Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian strategi aqidah akhlak

Strategi adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan

pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman

belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari teknik (prosedur) dan metode yang akan

membawa siswa pada pencapaian tujuan.

Strategi lebih luas daripada metode dan teknik. Adapun yang dimaksud dengan metode adalah

cara mengajar itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan teknik adalah cara melakukan

kegiatan khusus dalam menggunaka suatu metode tertentu, seperti teknik bertanya, teknik

menjelaskan, dan sebagainya.

Pembelajaran adalah suatu aktifitas yang dilakukukan yang dilakukan seseorang secara sadar dan

sistematis  untuk membangkitkan kemauan dan dan kemampuan siswa.

Aqidah Akhlak merupakan dua pembahasan yang berbeda tetapi keduanya satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Aqidah membahas tentang keyakinan, sedangkan

Akhlak membahas tentang perbuatan.

Dalam bahasa Arab aqidah berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti

kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan),

dan ar-rabthu biquw-wah  yang berarti mengikat dengan kuat.

Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak

ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Akhlak secara terminologi berarti

tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa

Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat

Jadi secara etimologis strategi pembelajaran akidah akhlak adalah suatu metode yang sadar dan

terencana dalam menyiapkan dan memberi pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal,

memahami, mengahayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak

mulia dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan dan fungsi pembelajaran aqidah akhlak

Pendidikan Aqidah dan Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta

didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya

dalam perilaku Akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat

yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah

di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain

dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa

Ø Fungsi

Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq berfungsi untuk:

1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat;

2. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta Akhlaq mulia peserta

didik seoptimal mungkin, yang sebelumnya telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga;
3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial;

4. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;

5. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing

yang dihadapinya sehari-hari;

6. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan Akhlaq, serta sistem dan

fungsionalnya; dan

7. Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Aqidah dan Akhlaq pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

Ø Tujuan

Mata pelajaran Aqidah-Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan

peserta didik yang diwujudkan dalam Akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang

Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan

meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada

jenjang pendidikan yang.

3. Strategi pembelajaran aqidah akhlak

Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkahlaku, akibat interaksi

individu dengan lingkungan. Jadi perubahan tingkahlaku adalah hasil belajar. Artinya seseorang

dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.
Akidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mempraktikan akhlak al karimah dan adab islami dalam kehidupan

sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah SWT, malaikat-Nya, Kitab-kitab-

Nya, Rasul-rasul-Nya, serta Qada dan Qadar.

Namun demikian untuk mencapai tujuan ( peningkatan keimanan dan pembentukan akhlak al

karimah ) tersebut tidaklah mudah, diperlukan strategi / metode yang tepat dalam proses

pembelajarannya. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai model atau pendekatan

pembelajaran bergantung pada karakteristik pendekatan atau strategi yang dipilih. Misalnya

metode tanya jawab, diskusi, eksperimen dan lain-lain. Maksud istilah pendekatan dalam kajian

ini ialah pendekatan terhadap seluruh unsur terkait dalam pembelajaran.

Metode pembelajaran dewasa ini pada umumnya menggunakan pendekatan sistem ( system

approach ). Dengan pendekatan ini pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem. Suatu sistem

mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan dalam rangka

mencapai tujuan. Sistem pembelajaran juga mempunyai sejumlah komponen, yaitu materi,

metode, alat, dan evaluasi. Semua komponen itu saling berhubungan dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan materi

pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada

keefektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasi kita adalah kepada siswa belajar. Jadi

metode pembelajaran ang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar

siswa belajar.
Pendekatan yang ditempuh dalam pembelajaran Aqidah Akhlak adalah pendekatan Contextual

Teaching and Learning ( pembelajaran kontektual ).

Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning ( CTL ) yaitu suatu

pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang

dipelajarinya di kelas. Pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman,

keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran

yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih

menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi

kehidupan nyata dimana isi pelajaran akan digunakan. ( John Dewel ( 1918)/( Depdiknas, 2004 :

18 ). Dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan

pengalaman atau dunia nyata ( Real Word Learning ), berpikir tingkat tinggi, berpusat pada

siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan,

mengasyikkan, dan tidak membosankan.

2. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Penerapan pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh tugas utama pembelajaran efektif. Tujuh

tugas utama tersebut antara lain :

 Konstruktivisme  yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan

barunya.
Bertanya, yaitu mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Melalui proses

bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang

untuk mampu mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif, mengembangkan

metode dan teknik untuk bertanya, bertukar pendapat, dan berinteraksi.

 Menemukan ( inquiry ), yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk

semua topik. Misalnya siswa diminta untuk mencari contoh-contoh kejadian-kejadian/ciptaan-

ciptaan Allah yang menunjukkan bukti atau tanda Kebesaran, Kekuasaan dan Kemahaan Allah.

Pemodelan , yaitu menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Siswa akan mudah

memahami dan menerapkan proses dan hasil belajar jika dalam pembelajaran guru menyajikan

bentuk suatu model bukan hanya berbentuk lisan.

Refleksi , yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Refleksi ini merupakan

ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa mengungkapkan, lisan maupun

tulisan apa yang telah mereka pelajari. Refleksi ini bisa berbentuk kegiatan penulisan mandiri

tentang sebuah ringkasan dari hasil pembelajaran yang telah diikutinya.

Penilaian sebenarnya, yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, baik

yang yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa.

3. Metode Pembelajaran Kontekstual

Metode yang dilakukan dalam pembelajaran kontekstual Akidah Akhlak adalah  ceramah,

simulasi ( suri tauladan ) dan juga metode latihan dan pembiasaan.

ü Metode Ceramah
Metode ceramah dapat dipandang sebagai suatu cara penyampaian pelajaran dengan melalui

penuturan. Metode ceramah ini termasuk klasik. Namun penggunaannya sangat populer. Banyak

guru memanfaatkan metode ceramah dalam mengajar.oleh karena pelaksanaannya sangat

sederhana, tidak memerlukan pengorganisasian yang rumit.

Ceramah digunakan ketika menjelaskan pelajaran yang tentunya diikuti oleh contoh realitas

kehidupan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan, mulai dari peristiwanya, sebabnya

dan juga akibat yang akan diterimanya kelak.

ü Metode Simulasi

Metode simulasi adalah metode yang sangat tepat dalam pembelajaran Akidah Akhlak ini,

karena walau bagaimanapun akhlak kita sebagai seorang pendidik akan menjadi contoh yang

berarti untuk peserta didik. Sebagaimana Rosulpun memberi contoh kepada umatnya dalam

gerak gerik kehidupan.

ü Metode Latihan dan Pembiasaan

Untuk meningkatkan keimanan dan akhlak sebagai manivestasi dari pembelajaran Akidah dan

Akhlak diperlukan latihan dan pembiasaan secara berulang-ulang oleh guru di sekolah maupun

oleh orang tua dirumah.  karena walau bagaimanapun kecakapan hidup siswa  perlu dibina dan

dibiasakan untuk senantiasa berpikir dan berakhlak fositif. Disamping itu juga pembentukan

akhlak al mahmudah  sangatlah sulit jika tidak dilatih dan dibiasakan. Peranan orang tua dan

lingkungan akan sangat menentukan sekali dalam hal ini. Jika siswa hidup dalam keluarga yang

kurang baik akhlaknya, maka pendidikan disekolah mengenai akhlak tidak bisa terealisasikan

karena anak akan melihat akhlak orang tua atau saudaranya yang lain, begitupun lingkungan.
Oleh karena itu kerja sama antara sekolah, orang tua siswa, dan  para tokoh-tokoh masyarakat

sangatlah diperlukan dalam pembinaan dan pembiasaan akhlak ini.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan keberhasilan

pembelajaran merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap profesi keguruan dan

kependidikan. Banyak upaya telah dilakukan, banyak pula keberhasilan telah dicapai, meskipun

disadari bahwa apa yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan kepuasan sehingga

menuntut renungan, pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah tersebut.

Menganalisis upaya meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran, pada intinya tertumpu

pada suatu persoalan, yaitu bagaimana guru memberikan pembelajaran yang memungkinkan

bagi siswa terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai tujuan yang dihasilkan. Oleh

karena itu penentuan strategi dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat adalah salah satu

solusinya.

Salah satu strategi pembelajaran yang bisa dilakukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak adalah 

Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning ( CTL ) yaitu suatu

pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang

dipelajarinya di kelas.

Strategi ini dipilih karena dipandang cocok dengan tujuan pembelajaran Akidah Akhlak , karena

berkaitan dengan pemahaman yang mencakup aspek


ü kognitif ( pengetahuan/pemahaman ),

ü Afektif ( sikap )

ü  Psikomotorik ( keterampilan ) siswa.

1. Saran-saran

Guru hendaknya dapat memilih, mengembangkan dan menggunakan strategi pembelajaran yang

efektif dan efisen dalam kegiatan proses pembelajaran.

Guru hendaknya memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi

pembalajaran dan karakteristik peserta didik.

Orang tua hendaknya ikut membimbing dalam pembentukan, pemahaman dan penerapan akidah

dan akhlak siswa karena waktu luang yang paling banyak adalah di lingkungan keluarga

Masyarakat hendaknya ikut memperhatikan dan menciptakan lingkungan yang sehat dan positif,

karena faktor lingkungan ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian dan akhlak siswa.

Seluruh aspek ( pemerintah, masyarakat, sekolah, dan keluarga ) hendaknnya menjadi suri

tauladan yang baik bagi anak-anak

DAFTAR PUSTAKA

Agus N.cahyo. 2012. Panduan aplikasi teori belajar mengajar. Yogyakarta:Diva press.

Sumiati, Dra. Asra, M.Ed.( 2009 ). Metode pembelajaran, Bandung: CV. WACANA PRIMA.
M.Ag, Anwar Cecep ( 2012 ) Silabus mata kuliah pembelajaran aqidah akhlak, Bandung: UIN

SGD

1. Mohamad Asrori, Prof.Dr.M.Pd. ( 2009 ) Psikologi Pembelajaran, Bandung : Bandung:

CV. WACANA PRIMA.

Kementerian Agama RI, 2008, pendidikan agama islam dan bahasa arab madrasah ibtidaiyah,

Jakarta: SKKemen.

Anda mungkin juga menyukai