Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TERAPI HIPERBARIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Terapi Komplementer


Dosen Pengampu : Ns. Hammad, M. Kep

Oleh:
KELOMPOK 3

1. Astriani Narulita P07120118050


2. Elmira Yanuarti P07120118060
3. Indah Tia Putriany P07120118069
4. Mina Andriani P07120118084
5. Muhammad Sarman P07120118093
6. Rina Sulastri P07120118109
7. Yuli Eva Ermawati P07120118119

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
BANJARBARU
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “Terapi Hiperbarik” tepat pada waktunya.

Makalah ini telah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Terapi

Komplementer. Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, serta ucapan terima kasih kepada

Bapak Ns. Hammad, M. Kep sebagai dosen mata kuliah Terapi Komplementer

yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini hingga akhirnya makalah ini

dapat terselesaikan.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penuli berharap semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................................................1
C. Rumusan Masalah....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Terapi Hiperbarik..............................................................................4
1. Definisi...............................................................................................................4
2. Ruang Terapi Hiperbarik....................................................................................5
3. Indikasi Terapi Hiperbarik.................................................................................6
4. Kontraindikasi Terapi Hiperbarik......................................................................7
5. Komplikasi Terapi Hiperbarik...........................................................................7
B. Fisiologi Terapi Hiperbarik....................................................................................18
1. Hukum Henry...................................................................................................18
C. Mekanisme Kerja Terapi Hiperbarik......................................................................20
D. Manfaat Terapi Hiperbarik.....................................................................................21
E. Peran Perawat Dalam Terapi Hiperbarik................................................................21
1. Pra Terapi ........................................................................................................21
2. Intra HBO.........................................................................................................21
1. Post HBO .........................................................................................................21
F. SOP Terapi Hiperbarik............................................................................................21
1. Pengertian...........................................................................................................4
2. Tujuan.................................................................................................................5
3. Prosedur..............................................................................................................6

2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................23
B. Saran...............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang

digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan

terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terapi

komplementer dan alternatif merupakan praktik dan ide yang didefinisikan

oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi

kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi

komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan diintegrasikan

dengan terapi modern yang dapat mempengaruhi keharmonisan individu dari

aspek biologis, psikologis, dan spiritual.

Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji

klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai

dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk

yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip holistik pada

keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai

berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer.

Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu

kembali pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori

Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka, kompleks,

mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan

4
pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung,

dan reiki. Selain itu, terdapat juga terapi oksigen hiperbarik sebagai salah

satu contoh dari terapi komplementer.

Penggunaan awal terapi oksigen hiperbarik (HBOT) dimulai dengan

upaya untuk meringankan masalah pernapasan penduduk kota besar selama

revolusi industri. HBOT merupakan bidang ilmu yang belum sepenuhnya

dieksplorasi, dan penggunaannya dalam banyak kondisi belum banyak bukti

uji klinis terkontrol yang menyimpulkan manfaat dari perawatan ini secara

signifikan lebih unggul daripada terapi lain. Secara ilmiah terjadi efektivitas

penggunaannya dalam proses patologis pada kasus hipoperfusi, infeksi,

iskemia atau infark, baik akut maupun kronis (Huchim, Rivas-Sosa, Rivera-

Canul, & Mendez-Dominguez, 2017). Terapi oksigen hiperbarik (HBOT)

telah digunakan dalam praktik klinis, medis dan kesehatan untuk mengobati

penyakit dekompresi, keracunan karbon monoksida, infeksi klostridial, dan

meningkatkan penyembuhan luka. Sejalan waktu, terjadi perkembangan yang

lebih baru dari terapi ini mampu menyembuhkan dan memperbaiki berbagai

kondisi seperti sindrom kompartemen, luka bakar, radang dingin, dan

gangguan pendengaran sensorineural.

Efektivitas terapi oksigen hiperbarik harus selalu dievaluasi sebagai

terapi acuan dalam pengobatan dengan dasar patologi yang melibatkan

hipoperfusi, infeksi, iskemia atau proses infark, yang jika digunakan dengan

tepat dan baik, dapat membantu pasien untuk sembuh, pulih dalam waktu

yang lebih singkat, memiliki lebih sedikit gejala sisa sehingga penting

5
sebagai sensitivitas atau fungsi, yang secara langsung akan mempengaruhi

kualitas hidup, sosialisasi, produktivitas dan kualitas hidup pasien (Huchim et

al., 2017; Poff etal., 2011). Maka dari itu, diperlukan peran perawat yang

komperehensif dalam pelaksanaan terapi hiperbarik secara efektif dan

optimal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar penggunaan terapi hiperbarik?

2. Bagaimana dasar fisiologi terapi hiperbarik?

3. Apa saja manfaat penggunaan terapi hiperbarik?

4. Apa saja peran perawat dalam terapi hiperbarik?

5. Bagaimana standar operasional prosedur terapi hiperbarik?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar penggunaan terapi hiperbarik

2. Mahasiswa dapat mengetahui dasar fisiologi terapi hiperbarik

3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat penggunaan terapi hiperbarik

4. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja peran perawat dalam terapi

hiperbarik

5. Mahasiswa dapat mengetahui standar operasional prosedur terapi

hiperbarik

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TERAPI HIPERBARIK

1. Definisi Terapi Hiperbarik

Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT) adalah suatu terapi dengan

pemberian oksigen konsentrasi 100% dan tekanan lebih dari 1 atmosfer

absolut (ATA), yang dilakukan di ruang udara bertekanan tinggi/ruang

hiperbarik dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer (Atm). Regimen HBO

(hiperbarik oksigen) menggunakan tekanan 1,5 hingga 2,5 Atm untuk

durasi 30 hingga 90 menit, yang dapat diulang beberapa kali. Waktu antara

dan jumlah total sesi berulang sangat bervariasi. Tujuan terapi oksigen

hiperbarik untuk perawatan dan pengobatan beberapa penyakit seperti

emboli intravaskular, penyakit dekompresi, infeksi anaerob, keracunan CO

(Shahriari, Khooshideh, & Heidari, 2014).

Terapi oksigen hiperbarik merupakan sebuah terapi yang

menggunakan oksigen 100% di dalam suatu chamber dengan tekanan

lebih besar daripada tekanan laut (satu atmosfer absolut/ATA).

Peningkatan tekanan ini bersifat sistemik dan dapat diaplikasikan di

dalam monoplace chamber maupun multiple chamber (Ali et al, 2004;

Grill & Bell et al, 2004; Biomedical engineering, 2014).

Terapi oksigen hiperbarik menggambarkan seseorang yang

menghirup oksigen 100 % pada tekanan lebih besar dari permukaan laut

7
untuk waktu yang ditentukan-biasanya 60 hingga 90 menit. Tekanan

atmosfir, udara yang kita hirup terdiri dari 20,9 persen oksigen, 79 persen

nitrogen, dan 0,1 persen gas inert. Udara normal memberikan tekanan

karena memiliki berat dan berat ini ditarik ke arah pusat gravitasi bumi.

Tekanan yang dialami dinyatakan sebagai tekanan atmosfer. Tekanan

atmosfer di permukaan laut adalah 14,7 pound per inci persegi (psi).

Atmospheres Absolute (ATA dalam HBOT) ATA mengacu pada ukuran

tekanan yang sebenarnya dimanapun lokasi seseorang berada. Dengan cara

ini, kedalaman standar dapat dicapai apakah terletak di atas atau di bawah

permukaan laut (Hampson, 1999; Huchim et al., 2017).

Terapi hiperbarik oksigen adalah modalitas pengobatan di mana

seseorang bernafas 100% oksigen dalam ruangan dengan tekanan atmosfer

yang meningkat. Perawatan dilakukan dalam satu ruangan tunggal (satu

orang) biasanya dikompresi dengan oksigen murni dan multiplace ruang

(sekitar 2-14 pasien) dengan oksigen murni dan pasien bernapas melalui

masker wajah, tudung, atau tabung endotrakeal. Selama perawatan,

tekanan pada arteri sering melebihi 2000 mmHg dengan kadar 200-400

mmHg pada jaringan. Tekanan yang diberikan saat berada di dalam

ruangan perawatan biasanya 2 hingga 3 atmosfer absolut (ATA), jumlah

tekanan atmosfer (1 ATA) ditambah tekanan hidrostatik tambahan yang

setara dengan satu atau dua atmosfer (1 atmosfer = tekanan 14,7 pound per

inci persegi atau 101 kPa). Waktu perawatan 1,5-2 jam, tergantung pada

indikasi dan dapat dilakukan 1-3 kali sehari.

8
2. Ruang Terapi Hiperbarik

Ruang hiperbarik dapat terdiri dari dua jenis: tunggal atau ganda.

Sementara tekanan terjadi di tempat duduk tunggal melalui oksigen dan

peningkatan tekanan bersifat sistemik, ruang multiplace diberi tekanan

dengan udara dan oksigen disuplai kepada pasien melalui masker, helm,

atau tabung endotrakeal, tergantung kasusnya. (Gill & Bell, 2004).

Ruangan hiperbarik pada dasarnya dibedakan menjadi 4 yaitu:

a. Monoplace chamber : chamber yang digunakan untuk pengobatan

satu orang penderita.

Gambar 2.1 Monoplace chamber

b. Multiplace chamber : chamber yang digunakan untuk pengobatan

beberapa penderita pada waktu yang bersamaan dengan bantuan

masker untuk setiap pasiennya.

9
Gambar 2.2 Multiplace chamber

c. Animal chamber : chamber yang digunakan untuk penelitian

khususnya untuk binatang (seperti mencit dan kelinci).

Gambar 2.3 Animal chamber

d. Portable chamber : suatu jenis chamber yang dapat digunakan atau

dibawa ke tempat kejadian (seperti hyperlite).

Gambar 2.4 Portable chamber

3. Indikasi Terapi Hiperbarik

Penting untuk mengetahui indikasi untuk terapi hiperbarik. Indikasi

meliputi penyakit dekompresi, emboli udara, keracunan karbon

monoksida, cedera, anemia kehilangan darah akut, abses intrakranial, luka

bakar termal, fasciitis nekrotikans, gas gangren, dan kehilangan

10
pendengaran akut. Kondisi tersebut perlu mendapat perawatan terapi

oksigen hiperbarik.

Pada umumnya pusat hiperbarik merawat pasien dengan dengan

kondisi nonalergi seperti penyembuhan luka yang buruk, cedera radiasi

yang tertunda, osteomielitis kronis dan flap. Sangat penting bagi tim medis

yang merawat untuk mengenali indikasi hiperbarik yang muncul (Chen et

al., 2019). Menurut Undersea & Hyperbaric Medical Society (UHMS)

indikasi untuk terapi oksigen hiperbarik adalah; emboli udara atau

keracunan gas karbon monoksida; keracunan sianida; inhalasi asap

myostitis dan mionekrosis klostridial (gangren gas); cedera; sindrom

kompartemen, dan iskemia perifer akut lainnya. Penyakit dekompresi;

peningkatan penyembuhan pada luka; anemia kehilangan darah yang

banyak; abses intrakranial; infeksi jaringan lunak nekrotikans;

osteomielitis refraktori; flap dan cangkok kulit (terganggu); cedera radiasi

(jaringan lunak dan nekrosis tulang); luka bakar termal (Chen et al., 2019;

Mathieu, Marroni, & Kot, 2017).

4. Kontraindikasi Terapi Hiperbarik

a. Kontraindikasi absolut

Kontraindikasi absolut adalah pneumothoraks yang belum

dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen hiperbarik dapat

dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi pneumothoraks tersebut

(LAKESLA, 2009).

11
b. Kontraindikasi relatif

1) ISPA

2) Sinusitis kronik

3) Penyakit kejang

4) Emfisema yang disertai retensi CO2

5) Panas tinggi yang tidak terkontrol

6) Riwayat pneumothoraks spontan

7) Riwayat operasi dada dan telinga

8) Infeksi virus

9) Spherositosis kongenital

10) Riwayat neuritis optik

11) Kerusakan paru asimptomatik yang ditentukan pada penerangan atau

pemotretan dengan sinar X (LAKESLA, 2009).

5. Komplikasi Terapi Hiperbarik

a. Barotrauma telinga, paru, dan gigi

b. Keracunan oksigen

c. Gangguan neurologis

d. Fibroplasia retrolental

e. Katarak

f. Trantsientmiopia reversible

12
B. FISIOLOGI TERAPI HIPERBARIK

Efek HBOT (didasarkan pada regulasi gas, dan efek fisiologis dan

biokimia dari hiperoksia. Terdapat 3 hukum yang berperan dalam terapi

oksigen hiperbarik, yaitu (Gill & Bell, 2004):

1. Hukum Boyle

Pada suhu tetap, tekanan berbanding terbalik dengan volume Rumus

à P1 V1 = P2 V2 = P3 V3. Ini adalah dasar untuk banyak aspek terapi

hiperbarik. Dasar ini terjadi ketika tuba eustachius tertutup mencegah

pemerataan tekanan gas sehingga kompresi gas memberikan rasa nyeri di

telinga bagian tengah. Pada pasien yang tidak bisa secara independen

melakukan ekualisasi tekanan, tympanostomy harus dipertimbangkan

untuk menyediakan saluran antara bagian dalam dan ruang harus

dipertimbangkan untuk menyediakan saluran antara bagian dalam dan

ruang telinga bagian luar. Demikian pula gas yang terperangkap dapat

membesar dan membahayakan selama dekompresi, seperti pneumothorakx

yang terjadi selama pemberian tekanan.

2. Hukum Dalton

Tekanan total suatu campuran gas adalah sama dengan jumlah

tekanan parsial dari masing-masing bagian gas.

13
Rumus à P = P1 + P2 + P3 + . . .

3. Hukum Henry

Jumlah gas terlarut dalam cairan atau jaringan berbanding lurus

dengan tekanam parsial gas tersebut dalam cairan atau jaringan pada suhu

yang tetap. Ini adalah dasar teori untuk meningkatkan tekanan oksigen

jaringan dengan dengan pengobatan HBO.Implikasi pada kasus dimana

seseorang bernafas menggunakan oksigen 100% bertekanan tinggi,

sehingga konsentrasi gas inert pada jaringan (terutama nitrogen) juga

meningkat. Nitrogen dapat larut dalam darah dan juga dapat keluar dari

plasma membentuk emboli gas arterial selama fase dekompresi.

Fisiologi dari HBO bermacam-macam yakni:

1. Hiperoksigenasi atau peningkatan jumlah oksigen terlarut dalam

jaringan. Sebagian besar oksigen yang dibawa dalam darah terikat

dalam hemoglobin (Hb2O2), dimana 97% tersaturasi pada tekanan

atmosfer, namun beberapa oksigen dibawa oleh plasma. Pada bagian ini

akan meningkat pada terapi hiperbarik sesuai dengan Hukum Henry

yang akan memaksimalkan oksigen jaringan. Ketika menghirup udara

normobarik, tekanan oksigen arteri adalah sekitar 100 mmHg, dan

tekanan oksigen jaringan sekitar 55 mmHg. Namun, oksigen 100%

pada tekanan 3 ATA dapat meningkatan tekanan oksigen arteri 2000

14
mmHg, dan tekanan oksigen jaringan menajdi sekitar 500 mmHg, dan

hal ini memungkinkan pengiriman 60 ml oksigen per liter darah

(dibandingkan dengan 3 ml.l pada tekanan atmosfer), yang cukup untuk

mendukung jaringan berisitirahat tanpa kontribusi dari hemoglobin.

Karena oksigen terlarut banyak didalam plasma maka dapat

menjangkau daerah-daerah yang terhambat dimana sel-sel darah merah

tidak bisa lewat, dan juga dapat mengaktifkan oksigenasi jaringan

bahkan meskipun terdaapt gangguan hemoglobin yang berperan dalam

pengangkutan oksigen, seperti pada keracunan gas karbon monoksida

dan anemia berat (Andrew, 2001).

2. Peningkatan gradien difusi oksigen ke dalam jaringan. Tekanan partial

oksigen yang tinggi dalam kapiler darah memberikan gradien yang

besar untuk proses difusi oksigen dari darah ke jaringan. Keadaan

tersebut sangat berguna untuk jaringan yang hipoksia akibat angiopati

mikrovaskular seperti pada diabetes dan radiation necrosis. Selain itu

HBO juga membantu menstimulasi angiogenesis dan mengatasi defek

patologis primer karena penurunan infiltrasi leukosit dan vasokonstriksi

dalam jaringan iskemik (Andrew, 2001).

3. Vasokonstriksi arteriolar. Hyperoxic menyebabkan vasokonstriksi yang

cepat dan signifikan pada sebagian besar jaringan.HBO juga biasanya

meningkatkan resistensi vaskular sistemik, bradiakrdi serta menurunkan

CO sebanyak 10-20%, dengan stroke volume masih dipelihara.

Meskupun demikian, hal ini masih dikompensasi oleh peningkatan

15
pengangkutan oksigen plasma yang dua kali besar daripada baisanya

(Gill dan Bell, 2004).

4. Efek terhadap pertumbuhan bakteri (antimikroba). HBO yang

meningkatkan pembentukan radikal bebas oksigen, yang mengoksidasi

protein dan lipid membran, yang kemudian akan menyebabkan

kerusakan DNA sehingga mencegah multiplikasi, menghambat fungsi

metabolisme bakteri serta memfasilitasi sistem peroksidase yang

digunakan leukosit untuk membunuh materi. HBO sangat efektif

terhadap bakteri anaerob dan bakteri microaerophilic.

5. Efek pada perfusion injury. HBO menstimulasi pertahanan melawan

radikal bebas oksigen dan peroksidase lipid yang terjadi.

Apda reperfusion injury, leukosit menempel pada endotel venule,

kemudian terjadi pengeluaran unidentified humoral mediators yang

menyebabkan konstriksi arteriol lokal. HBO mecegah proses tersebut

dengan memperbaiki hidup dari kulit atau bahkan tungkai yang

diimpantasi (Andrew, 2001).

C. MEKANISME KERJA TERAPI HIPERBARIK

Prinsip dari terapi oksigen hiperbarik adalah membantu tubuh untuk

memperbaiki jaringan yang rusak dengan meningkatkan aliran oksigen ke

jaringan tubuh. Terapi oksigen hiperbarik akan menyebabkan darah menyerap

oksigen lebih banyak akibat peningkatan tekanan oksigen di dalam paru-paru

yang dimanipulasi oleh ruangan hiperbarik. Dengan konsentrasi oksigen yang

16
lebih tinggi dari normal, tubuh akan terpicu untuk memperbaiki jaringan yang

rusak lebih cepat dari biasanya. Terapi oksigen hiperbarik (HBOT)

memberikan oksigen di bawah tekanan untuk meningkatkan kadar oksigen

jaringan. Oksigen diberikan 2-3 kali lebih tinggi dari tekanan atmosfer, dan

didistribusikan di sekitar area yang terinfeksi; sehingga memungkinkan

terjadinya proses penyembuhan alami tubuh dan memperbaiki fungsi jaringan.

HBOT juga merangsang kaskade transduksi sinyal dengan meningkatkan

oksigen reaktif dan spesies nitrogen, maka jaringan akan melepaskan

prostaglandin, oksida nitrat, dan sitokin yang menunjukkan respons

patofisiologis terhadap luka, pembedahan, dan infeksi. HBOT diketahui

sebagai terapi untuk mengobati penyakit dekompresi, gangren, atau keracunan

karbon monoksida. (Al-Waili & Butler, 2006; Gandhi et al., 2018).

D. MANFAAT TERAPI HIPERBARIK

1. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan

pada aliran darah yang kurang (hiperoksigenasi).

2. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran

darah pada sirkulasi yang berkurang sehingga dapat mempercepat proses

penyembuhan luka dengan pembentukan fibroblast (neovaskularisasi). (Fife

et al., 2016; Jones & Wyatt, 2019).

3. Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob seperti clostridium

perfingens (penyebab penyakit gas gangren).

17
4. Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik) anatara lain

bakteri E. coli  dan Pseudomonas sp. yang umumnya ditemukan pada luka-

luka mengganas.

5. Mampu menghambat produksi racun alfa toksin dengan meningkatkan

produksi antioksidan tubuh tertentu.

6. Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup.

7. Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5 jam menjadi 20 menit

pada penyakit keracunan gas CO.

8. Mereduksi ukuran bubble nitrogen.

9. Mereduksi edema.

10. Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen dan menjaga

elastisitas kulit.

11. Badan menjadi lebih segar, badan tidak mudah lelah, gairah hidup

meningkat, tidur lebih enakd an pulas (Amira et al, 2014).

E. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI HIPERBARIK

1. Pra terapi HBO

a. Anamnesis (identitas, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, kontraindikasi);

b. Persiapan alat (masker, air minum, selimut, pispot);

c. Pemeriksaan fisik lengkap;

d. Pemeriksaan tambahan bila perlu; dan

18
e. Informed consent (manfaat, proses, cara adaptasi ketika ada tekanan,

benda-benda yang tidak boleh dibawa).

2. Intra HBO

a. Bantu transfer input pasien

b. Safety klien

c. Cek kembali barang-barang yang dibawa

d. Ingatkan jangan terlambat valsavah secara benar

e. Monitor tanda-tanda barotraumas, keracunan O2

f. Monitor keadaan umum pasien

g. Koordinasi dengan operator atau dokter jika terjadi masalah

3. Post HBO

a. Bantu pasien keluar

b. Monitor tanda-tanda barotraumas, keracunan CO

c. Lepas masker

d. Rapikan/ bersihkan chamber

e. Pendokumentasian

F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI HIPERBARIK

1. Pengertian

Merupakan suatu bentuk terapi alternative dengan cara memberikan 100%

oksigen kepada pasien dalam suatu Hyperbaric Chamber atau ruangan

hiperbarik yaitu suatu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara

atmosfir normal.

19
2. Tujuan

Tujuan teerapi hiperbarik untuk perawatan dan pengobatan beberapa

penyakit seperti emboli intravascular, penyakit dekompresi, infeksi

anaerob, keracunan CO, dan masih banyak lagi yang lainnya (Shahriari,

Khooshideh, & Heidari, 2014).

3. Prosedur

a. Dokter Hyperbaric oxygen (HbO) memberikan penjelasan terkait

rencana tindakan Hyperbaric oxygen (HbO), mancakup tujuan tindakan,

manfaat, risiko dan efek samping Hyperbaric oxygen (HbO)

b. Bila pasien setuju maka pasien menandatangani persetujuan pada

format informed consent yang sudah disediakan.

c. Dokter Hyperbaric oxygen (HbO) melakukan pengkajian kepada

pasien, mencakup :

1) Anamnesis pasien.

2) Dokter Hyperbaric oxygen (HbO) melakukan pemeriksaan fisik,

berupa keadaan umum, tanda vital, status generalis, status

neurologi dan status lokalis.

3) Dokter melakukan pemeriksaan lain terkait indikasi untuk

mengetahui ada / tidaknya kontraindikasi terapi dengan Ruang

Udara Bertekanan Tinggi (RUBT), yaitu dengan pemeriksaan :

a) EKG

b) Thorax foto

20
c) Laboratorium (sesuai dengan kondisi pasien)

d) Pemeriksaan lainnya disesuaikan dengan kasus yang

bersangkutan (audiogram, foto fundus, angiografi, tonometri)

4) Penderita Caison Disease/ Arterial Gas Emboli (AGE) yang tidak

sadar (status emergensi) perlu tindakan miringotimi (menggunakan

kateter IV sesuai kebutuhan).

5) Dokter merujuk dan mengkonsultasikan ke fasilitas pelayanan

hiperbarik yang lebih mampu jika diperlukan.

d. Perawat Hyperbaric oxygen (HbO) mengarahkan pasien melakukan

ekualisasi yaitu upaya menyamakan tekanan antara telinga bagian

tengah dengan tekanan udara di luar. Ekualisasi dapat dilakukan

dengan 2 cara, antara lain :

1) Menutup hidung dan mulut lalu menghembuskan udara sehingga

udara keluar melalui kedua lubang telinga.

2) Menelan atau minum air beberapa kali.

e. Perawat HBO harus mendampingi pasien selama tindakan terapi

hiperbarik dalam ruang Ruang Udara Bertekanan Tinggi.

f. Indikasi:

1) Tipe 1

a) Keracunan CO

b) Prevention of osteoradionecrosis setelah tindakan ekstraksi gigi

c) Osteoradionekrosis

d) Cystitis

21
e) Penyakit dekompresi (Caisson disease)

f) Gas embolism

g) Infeksi bakteri anaerob atau campuran

2) Tipe 2

a) Kaki diabetes

b) Polineuropati DM

c) Compromised skin graft dan muskulokutaneus

d) Osteoradionekrosis

e) Radio induced proctitis

f) Radio induced lesion of soft tissue

g) Surgery and implant in irradiated tissue (preventive action)

h) Sudden deafness

i) Ischemic ulcer

j) Refractory chronic osteomyelitis

k) Stage IV neuroblastoma

3) Tipe 3

a) Post anoxic encephalopathy

b) Larynx radionecrosis

c) Radio induced CNS lesion

d) Post Vascular procedur reperfusion syndrome

e) Limb replantation

f) Burns > 20% of surfareece area and 2nd degree

g) Acute ischemic ophtalmological disorder

22
h) Luka akibat proses inflamasi

i) Pneumatosis cystoides intestinalis

4) Indikasi lainnya

a) Mediastinitis pasca sternotomy

b) Stroke

c) Sickle cell disease

d) Otitis eksterna ganas

e) Infark miokard akut

f) Femoral head necrosis

g) Retinitis pigmentosa

h) Tinnitus

i) Interstitial cystitis

j) Bells’s palsy

k) Cerebral palsy

l) Autism

m) Multiple sclerosis

n) Foetoplacental insufficiency

o) Asma bronkial

p) Kebugaran

g. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1) Selama prosedur HBO berlangsung, komunikasi perawat

pendamping, pasien, dengan operator chamber harus intensif,

khususnya pada saat proses kompresi.

23
2) Apabila dalam prosedur HBO terjadi efek samping/ keluhan pasien/

perawat pendamping yang bersifat urgen, masker oksigen dilepas

dan prosedur HBO harus dihentikan (dikeluarkan).

3) Selama prosedur HBO berlangsung, perawat pendamping harus

senantiasa memantau/ menayakan apakah pasien ada keluhan atau

tidak.

4) Apabila prosedur HBO sementara berlangsung dan pasien

membutuhkan suplai obat/ makanan/ minuman dari luar, masukkan

melalui medical lock.

5) Selama periode isap oksigen, sebaiknya pasien tidak tidur.

6) Selama periode istirahat, pasien boleh makan / minum.

7) Pasien infeksius dan luka yang berbau harus dikondisikan dengan

jadwal pasien lain.

8) Pasien yang akan melakukan penerbangan, dilakukan dalam jangka

waktu 4-6 jam setelah prosedur.

9) Pasien sebaiknya dilakukan terapi HBO 1x perhari berturutturut

selama 5 hari dan diistrahatkan 2 hari.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT) adalah suatu terapi dengan

pemberian oksigen konsentrasi 100% dan tekanan lebih dari 1 atmosfer

absolut (ATA), yang dilakukan di ruang udara bertekanan tinggi/ruang

hiperbarik dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer (Atm). Regimen HBO

(hiperbarik oksigen) menggunakan tekanan 1,5 hingga 2,5 Atm untuk durasi

30 hingga 90 menit, yang dapat diulang beberapa kali. Waktu antara dan

jumlah total sesi berulang sangat bervariasi. Tujuan terapi oksigen hiperbarik

untuk perawatan dan pengobatan beberapa penyakit seperti emboli

intravaskular, penyakit dekompresi, infeksi anaerob, keracunan CO.

B. Saran

25
Diharapkan dengan adanya makalah tentang terapi hiperbarik ini

dapat memperluas pengetahuan pembaca khususnya pada bidang keperawatan

terapi komplementer sebagai pondasi untuk menunjang pelayanan yang baik

terhadap klien. Penulis sangat menghargai apabila ada kritik maupun saran

yang membangun sehingga penulis dapat menyempurnakan penulisan

makalah dengan lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, C., & Huang, L. (2019). The Multiple Applications and Possible
Mechanisms of The Hyperbaric Oxygenation Therapy. Medicinal Chemistry,
15(5), 459-471.
Gill, A., & Bell, C. N. (2004). Hyperbaric oxygen: its uses, mechanisms of action
and outcomes. Qjm, 97(7), 385-395
Rosyanti, Lilin, et.al. (2019). Mekanisme yang Terlibat dalam Terapi Oksigen
Hiperbarik. HIJP Health Information Jurnal Penelitian.
Shahriari, A., Khooshideh, M., & Heidari, M. (2014). Diseases treated with
hyperbaric oxygen therapy; a literature review. Medical Hypothesis, Discovery &
Innovation Interdisciplinary Sciences Journal, 1(1).

26

Anda mungkin juga menyukai