untuk mensintesiskan berbagai pendekatan hanya dengan kuliah
Pengantar pada Teori Konseling. Proses ini akan makan waktu bertahun-tahun melalu kajian
yang ekstensif, latihan dan pengalaman praktek konseling.

Orientasi falsafah saya sendiri sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan eksistensial.
Oleh karena teknik dan prosedur tidak dirinci oleh pendekatan ini maka saya merasa
memiliki kebebasan untuk mengambil teknik dari model terapi yanag lain. Saya terutama
gemar menggunakan teknik bermain peran.

Saya menghormati penekanan yang bersifat psikoanalitik pada masa perkembangan


dini dari psikoseksual dan psikososial. Saya percaya bahwa masa lalu seseorang memainkan
peranan yang menentukan dalam pembentukan kepribadian dan perilaku yang dimiliki
sekarang. Meskipun saya menolak pendapat yang determinative, yaitu pendapat yang
mengatakan bahwa manusia itu adalah produk dan penyesuaian diri yang dilakukannya pada
usia dini dan oleh karena ia menjadi korban di masa silamnya, saya kira menggali masa lalu
seseorang adalah hal yang esensial, terutama yang dikatakan bahwa masa lalu itu ada
kaitannya dengan kesulitan-kesulitan emosional dan perilaku masa kini.

BAB II: KONSELOR SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI PROFESIONAL

Sebagai terapis kita menjadi model bagi klien kita. Konselor yang baik adalah mereka
yang memiliki identitas, menhargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri, mampu
mengenal dan menerima kekuatan mereka sendiri, terbuka terhadap perubahan, memperluas
kesadarana mereka tentang diri mereka sendiri, bersedia menerima adanya ambiguitas,
mengembangkan gaya konseling mereka sendiri serta memiliki rasa humor.

Konselor tidak boleh tidak harus memiliki pengetahuan dan keterampilan


mmultikultural. Profesinya menuntutnya untuk menyediakan pelayanan kepada para klien
sesuai dengan yang dikehendaki oleh budaya mereka, dan para konselor wajib untuk peka
terhadap hal-hal dimana latar beakang budaya para klien mempengaruhi cara bagaimana

6
mereka menrima pelayanan itu. Sue dan kawan-kawan mengusulkan sejumlah kompetensi
bagi konseling lintas buadaya, yaitu:

1. Keyakinan dn sikap konselor yang efektif secara multikultural


2. Pengetahuan konselor yang efektif secara multikultural
3. Keterampilan konselor yang efektif secara kultural

Meskipun konselor itu bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan umum yang
memungkinkannya untuk bisa berfungsi secara efektif dengan populasi klien yang berbudaya
bhinneka, tidaklah realistis klau kita berharap bahwa dia mengetahui segalanya tentang latar
belakang kliennya. Beberapa panduan yang berguna untuk konselor pemula antara lain

a. Menangani perasaan kecemasan


b. Menjadi diri sendiri dan mengugkapkan diri sendiri
c. Menghindari perfeksionisme
d. Jujur akan sifat keterbatasan kita
e. Memahami makna diam
f. Menangani klien yang banyak tuntutan
g. Menangani klien yang tidak mau terlibat
h. Mau menerima hasil yang lamban
i. Menghindar dari menipu diri
j. Menghindari dari kehilangan pegangan karena pengaruh klien
k. Mengembangkan rasa humor
l. Menciptakan tujuan yang realistis
m. Enggan memberi nasihat
n. Mengembangkan gaya konseling kita sendiri

BAB III: ISU-ISU ETIKA PADA PRAKTEK KONSELING

Proses belajar untuk menjadi praktisi etika dimulai dengan program pendidikan
counselor, yang biasanya mencakup seminar tentang kaidah dan praktek etika. Sebagai
langkah permmulaan, mahasiswa selayaknya secara mendalam belajar mengenali standar
etika yang telah baku

Konselor yang etis tidak akan melakukan prosedur diagnostic atau prosedur perlakuan
di luar cakupan materi hasil latihan mereka. Kopetensi profesional bukanlah hal yang secara
terus-menerus kita miliki, bahkan setelah mendapatkan gelar akademik yang lebih tinggi atau

7
mendapatkan lisensi. Pendidikan profesional yang berkesinambungan merupakan esensial
untuk memiliki pengetahuan baru yang tidak ketinggalan jaman dalam bidang spesialisasi
profesional.

Konselor yang mendemonstrasikan dirinya sebagai orang yang menghargai hak klien
berarti sedang menumbuhkan niat baik terhadap mereka hak-hak yang dimiliki seorang klien
antara lain:

1. Hak untuk menyampaikan persetujuan atas hal-hal yang telah diinformasikan


sebelumnya
2. Faktor yang mempengaruhi keinginan klien untuk masuk dalam kegiatan
konseling
3. Hak-hak kelompok usia muda
4. Hak untuk mendapatkan rujukan

Hubungan kita dengan klien yang sifatnya kedinasan diadakan utuk keuntungan klien.
Isu etisnya muncul apabila kita bisa memenuhi kebutuhan kita, baik dengan cara terang-
terangan atau berbelit-belit, dengan mengorbankan klien. Sebagai konselor kita juga harus
meneliti kebutuhan pribadi lainnya yang jelas kurang membahayakan yang bisa jadi
penghalang terciptaya hubungan yang menghasilkan pertumbuhan.

Isu yang lainnya adalah jaminan kerahasiaa yaitu sentral dalam pengembangan rasa
percaya dan produktivitas hubungan klien atau terapis. Beberapa panduan untuk perpraktek
sesuai etika diantaranya:

1. Konselor sadar akan apa keinginan mereka sendiri


2. Konselor membutuhkan latihan dan pengalaman
3. Sadar akan perbatasan kompetensi mereka
4. Memiliki beberapa kerangka teori perubahan perilaku
5. Wajib meremajakan pengetahuan dan keterampilan
6. Menghindari hubungan yang mengancam
7. Sadar akan nilai pribadi dan sikap masing-masing

BAB IV: TERAPI PSIKOANALITIK

Menurut pandangan psikoanalitik, kepribadian terdiri dari tiga sistem taitu id, ego dan
superego. Id adalah sistem lepribadian yang orisinil, ego bereperan sebagai eksekutif yang
memerintah, mengendalikan dan mengatur kepribadian, sedangkan superego adalah

8
pemegang keadilan dari kepribadian. Bagi Freud kesadaran adalah suatu irisan tipis dari
keseluruhan pikiran. Ketidaksadaran menghimpun semua pengalaman , memori serta materi
yang tertekan. Kecemasan adalah keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu.
Ada tiga kecemasan, yaitu kecemasan realita, neurotic dan moral.

Mekanisme pertahanan ego menolong sesorang individu dalam hal menangani


kecemasan daan mencegah ego terkungkung olehnya. Beberapa mekanisme pertahan ego
adalah represi, memungkiri, pembentukan reaksi, proyeksi, penggeseran, rasionalisasi
sublimasi, regresi, introjeksi, identifikasi kompensasi, ritual dan penghapusan. Perkembangan
kepribadian menurut pandangan ini diantaranya dimulai dari tahap oral, anal, palus, latensi,
dan genital.

Trend kontemporer dalam teori psikoanalitik tercermin dalam psikoogi diri dan teori
hubungan objek. Pendekatan-pendekatan didasarkan pada pendapat bahwa pada saat
kelahiran tidak ada pemilahan antara orang lain dan si self dan bahwa orang lain mewakili
objek pemenuhan kebutuhan untuk si bayi. Terapi psikoanalitik sebagian besar terdiri dari
penggunaan metode mengeluarkan materi di alam tidak sadar yang bisa ditangani.

BAB V: TERAPI ADLER

Bersama Freud dan Jung, Adler adalah penyumbang utama dari pengembangan
pendekatan psikodinamika pada terapi. Setelah bekerja sama selama delapan sampai sepuluh
tahun Freud da Adler pun berpisah. Adler meninggalkan teori dasar dari Freud oleh karena ia
percaya bawa penekanan Freud pada ketentuan biologis dan insting sangatlah sempit. Adler
percaya bahwa apa yang terjadi pada diri seorang individu dimasa dewasa sampai dewasa
dipengaruhi oleh enam tahun pertama kehidupan. Tahap-tahap yang digunakan dalam
melaksanakan terapi ini adalah:

a. Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat


b. Menggali dinamika individual
c. Memberikan semangat untuk pemahaman
d. Menolong agar bisa berorientasi ulang

Proses terapeutiknya adalah menolong mereka hingga menjadi sadar akan pola
mereka dan membuat beberapa perubahan yang mendasar pada keyakinan dan pikiran, yang
akan menuju keperubahan terhadap cara mereka mengendalikan perasaan dan berperilaku.
Peranan keluarga dalam pengembangan individu mendapat tekanan disini.

9
BAB VI: TERAPI EKSISTENSIAL

Pendekatan eksistensial berkembang sebagai reaksi atas dua model utama yang lain,
yaitu psikoanalisis dan behaviorisme. Ludwig Binswanger, Medard Boss, dan Viktor Frankl
adalah tokoh-tokoh awal dari praktek eksistensial dari psikiatri. Dengan kesadaran ini kita
menjadi makhluk yang bebas bertanggungjawabuntuk memilih cara hidup kita, dan oleh
karenanya kita mempengaruhi nasib kita sendiri. Menurut pendekatan eksistensial, dimensi
dasar dari kondisi manusia mancakup:

a. Kapasitas kesadaran diri


b. Kebebasan serta tanggungjawab
c. Menciptalan identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang bermakna dengan
orang lain
d. Usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran
e. Kecemasan sebagai suatu kondisi hidup
f. Kesadaran akan datangnya maut serta ketidakberadaan

Sasaran dasar dari banyak sistem terapeutik adalah membuat individu mampu
menerima kebebasan yang menimbulkan kekaguman untuk bertindak serta tanggungjawab
yang harus dipikul atas tindakan itu. Eksistensialisme berpendapat bahwa orang tidak bisa
melarikan diri dari kebebasan, dalam arti bahwa kita selalu dituntut untuk memikul
tanggungjawab. Namun, kita bisa mengingkari kebebasan kita, yaitu yang merupakan
ketidakotentikan akhir. Terapi eksistensial berusaha agar klien bisa keluar dari belenggu yang
kuat itu dan mau menantang kecenderungan mereka yang sempit dan bersifat memaksa, yang
merupakan ganjalan dari kebebasan mereka.

Dalam terapi eksistensial klien seacara jelas dibangkitkan semangatnya untuk secara
sungguh-sungguh mengambil pengalaman subyektifya sendiri didunianya. Mereka ditantang
untuk memikul tanggungjawab atas apa dan bagaimana ia sekarang untuk memilih berada di
dunia ini. Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial, yaitu:

1. Tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam hal mengidentifikasi dan


mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia.
2. Tahap tengah, klien didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber
dan otoritas dan sistem nilai mereka
3. Tahap akhir, berfokus pada menolong klien untuk melaksanakan apa yang mereka
telah pelajari tentang diri mereka sendiri.

10
Oleh karena pendekatan ini pada dasarnya peduli pada masalah seperti sasaran terapi,
kondisi dasar sebagai seorang manusia, dan terapi sebagai perjalanan yang sama-sama
dilakukan dan dijalani, maka para praktisi tidak terikat pada suatu teknik.

BAB VII: TERPUSAT PADA PRIBADI

Pendekatan terpusan pada pribadi didasarkan suatu konsep dari psikologi humanistic,
dan pendekatan ini juga bisa diklasifikasikan sebagai cabang dari perspektif eksistensial.
Pada tahun 1940 Rogers mengembangkan apa yang disebut nondirective counseling sebagai
reaksi atas pendekatan yang direktif dan pendekatan psikoanalitik. Yang mula-mula menarik
perhatian Rogers adalah menangani hal-hal yang berhubungan dengan anak-anak dan praktek
konseling individual dan psikoterapi. Kemudian dikembengkannya teori kepribadian yang
sistematik dan menerapkan teori kepribadian ini pada praktek konseling individual. Untuk
merefleksi fokusnya ini dia namakan pendekatannya ini terapi terpusat pada klien.

Sepanjang hidup profesionalnya dia tetap berpendapat bahwa ada tiga atribut bagi
seorang terapis yang akan bisa menciptakan iklim yang mendorong pertumbuhan yang
dengan seorang individu dapat bergerak maju dan menjadi seseorang seperti kualitas yang dia
miliki. Atribut tersebut adalah:

1. Kongruens (keaslian atau kenyataan)


2. Sikap yang positif dan bersyarat (mau menerima dan peduli)
3. Pengertian empati yang tepat (kemampuan untuk secara benar-benar menangkap
dunia subyektif orang lain)

Pendekatan terpusat-pada-pribadi difokuskan pada pertanggungjawaban dan


kapasitas klien untuk menemukan cara agar bisa mengahdapi realitas. Pendekatan ini
menekankan dunia fenomena si klien. Dengan usaha bisa mengantisipasi kerangka referensi
internal si klien maka terapis menaruh kepeduliannya terutama pada persepsi klien akan
dirinya dan dunia.

Bab VIII: TERAPI GESTALT

Pandangan tentang kodrat manusia

Pandangan gestakt kodrat manusia,seperti telah kita lihat berakar pada falsafah
eksistensial dan fenomenologi. Pengetahuan yang murni merupakan produk dari bukti
langsung yang dialami oleh yang menyadarinya. Dengan menjadi sadar, orang menjadi

11
mampu untuk menentukan pilihan dan oleh karenanya bisa hidup dengan eksistensi yang
bermakna.

Asumsi dasar terapi gestalt adalah bahwa para individu dapat menangani sendiri
problema hidup mereka secara efektif,terutama apabila mereka memanfaatkan secara tuntas
kesadaran mereka akan apa yang terjadi dalam diri dan disekitar mereka.

Kerja Yang Belum Selesai

Konsep kunci yang lain adalah kerja yang belum selesai,atau perasaan yang tak
terungkapan seperti rasa jengkel,amarah,kebencian,kepedihan,keresehan,duka cita,rasa
bersalah,rasa ditinggalkan,dan selanjutnya. Sebuah contoh dari betapa kerja yang belum
selesai selalu melekat dalam diri seseorang dan memanifestasikan dirinya dalam bentuk
perilaku yang Nampak sekarang dapat dilihat dalam diri dalam bentuk tidak pernah merasa
mendapatkan cinta kasih dan diterima oleh ibunya.

Perasaan yang tidak diketahui keberadaanya menciptakan masalah emosional yang


tidak perlu yang mengotori kesadaran yang terpusat pada masa sekarang. Menurut Perls
(1969a),kekesalan adalah kerja belum selesai yang paling sering dan paling buruk. Tugas ang
belum selesai telah menghalangi terciptanya hubungan yang akrab yang otentik dngan
wanita,oleh karena itu itu semua adalah kebutuhan anak-anak dan bukan orang dewasa.

Pengingkaran

Sebuah konsep yang dihubungkan dengan kerja yang belum selesai adalah
pengingkaran, yang berarti sarana yang digunakan orang untuk menghindarkan diri dari
menghadapi tugas yang belum selesai dan dari pengalaman emosi yang tidak mengenakkan
yang ada kaitannya dengan tugas yang belum selesai.

Terapi Gestalt adalah terapi experiensial yang menekankan pada kesadaran disini dan
sekarang, focus utama adalah pada sang apa dan bagaimana dari perilaku dan peranan kerja
yang belum terselesaikan diamsa lampau yang mencegah berfungsinya pada masa sekarang.

Sumbangan Dari Terapi Gestalt

Sumbangan terapi gestalt yang satunya lagi adalah cara demikian memukai dimana
masa lalu ditangani dengan cara yang hidup dengan jalan menampilkan aspek-aspek relevan
kemasa sekarang

12
Terutama yang saya nilai tinggi adalah aspek konfrontatif yang penuh semangat dari
pendekatan ini untuk tidak mau menerima ketidakberdayaan sebagai dalih tidak terjadinya
perubahan. Klien diberi peralatan yang sangat banyak dalam bentuk ekspeimen Gestalt,untuk
mengambil jalan kehidupan.

Pendekatan Gestalt adalah sebuah prespektof adanya pertumbuhan dan peningkatan


nilai hidup,bukan sekedar system dari teknik-teknik untuk mengubah kelainan. Gestalt
memiliki potensi yang paling besar untuk berkreativitas.

Pendekatan Gestalt dalam hal menangani mimpi merupakan jalan yang unik untuk
meningkatkan kesadaran orang akan tema kunci dalam hidup mereka. Dengan melihat setiap
aspek mimpi sebagai projeksi diri mereka sendiri.

BAB IX: TERAPI BERILAKU


Teori Behavior adalah teori belajar yang menekankan pada hasil belajar dan tidak
memperhatikan pada proses berpikir seseorang. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai
perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigmaStimulus-Respon, yaitu suatu
proses yang memberikan respon tertentu terhadap stimulus yang datang dari luar. Proses
Stimulus-Respon (SR) yaitu dorongan,rangsangan, respon serta penguatan.

Menurut teori Behavior, manusia adalah produk dan produsen (penghasil) dari
lingkungannya. Pandangan ini tidak tergantung pada asumsi deterministik bahwa manusia
adalah produk belaka dari pengkondisian sosiokultural mereka. Manusia dipandang memiliki
potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah.Pendekatan behavior
berpandangan bahwa setiap perilaku dapat dipelajari. Manusia mampu melakukan refleksi
atas tingkahlakunya sendiri, dan dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat
belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi orang lain. Terapi behavior bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan masyarakat sehingga mereka memiliki lebih banyak
pilihan untuk merespon. Dengan mengatasi perilaku melemahkan yang membatasi pilihan,
orang lebih bebas untuk memilih dari kemungkinan yang tidak tersedia sebelumnya.Prinsip-
prinsip teori behavior adalah Obyek psikologi adalah tingkah laku; semua bentuk tingkah
laku dikembalikan pada reflek; dan mementingkan pembentukan kebiasaan.

Teknik-teknik Behavioral
Teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam behavioral adalah sebagai berikut :

13
* Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus
perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya berupa kecemasan, dan menyertakan respon
yang berlawanan dengan peilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus
yang berangsur dan santai.

* Terapi Implosif
Terapi implosive dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara
berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang
menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta
untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan.

*Latihan Perilaku Asertif


Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan
untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.

* Pengkondisian Aversi
Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengaj cara
menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga yang tidak dikehendaki tersebut
terhambat kemunculannya.

* Pembentukan Perilaku Model


Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat
perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model,
baik menggunakan model audio, model fisik atau lainnya yang dapat teramati dan dipahami
jenis perilaku yang akan dicontoh.

* Kontrak Perilaku
Kontrak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dank lien)
untuk mengubah tertentu pada klien. Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif
dipentingkan daripada memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.

14
Fungsi Dan Peran Konselor Dalam Teori Behavior

            Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian
treatmen, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiyah pada pencarian pemecahan-
pemecahan bagi masalah-masalah manusia, pada kliennya. Terapis tingkah laku secara khas
berfungsi sebagai guru, pengaruh, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif
dan dalm menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang,diharapkan,mengarah pada
tingkah laku yang baru dan adjustive.

       Sebagai hasil tinjauannya yang seksama atas kepustakaan psikoterapi, Krasner (1967)
mengajukan argumen bahwa peran seorang terapis dari aliansi teoritisnya, sesungguhnya
adalah “mesin perkuatan”. Apa pun yang dilakukannya terapis pada dasarnya terlibat dalam
pemberian perkuatan-perkuatan sosial baik yang positif maupun yang negatif. Bahkan
meskipun mempersiapkan dirinya sebagai pihak yang netral sehubungn dengan
pertimbangan-pertimbangan nilai, terapis membentuk tingkah lakuklien, baik melalui cara
langsung maupun tidak secara langsung. Krasner (1967) menandakan bahwa “ terapis atau
pemberi pengaruh adalah suatu ‘mesin pengkuatan’. Yang dengan kehadirannya memasok
perkuatan yang dilegeneralisasikan pada setiap kesempatan dalam situasi terapi, terlepas dari
tekhnik ataw keperibadian yang terlibat”.Tingkah laku klien tunduk pada manifulasi yang
halus pada tingkah laku terapis yang memperkuat. Hal itu acap kali tanpa di sadari, baik oleh
klien maupun oleh terapis.

Peran terapis adalah memanipulasi dan mengendalikan psikoterapi dengan


pengetahuan dan kecakapannya menggunakan teknik-teknik belajar dalam suatu situasi
perkuatan sosial. Krasner lebih lanjut mennyatakan bahwa, meskipun sebagian besar terapis
tidak senang dengan peran “pengendalian” atau “manipulator” tingkah laku, istilah-istilah
tersebut menerangkan secara cermat apa sesungguhnya apa peran terapis itu. Ia mengutip
bukti untuk menunjukkan bahwa, atas dasar perannya, terapis “ memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi dan mengendalikan tingkah laku dan nilai-nilai manusia lain. Ketidaksedian
terapis untuk menerima situasi ini dan trus menerus tidak menyadari efek-efek tingkah
lakunya atas para pasiennya itu pun tidak etis”.

Sumbangan yang diberikan oleh teori ini ialah, kelebihannya:

1) Pembuatan tujuan  terapi antara konselor dan konseli di awal  konseli dan itu dijadikan
acuan keberhasilan proses terapi
2) Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui

15
3) Waktu konseling relatif singkat
4) Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan
teknik
Kelemahannya:
1) Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
2) Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi
3) Tidak memberikan wawasan
4) Mengobati gejala dan bukan penyebab
5) Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor

BAB X: TERAPI RASIONAL EMOTIF DAN PENDEKATAN KOGNITIF


BEHAVIORAL YANG LAINNYA

Sejarah TRE (Terapi Rasional Emotif)

Terapi  ini dtokohi oleh Albert Ellis, yang lahir pada tahun 1913 Pittsburgh. Awalnya ia
adalah seorang penulis, tetapi ia juga terampil menangani masalah pribaadi seseorang, dalam
persoalan perkawinan, cinta kasih, dan seks. Akhirnya ia menjadi psikolog dari lulusan
sebuah college.

TRE menjadi sebuah aliran psikoterapi yang ditujukan untuk memberi kepada klien
suatu perangkat untuk mengrestruksikan gaya falsafah serta perilaku mereka (Ellis & Yeager,
1989) Menurutnya, “ Orang menjadi terganggu  bukan oleh benda-benda, melainkan oleh apa
yang dipandangnya tentang benda itu”( Dryden & Ellis 1988, hal 214). Oleh karena itu,
hipotesis dasar dari TRE adalah emosi kita terutama berasal dari keyakinan evaluasi,
interpretasi serta reaksi kita terhadap situasi kehidupan.

Hubungan antara terapi rasional emotif (TRE) dengan terapi kognitif-behavior


lainnya
Para praktisi TRE secara konsisten telah berteori bahwa oleh karena manusia itu secara
naluri cenderung untuk berpikir, mengungkapkan perasaannya, dan berperilaku secara
interaksional, mereka jarang membuat perubahan kognitif mendasar ataupun
mempertahankannya kecuali jika mereka juga dengan susah payah menggarap perasaannya,
kecuali jika secara konsisten mempraktekkan perilaku baru. TRE menekankan teknik
kognitif, afektif, dan behavioral dan mendorong terapis untuk mengajukannya dengan cara
yang aktif dan direktif (Dryden & Ellis). Asumsi dari pendekatan kognitif adalah bahwa

16
orang memberikan sumbangannya pada masalah psikologis mereka sendiri, dan juga gejala
yang spesifik, dengan cara mereka menginterpretasi peristiwa dan situasi dalam hidup
mereka. Terapi kognitif behavioral banyak berdasarkan pada asumsi bahwa reorganisasi
pertanyaan diri seseorang akan menghasilkan suatu reorganisasi perilakunya yang sepadan.

Perbedaan antara TRE dengan terapi kognitif behavioral yang lain adalah pada prosedur
hubungannya. Pendekatan kognitif behavioral yang lain itu memberikan nilai lebih banyak
peranan empati dan kehangatan pribadi dari pada yang benar pada TRE. Meskipun demikian,
TRE memang menekankan pada penerimaan yang tanpa syarat dipihak terapis terhadap
kliennya.       

 Pandangan Tentang Gangguan Emosional

Asal mula mempelajari keyakinan yang tidak rasional adalah dari orang lain yang
signifikan pada masa kanak-kanak. Dan kita sendirilah yang menciptakan dogma dan tahayul
yang tidak rasional itu. Kemudian secara aktif kita menanamkan kembali keyakinan keliru itu
dengan jalan memroses otosugesti dan pengulangan sendiri. Oleh karena itu sebagian besar
adalah pengulangan yang kita buat sendiri terhadap pikiran tidak rasional yang
diindoktrinasikan kepada kita dulu, dan bukan pengulangan dari orang tua yang menjadikan
sikap disfungsional tetap hidup dan beroperasi dalam diri kita.

TRE menegaskan bahwa menyalahkan (diri sendiri atau orang lain) merupakan inti dari
sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, kalau kita harus menyembuhkan
neurosis atau gangguan pribadi, kita sebaliknya berhenti menyalahkan diri sendiri dan orang
lain. Melainkan adalah hal yang penting kalau kita mau menerima diri kita sendiri meskipun
tidak ada kesempurnaan dalam diri kita. Ellis memberikan hipotesisnya bahwa esensinya
semua orang dilahirkan dengan dibekali oleh kemampuan untuk berpikir secara rasional,
namun kita juga memiliki kecenderungan kuat untuk meningkatkan hasrat kita dan preferensi
kita menjadi tuntutan dan perintah.

Ellis berpendapat bahwa oleh karena kita sendiri yang menciptakan pikiran serta
perasaan yang terganggu maka kita pun juga memiliki kekuatan untuk mengontrol masa
depan emosional kita. Dia menyarankan agar apabila kita marah hal yang baik adalah apabila
melihat ke “tuntutan harus” menjadi dogma “tuntutan seharusnya” yang mutlak, yang
tersembunyi dalam diri kita. Kognisi yang sifatnya mutlak merupakan inti dari penderitaan
manusia, oleh karena seringkali keyakinan ini menjadi ganjalan dan menghalangi orang
dalam usahanya untuk sampai pada sasaran serta maksud yang dituju.

17
Seorang terapis yang bekerja dalam kerangka TRE lain cara berfungsinya dengan
sebagian besar dari praktisi yang lain. Oleh karena pada esensinya TRE itu adalah proses
behavioral yang kognitif dan direktif, maka TRE sering meminimalkan hubungan akrab
antara terapis dank lien. Terapis hanya sekedar menggunakan metodologi persuasif yang
memberi tekanan pada tekanan pada mendidik. Berikut ini adalah garis besar dari apa yang
dilakukan praktisi rasional emotif yang ditulis oleh Ellis:

1. Mendorong klien untuk menemukan beberapa ide irasional yang memotifasi banyak
dari perilaku yang terganggu.
2. Menantang klien untuk membuat idenya itu shahih, kalo bisa.
3. Menunjukan pada klien sifat tidak logisnya pemikiran mereka itu.
4. Menggunakan humor dan kekonyolan-kekonyolan untuk berkonfrontasi dengan ketidak
rasionalan pemikiran klien itu.
5. Menggunakan analisis yang logis untuk meminimalkan keyakinan irasionalnya klien.
6. Menunjukan betapa keyakinan ini tidak operatif dan betapa keyakinan itu akan
membawa mereka kegangguan emosi dan perilaku di masa datang, menerangkan betapa
ide-ide ini bisa diganti dengan ide yang lebih rasional yang bertumpu pada data
empiris.
7. Mengajar klien cara mengaplikasikan pendekatan ilmiah pada jalan pikiran sehingga
mereka bisa menggamati dan meminimalkan ide rasional dimasa kini dan yang akan
datang, serta pengurangan tidak logis yang memupuk tumbuhnya cara berperilaku dan
merasakan yang bersifat menghancurkan diri.
8. Menggunakan beberapa metode emotif dan behavioral untuk menolong klien secara
langsung menggarap perasaannya dan untuk berbuat melawan gangguan yang mereka
derita.

BAB XI : TERAPI REALITAS

Teori realita dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan
menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio. Pertumbuhannya relatif
tanpa hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser
meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Ia memperoleh gelar
sarjana muda dalam bidang rekayasa kimia, sarjana psikologi klinis dan dokter dari case
western reserve university. Ia menikah setelah tamat sarjana muda dan setelah sekolah dokter

18
ia memindah keluarganya ke west coast karena memperoleh perumahan di UCLA. Ia
membuat rumah pribadi di California Selatan.

Pada tahun 1957, Glasser menduduki posisi kepala spikiatri di California, menangani
kenakalan remaja putri Ventura.Ia mulai menerapkan konsep-konsepnya yang telah dimulai
di V.A. Hospital. Ia menerapkan program yang menempatkan tanggungjawab situasi sesaat
bagi remaja-remaja putri ini dan tanggungjawab atas masa depannya. Aturan-aturan di
lembaga ini diperbaharui yakni mengutamakan kebebasan dan memperlunak konsekuensi
dari pelanggaran.Hukuman dibatasi dari program.Bila remaja putri ini melanggar peraturan
tidak dihukum namun juga tidak diampuni.

Konsep dasar Manusia dalam teori ini pada hakekatnya adalah makhluk yang
memiliki kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha memenuhi kebutuhan
tersebut.Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai
dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement),
kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan kesenangan (fun) (Corey,
2005).Glesser (2000) meyakini bahwa di antara kebutuhan dasar tersebut kebutuhan
mencintai dan dicintai merupakan yang utama dan paling sukar pemenuhannya.

Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan memberikan


identitas berhasil pada dirinya, sedangkan kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar
menyebabkan individu mengembangkan identitas gagal (Rasjidan, 1994). Individu yang
memiliki identitas berhasil akan menjalankan kehidupannya sesuai dengan prinsip 3 R, yaitu
right, responsibility, dan reality (Ramli, 1994). Right merupakan nilai atau norma patokan
sebagai pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau salah.
Responsibility merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa
mengganggu hak-hak orang lain. Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima
konsekuensi logis dan alamiah dari suatu perilaku.Ada beberapa ciri yang menentukan terapi
realitas, yaitu sebagai berikut :
1. Konseling realitas tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang konsep
tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia memandang transferensi
sebagai suatu cara bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. Terapi realitas
mengimbau agar para terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakin bahwa
mereka menjadi diri sendiri, tidak memainkan peran sebagai ayah atau ibu klien.

19
2. Konseling realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian
hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif, dan bahwa hukuman untuk
kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas
kegagalan pada klien dan perusakan hubungan terapeutik.
3. Konseling realitas menekankan tangung jawab yang didefinisikan sebagai “kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak
mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhann-kebutuhan mereka.”
Belajar tanggung jawab adalah proses seumur hidup.

BAB XII : CONTOH KASUS: PERBANDINGAN ANTARA PENDEKATAN-


PENDEKATAN
Kasus Stan
Latarnya(setting) adalah pada lembaga kesehatan mental masyarakat,dimana baik
konseling individual maupun kelompok yang dilakukan oleh staf yang memiliki kewenangan
bisa didapatkan. Stan datang kegitan konseling karena perintah pengadilan tentang perjanjian
keringanan hukumannya. Dia dituduh mengendarai truknya dalam keadaan mabuk. Meskipun
ia merasa tidak ada kebiasan minum-minum,hakim memutuskan bahwa ia memerlukan
pertolongan dari seorang profesional.

Berbagai Macam Pendekatan

Terapis yang efektif,orientasi teori apapun yang dianut,menaruh perhatian pada cita-
cita untuk melakukan bunuh diri.dalam biografi Stan,dia mengatakan bahwa dia berkhayal
untuk melakukan bunuh diri dan tidak tahu apa ada yang peduli.

Terapi Psikoanalitik

Pendekatan psikoanalitik akan memfokuskan pada psikodinamika perilaku Stan yang


tidak disadari. Mungkin perlu diberikan perhatian yang cukup besar terhadap materii yang
telah ditekannya,seperti kecemasan yang dihubungkan dengan terobosan yang telah terancam
dari implus-implus seksual serta agresifnya.

Kesempatan untuk mengembangkan hubungan transferens dan bekerja dengannya


merupakan inti dari proses terapinya. Asumsinya adalah bahwa Stan akhirnya nanti akan
berhubungan dengan terapis-terapis seperti halnya ia berhubungan dengan ibunya dan bahwa
prosesnya akan merupakan sarana yang berharga untuk mendapatkan pemahaman kedalam
asal muasal kesulitannya wanita.

20
Terapi Adler

Arah sasaran terapis aliran Adler bisa lipat empat,sesuai dengan empat tahap konseling :

 Menciptakan dan tetap mempertahankan hubungan kerja yang baik dengan Stan
 Mengeksplorasi dinamikannya
 Mendorongnya untuk mengembangkan pemahaman dan
 Menolong mereka melihat alternative baru dan menentukan pilihan-pilihan.

Terapi Eksistensial

Konselor yang berorintasi pada eksistensial akan melakukan pendekatan terhadap


Stan dengan pandangan bahwa ia memiliki kapasitas untuk meningkatkan kesadaran dirinya
dan mengambil keputusan sendiri arah hidupnya dikemudian hari.

Konselor akan memandang kecemasan Stan sebagai suatu yang tidak memerlukan
“pentyembuhan” melainkan dia perlu belajar bahwa kecemasan realistic merupakan bagian
vital dari hidup dengan ketidakpastian dan kebebasan. Oleh karena tidak ada jaminannya dan
oleh karena si individu itu pada akhirnya akan sendirian, tetapi dapat mengharapkan untuk
menghayati beberapa tingkat dari kecemasan,kesendirian,rasa bersalah,dan malahan juga rasa
kehlangan harapan yang sifatnya sehat.

Terapi Terpusat Pada Pribadi

Riwayat hidup Stan menbelajar untuk menunjukkan bahwa dia punya ide yang cukup
jelas tentang apa yang ia inginkan dalam hidup ini. Terapis terpusat pada pribadi menaruh
perhatian pada memahami dia dari kerangka refensi internalnya. Dia telah menyatakan
sasaran yang bermakna baginya.

Pada saat kklien mengungkapkan perasaannya kepada konselor, konselor akan segera
tekun mendengarkan tidak hanya apa yang dikatakannya tetapi juga tentang caranya
mengutarakan pesannya.

Stan memberikan evaluasi yang rendah pada dirinya. Biarpun ia sulit untuk percaya
bahwa oranglain sebenarnya mencintainya, ia ingin merasa dicitai(saya harap,saya bisa
belajar untuk mencintai paling beberapa orang, terutama wanita).

21
Dalam menghubungkan perasaannya, Stan tidak akan lagi mutlak sendirian, oleh
karena dia akan mau mengambil resiko untuk membiarkan terapisnya masuk dunianya yang
bersifat pribadi.

BAB XIII : SEBUAH PERSPEKTIF INTEGRATIF

Sebuah Deskripsi Tentang Konseling Elektik

Konseling elektik merupakansuatu proses penyeleksian konsep dan metode yang


berasal dari berbagai system. Survey terhadap psikolog klinis dan konseling yang dilakukan
pada tahun 1970-an dan 1980-an secara konsisten mengungkapkan bahwa dari 30% sampai
50% dari responden menganggap diri masing-masing sebagai eletik dalam praktek
terapeautik mereka(Messer,1986). Para psikolog umumnya percaya bahwa harapan paling
baik suatu pendekatan teraupetik yang komprehensif ditentukan oleh elektisime (Norcross &
Prochaska,1988,Smith,1982).

Trend Menuju Ke Perspektif Elektik

Jumlah penulis yang makin banyak jumlahnya menyatakan segi menguntungkan dari
pengembangan suatu pendekatan elektik. Salah satu alasan adanya kecenderungan
padapresepsik elektik dan integrative adalah pengakuan bahwa tidak ada satu teori pun yang
cukup kompherensif,yang bisa meberi penjelasan tentang kompleknya perilaku
manusia,terutama mana kala pelajaran tipe klien dan masalah khas mereka menjadi hal yang
perlu dipertimbangkan.

Para pelaku klinis ditantang untuk bisa menyelksi teknik yang paling cocok dengan
klien tertentu, menurut Garfield,(1980) dengan diberi keadaan pengetahuan dilapangan yang
sedang berjalan,agaknya bisa dibenarkan untuk menggantungkan kepercayaan pada hasil
empiris dan hipotesis yang bisa dipertanggungjawabkan dan bahkan bergatung pada satu teori
tunggal.

Smith (1982)) bertanya kepada psikolog konseling dan klinis tentang orientasi teoritis
apa yang memandu praktek mereka dan klinis tentang bahwa elektik merupakan perspektif
yang paling popelur. Dikutipnya kepustakaan yang menunjukkan suatu kecenderungan yang
menuju kearah “sintesis kreatif,integrasi yang sudah dikuasi,dan elektisisme sistematik”.

Survi serupa tenatng orientasi teoritis dari psikog konseling dan klinis yang dilakukan
oleh Walton (1989) mengungkapkan bahwa lebih dari tiga perempat sampel yang diambil

22
dari orientasi teoritis. Psikolog klinis muda lebih menyukai pendekatan
behavioral,sedangkanpsikolog konseling muda lebih menyukai pendekatan behavioral, dan
psikolog konseling kalangan tua lebih menyukai pendekatan humanistic.

Kesembilan system yang dibahas dalam buku ini telah berevolusi menuju ke makin
meluasnya landasan teori serta praktek mereka,menjadikannya berkurang keterbatasannya
dalam pengfokusannya. Jadi, banyak praktisi yang menamankan diri terkait dengan suatu
system terapi tertentu meluaskan wawasan teori mereka dan mengembangkan teknik
terapeutik yang lebih luas untuk bia cocok dengan populasi klien yang lebih beragam.
Norcross (1986a) berpendapat bahwa profesi itu telah berkembang sampai ke suatu titik yang
bisa lebih reseptif terhadap usaha integrative dari pada masa-masa sebelumnya: “Psikoterapi
Zeitgeist pada tahun 1980-an adalah penciptaan hubungan timbal balik, konvergensi, dan
intergrasi.

Tantangan Mengembangkan Perspektif Integratif

Dalam mengarahkan isu tingkat elektiktisime yang tepat untuk memperkenalkannya


dalam praktek konseling Messer (1986pendekatan) berkesimpulan bahwa pendekatan itu
akan lanjut antara keterkaitan dari system teoritis tunggal dengan mereka yang lebih
menyukai gerak menuju teori terapi yang terpadu.

Sebuah survey tentang pendekatan pada konseling dan psikoterapi mengungkapkan


bahwa tidak ada falfah yang sama yang bisa memadukan mereka. Banyak teori-teori itu
memiliki pandangan tentang sifat kodrat manusia yang berbeda dan konsep terapi yang
berbeda pula ayng berakar pada pandangan-pandangan itu.

Fungsi Dan Peranan Terapis

Seperti halnya dengan berbagai teori yang dipandu oleh sasaran yang
berbeda,demikian juga halnya dengan fungsi terapis yang berbeda-beda diantara modelnya.
Pada waktu bekerja kea rah perspektif integrative,kita perlu mengamalatkan beberapa
pertanyaan tentang perilaku konselor.

23
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan
1. Dalam buku ini terdapat banyak memuat contoh konkret dari kehidupan nyata di
tengah-tengah masyarakat mengenai pentingnya memahami model-model
konseling, sehingga membuka wawasan pembaca lebih mudah dibanding teori
dari penelitian saja.
2. Buku utama juga memuat banyak contoh tes mengenai teori dan praktek dari
konseling dan psikoterapi.
3. Buku ini lebih kaya akan pendapat dari para ahli sehingga opini yang dipaparkan
penulis buku utama lebih diterima secara langsung.
4. Buku ini juga lebih banyak memuat materi mengenai model-model beserta
contoh.
5. Buku ini juga memuat banyak tips bagi kenselor agar dapat menumbuhkan
konseling bagi konseli/klien.

3.2 Kelemahan

Kelemahan dari buku ini adalah ada beberapa bahasa yang sulit untuk dipahami para
pembaca karena dalam buku ini juga terdapat beberapa kalimat yang di ulang pada paragraf
yang berbeda. Dan buku ini memiliki kekurangan dibagian redaksi bahasa, buku ini lengkap
pemaparannya hanya saja bahasa yang digunakan dekit sulit dimengerti dan dipahami oleh
anak milenial.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan


cara-cara fisik. Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana
ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk
menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya
kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.

Kelebihan konseling psikoanalisis: Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari,


Adanya teori kepribadian dan teknik psikoterapi, Pentingnya masa kanak-kanak dalam
perkembangan kepribadian, Adanya model penggunaan wawancara sebagai alat terapi,
Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk
meredakan penderitaan manusia. Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis
atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.

Kelemahan  psikoanalisis: Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu


merendahkan martabat kemanusiaan. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak
dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Cenderung
meminimalkan rasionalitas. Perilaku yang ditentukan oleh energi psikis, adalah suatu yang
meragukan, Kurang efisien dari segi waktu dan biaya.

4.3 Saran

Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran  yang berisi kritik maupun sanggahan serta tambahan terhadap makalah
ini agar menjadi lebih baik.

25
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena
penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 1995. Teori Dan Praktek Dari Konseling Dan Psikoterapi. Cole Publishing
Company: California.
Farozin, Muh. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta.

26

Anda mungkin juga menyukai