Anda di halaman 1dari 22

A.

Sejarah Singkat Promosi Kesehatan

Pada era tahun 1986, istilah Health Promotion (Promosi


Kesehatan) sudah dicetuskan ketika diselenggarakannya konferensi
internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Kanada pada
tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang
didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion.
Namun istilah tersebut pada waktu itu belum terlalu populer di Indonesia
seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah
penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-
istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social
Marketing (Pemasaran Sosial), mobilisasi sosial dan sebagainya.

Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat
itu menjabat sebagai direktur Health Promotion WHO Headquarter
Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang
direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia.
Pada waktu itu pula kepala pusat penyuluhan kesehatan Depkes juga baru
diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra
yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya
tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan
Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan
maupuneksternal dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM
UI, bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan lapangan ke
Bandung.

Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta


perbincangan selama kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak
belajar tentang promosi kesehatan dan diberi usulan. Usulan itu diterima
oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona
Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health
Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai

1
beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi jakarta. Sejak itu
khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya
mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di
Indonesia.

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di


indonesia tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama
unit Health Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di
SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama
organisasi profesi internasional juga mengalami perubahan menjadi
International Union For Health Promotion and Education (IUHPE).
Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang
mengacu pada paradigma sehat.

B. Definisi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan pendidikan kesehatan merupakan cabang dari


ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni.
Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan
adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini
artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya
pemberantasan penyakit menular/ tidak menular, program perbaikan gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program
pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta
didukung oleh adanya promosi kesehatan.

Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat


atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat
memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini
organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan.

2
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi
Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial,
maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).

Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan


lain pada promosi kesehatan sebagai berikut : “bahwa promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya.

Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi


berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan
peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson, 1998). Promosi kesehatan
merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; artinya proses pemberdayaan
tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat,
bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga
dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat.
Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi
lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan
perundangan.

Sedangkan Kementerian Kesehatan RI merumuskan pengertian


promosi kesehatan sebagai berikut : “Upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar

3
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat, sesuai social budaya setempat dan
didukung oleh kebijakakn public yang berwawasan kesehatan”. Hal
tersebut tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan No.
1114/Menkes/SK/VIII/2005. Definisi dari Kemenkes tersebut lebih
menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan antara
pendidikan kesehatan yang didukung oleh kebijakan public berwawasan
kesehatan, akrena disadari bahwa gabungan kedua upaya ini akan
memberdayakan masyarakat sehinga mampu mengontrol determinan-
determinan kesehatan.

C. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai


berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education)


yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing),


yangpenekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan


informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang


penekanannya padaupaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu


upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar
mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya
legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di
berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).

4
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakanmasyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.

Selain itu, berdasarkan aspek kesehatan, ruang lingkup promosi kesehatan


mencakup 4 aspek pokok yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ahli
lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni: a) aspek promotif dengan sasaran
kelompok orang sehat, dan b) aspek preventif (pencegahan) dan kuratif
(penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap
penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini, ruang lingkup
promosi kesehatan dibagi menjadi dua, antara lain:

1. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif

Sasaran pendidikan atau promosi kesehatan apda aspek promotif adalah


kelompok orang sehat. Pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu
ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi.

2. Pendidikan kesehatan pada aspek preventif dan kuratif

Pada aspek ini upaya pendidikan kesehatan mencakup tiga upaya atau
kegiatan, yakni:

a) Pencegahan tingkat pertama

Sasaran promosi atau pendidikan kesehatan pada spek ini adalah


kelompok masyarakat yang berisiko tinggi, misalnya kelompok ibu
hamil, dan menyusui, perokok, obesitas, dan sebagainya. Tujuan
upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak
jatuh sakit atau terkena penyakit.

b) Pencegahan tingkat kedua

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita


penyakit kronis, misalnya asma, daibetes melitus, tuberkulosis, dan

5
sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada aspek ini adalah
agar para penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih
parah.

c) Pencegahan tingkat tiga

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien


yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka
segera pulih kembali kesehatannya.

Sedangkan berdasarkan tatanan pelaksanaannya, ruang lingkup


promosi kesehatan dikelompokkan menjadi :

1. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

2. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

3. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

5. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat


dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five level of prevention) menurut
Leavel and Clark (1965) yaitu:

1. Promosi Kesehatan.

2. Perlindungan khusus (specific protection).

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt


treatment).

4. Pembatasan cacat (disability limitation)

5. Rehabilitasi (rehabilitation)

D. Visi Dan Misi Promosi Kesehatan

6
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta
misi yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan, visi merupakan sesuatu atau
apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk
penunjang program-program kesehatan lainnya.Tentunya akan mudah dipahami
bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-
Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO.
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan


meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga
produktif secara ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan


penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada
kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok,
maupun masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya
yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah misi promosi kesehatan
merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam
pencapaian suatu visi.

Secara umum misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan


kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu
kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu
upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker)
agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-
keputusan.

7
2. Menjembatani (Mediate)

Kegiatan pelaksanaan program- program kesehatan perlu adanya suatu


kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas
sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin
suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor
yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan
tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua
pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena
itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan
kerjasama atau kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan


memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun
tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam
rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan
peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

E. Sasaran Promosi Kesehatan

Berdasarkan tahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam


tiga kelompok, yaitu :

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,


kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak
untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan
remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)

8
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan
serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan
setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat
kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada
lingkungan masyarakat sekitarnya.

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan


pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah


pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal
ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki dampak serta pengaruh bagi
sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy).

F. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang didefinisikan sebagai proses


pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their
health), lebih luas dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Promosi kesehatan
meliputi pendidikan/penyuluhan kesehatan, dan di pihak lain penyuluh/
pendidikan kesehatan merupakan bagian penting (core) dari promosi kesehatan.

1. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang


kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal
lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas
kesehatan

9
2. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif
(peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan),
kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya
kesehatan yang komprehensif.

3. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan


edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga
perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support).

4. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5


tatanan yaitu di rumah/ tempat tinggal (where we live), di sekolah (where
we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat- tempat umum
(where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get
health services).

5. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang


dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling
member manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara
pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan LSM, juga secara
lintas program dan lintas sektor.

6. Promosi kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau


upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi
sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan
atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai
untuk diukur: adalah mutu dan frekuensi kegiatan seperti: advokasi, bina
suasana, gerakan sehat masyarakat, dll.

G. Strategi Promosi Kesehatan

Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan


strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, yang
didukung oleh bina suasana dan advokasi, serta dilandasi oleh semangat
kemitraan.

10
1. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam


mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu
individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-
tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS.

2. Bina suasana

Merupakan pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan


mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan
dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya. Bina suasana terbagi
menjadi bina suasana individu, kelompok dan public

3. Advokasi

Ialah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang


diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari
segi materi maupun non materi.

4. Kemitraan

Promosi kesehatan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan


maupun bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan
mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar
individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan
urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media
massa dan lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar,
yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan dan (c) saling menguntungkan.

H. Materi Promosi Kesehatan

Bahan-bahan atau materi atau informasi yang disampaikan kepada


mesyarakat atau sasaran melalui kegiatan promosi kesehatan adalah semua
informasi yang dapat menstimulasikan perilaku hidup sehat, antara lain :

11
1. Penyakit-penyakit menular yang mencakup tanda-tanda penyakit,
peenyebabnya, cara penularan, cara pencegahan komplikasi dan
sebagainya.

2. Penyakit-penyakit yang tidak menular yang mencakup tanda-tanda


penyakit, penyebabnya, cara penularan, cra pencegahan komplikasi
dan sebagainya.

3. Imunisasi

4. Gizi

5. Kebersihan diri sendiri

6. Kesehatan lingkungan

7. Hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan pada kelompok


masyarakat tertentu, seperti ibu hamil, menyusui, anak balita, remaja,
dan sebagainya.

I. Metode dan Teknik Promosi Kesehatan

Metode dan teknik promosi kesehatan adalah cara dan alat bantu atau
teknologi dimana promosi kesehatan akan dilaksanakan untuk menjangkau
sasaran tersebut. Menggunaan metode dan alat bantu dalam pelaksanaan promosi
kesehatan biasanya tergantung pada besar kecilnya kelompok sasaran, pada
umumnya dibedakan menjadi:

1. Sasaran individu, biasanya menggunakan metode konseling dengan


menggunakan alat bantu yang diperlukan misalnya lembar balik

2. Sasaran kelompok (kelompok kecil (10-15 orang) dan kelompok besar 15-
40 orang)). Pada umumnya menggunakan metode ceramah dibantu dengan
slide, video atau film. Sedangkan khusus untuk kelompok kecil, juga dapat
menggunakan metode diskusi kelompok, dan brainstorming (curah

12
pendapat) dengan menggunakan alat bantu slide, video, lembar balik dan
sebagainya. Sasaran kelompok khayalak ramai (massa), biasanya tidak
menggunakan metode langsung, tetapi menggunakan metode todak
langsung. misalnya melalui bincang-bincang atau diskusi panel di televisi
atau radio, penyebaran leaflet atau flyer, poster, spanduk, umbul-umbul
dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dan
kompleksitas problematika kesehatan, metode dan teknik promosi
kesehatan berkembang sangat pesat. Apabila pada awal perkembangannya,
metode yang lebih mengemuka adalah propaganda dengan kampanye,
namun kini berbagai metode promosi kesehatan melalui internet telah
berkembang pesat. Banyak ahli kesehatan masyarakat memiliki situs
jaringan (website) dan blog serta mengunggah (upload) gagasan dan
pesan-pesan kesehatan sehingga diketahui oleh komunitas pengguna
internet. Meskipun demikian, penggunaan berbagai metode dan teknik
tersebut harus berpedoman pada karakteristik kelompok sasaran. Metode
promosi kesehatan individual dilakukan melalui teknik komunikasi
langsung (dialog) antara sasaran dan petugas dengan komunikasi
interpersonal dan konseling. Komunikasi interpersonal adalah bentuk
interaksi antar manusia yang paling dasar, sebab pihak-pihak yang
berkomunikasi berperan sebagai pengirim sekaligus penerima. Umpan
balik secara langsung juga dimungkinkan. Dibanding metode penyuluhan
lainnya, komunikasi interpersonal adalah yang paling efektif, walaupun
paling membutuhkan waktu dan biaya.

Dalam proses komunikasi interpersonal beberapa dimensi berikut cukup


berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi, yaitu:

1. Dimensi fisik (mencakup tempat di mana komunikasi berlangsung)

2. Dimensi sosial psikologi (mencakup status hubungan antar orang yang


terlibat dalam komunikasi, peran, keakraban, formalitas, keseriusan, dan
norma budaya)

13
3. Dimensi temporal (adanya pesan khusus yang sesuai dengan rangkaian
kejadian komunikasi). Adapun konseling adalah upaya membantu individu
sehingga mampu mengambil keputusan atas berbagai pilihan yang
tersedia.

J. Peran Promosi Kesehatan dalam Kesehatan Masyarakat

Menurut Minslow (1974) kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni


untuk mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup dan meningkatkan
derajat kesehatan mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup dan
meningkatkan derajat kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat dalam melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
dalam :

1. Perbaikan sanitasi lingkungan

2. Pemberantasan penyakit menular

3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan

4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk


diagnosis dini dan pengobatan

5. Pengembangan rekayasa social untuk menjamin setiap orang terpenuhi


kehidupan yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Dalam menyelenggarakan misi peningkatan kesehatan dan pencegahan


penyakit, kesehatan masyarakat di topang oleh berbagai pilar,
diantaranya adalah pendidikan atau promosi kesehatan. Hendrik L.
Blum dalam pandangannya menyatakan bahwa derajat kesehatan suatu
masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkngan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan genetic. Oleh sebab itu, upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat juga diarahkan kepada 4 faktor tersebut.

14
Untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui intervensi faktor
lingkungan adalah dengan memperbaiki lingkungan fisik (penyediaan
air bersih, perbaikan pembuangan tinja, air limbah, pembuangan
sampah, dan sebagainya). Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
melalui intervensi pelayanan kesehatan adalah dengan perbaikan dan
peningkatan pelayanan kesehatan sehingga terjangkau oleh
masyarakat, baik terjangkau secara ekonomi maupun secara sosial
budaya.

Sedangkan peningkatan kesehatan masyarakat melalui intervensi


perilaku adalah pendidikan atau promosi kesehatan. Dengan intervensi
promosi kesehatan diharapkan perilaku masyarakat kondusif bagi
kesehatan mereka. Lebih dari itu, pendidikan atau promosi kesehatan
sebenarnya tidak hanya pada faktor perilaku saja, tapi juga berperaan
pada faktor lingkungan, pelayanan kesehatan, bahkan juga berperan
pada faktor herediter. Dari pengalaman empiris erbukti, bahwa
meskipun masyarakat telah memperoleh fasilitas sarana air bersih dan
jamban keluarga serta fasilitas pelayanan kesehatan tetapi penggunaan
oleh masyrakat tidak maksimal, bahkan tidak sama sekali. Hal ini
disebabkan karena belum berperannya faktor perilaku yang juga
memerlukan dukungan promosi kesehatan.

Perilaku sebagai sarana intervensi mempunyai 3 pedoman, yaitu


penetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik atau tindakan
(practice). Terjadinya perubahan perilaku tergantung pada :

1. Jumlah dan mutu yang diterima

2. Besarnya kebutuhan untuk berperilaku

Sebagaimana diketahui, perilaku terbentuk melalui dua cara yaitu


yang tidak direncanakan dan perilaku yang direncanakan. Oleh
karena itu perlu disadari bahwa perilaku dapat diubah jika ada
sejumlah faktor pencetus berupa stimulus.

15
Beberapa rangasangan yang mempengaruhi seseorang untuk
berperilaku, diantaranya :

1. Rangsang fisik, yaitu pengalaman yang tidak nyaman ketika


tertimpa masalah kesehatan.

2. Rangsang pengetahuan dan kekhawatiran, yaitu pengalaman


bahwa penyakit yang dideritanya berisiko tinggi terhadap
keselamatan jiwa sehingga muncul sikap bahwa suatu penyakit
harus dicegah.

3. Rangsang keterampilan dan kesadaran terhadap kemampuan


diri, yaitu persepsi khalayak bahwa setiap orang dapat
melakukan upaya pencegahan sebab dalan praktiknya mudah
dilakukakn.

4. Rangsang mikrososial dari keluarga dan jaringan terdekat, yaitu


dorongan dari keluarga untuk segera mungkin mencari
pertolongan jika ada anggota yangmengalami gangguan
kesehatan.

5. Rangsang mikrososial norma, program pemerintah dan gerakan


masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan secara teratur
satu minggu sekali.

6. Rangsang ekonomi dan daya beli, yaitu kesadaran pada


khalayak bahwa upaya pencegahan penyakit sangat murah
sebab hamper tidak membutuhkan biaya untuk
melaksanakannya.

7. Rangsang perilaku saing, yaitu ada tidaknya perilaku lain yang


harus dilaksanakan atas rangsang yang diterima individu
senantiasa ada dua akibat perilaku melakukan dan tidak
melakukakan sesuatu misalnya memberantas sarang nyamuk.

16
K. Contoh Promosi Kesehatan

Sebagaimana tercantum dalam keputusan Menteri Kesehatan


Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, bahwa promosi kesehatan apaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor
kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai social budaya setempat
dan didukung oleh kebijakakn public yang berwawasan kesehatan.
Berdasarkan definisi serta sejalan dengan visi dan misi department
kesehatan serrta fungsi puskesmas maka dapat dirumuskan promosi
kesehatan puskesmas adalah upaya puskesmas melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungan secara
mandiri dan mengembangkan upaya keksehatan bersumber masyarakat.
Berikut beberapa contoh promosi kesehatan :

1. Di dalam lingkungan puskesmas

a. Tempat pendaftaran

Memberikan salam kepada pengunjung puskesmas termasuk dari


kegiatan promosi karena telah terjadi komunikasi awal yang
menimbulkan kesan yang baik dan menyejukkan bagi pasien/
pengunjung puskesmas sehingga mengurangi beban yang diderita.
Kegiatan promosi kesehatan di tempat pendaftaran dapat dilakukan
dengan penyebaran informasi melalui media seperti poster, leaflet,
selebaran yang dapat dipasang/ diletakkkan di depan loket
pendaftaran. Adapun jenis informasi yang disediakan, yaitu :

1) Alur pelayanan puskesmas

17
2) Jenis pelayanan puskesmas

3) Denah poliklinik

4) Informasi masalah kesehatan yang menjadi masalah pada


saat itu.

5) Peraturan kesehatan seperti dilarang merokok, dilarang


meludah sembarangan,membuang sampah pada
tempatnya dan lain- lain.

b. Di Poliklinik

Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien meluangkan


waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien
berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus ditelannya.
Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat
dibuka klinik khusus bagi para pasien rawat jalan yang
memerlukan konsultasi atau konseling. Guna memudahkan
pemberdayaan dalam pelayanan medis, harus disediakan berbagai
media (alat peraga) seprti misalnya lembar balik (flashcards),
poster, gambar- gambar atau model anatomi, dan brosur(leaflet)
yang bisa dibawa oleh pasien. Pihak yang paling berpengaruh
terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke
puskesmas. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga untuk
memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media
komunikasiyang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu dipoliklinik,
khususnya di Ruang Tunggu, perlu dipasang media seperti poster,
selebaran (leaflets) yang berisi informasi tentang berbagai penyakit
dan pencegahannya.Dengan mendapat informasi yang benar
mengenai penyakit yang diderita pasien, diharapkan dapat
membantu puskesmas memberikan informasi kepada pasien.
Pemasangan poster dan media komunikasi lainnya, mendorong

18
pasien untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki agar penyakit
atau masalah kesehatan yang dideritanya segera diatasi.

c. Pemanfaatan ruang tunggu

Ruang tunggu dapat digunakan sebagai sarana bina suasana


terutama untuk para penjenguk yang datang beberapa saat sebelum
waktu kunjungan dimulai. Pada dinding ruang tunggu dapat
dipasang berbagai poster, disediakan boks berisiselebaran/leaflet
yang dapat diambil secara gratis. Dengan berbagai informasi
tersebutdiharapkan para penjenguk mendapat informasi yang
nantinya dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan
dijenguknya.

d. Di ruang perawatan inap

Pemberdayaan terhadap pasien raawat inap dilakukan terhadap


pasien ibu- ibu bersalin, pasien yang sudah dalam fase
penyembuhan dan pasien penyakit kronis (kanker, tuberculosis,
dan lain-lain). Tujuannya adalah agar pasien tidak kambuh dan
dapat menjaga kesehatannya setelah pulang kerumah terutama bagi
paasien yang menderita penyakit kronis. Penyuluhan ditempat tidur
dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum dapat atau masih
sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring.
Dalam hal ini petugas kesehatan puskesmas mendatangi
pasien/individu, duduk disamping tempat tidur pasien tersebut, dan
melakukan penyuluhan. Oleh karena harus berpindah dari satu
tempat ke tempat lain, maka alat peraga atau medis komunikasi
yang digunakan haruslah yang mudah dibawa- bawa seperti lembar
balik (flash cards), gambar-gambar atau foto- foto. Alat peraga
tersebut sebaiknya sedikit mencantumkankata-kata atau kalimat.

19
e. Di Klinik khusus

Klinik khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya


promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas. Khususnya untuk
pelayanan-pelayanan yangperlu mendapat tambahan dalam hal
promosi kesehatannya. Biasanya karena pasien terlalu banyak
sedangkan petugas kesehatan yang melayani terbatas (misalnya
dipoliklinik), atau karena pasien dan keluarganya memerlukan
informasi/konsultasi khusus(misalnya tentang sanitasi/ kesehatan
lingkungan, gizi, KB, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dan lain-
lain). Dalam hal iini beberapa puskesmas mengembangkan klinik-
klinik khusus sebagai upaya inovasi, seperti misalnya : Klinik Gizi,
Klinik Sanitasi, Klinik Konsultasi Remaja, dan lain-lain. Kegiatan
promosi kesehatan yang diselenggarakan diklinik khusus umumnya
adalah berupa layanan konseling. Umumnya pelayanan disini
berupa membantu upaya pemecahan masalah yang dirujuk dari
poliklinik atau pelayanan KIA & KB.Beberapa prinsip pemberian
informasi melalui konseling kepada pasien/individu yang perlu
diperhatikan adalah :

1) Memberikan suasana gembira dan semangat hidup

Pada saat memulai pemberian informasi, sebaiknya


petugas tidak langsung mengungkap masalah, kelemahan,
atau kekeliruan pasien/individu.Perbincangan harus
diawali dengan situasi yang menggembirakan, karena
situasi yang demikian membuat pasien/masyarakat
menjadi tertarik untuk terlibat dalam perbincangan,
selanjutnya pasien/individu diajak untukmengungkapkan
sendiri masalah, kelemahan atau kekeliruannya.

2) Menghargai pasien/klien sepenuh hati

20
Menghargai pasien/individu adalah syarat utama untuk
terjadinya hubungan yang baik dan terbuka caranya
dengan memberikan ucapan danbahasa tubuh yang
menghargai.

3) Melihat pasien/individu sebagai subyek

Petugas kesehatan puskesmas harus mengendalikan


kecenderungan keinginannya untuk menasihati.
Upayakan agar pasien berbicara sebanyak-banyaknya
tentang dirinya. Sementara itu pembicaraan diarahkan
kepadapemecahan masalah yang dihadapi. Dengan
demikian “resep” pemecahan masalah itu datang dari diri
pasien/ individu itu sendiri. Hal ini akan menjadi
komitmen dari pasien untuk melaksanakan pemecahan
masalah tersebut

4) Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan

Dalam hubungan yang baik, petugas kesehatan


puskesmas selalu berusaha untuk mengemukakan kata-
kata yang menyentuh perasaan pasien/individu. Banyak
petugas kesehatan menggunakan pendekatan agama
untukmembuat pasien/individu tersentuh

5) Memberikan keteladanan

Keteladanan sikap dan perilaku petugas kesehatan


puskesmas dapat menyentuh perasaan pasien/individu.
Keteladanan memang merupakan sugesti yang cukup kuat
untuk berubah kearah positif. Motivasi untuk berubah
itudisebabkan oleh kepribadian, wawasan, keterampilan
dan kebajikan tenaga kesehatan terhadap pasien/individu.

21
2. Di luar lingkungan Puskesmas

Selain beberapa contoh promosi kesehatan yang ada di lingkungan


Puskesmas yang telah disebutkan, promosi kesehatan dapat dilakukan
di luar lingkungan puskesmas. Kegiatan ini berupa promosi kesehatan
yang dilakukan dengan sasaran masyarakat yang berada di wilayah
kerja puskesmas yang bersangkutan sebagai upaya untuk
meningkatkan PHBS dengan pengorganisaian masyarakat.
Pelaksanaan promkes diluar gedung dilaksanakan puskesmas
bekerjasama dengan berbagai pihak potensial melalui metode
advokasi, binasuasana, gerakan pemberdayaan yang dijiwai semangat
kemitraan dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Promosi kesehatan melalui pendekatan individu

b. Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok (TP PKK, karang


taruna, posyandu, SBH, majlis taklim dan lain sebagainya)

c. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi masyarakat


(ormas) seperti kelompok kesenian tradisional dan lain sebagainya.

d. Penggerakan dan pengorganisaian masyarakat melalui:

1) Kunjungan rumah

2) Pemberdayaan berjenjang

3) Pengorganisasian masyarakat melalui Survei Mawas Diri


(SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

22

Anda mungkin juga menyukai