Anda di halaman 1dari 10

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN

Resume ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Ibadah

Dosen Pengampu
Hasan Basri, M.Ag

Disusun Oleh :

1. Muhammad Farikh Fauzi (933800118)


2. Baharudin Alun Effendy (933809619)

KELAS B / SMT. IV

Program Studi Ilmu Al-Qur’an & Tafsir

Fakultas Ushuluddin & Dakwah

IAIN Kediri

2020
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Al- Qur’an merupakan kalam Allah yang merupakan mukjizat terbesar yang diberikan
kepada Nabi Muhammad, yang berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab Allah lain yang
diturunkan pada nabi-nabi sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur) yang masih berupa mushaf/
lembaran-lembaran/gulungan-gulungan, juga hanya berlaku pada masa kenabian tersebut.
Berbeda halnya dengan Al-Qur’an yang merupakan kitab Universal, yang digunakan sebagai
pedoman bagi setiap insan yang ada di dunia ini dalam menapaki hidup, agar selamat dan
berhasil baik di dunia maupun diakhirat, baik mereka (orang yang tidak mengimani Al-Qur’an)
percaya ataupun tidak.
Mengenai keutamaan Al-Qur’an, baik secara keseluruhan maupun keutamaan dari surat-
surat dalam Al-Qur’an, sungguh terdapat banyak hadist Nabi yang menerangkan keutamaan Al-
Qur’an itu sendiri, bahkan walaupun kita baru membacanya, pahalanya sangat besar sekali di sisi
Allah Azza wa Jalla, apalagi apabila kita mengkaji dan memahami kandungan yang terdapat
dalam Al-Qur’an juga mengamalkannya, sungguh kita akan menjadi manusia pilihan yang
dijanjikan Allah yaitu termasuk ke dalam golongan orang-orang bertaqwa, sesuai dengan firman
Allah dalam Q.S Al Baqarah[2] ayat 2 :
ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكتَاب اَل ري‬ ِ
‫ني۝‬
َ ‫ب ۛ فيه ۛ ُه ًدى ل ْل ُمتَّق‬
َ َْ ُ َ ‫َٰذل‬
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”
Dari Usman bin Affan ‫ رضي اهلل عنه‬, "Rasulullah ‫ صلي اهلل عليه وسلم‬bersabda:

ُ‫َخْي ُر ُكم َم ْن َت َعلَّ َم ال ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬


“Sebaik-baik engkau semua ialah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya
pula.” (Riwayat Bukhari)
Mempelajari Al-Qur’an tidak sebatas hanya belajar membaca saja tetapi termasuk juga
memikirkan, memahami, mendalami dan sekaligus melaksanakan ajaran-ajarannya.
Jika di lihat dari segi pahala dan keutamaannya. Al-Qur’an menyimpan sekian banyak
pahala dan keutamaan bagi orang yang membaca, mempelajari, memahami dan
mengamalkannya. Orang yang mahir membaca Al-Qur’an maka pada hari kiamat akan di
kumpulkan bersama rombongan malaikat yang mulia. Sedangkan bagi orang yang terbata-bata
dalam membacanya akan mendapatkan dua pahala, yaitu pahala dia membaca Al-Qur’an dan
pahala kesungguhan dalam membacanya dengan baik dan benar.
Akan tetapi kebaikan, keutamaan dan pahala tersebut tidak dapat di rasakan kecuali
orang-orang yang diberi taufik dan hidayah Allah Ta’ala agar mau beriman kepadanya,
membaca, mempelajarinya, dan mampu mengaplikasikannya. Adapun orang yang ingkar
terhadapnya, tidak mau beriman kepadanya, tidak mau membaca maupun mempelajarinya,
apalagi mengamalkannya, maka sekali-kali dia tidak akan merasakan manfaat sedikitpun.
Bahkan Al-Qur’an akan menjadi sebab di hinakan dan di sesatkannya orang tersebut, dan akan
menjadi hujjah (alasan) di hadapan Allah Ta’ala untuk menyiksakan pada hari kiamat.
Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah SAW bersabda; “Belajarlah Al-Qur’an dan bacalah ia.
Sesungguhnya perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang mempelajarinya, lalu membacakannya
dan mengamalkannya, adalah seperti sebuah mangkuk terbuka yang penuh dengan kasturi.
Baunya semerbak menyebar ke seluruh tempat. Dan perumpamaan orang yang belajar Al-
Qur’an tetapi tidur sedangkan Al-Qur’an berada dalam hatinya, adalah seperti mangkuk yang
penuh kasturi, tetapi mulutnya tertutup.” (HR. Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban)
Orang yang mempelajari dan membaca Al-Qur’an ditengah malam dalam sholat
diibaratkan sebuah mangkuk kasturi yang terbuka, yang baunya menyebar keseluruh tempat.
Orang yang sibuk menghafal, mempelajari, atau memahami Al-Qur’an sehingga tidak
sempat berdo’a, maka Allah akan mengaruniakan kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada
yang diberikan kepada orang yang berdo’a. Dengan demikian semakin lengkaplah betapa besar
keutamaan dalam mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an.
Adapun cara yang bisa ditempuh untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an adalah
sebagai berikut:
1. Meyakini dan mengimani segi-segi akidah dan informasi yang ada didalam Al-Qur’an
2. Mematuhi perintah dan larangan serta mempraktikannya dalam perilaku sehari-hari baik
terhadap diri maupun orang lain.
Salah satu keutamaan membaca Al-Qur’an dari Sunnah Rasulullah SAW adalah
dikumpulkan bersama malaikat. Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Nabi Muhammad
SAW bersabda:

‫َجَر ِان‬ ٌّ ‫ َوالَّ ِذي َي ْقَرأُ الْ ُق ْرآ َن َو َيتََت ْعتَ ُع فِْي ِه َو ُه َو َعلَْي ِه َش‬,‫الس َف ِر الْ ِكَر ِام الَْبَر َر ِة‬
ْ ‫اق لَهُ أ‬
ِ
ِ ‫اهر بِالْ ُقر‬
َّ ‫آن َم َع‬ ْ ُ َ‫امل‬
"Orang yang membaca al-Qur'an dan ia mahir dalam membacanya maka ia
dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca
al-Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya, maka ia mendapat
dua pahala." (Muttafaqun 'alaih)
Inilah sebagian dari anjuran dan keutamaan membaca al-Qur`an, dan yang perlu diingat
bahwa pahala membaca al-Qur`an diperoleh bagi siapa pun yang membacanya, walau tidak
memahami makna dan tafsirnya. Kendati demikian kalau bisa memahaminya pahalanya tentu
lebih baik dan lebih banyak pahalanya. Sebagian ulama menyebutkan beberapa hikmah
keistimewaan membaca al-Qur`an yang pahalanya bisa diperoleh kendati tidak memahamainya,
di antaranya adalah:
1. Sebagai faktor penting untuk menjaga keutuhan dan keaslian al-Qur`an dari perubahan
dan campur tangan manusia, seperti yang menimpa kitab-kitab sebelumnya.
2. Membentuk persatuan kaum muslimin secara bahasa, memperkuat persatuan agama, dan
memudahkan sarana komunikasi di antara mereka serta memperkokoh barisan mereka.
3. Sebagai langkah pertama bagi pembaca al-Qur`an untuk tadabbur, memahami dan
mengamalkan al-Qur`an.
Setelah kita dianjurkan membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-Qur’an kita juga
diperintahkan untuk menjaga dan membaca Al-Qur’an secara tetap, sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW:

‫َش ُّد َت َفلُّتاً ِم َن ا ِإلبِ ِل يف عُ ُقلِ َها‬ ِ ٍ


َ ‫س حُم َّمد بِيد ِه هَلُو أ‬
ِ َّ
ُ ‫اه ُدوا َه َذا الْ ُقرآ َن َف َوالذي َن ْف‬
َ ‫َت َع‬
"Berta'ahudlah kepada al-Quran - yakni peliharalah untuk selalu membaca al-Quran itu
secara tetap waktunya-, sebab demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman
kekuasaanNya, niscayalah al-Quran itu lebih sangat mudah terlepasnya daripada seekor unta
yang ada di dalam ikatan talinya." (Muttafaq 'alaih)
Allah SWT telah menjelaskan dalam Q.S. Yunus tentang Al-Qur’an. Yaitu pada Qs.
Yunus[10] ayat 57 :
ِِ ِ ُّ ‫َّاس قَ ْد َجاءَتْ ُك ْم َم ْو ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِش َفاءٌ لِ َما يِف‬
َ ‫الص ُدو ِر َو ُه ًدى َو َرمْح َةٌ ل ْل ُم ْؤمن‬
‫ني۝‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.”
Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan 4 keutamaan Al-Qur’an. Tetapi tidak hanya 4
keutamaan Al-Qur’an saja yang terkandung dalam ayat tersebut. Allah berfirman “Wahai
Manusia, sungguh telah datang mau’idhoh (peringatan) dari Rabb-Mu, dan obat bagi setiap
penyakit yang ada dalam hatimu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman”. Allah SWT menyebutkan dalam ayat tersebut 4 keutamaan Al-Qur’an. Yang pertama
adalah sebagai peringatan bagi setiap diantara kita. Yang kedua adalah sebagai obat. Tentunya
maksud obat disini mencakup 2, yakni obat bagi hati kita untuk menyembuhkan sifat kekafiran,
kesyirikan, hasad, iri, dengki, dan sifat-sifat buruk serta Al-Qur’an ini sebagai obat bagi penyakit
kita yakni penyakit jasad sebagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita
meruqiyah orang sakit menggunakan Al-Qur’an.
Al-Qur’an sebagai hidayah petunjuk bagi kita, bagi orang-orang yang bertakwa dan
sebagai rahmah yang didalamnya mengandung kasih sayang. Namun, kapankah Al-Qur’an
menjadi petunjuk bagi kita dan menjadi peringatan bagi kita ?
Maka, ada 3 perkara yang harus dilalui oleh setiap orang yang dengan itu orang akan
mendapatkan keutamaan dari Al-Qur’an. Yang pertama adalah Membacanya, mempelajari, dan
menelaah Al-Qur’an. Oleh sebab itu, Imam Ghazali menyebutkan dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin.
Diriwayatkan bahwasanya Kaum Salafus Shalih orang-orang sebelum kalian mereka
membaca Al-Qur’an di waktu malam, dan mereka mengamalkannya di waktu siang. Kemudian
para ulama baik dari kalangan sahabat ataupun para tabi’in, dan para sahabat berkata:
Salafus Shalih mengatakan siapa yang ingin tahu bahwa dirinya cinta kepada Allah maka
hadapkan kepadanya Al-Qur’an, beri dia Al-Qur’an. Kalau dia mencintainya, dia membacanya,
dia menelaahnya maka pertanda bahwa dirinya memang cinta kepada Allah SWT. Para sahabat
mengatakan siapa diantara kita menclaim cinta kepada Allah maka bukti kecintaannya adalah
dengan membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah Kalamullah. Oleh sebab itu diriwayatkan
seorang ulama terdahulu yang bernama Ibnu Syuja, ketika beliau Sakaratul Maut akan meninggal
dunia, maka biasa seperti kita pada hari ini ketika orang merasakan dekat kematian maka dia
mengumpulkan orang-orang di sekitarnya. Lalu dia berkata kepada orang-orang di sekitarnya :
Beliau mengatakan sesungguhnya aku telah mengkhatamkan, menyelesaikan membaca
Al-Qur’an di rumah ini sebanyak 3000 kali dalam shalat. Ini menunjukkan perbedaan antara kita
dengan Salafus Shalih itu terletak pada Al-Qur’an. Sehingga ada ulama pada hari ini ketika
ditanya Apa sikap Salafus Shalih dengan Al-Qur’an ? Maka beliau menjawab sikapnya seperti
kita dengan hp pada hari ini. Kita dengan hp hari ini, jika kita pergi tidak membawa hp seperti
hilang salah satu organ tubuh kita, dan Salafus Shalih hidup memperlakukan Al-Qur’an sama
seperti kita dengan hp pada hari ini. Mereka senantiasa bersama dengan Al-Qur’an, setiap waktu
dijadikan bagian dalam membaca Al-Qur’an. Bagaimana mungkin kita mendapat hidayah dan
petunjuk serta mengobati diri kita dengan Al-Qur’an tanpa kita membaca Al-Qur’an. Yang
kedua adalah tadabbur yakni mentadabburi maknanya dan kita memahami makna yang ada di
dalamnya. Bagaimana Al-Qur’an ini dapat menjadi hidayah bagi kita karena menurut para ulama
isi dari Al-Qur’an ada 3 yaitu pertama adalah berisi berita yaitu nama Allah, sifat Allah,
keagungan Allah. Berita yang telah lalu dari para Nabi dan berita yang akan datang tentang hari
Kiamat yang mewajibkan kita membenarkan dan mengimaninya. Yang kedua isi Al-Qur’an
adalah berupa perintah dan larangan. Yang mewajibkan kita jika perintah itu melakukan dan
larangan itu meninggalkan. Yang ketiga isi dari Al-Qur’an adalah berita isinya yaitu kabar
gembira dan ancaman. Bagaimana orang mukmin akan bisa mengimani hal-hal yang wajib
diimani ketika orang mukmin ini tidak mempelajari makna Al-Qur’an, dan bagaimana kita bisa
melaksanakan perintah Allah jika kita tidak faham ini perintah ini, itu, dan lain-lain. Dan
demikian juga kita tidak mungkin menghindari larangan Allah kalau kita tidak faham makna-
makna Al-Qur’an.
Maka sebab itu dalam sebuah hadits bahwa Nabi SAW menyebutkan celaan tentang kisah
orang Khawarij yang mereka membaca Al-Qur’an tetapi tidak memahami maknanya. Nabi SAW
mengatakan :
“Mereka membaca Al-Qur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka tidak
medapatkan hidayah dari Al-Qur’an. Mereka tidak mendapatkan petunjuk dari Al-Qur’an.
Mengapa ? Karena mereka tidak memahami maknanya ataupun mereka keliru dalam
memahami maknanya.” Maka dari itu, wajib bagi kita untuk memahami makna yang terkandung
di dalam Al-Qur’an.
Ibnu Abbas meriwayatkan “lebih baik aku membaca surat Al Zalzalah atau Al Qariah
dengan memahami maknanya daripada aku membaca surat Al-Baqarah atau Ali Imran tanpa
faham maknanya.”
Yang ketiga, kewajiban kita dengan Al-Qur’an adalah kita sebagai seorang mukmin harus
berhujjah dan menjadikan setiap argumentasi kita berdasarkan Al-Qur’an. Dan menjadikan Al-
Qur’an sebagai pedoman hukumnya. Sekedar contoh, apakah kita tahu manakah ayat yang berisi
tentang tauhid, mana ayat yang memerintahkan shalat, mana ayat yang memerintahkan kita
menunaikan zakat, manakah ayat yang melarang kita untuk meminum khamr. Banyak kaum
muslimin diantara kita yang faham akan Al-Qur’an ini adalah hujjah kita dan argumentasi bagi
kita tetapi kita tidak pernah mempelajari dalil ini untuk perkara ini, dalil ini untuk hokum ini.
Maka dari itu kewajiban setiap mukmin mempelajari Al-Qur’an minimalnya dengan 3 langkah
yaitu membaca, memahami, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai dalil. Melalui langkah tersebut
insyaallah kita akan medapat rahmat, petunjuk, dan hidayah dari Al-Qur’an.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an, jika kita merujuk pada Qs.
Muzammil[73] ayat 4

‫أ َْو ِز ْد َعلَْي ِه َو َرت ِِّل الْ ُق ْرآ َن َت ْرتِياًل‬


“atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”
Dijelaskan pada Tafsir Ibnu Katsir, maksud dari ayat ini adalah Bacalah Al-Qur’an
dengan Tartil, perlahan-lahan (konsisten) karena sesungguhnya bacaan seperti ini membantu
untuk memahami dan merenungkan makna yang dibaca dan memang demikianlah bacaan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Syeikh DR. Aiman Suwaid seorang ulama Ahli Qira’ah juga menjelaskan yang dimaksud
dengan Tartil adalah :

‫جتويد احلروف ومعرفة الوقوف‬


“Setiap huruf diberikan haknya, makharijul hurufnya tepat, sifatul hurufnya benar, jelas,
dan sesuai aturan dalam Ilmu Tajwid. Dan yang kedua, Waqafnya benar, dimana tempat kita
berhenti dan dimana tempat kita memulai kembali.” (disampaikan pertama kali oleh Imam Ibnul
Jazari, Beliau mengutip perkataan sahabat Ali r.a ketika ditanya tentang makna tartil.
Ulama membagi kategori tartil menjadi 3. Mengapa dari segi bacaan, tartil hanya dibagi
menjadi 3 ? Karena umumnya manusia bisa dengan mudah membedakan 3 hal, contohnya
warna. Secara komputer, gradasi warna bisa banyak bahkan tak terhingga, tetapi manusia hanya
dapat menangkap dengan jelas 3 saja. Misal warna merah, kalau tidak merah muda, merah
sedang, dan merah tua.
Permisalan tersebut sama seperti tingkatan bacaan Al-Qur’an, yaitu 3 macam antara lain :
1. At-Tahqiq (lambat)
Tahqiq adalah membaca Alquran dengan tingkatan yang lamban dan suara yang jelas
sambil benar-benar menyempurnakan serta menjaga hak dan mustahak huruf. Membaca dengan
tahqiq afdhal dan sangat baik dalam proses kegiatan belajar mengajar. Contoh bacaan dengan
tingkatan ini adalah bacaan Syaikh Mahmud Khalil Al-Hushari yang sudah tersebar rekamannya
atau Syaikh Abdullah Ali Bashfar versi Mujawwad. Temasuk dalam tingkatan tahqiq juga adalah
bacaan yang biasa disandungkan oleh Qari Mu’ammar ZA.
2. At-Tadwir (sedang)
Tadwir adalah membaca Alquran dengan tingkatan sedang, yakni berada diantara tahqiq
dan hadr. Bacaan dengan tingkatan ini biasanya digunakan dalam lima waktu. Contoh bacaan
dengan tingkatan ini adalah bacaan Syaikh Misyari Rasyid Al-‘Afasi atau para masyaik lain yang
sudah banyak tersebar. Rata-rata rekaman Murattal Alquran juga menggunakan tingkatan ini
3. Al-Hadr (relatif cepat)
Hadr adalah membaca Alquran dengan tingkatan cepat sambil tetap menjaga hukum-
hukum tajwid dengan sempurna. Hendaklah berhati-hati dari mengurangi hak dan mustahak
huruf, meninggalkan ghunnah, tidak memanjangkan mad, atau merusak harakat. Bacaan dengan
tingkatan ini biasanya digunakan saat tadarrus pribadi atau bacaan dalam solat tarawih karena
rakaat yang panjang, sehingga tempo bacaan dipercepat untuk memberikan keringanan kepada
makmum. Contoh bacaan hadr adalah bacaan Syaikh Su’ud Asy-Syuraim atau syaikh
Addurrahman As-Sudais serta para masyaikh lain saat mengimami shalat tarawih.
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, tujuan dari pembagian ini adalah disamping bacaan kita fasih, kita
juga tadabbur (berusaha merenungkan makna) agar lantunan Al-Qur’an kita sampai ke hati,
membuat iman kita bertambah, dan merasa takut kepada Allah SWT.
Adapun nilai-nilai tarbawi yang dapat diambil dari hadits-hadits di atas yang berkenaan
dengan keutamaan Al-Qur’an, dorongan membaca, mempelajari dan mengamalkannya,
diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Bagi pendidik dan peserta didik dianjurkan untuk senantiasa membaca, mempelajari
serta mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Telah kita ketahui bahwasanya esensi dari hidup ini adalah untuk beribadah, sebagaimana
firman Allah SWT. yang artinya “dan kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk
menyembah-Ku”. Dari situlah berarti ibadah merupakan suatu kewajiban, dimana apabila tidak
mengerjakannya mendapatkan dosa. Ibadah memiliki arti luas, ada ibadah mahdloh dan ada juga
ibadah ghoir mahdloh. Membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-qur’an merupakan
kewajiban kita semua yang mana itu semua adalah ibadah.
Adapun Allah SWT memerintahkan sesuatu hal berarti terdapat hikmah atau manfaat
untuk kebaikan manusia itu sendiri. Ketika kita dianjurkan untuk membaca, mempelajari serta
mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari itu semua selain merupakan kewajiban kita
terdapat banyak manfaat. Dengan membaca Al-qur’an kita mendapatkan pahala, mempelajarinya
lebih dalam dapat mendapatkan ilmu pengetahuan karena sumber ilmu pengetahuan adalah Al-
qur’an, dan mengamalkan Al-qur’an diharapkan terbentuknya jiwa dan akhlaq Qur’ani baik itu si
pendidik ataupun si peserta didik, karena seperti halnya Rasulullah SAW, beliau adalah manusia
yang berakhlaq Al-qur’an.
2. Sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk membaca, mempelajari serta
mengamalkan Al-Qur’an sejak dini dan menjaganya sampai akhir hayat.
Perintah membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-qur’an itu diperintahkan sejak
dini supaya setelah dewasa jadi terbiasa untuk terus mengamalkan Al-qur’an. Selain itu juga,
setelah terbiasa menbaca, mempelajari, serta mengamalkan Al-qur’an itu dianjurkan untuk
menjaganya sampai akhir hayat. Maksudnya, kebiasaan tersebut yakni membaca, mempelajari,
serta mengamalkan Al-qur’an yang sudah dilatih sejak dini harus bisa di istiqomahkan atau di
dawamkan hingga Allah SWT. memanggil kita. Karena hal itu semua memiliki keistimewaan
dan keutamaannya bagi orang tersebut yang mau membaca, mempelajari, serta mengamalkan Al-
qur’an sejak dini dan mengistiqomahkannya sampai akhir hayat yang salah satunya Al-qur’an
tersebut kelak di Yaumil Qiamat akan memberi syafaat kepada ahlinya yaitu orang-orang yang
mau membaca Al-qur’an, mempelajari serta mengamalkannya secara istiqomah.
3. Menunjukkan betapa agung dan mulianya Al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab
lainnya sebelum Al-Qur’an.
Al- Qur’an merupakan kalam Allah yang merupakan mukjizat terbesar yang diberikan
kepada Nabi Muhammad, yang berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab Allah lain yang
diturunkan pada nabi-nabi sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur) yang masih berupa mushaf/
lembaran-lembaran/ gulungan-gulungan, juga hanya berlaku pada masa kenabian tersebut.
Selain itu juga Al-qur’anpun memiliki keistimewaan dan keutamaan dibandingkan
dengan kitab-kitab yang lainnya diantaranya Al-qur’an member pedoman dan petunjuk hidup
lengkap beserta hokum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh umat manusia
dimanapun berada serta disegala zaman atau oeriode waktu, Al-qur’an memiliki ayat-ayat yang
mengagumkan sehingga pendengar ayat suci Al-qur’an dapat dipengaruhi jiwanya, Al-qur’an
memutus rantai yaqlid yang menghilangkan kebebasan berfikir serta memperlemah kemampuan
berupaya dan berkarya manusia, Al-qur’an juga memberikan gambaran umum ilmu alam
sehingga merangsang perkembangan berbagai ilmu dan banyak sekali mengenai keistimewaan
dan keutamaan Al-qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab yang lainnya.
4. Al-Qur’an sebagai penentu derajat (tinggi atau rendahnya) di syurga bagi pembacanya.
Telah kita ketahui bahwa perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang mempelajarinya, lalu
membacakannya dan mengamalkannya, adalah seperti sebuah mangkuk terbuka yang penuh
dengan kasturi. Baunya semerbak menyebar ke seluruh tempat. Dan perumpamaan orang yang
belajar Al-Qur’an tetapi tidur sedangkan Al-Qur’an berada dalam hatinya, adalah seperti
mangkuk yang penuh kasturi, tetapi mulutnya tertutup.
Selain itu juga, perumpamaan orang mu'min yang suka membaca al-Qur’an ialah separti
buah jeruk utrujah, baunya enak dan rasanya pun enak dan perumpamaan orang mu'min yang
tidak suka membaca al-Qur’an ialah separti buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis.
Adapun perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Qur’an ialah separti minyak
harum, baunya enak sedang rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka
membaca al-Qur’an ialah separti rumput hanzhalah, tidak ada baunya dan rasanyapun pahit.
5. Menumbuhkan rasa cinta kepada Al-Qur’an sehingga kita senantiasa bersemangat
dalam membaca, mempelajari dan mentadaburi Al-Qur’an juga melaksanakan ajaran-
ajarannya baik itu berupa perintah ataupun berupa larangan.
Begitu banyak keistimewaan dan keutamaan bagi orang yang membaca, mempelajari
serta mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Maksudnya yaitu dengan
melaksanakan ajaran-ajarannya baik itu berupa perintah ataupun berupa larangan, maka dari itu
diharapkan kita semua bersemangat untuk membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-qur’an
sehingga timbulah rasa cinta terhadap Al-qu’an itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai