Makalah Nani Tursina
Makalah Nani Tursina
KELAS: PAI 4F
1
Hasbullah, Otonomi Pendidikan (Kebijakan otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2006),hlm.2.
2
Siti Irene Astuti Dwiningrum, Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2\011), hlm.1.
C. Tujuan
Adapun rumusan masalah pada beberapa tujuan adalah antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian desentralisai pendidikan.
2. Untuk mengetahui tujuan desentralisasi pendidikan di indonesia.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup desentralisasi manajemen pendidikan.
4. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem desentralisasi pendidikan nasional di indonesia,
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ara Hidayatdan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep,Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan
Madrasah,(Bandung: Pustaka Educa, 2010). hlm.55.
4
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, hlm.54.
5
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, hlm.55.
1. Menurut Burnett e.al yang dikutip oleh M. Sirozi, desentralisasi pendidikan adalah otonomi
untuk menggunkan input pembelajaran sesuai dengan tuntunan sekolah dan komunitas yang
dapat dipertanggungjawabkan kepada orang tua dan komunitas.6
2. Abdul Halim, mengartikan desentralisasi pendidikan yaitu terjadinya pelimpahan kekuasaan
dan wewenang yang lebih luas kepada daerah untuk membuat perencanaan dan mengambil
keputusannya sendiri dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di bidang
pendidikan.7
3. Menurut Sufyarman, desentralisasi pendidikan adalah sistem menajemen untuk mewujudkan
pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebhinekaan.8
Dengan demikian, desentralisasi pendidikan dapat diartikan sebagai pelimpahan
kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada daerah beserta masyarakat, pengelola dan
pengguna pendidikan itu sendiri, untuk membuat perencanaan dan mengambil keputusan sendiri
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi di bidang pendidikan dengan mengacu kepada
Sistem Pendidikan Nasional.
6
M. Sirozi, Politik Pendidikan, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2005), hlm. 83.
7
Abdul Halim, Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, (Yogyakarta, UPP AMP YPKN, 2010), hlm. 15.
8
M. Sufyarman, Kapita selekta Manajemen Pendidikan , (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 83.
9
Armida S. Alisjahbana, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan, (Bandung, Universitas Padjajaran, 2000),
hlm. 2.
sedangkan konsep kedua memfokuskan pada pemberian kewenangan yang lebih besar pada
tingkat sekolah dilakukan dengan motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan demikian jika yang menjadi tujuan desentralisasi pendidikan adalah peningkatan
kualitas pendidikan yang berarti proses belajar mengajar dan kualitas dari hasil proses belajar
mengajar tersebut, maka desentralisasi pendidikan lebih difokuskan pada reformasi proses
belajar mengajar. Partisipasi bahkan rasa tanggung jawab orang tua dalam kegiatan pendidikan
juga merupakan salah satu faktor yang paling menentukan.
C. Ruang Lingkup Desentralisasi Pendidikan
Menurut Jalal dan Musthafa dalam bukunya Sirozi10, ada dua konsep yang berbeda, tetapi
saling terkait dalam desentralisasi pendidikan.Konsep pertama berkenaan dengan isu umum
desentralisasi, yaitu transfer otoritas kebijakan pendidikan dari pusat ke daerah. Dalam konsep
ini, pemerintah harus memberikan kebijakan-kebijakan pendidikan kepada pemerintah daerah
beserta dana yang dibutuhkan untuk membiayai tanggung jawab yang dibebankan. Pemerintah
perlu menghitung kebutuhan masing-masing pemerintah daerah, tetapi pemerintah daerah yang
memutuskan berapa banyak dan belanja pendidikan apa yang diperlukan. Konsep kedua
berkenaan dengan pergeseran berbagai keputusan pendidikan dari pemerintah ke masyarakat. Ide
dasar di balik konsep ini, bahwa masyarakat harus lebih tahu dan memutuskan sendiri program
pendidikan yang dikehendaki karena masyarakatlah yang akan memanfaatkannya.
Dengan dua konsep tersebut maka lebih dijelaskan kembali bahwa tujuan utama
desentralisasi pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ada semacam
konsenseus global, khususnya di kalangan negara berkembang, bahwa melakukan desentralisasi
adalah cara terbaik untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena mutu pendidikan ditentukan
oleh banyak faktor yang saling terkait, maka desentralisasi pendidikan melibatkan pendelegasian
keputusan tentang beberapa faktor. Menurut Depdiknas fungsi-fungsi yang dapat
didesentralisasikan ke sekolah adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan dan evaluasi program sekolah
Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya,
misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah.Sekolah juga diberi wewenang untuk
melakukan evaluasi, khususnya evaluasi internal dan evaluasi diri.
b. pengelolaan kurikulum
Sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal, namun tidak boleh
mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh pemerintah
pusat.
12
Siti Irene Astuti Dwiningrum, Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan,hlm.12-13
PENUTUP
Kesimpulan
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga desentralisasi pendidikan yaitu pelimpahan kekuasaan
dan wewenang yang lebih luas kepada daerah beserta masyarakat, pengelola dan pengguna
pendidikan itu sendiri, untuk membuat perencanaan dan mengambil keputusan sendiri dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi di bidang pendidikan dengan mengacu kepada Sistem
Pendidikan Nasional.
Tujuan desentralisasi pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas atau mutu
pendidikan yang ada di indonesia. Berikut fungsi-fungsi yang dapat didesentralisasikan ke
sekolah agar tercapai tujuan tersebut, diantaranya yaitu: Perencanaan dan evaluasi program
sekolah, pengelolaan proses belajar, pengelolaan kurikulum, pengelolaan ketenagaan,
pengelolaan peralatan dan perlengkapan, pengelolaan keuangan dan lainnya.
Pelaksanaan desentralisasi pendidikan di Indonesia yaitu dengan diserahkannya otonomi
yang lebih besar pada daerah-daerah yang kemudian dilanjutkan ke lembaga pendidikan atau
sekolah, maka sekolah memiliki kewenangan otonomi yang lebih besar dalam mengelola
sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih mampu
mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
dimilikinya.Dan dalam pelaksanaanya perlu adanya pengambilan keputusan yang bersifat
partisipatif, demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA