Anda di halaman 1dari 19

MODUL

KAPITA SELEKTA SISTEM SOSIAL

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN


LAINNYA :
KONSEP KONVENSIONAL & KONSEP
SYARIAH

Dosen
S A F I R A, SE. Ak. M.Si

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
2009

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 1
POKOK BAHASAN:

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

DESKRIPSI

Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank,


mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis
bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut diharapkan sebagai wahana
yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan
efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Lembaga keuangan merupakan
perantara keuangan yang juga diharapkan sebagai prasarana pendukung yang
sangat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian.

TUJUAN INSTRUKSIONAL

Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. Mengetahui dan memahami Lembaga Keuangan Sebagai Perantara.
2. Mengetahui Bentuk Lembaga Keuangan
3. Mengetahui dan memahami jenis Lembaga Keuangan Bank beserta
pengertiannya.
4. Mengetahui dan memahami jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank beserta
pengertiannya

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 2
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

Pengertian Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan adalah semua badan atau Lembaga yang melalui kegiatannya
di bidang keuangan menarik dana dari dan menyalurkannya ke masyarakat.
Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang
menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini
diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan ini
adalah termasuk perbankan, building society (sejenis koperasi di Inggris) , Credit Union,
pialang saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun, dan
bisnis serupa lainnya.
Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi, pegadaian, perusahaan sekuritas,
lembaga pembiayaan, dan lain – lain)

Fungsi Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal
dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada
perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah
yang memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari
individu investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga resiko dari para investor
ini beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam
bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama
dari lembaga penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan. Contoh dari lembaga
keuangan adalah bank

Gambar. Proses Transaksi Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank

Bank

FUND
Bank Sentral, Bank Umum, BPR FUND
dan Bank Bagi Hasil

Unit Defisit Lembaga Keuangan Bukan Bank Unit Surplus

Lembaga Pembiayaan, Asuransi,


(Borrowers) INCOME INCOME (Lenders)
Dana Pensiun, Pegadaian, Pasar
Modal dan Pasar Uang
Klasifik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 3
Klasifikasi Lembaga Keuangan
Secara umum, lembaga keuangan tersebut dapat dikelompokkan dalam dua
bentuk, yaitu
1. Lembaga keuangan depositori atau sering disebut depository intermediary,
yaitu Lembaga Keuangan yang berdasarkan peraturan perundangan dapat
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan/kredit atau bentuk-bentuk lainnya
serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Lembaga keuangan yang
menawarkan jasa – jasa seperti ini adalah bank.
2. Lembaga keuangan non depositori atau sering disebut lembaga keuangan bukan
bank,
Yaitu Lembaga Keuangan yang dalam kegiatan usahanya tidak diperbolehkan
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Mengingat kegiatan utama lembaga keuangan adalah menghimpun dan


menyalurkan dana, maka perbedaan antara bank dan lembaga keuangan bukan bank
dapat dilihat melalui kegiatan utama mereka tersebut.

Perbedaan keduanya, dapat digambarkan sebagai berikut.


Tabel. Perbedaan Kedua Bentuk Lembaga Keuangan
Kegiatan Lembaga Keuangan
Bank Bukan Bank
Perhimpunan Secara langsung berupa simpanan Hanya secara tidak
Dana dana masyarakat (tabungan, giro, langsung dari masyarakat
deposito) dan, (terutama melalui kertas
berharga dan juga dari
penyertaan, pinjaman/
kredit dari lembaga lain).
Secara tidak langsung dari
masyarakat (kertas berharga,
penyertaan, pinjaman/kredit dari
lembaga lain).
Penyaluran Dana Untuk tujuan modal kerja, investasi, Terutama untuk tujuan
konsumsi. investasi.
Kepada badan usaha dan individu. Terutama kepada badan
usaha.
Untuk jangka pendek, menengah Terutama untuk jangka
dan panjang menengah dan panjang.

Berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No.


7/1992 tentang Perbankan, lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Umum dn BPR.
Bank umum dan BPR dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan usahanya atas dasar
prinsip bank konvensional atau bank berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan lembaga
keuangan bukan bank lebih bervariasi. Lembaga keuangan ini dapat berupa lembaga
pembiayaan (perusahaan sewa guna usaha, perusahaan modal ventura, perunsahaan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 4
anjak piutang, perusahaan pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit,
perusahaan perdagangan, surat berharga), usaha asuransi, dana pensiun, pegadaian,
pasar modal, dan lain-lain.

Lembaga Keuangan Bank


Sejak diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992, bank yang diakui secara resmi
hanya terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 serta UU No.23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sejarah Perbankan
Asal Mula Kegiatan Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman
kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke
Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika
dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik
di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan
dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal
sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu
mungkin penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang
lain. Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing
(Money Changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional
perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang
ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan
peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan
kembali kepada masyarakatyang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul
sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin
beragam.

Sejarah Perbankan di Indonesia


Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda.
Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia
Belanda. Bank-bank yang ada itu antara lain:
1. De Javasce NV.
2. De Post Poar Bank.
3. Hulp en Spaar Bank.
4. De Algemenevolks Crediet Bank.
5. Nederland Handles Maatscappi (NHM).
6. Nationale Handles Bank (NHB).
7. De Escompto Bank NV.
Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing
seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain:
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 5
2. Bank Nasional indonesia.
3. Bank Abuan Saudagar.
4. NV Bank Boemi.
5. The Chartered Bank of India.
6. The Yokohama Species Bank.
7. The Matsui Bank.
8. The Bank of China.
9. Batavia Bank.
Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi.
Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada
di zaman awal kemerdekaan antara lain:
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBCNISP),
didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung
2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang
dikenal dengan BNI '46.
3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal
dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.
5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi
Bank Amerta.
8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan
Bank Pasifik.
10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian
merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan.
Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), Bank Umum Syari'ah, dan juga BPR Syari'ah (BPRS).
Masing-masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.

Sejarah Bank Pemerintah


Seperti diketahu bahwa Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahnya,
yaitu Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankanpun tidak lepas dari pengaruh negara
yang menjajahnya baik untuk bank pemerintah maupun bank swasta nasional. Berikut
ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank-bank milik pemerintah, yaitu:
 Bank Sentral
Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No 13
Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun 1999.Bank ini
sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di nasionalkan di tahun 1951.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 6
 Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor
Bank ini berasal dari De Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur setelah
menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI) Unit II yang
bergerak di bidang rural dan expor impor (exim), dipisahkan lagi menjadi:
1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU No
21 Tahun 1968.
2. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi Bank
Expor Impor Indonesia.
 Bank Negara Indonesia (BNI '46)
Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah menjadi
Bank Negara Indonesia '46.
 Bank Dagang Negara(BDN)
BDN berasal dari Escompto Bank yang di nasionalisasikan dengan PP No 13
Tahun 1960, namun PP (Peraturan Pemerintah) ini dicabut dengan diganti
dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara. BDN merupakan
satu-satunya Bank Pemerintah yangberada diluar Bank Negara Indonesia Unit.
 Bank Bumi Daya (BBD)
BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Hendles Bank, kemudian
menjadi Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara
Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No 19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi
Daya.
 Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
 Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukumnya adalah UU No 13
Tahun 1962.
 Bank Tabungan Negara (BTN)
BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan
Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan terakhir
menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No 20 Tahun 1968.
 Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD), Bank
Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dan Bank
Expor Impor Indonesia (Ban Exim). Hasil merger keempat bank ini dilaksanakan
pada tahun 1999.

Klasifikasi Bank
Bank umum didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998 sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun


1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 7
Secara umum, BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibanding
Bank Umum. Bank umum dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari
masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito, sedangkan BPR tidak. Bank Umum
dapat melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dan dapat melakukan penyertaan
modal, sedangkan BPR tidak boleh sama sekali. Namun, dalam usaha perasuransian,
baik Bank Umum maupun BPR sama-sama tidak boleh melakukannya.

Fungsi Bank
1. Agent of Trust
2. Agent of Development (pemberian kredit utk pembangunan)
3. Agent of services (jasa transfer, save deposite box, jaminan bank)

Produk Bank
Beberapa produk dari perbankan antara lain adalah sebagai berikut :
- Tabungan
- Deposito
- Simpanan giro
- Kartu kredit
- ATM

Lembaga Keuangan Bukan Bank


1. Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan terdiri dari beberapa lembaga yaitu sewa guna usaha (leasing),
modal ventura, pembiayaan konsumen, jasa anjak piutang dan kartu plastik.

Leasing
Menurut keputusan Menteri Keuangan, No. 1169/KMK.01/1991 tertanggal 21
Nopember 1991 tentang kegiatan leasing atau sewa guna usaha, leasing adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal baik secara
leasing dengan hak opsi maupun leasing tanpa hak opsi untuk digunakan oleh lessee
(pihak yang memperoleh pembiayaan barang modal dari lessor--- pemberi jasa
pembiayaan) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala .

Modal Ventura
Modal ventura adalah suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan kepada suatu
perusahaan pasangan usahanya yang prinsip pembiayaannya adalah penyertaan
modal. Perusahaan yang menerima penyertaan modal dinamakan Investee Company
dan yang melakukan penyertaan modal dinamakan Perusahaan Ventura. Bentuk
pembiayaannya tidak semata penyertaan tapi juga obligasi dan pinjaman yang bersifat
khusus dengan syarat pengembalian dan balas jasa yang lebih lunak.

Pembiayaan Konsumen
Yang dimaksud dengan Pembiayaan Konsumen adalah suatu pinjaman atau
kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitur umtuk pembelian barang
dan jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 8
produksi maupun distribusi. Pihak yang memberikan pembiayaan disebut consumer
finance company.

Anjak Piutang
Anjak piutang atau Factoring merupakan suatu perjanjian antara pihak faktor dengan
klien yang mewajibkan pihak factor memberikan jasa berupa:
a. pembiayaan atas piutang dagang yang dimiliki oleh klien.
b. Non-pembiayaan berupa (a.l.) penagihan piutang dan administrasio penjualan.
Serta mewajibkan pihak klien untuk:
a. menjual atau menjaminkan piutangnya kepada pihak faktor.
b. Memberikan balas jasa finansial kepada factor.

Kartu Plastik
Kartu plastik merupakan suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan.
Kartu ini tidak hanya sebagai alat pembayaran tapi juga untuk penarikan tunai.

2. Pegadaian
Asal katanya, Gadai, menurut KUH Perada Pasal 1150 berarti suatu hak yang
diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang
bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang
mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai utang.
Seorang yang berutang tersebut memberikan kuasa kepada orang yang berpiutang
untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang
apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang
secara resmi memiliki izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa
pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai
seperti yang dimaksud diatas.

3. Pasar Modal
Pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar kongkret atau
abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana
jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya pihak penawar berasal dari
perusahaan asuransi, dana pensiun, bank-bank tabungan dengan pihka peminat seperti
pengusaha, pemerintah dan masyarakat umum.
Dalam arti sempit, pasar modal merupakan suatu tempat dalam pengerian fisik yang
terorganisasi dengan efek-efek (surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan)
diperdagangkan yang juga disebut bursa efek. Bursa efek sendiri adalah suatu system
yang terorganisir yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 9
4. Asuransi
Menurut Undang-undang No.2 / 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

5. Dana Pensiun
Sesuai UU No. 11/1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya. Tujuannya
untuk mensejahterakan karyawan perusahaan, terutama yang telah pensiun.

Referensi :

 Siamat, Dahlan, 1995, Manajemen Bank Umum, Cetakan Pertama, Intermedia.


Jakarta.

 Kasmir, 2005, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

 Rahardja, Prathama, dan Mandala Manurung, 2005, Teori Ekonomi Makro :


Suatu Pengantar Edisi ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 10
BANK SYARIAH DI INDONESIA

DESKRIPSI

Bank Syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 didasarkan pada
UU No.7 tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan Peraturan Pemerintah
(PP) No. 72 tahun 1992 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip bagi hasil
sebagai landasan hukum Bank Umum Syariah. Sedangkan sebagai landasan
hukum BPRS adalah UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan dan PP No. 73
tentang BPR yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Berdasarkan
perkembangan perbankan maka UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan
disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7
tahun 1992 tentang perbankan. Dalam UU No. 10 tahun 1998 tersebut telah
tercakup hal-hal yang berkaitan dengan perbankan syariah

TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat:
5. Memahami bank syariah dengan system bagi hasil.
6. Mengetahui Landasan Hukum Bank Syariah.
7. Mengetahui jenis – jenis bank syariah.
8. Memahami perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.
9. Memahami perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem bunga.
10. Mengetahui sistem dan operasional bank syariah.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 11
BANK SYARIAH DI INDONESIA

15.1. Landasan Hukum Bank Syariah


Pengertian Perbankan menurut Pasal 1 butir 1 UU No. 7 tahun 1992 adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Apabila melihat UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan memang tidak ada
aturan tentang Bank Syariah ( khususnya bank umum syariah ) karena dalam UU
tersebut secara umum hanya menjelaskan tentang perbankan konvensional, kecuali
dalam Pasal 13.c yang mengatur tentang Usaha BPR berdasarkan prinsip bagi hasil.
Bank Syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 didasarkan pada
UU No.7 tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan Peraturan Pemerintah (PP) No.
72 tahun 1992 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan
hukum Bank Umum Syariah.
Sedangkan sebagai landasan hukum BPRS adalah UU No.7 tahun 1992 tentang
perbankan dan PP No. 73 tentang BPR yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil.
Berdasarkan perkembangan perbankan maka UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No.
7 tahun 1992 tentang perbankan. Dalam UU No. 10 tahun 1998 tersebut telah tercakup
hal-hal yang berkaitan dengan perbankan syariah
Dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 pengertian bank, bank umum dan BPRS
disempurnakan menjadi :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat alam bentuk kredit dan atau bentuk
– bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau ”berdasarkan prinsip usaha syariah” yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada pasal 1 butir
13 UU tersebut sbb :
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usah,a atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil ( mudharabah ), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal ( musyarakah ), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan ( murabahah ) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan ( ijarah ) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak oleh pihak lain ( ijarah wa iqtina ).
Dengan dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998 maka PP No. 72 tahun 1992 dan
PP No. 73 tahun 1992 dicabut dengan PP No. 30 tahun 1998.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 12
15.2. Jenis - jenis Bank Syariah
1. Bank Umum Syariah
Peraturan Bank Indonesia no 6/24/PBI/2004 tertanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank
Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut yaitu :
a. Surat Edaran Bank Indonesia No. 32/2/UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank umum berdasarkan prinsip syariah.
b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tertanggal 12 Mei
1999 tentang Bank umum berdasarkan prinsip syariah.

2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR Syariah)


Peraturan Bank Indonesia no 6/17/PBI/2004 tertanggal 1 Juli 2004 tentang Bank
Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah.
Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut yaitu :
a. Surat Edaran Bank Indonesia No. 32/4/UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.
b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR tertanggal 12 Mei
1999 Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

3. Bank Konvensional yang membuka Usaha Syariah ( Cabang Syariah )


a. Keputusan Direksi BI No. 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Umum.
b. Peraturan Bank Indonesia No. 4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002 tentang
perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip
Syariah oleh Bank Umum Konvensional.

15.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan,
terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer
yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP,
proposal, laporan keuangan dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan
mendasar diantara keduanya. Perbedaan itu dapat dilihat dalam tabel berikut.

NO BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL


1 Melakukan investasi yang halal saja. Investasi yang halal dan
haram (bebas nilai).
2 Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli atau Memakai perangkat bunga.
sewa.
3 Profit dan falah oriented (kemenangan kedua Profit oriented.
belah pihak).
4 Hubungan kemitraan dengan nasabah. Hubungan antara debitur dan
kreditur.
5 Penghimpunan dan penyaluran dana harus Tidak terdapat dewan sejenis.
sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah (DPS).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 13
15.4. Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga.

Perihal Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga


Penentuan besarnya hasil. Sesudah berusaha, Sebelumnya.
sesudah ada untungnya.
Yang ditentukan Menyepakati proporsi Bunga, besarnya nilai
sebelumnya. pembagian untuk untuk Rupiah.
masing-masing pihak,
misalnya 50:50, 40:60,
35:65, dst.
Jika terjadi kerugian. Ditanggung kedua pihak, Ditanggung nasabah saja.
nasabah dan lembaga.
Dasar perhitungan. Dari untung yang bakal Dari dan yang dipinjamkan,
diperoleh, belum tentu fixed, tetap.
besarnya.
Titik perhatian usaha. Keberhasilan usaha Besarnya bunga yang
menjadi perhatian bersama: harus dibayar nasabah atau
nasabah dan lembaga. pasti diterima bank.
Besarnya prosentase. Proporsi: (%) kali jumlah Pasti: (%) kali jumlah
untung yang belum pinjaman yang telah
diketahui = belum diketahui. diketahui pasti.

15.5. Sistem dan Operasional Bank Syariah

1. Fungsi Bank Syariah


a. Manajer Investasi
Yang mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad
mudharabah atau dengan bertindak sebagai agen investasi.
b. Investor
Yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang
dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai
dengan prinsip syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai nisbah yang
disepakati antara pihak bank dan pemilik dan pemilik dana.
c. Jasa Keuangan
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank
non-syariah yaitu sebagai penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran,
misalnya memberikan jasa kliring, transfer dan lain-lain, sepanjang tidak
bertentangn dengan prinsip syariah.
d. Fungsi Sosial
Yaitu pengembangan fungsi sosial berupa pengelolaan dana ZIS (zakat,
infaq, shadaqah) serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

2. Karakteristik Bank Syariah


Bank syariah beroperasi atas dasar prinsip bagi hasil (profit sharing), hal ini
merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara
keseluruhan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 14
Bank syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan,
keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan
berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari
prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik antara lain sebagai berikut :
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya,
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money),
c. Konsep uang sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas,
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif,
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang,
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.

3. Transaksi Muamalah
Transaksi adalah kejadian ekonomi atau keuangan yang melibatkan paling tidak
dua pihak yang saling melakukan pertukaran, melibatkan diri dalam perserikatan usaha,
pinjam meminjam, dan lain – lain atas dasar suka sama suka ataupun dasar suatu
ketetapn hukum atau syariat yang berlaku.
a. Penghimpunan dana
Sebagaimana pada bank konvensional, penghimpunan dana di bank umum
syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito sedangkan BPRS hanya
melayani tabungan dan deposito namun demikian mekanisme operasional
penghimpunan dana ini harus disesuaikan dengan prinsip syariah. Prinsip
operasional syariah yang telah diterapkan secara luas dalam penghimpunan
dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
Prinsip Wadi’ah
Al-wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya baik individu
maupun bdan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendaki.
Pada pelaksanaannya, wadi’ah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu wadi’ah yad
al-amanah dan wadi’ah yad adh-dhamana.
- Wadi’ah yad al-amanah
Pihak yang pertama menerima titipan tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak yang memberikan
titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya
penitipan.
- Wadi’ah yad adh-dhamanah
Pihak yang pertama menerima titipan boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan tanpa izin pemilik
barang atau uang dan harus bertanggung jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dalam penggunaan barang atau uang tersebut menjadi hak
penerima titpan, dalam hal ini bank sebagai penerima titipan dapat
memberikan insenstif berupa bonus kepada si penitip.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 15
Prinsip Mudharabah
Tujuan dari mudharabah adalah kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal)
dan pengelola dana (mudharib) dalam hal ini bank. Jika terjadi kerugian maka
bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.
Secara garis besar mudharabah dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai
berikut :
- Mudharabah Muthalaqah
Penerapan mudharabah muhlaqah dapat berupa tabungan dan deposito
sehingga terdapt dua jenis penghimpunan dana yaitu : tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada
pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
- Mudahrabah Muqayyadah
Jenis ini merupakan simpanan khusus yang terikat, di mana pemilik dana
(shahibul maal) memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya.
Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan
dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

b. Penyaluran dana
Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman kepada prinsip kehati-
hatian. Sehubungan dengan hal ini bank diwajibkan untuk meneliti secara
seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan yang
sehat.

Prinsip Jual Beli (Ba’i)


Prinsip ini meliputi Murabahah, Salam, dan Istishna’
- Bai’ Al-Murabahah
Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan
segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh. Prinsip ini umumnya
diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi.
- Bai’ As-Salam
Adalah pembelian barang untuk penghantaran yang ditangguhkan
dengan pembayaran di muka. Bank sebagai pembeli, dan nasabah
sebagai penjual. Dalam transaksi ini ada kepastian tentang kualitas,
harga dan waktu peyerahan. Prinsip ini biasanya diterapkan pada
pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau industri
sejenis lainnya.
- Bai’ Istishna’
Prinsip ini menyerupai salam, namun pada prinsip ini pembayran dapat di
muka, dicicil atau di belakang. Istishna’ umumnya diterapkan dalam
pembiayaan manufaktur, industri kecil-menengah dan kontruksi.

Prinsip Sewa (Ijarah)


Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri. Prinsip ini dilandasi dengan adanya pemindahan manfaat,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 16
pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek
transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Dalam dunia usaha dikenal dengan finance lease. Pada akhir masa sewa, bank
dapat menjual barang yang disewakannya kepda nasabah. Karena itu dalam
perbankan syariah dikenal ijarah wa iqtina / ijarah muntahiyyah bittamlik (sewa
yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan jual disepakati
pada awal perjanjian. Objek sewa harus bermanfaat dan dibenarkan oleh syariah
dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur.

Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Prinsip bagi hasil atau syirkah meliputi musyarakah, mudharabah muthlaqah,
dan mudharabah muqayyadah.
- Musyarakah
Adalah kerjasama dalam suatu uasaha oleh dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam perbankan musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan
proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk
mebiayai proyek tersebut. Modal disetor dapat berupa barang
perdagangan, uang, property, dan barang-barang lainnya yang dapat
dinilai dengan uang. Semua modal dicampur untuk dijadikan modal
proyek dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut
serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh
pelaksana proyek.
- Mudharabah Muthlaqah
Kerjasama di mana shahibul maal memberikan dana 100% kepada
mudharib yang memiliki keahlian. Jumlah modal yang diserahkan kapada
nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa
uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam uang. Apabila modal
diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati
bersama.
- mudharabah muqayyadah
Pada dasarnya sama dengan mudharabah muthlaqah perbedaanya
terletak pada adanya pembatasan modal sesuai dengan permintaan
pemilik modal.

c. Produk Jasa
Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa, akad ini
dioperasionalkan denga pola sebagai berikut :
- Al-Hiwalah (alih hutang piutang)
Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya.
- Ar-Rahn (gadai)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 17
Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya, barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis.
- Al-Qardh (pinjaman kebaikan)
Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan.
- Al-Wakalah (penyerahan)
Pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepda yang lain dalam hal-hal
yang diwakilkan.
- Al-Kafalah (jaminan)
Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dalam
pengertian lain mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai peminjam.

4. Transaksi Ijtima
Transaksi ijtima atau kesejahteraan sosial merupakan salah satu fungsi yang
tidak terpisahkan dalam perbankan syariah. Dalam melakukan fungsi sosial tersebut
bank syariah/ Unit Usaha Syariah wajib membentuk satuan kerja yang mengelola dana
kebajikan.
Sumber dana kebajikan dapat diperoleh dari zakat, infaq, shodaqoh, hibah atau
dana sosial lainnya. Sedangkan penyalurannya ditujukan kepada orang yang berhak
(mustahiq), yang terdiri dari 8 golongan, yaitu (a) Fakir, (b) Miskin, (c) ’Amil (pengelola
zakat), (d) Mualaf (orang yang baru masuk Islam), (e) Hamba Sahaya, (f) Gharimin
(orang yang banyak hutangnya), (g) Sabilillah, dan (h) Ibnu Sabil. Dana tersebut
disalurkan antara lain dalam bentuk santunan (grant) ataupun pinjaman kebajikan
(Qardhul Hasan).
Penyaluran Dana Kebajikan :
 Pinjaman kebajikan (Qardhul Hasan)
 Santunan Kebajikan

Ringkasan Produk Bank Syariah :


a. Penghimpunan Dana
No. PRODUK/JASA PRINSIP SYARIAH
1. Giro wadi’ah yad adh-dhamana
2. Tabungan wadi’ah yad adh-dhamana dan Mudharabah
3. Deposito Mudharabah
4. Simpanan Khusus Mudharabah Muqayyadah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 18
b. Penyaluran Dana dan Jasa Perbankan
No. PRODUK/JASA PRINSIP SYARIAH
1. Dana Talangan Qardh
2. Penyertaan Musyarakah
3. Sewa Beli Ijarah Muntahiyah Bittamlik (Ijarah Wa Iqtina)
4. Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah, Musyarakah, atau Murabahah
5. Pembiayaan Proyek Mudharabah atau Musyarakah
6. Pembiayaan Sektor Bai As Salam
pertanian
7. Pembiayaan untuk akuisisi Ijarah Muntahiyah Bittamlik
aset
8. Pembiayaan Ekspor Mudharabah, Musyarakah, atau Murabahah
9. Anjak Piutang Hiwalah
10. Letter of Credit L/C Wakalah
11. Garansi Bank Kafalah
12. Inkaso, Transfer Wakalah dan Hawalah
13. Pinjaman Sosial Qardhul Hasan
14. Surat Berharga Mudharabah, Qardh, Bai’ Al Dayn
15. Safe Deposit Box Wadi’ah Amanah
16. Jual Beli Valas Sharf
17. Gadai Rahn

15.6. Lembaga Syariah Lainnya

Dewasa ini dikembangkan pula asuransi syariah, pegadaian syariah dan


reksadana syariah. Seperti halnya bank syariah, juga diupayakan selalu berada dalam
koridor syariah.

Daftar Pustaka

 Wiyono, Slamet, 2005, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah


Berdasar PSAK dan PAPSI , Grasindo, Jakarta.

 Antonio, Muhammad Syafi’i , 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema
Insani, Jakarta.

 Harahap, Sofyan Syafri, dkk, 2006, Akuntansi Perbankan Syariah, LPFE – Usakti,
Jakarta.

 Yusuf, Muhammad dan Muhammad Syafi’i Antonio, 2006, Pengantar Ilmu Ekonomi
dan Perbankan Syariah, Ganeca Press, Jakarta.

 Siamat, Dahlan, 2004, Manajemen Lembaga Keuangan , Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, SE.Ak.M.Si KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL 19

Anda mungkin juga menyukai