Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya
manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut
untuk menggunakan fisik atau jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan
tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dan melalui rohaninya
manusia dituntut untuk senantiasa dapat mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena diantara
keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang sesuai kodratnya. Suatu
peradaban timbul karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya factor manusianya yang
melaksanakan peradaban tersebut.
Masyarakat yang beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun
dan kebaikan budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai makna
hakiki manusia beradab dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan
pribadi dan kepentingan umum.
Dalam rangka melaksanakan tugas matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, maka kami
membuat makalah tentang Manusia dan Peradaban untuk mengetahui tentang pengertian adab dan
peradaban, mengetahui pengertian manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab,
mengetahui pengertian evolusi dan apa saja tahapan-tahapan peradaban, mengetahui pengertian
dan cakupan kebudayaan sosial, mengetahui apa saja wujud dari peradaban, mengetahui pengertian
tradisi, modernisasi dan masyarakat madani, mengetahui pengertian ketenangan, kenyamanan,
ketentraman dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab, dan mengetahui problematika
peradaban bagi kehidupan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
7. Apakah ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia
beradab?
7. Mengetahui ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia
beradab.
II. PEMBAHASAN
Menurut Damono sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari bahasa
Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.[1]
Etika yaitu nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan
dalam mengatur tingksh laku manusia.
Estetika yaitu berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, kesatuan,
keselarasan dan kebalikan.
Menurut Fairchild sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban” adalah
perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia
pendukungnya.[2]
Menurut Bierens De Hans “peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik dan
teknik. Jadi, peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis, sedangkan
kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih murni diatas tujuan yang
praktis hubungannya dengan masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian kebudayaan yang halus
dan indah seperti kesenian.[3] Dengan demikian “peradaban” adalah tahapan tertentu dari
kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah
mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang
telah maju. Masyarakat tersebut dapat dikatakan telahmengalami proses perubahan sosial yang
berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks.
Manusia disamping sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk
sosial budaya, dimana saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai makhluk Tuhan manusia
memiliki kewajiban mengabdi kepada Sang Kholik, sebagai makhluk individu manusia harus
memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan sebagai makhluk sosial budaya manusia harus hidup
berdampingan dengan manusia lain dalam kehidupan yang selaras dan saling membantu.
Manusia sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya
mempunyai tanggungjawab seperti anggota masyarakat lain, agar dapat melangsungkan hidupnya
dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manusia yang bertanggungjawab adalah manusia yang
dapat menyatakan bahwa tindakannya itu baik dalam arti menurut norma umum.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi aturan-
aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai-nilai kehidupan yang ada di
masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial, sehingga
dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan
kedamaian. Dan inilah sesungguhnya makna hakiki sebagai manusia beradab.[4]
Konsep masyarakat adab dalam pengertian yang lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam suatu masyarakat yang adil, setiap orang
menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya dianggap paling cocok bagi setiap orang
tersebut, yang tentunya perlu adanya keselarasan dan keharmonisan. Namun demikian keinginan
manusia untuk mewujudkan keinnginannya atau haknya sebagai salah satu bentuk pemenuhan
kebutuhan hidup, tidak boleh dilakukan secara berlebihan bahkan merugikan manusia lain. Manusia
dalam menggunakan hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya tidak boleh melampaui batas
atau merugikan kepentingan orang lain. Sebagai suatu anggota masyarakat yang beradab manusia
harus bisa menciptakan adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Jadi, perlu adanya suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Evolusi diajukan sebagai faktor kebudayaan pada sekitar pertengahan abad ke – 19 dan
dengan segera pula menjadi kategori budaya yang sangat populer. Mereka yang menerapkan
gagasan evolusi pada pertumbuhan kebudayaan tidak begitu melukiskan proses yang sungguh-
sungguh terjadi, melainkan hanya menyusun sebuah artificial selection diantara ratusan peristiwa
dan kejadian yang laludiurutkan menurut skema evolusi. Menurut JWM Baker SJ[5], mereka tidak
sampai menerangkan jalan kebudayaan dengan teori evolusi, tetapi mencoba membuktikan evolusi
dengan data budaya yang ada.
Proses evolusi kebudayaan hanya dipandang dari jauh, yakni dengan mengambil jangka waktu
yang panjang, misalnya beberapa ribu tahun yang lalu, maka akan menampakkan perubahan-
perubahan besar yang seolah menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan
kebudayaan yang bersangkutan. Perubahan – perubahan tersebut direkonstruksi dengan
menganalisa sisa-sisa dari benda hasil kebudayaan manusia pada jaman dahulu yang antara lain
digali dari lapisan bumi diberbagai tempat.[6]
Menurut Alfin Tofler tahapan peradaban dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu :[7]
1. Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan baru dari
budaya meramu ke bercocok tanam (revolusi agraris).
2. Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik, mesin
untuk mobil dan pesawat terbang (revolusi industri).
3. Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan teknologi informasi dan
komunikasi (ICT) dengan komputer atau alat komunikasi digital.
Menurut John Naisbitt mengemukakan bahwa era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi,
yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu :
Perubahan sosial merupakan gejala yang akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-
unsur yang ada didalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Gillin dan Gillin[10] mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk sesuatu variasi
dari cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis,
kebudayaan materiil, kompetisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
peubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut.
Menurut Selo Sumardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga
kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, termasuk didalamnya
nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantaranya kelompok dalam masyarakat. Menurutnya
antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama, yaitu keduanya
bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara –cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat
memenuhi kebutuhannya.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan
interaksi yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Cara yang paling sedderhana untuk memahami
terjadinya perubahan sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang
terjadi dalam masyarakat sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang dianalisis dari
berbagai segi :
b. Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam
masyarakat.
Beberapa faktor dikemukakan oleh para ahli untuk menerangkan sebab – sebab perubahan sosial
yang terjadi, beberapa pendekatan sebagai berikut :
1) Analisis Dialektika
Analisis perubahan sosial yang menelaah syarat – syarat dan keadaan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan dalam suatu sistem masyarakat. Hal ini dirumuskan oleh Hegell Marx sebagai
dialektika artinya thesis antisynthesis.
Teori tunggal menerangkan sebab – sebab perubahan sosial, atau pola kebudayaan dengan
menunjukkan kepada satu faktor penyebab. Teori tunggal maupun deterministik menurut Soerjono
Soekanto (1983) tidak bertahan lama, timbulnya pola analisis yang lebih cermat dan lebih didasarkan
fakta.
Kebudayaan teori – teori mengenai arah perubahan sosial mempunyai kecenderungan yang bersifat
kumulatif atau evolusioner.
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan
tahapan tertentu semula dari bentuk sederhana kemudian yang kompleks sampai pada tahap yang
sempurna. Pelopor teori ini adalah Agust Comte dan Hebert Spenser.
2) Teori Multilinier
Teori ini pada artinya menggambarkan suatu metodologi didasarkan pada suatu asumsi yang
menyatakan bahwa perubahan sosial atau kebudayaan yang didapatkan gejala keteraturan yang
nyata dan signifikan. Teori ini tidak mengenal hukum atau skema apriori, tetapi teori ini lebih
memperhatikan tradisi dalam kebudayaan dan dari berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian –
bagian tertentu.
2.5 Wujud Peradaban
Peradaban adalah wujud kebudayaan sebagai hasil kreatifitas manusia baik yang bersifat
materiil berupa benda-benda yang kasat mata dan dapat diraba, seperti candi borobudur, bangunan
gedung atau rumah, mobil, perlatan kerja, dan sebagainya, maupun yang bersifat non – materiil
dalam bentuk nilai, moral, norma, dan estetika.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat sopan santun
pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa memegang teguh nilai-nilai
yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan
keburukan didalam hidu manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak – gerik pikiran dan
rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat
merupakan perbuatan.[11]
Etika merupakan suatu ajaran yang melakukan refleksi kritis atas norma ajaran moral. Tugas
etika adalah mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia.
Secara dikotomisada etika deskriptif yang berusaha mengkaji secara kritis dan rasional tentang
sikap dan pola perilaku manusia, dan apa yang dikerjakan oleh manusia dalam hidup sebagai sesuatu
yang bernilai. Sedangkan etika normatif adalah berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia (berupa norma-norma).
Menurut Th. L. Vanhoeven (dalam Oman Sukmana), norma berasal dari kata “normalis”, yang
berarti menurut petunjuk, kaidah, kebiasaan, kelaziman, patokan, standart, ukuran.[12] Norma –
norma mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda – beda, yaitu :[13]
1. Folkways, yakni norma-norma yang berdasar kebiasaan atau kelaziman dalam tradisi, dan apabila
dilanggar tidak ada sanksinya, tetapi hanya dianggap aneh dan menjadi sasaran pembicaraan umum
saja.
2. Mores (tata kelakuan), yakni norma moral yang menentukan suatu kelakuan tergolong benar atau
salah, baik atau buruk. Individu yang melanggar mores akan dihukum.
Moral adalah nilai – nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan. Moralitas
adalah sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus hidup secara baik sebagai manusia, dan
sekaligus merupakan petunjuk kongkrit yang siap pakai tentang bagaimana seseorang itu harus
hidup.
Dalam realitas budaya pengembangan kebudayaan dikembangkan melalui nilai – nilai estetika
yang tidak terlepas dari nilai – nilai etika, moral, norma dan hukum yang berlaku.
Secara etimologis istilah “estetika” berarti “teori tentang ilmu penginderaan”. Tetapi
kemudian diberi pengertian yang dapat diterima lebih luas ialah “teori tentang keindahan dan seni”.
[14]
Manusia memiliki sensibilitas esthethis, karena itu manusia tak dapat dilepaskan dari
keindahan. Manusia membutuhkan keindahan dalam kesempurnaan (keutuhan) pribadinya. Tanpa
estetika ini, kemanusiaan tidak lagi mempunyai perasaan dan semua kehidupan akan menjadi steril.
1. Tradisi
Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa, merupakan satu
penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. Oleh karena itu, maka tiap
bangsa didunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri – sendiri yang satu dengan yang lainnya berbeda
satu sama lain.
Adat istiadat yang hidup serta yang berhubungan dengan tradisi rakyat yang merupakan adat
kebiasaanturun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat karena adanya penilaian bahwa cara
– cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar, serta hal ini merupakan sumber
yang mengagumkan bagi kekayaan budaya bangsa.
Didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, adat yang dimiliki oleh daerah – daerah suku –
suku bangsa adalah berbeda – beda, meskipun demikian dasar dan sifatnya adalah satu, yaitu
keindonesiaannya. Oleh karena itu, maka adat bangsa Indonesia itu dikatakan ber“bhinneka”. Adat
bangsa Indonesia yang “Bhinneka Tunggal Ika” ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.
2. Modernisasi
a. Konsep Modernisasi.
Modernisasi dimulai di Italia abad ke – 15 dan tersebar di sebagian besar ke dunia Barat dalam
lima abad berikutnya. Manifesto proses modernisasi pertama kali terlihat di Inggris dengan
meletusnya revolusi industri pada abad ke – 18, yang mengubah cara produksi tradisional ke
modern.
Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar, dimana produksi
barang konsumsi dan sarana dibuat secara masal.
Di bidang politik, dikatakan bahwa ekonomi yang modern memerlukan ada masyarakat nasinal
dengan integrasi yang baik.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang modernisasi, yaitu :[15]
a) Modernisasi menurut Cyril Edwin Black, yaitu rangkaian perubahan cara hidup manusia yang
kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang universal dan yang dalam
banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan manusia.
b) Menurut Kentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia
sekarang ini. Hal itu berarti bahwa untuk mencapai tingkat modern harus berpedoman kepada dunia
sekitar yang mengalami kemajuan.
c) Menurut Schorrl (1980), modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi ke
dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda – beda tetapi tujuan utamanya
untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan nyaman dalam arti yang seluas – luasnya.
d) Smith (1973), mengatakan bahwa modernisasi adalah proses yang dilandasi dengan seperangkat
rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan
masyarakat yang kontemporer yang menurut penilaian lebih maju dalam derajat kehormatan
tertentu.
b. Syarat-syarat Modernisasi.
Modernisasi bersifat preventif, dan kontraktif agar proses tersebut tidak mengarah pada
angan – angan. Modernisasi dapat terwujud melalui beberapa syarat, yaitu :
Sistem administrasi negara yang baik yang benar – benar mewujudkan birokrasi.
Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu atau lembaga
tertentu.
Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat komunikasi masa.
Tingkat organisasi yang tinggi, disatu pihak disiplin tinggi bagi pihak lain di pihak pengurangan
kepercayaan.
c. Ciri-ciri Modernisasi.
Modernisasi merupakan salah satu modal yang ditandai dengan ciri – ciri :
Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta orientasi kebendaan yang
berlebihan.
Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan menumpuk kekayaan.
3. Masyarakat Madani
Karena bidang politik pada masa lalu selalu dikaitkan dengan negara, maka muncul
konsep civil society sebagai arena bagi warga negara yang aktif dalam politik. Tetapi lebih luas lagi
konsep ini sering juga dikaitkan dengan peradaban masyarakat, yaitu suatu kualitas kebudayaan
masyarakat yang ditandai oleh supremasi hukum.
2.7 Ketenangan, Kenyamanan, Ketentraman dan Kedamaian sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab
Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia dalam hidupnya selalu bergaul dan berkumpul
serta hidup bersama – sama dengan manusia lainnya dalam satu tempat dan waktu tertentu yang
disebut masyarakat. Dalam masyarakat manusia saling mengadakan hubungan dan kerjasa
(interaksi) antara yang satu dengan yang lain. Itulah sebabnya filosofis terkenal Aristoteles
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Kehidupan bersama atau berkelompok dari manusia itu, mempunyai beberapa tujuan
tertentu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menghindarkan diri dari marah bahaya, dan
melanjutkan keturunan.
Sebagai diketahui bahwa manusia disamping sebagai makhluk sosial juga makhluk individu,
dimana dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhan sendiri tanpa menghiraukan kepentingan orang
lain. Manusia harus ada keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jika
tidak maka dapat menimbulkan kekacauan, pertentangan diantara sesama manusia sehingga
keteraturan, ketetraman tidak akan terwujud.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukan pedoman – pedoman hidup tentang
bagaimana seorang berbuat terhadap orang lain atau bagaimana manusia harus bertingkah laku
dalam masyarakat. Pedoman - pedoman hidup yang dimaksud seperti
aturan – aturan, norma – norma adat – istiadat, ogeran dan wejanga atau nilai-nilai kehidupan yang
ada di masyarakat. Jika manusia telah dapat menciptakan hal – hal tersebut, maka sesungguhnya
manusia telah dapat memahami arti atau makna hakiki sebagai manusia beradab.
2.8 Peradaban dan Problematikanya bagi Kehidupan Manusia
Arus modernisasi dan globalisasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk
dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk ke seluruh belahan dunia, hal
ini membawa pengaruh bagi seluruh bangsa di dunia, termasuk di dalamnya bangsa Indonesia.
Kemajuaan bidang teknologi, komunikasi dan informasi yang demikian pesat sebagai sebuah
perkembangan peradaban manusia kadang kala menimbulkan problematika bagi kehidupan
manusia. Sebagai contoh (handphone) dengan berbagai fasilitas yang ada didalamnya, dapat
memberikan manfaat yang sangan besaar kalau digunakan secara baik, tetapi sebaliknya jika
digunakan secara tidak baik akan menimbulkan dampak negatif.
Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan agar kita mampu membangunan bangsa agar
tetap eksis di tengah – tengah arus modernisasi dan globalisasi yang semakin kuat, adalah dengan
meningkat peran lembaga pendidikan untuk terus mengali ilmu pengetahuan dan teknologi serta
informasi tanpa menghilangkan jati diri Indonesia melalui pelestarian nilai – nilai dan moral bangsa
Indonesia.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata “adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi
pekerti. Peradaban adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah
mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh
tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi
aturan – aturan, norma – norma, adat – istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai – nilai kehidupan
yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial,
sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman
dan kedamaian.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat sopan santun
pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa memegang teguh nilai-nilai
yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_16.htm
http://indonetasia.com/definisionline/?p=974
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/JID/article/view/2154
http://www.google=pengaruhglobalisasiterhadapeksistensikebudayaandaerah.com
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar oleh Suratman, SH., M.Hum, Drs. MBM Munir, MH dan Umi Salamah,
S.Pd.