DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
I.1 Latar Belakang 2
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Tujuan 2
BAB II IKATAN KIMIA 3
II.1 Pengertian Ikatan Kimia 3
II.2 Macam-macam Ikatan Kimia 3
1. Ikatan Ion 3
2. Ikatan Kovalen 5
BAB III Aturan Oktet 6
III.1 Penyimpangan Aturan Oktet 6
BAB IV Kepolaran dan Keelektronegatifan 7
IV.1 Kepolaran 7
IV.2 Muatan Formal 7
BAB V Bentuk Molekul 9
V.1 Bentuk Molekul 9
V.2 Momen Dipol 10
BAB VI Penutup 11
VI.1 Kesimpulan 11
VI.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam ilmu kimia dibahas tentang ikatan kimia. Ikatan kimia
merupakan ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antara partikel-
artikel yang berikatan. Dengan adanya ikatan kimia tersebut maka baik
sifat kimia maupun sifat fisika dari senyawa, seperti dapat menghantarkan
listrik, kepolaran, kereaktifan, bentuk molekul, warna, sifat magnet titik
didih yang tinggi dapat dijelaskan melalui berbagai teori ikatan kimia
tersebut.
(Nuraini Syarifuddin,1994).
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang mendasari dalam penulisan makalah
ini adalah:
1. Bagaimana terjadinya ikatan antar molekul?
2. Bagaimana terjadi penyimpangan aturan octet
3. menjelaskan kepolaran ikatan dan keelktronegatifan
4. menjelaskan bentuk molekul
I.3 Tujuan
1. Mengkaji gambaran umum terjadinya ikatan antar molekul
2. Mengetahui penyimpangan aturan oktet
3. Mengetahui kepolaran ikatan dan keelektronegatifan serta bentuk
molekul.
2
BAB II
IKATAN KIMIA
II.1 Pengertian Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah gaya tarik-menarik antara atom yang
menyebabkan suatu senyawa kimia dapat bersatu. Kekuatan gaya
tarik menarik ini menentukan sifat-sifat kimia dari suatu zat. Cara
ikatan kimia berubah jika suatu zat bereaksi digunakan untuk
mengetahui jumlah energy yang dilepaskan atau diserap selama
terjadi reaksi.
(Hasan, dkk., 2017)
II.2 Macam-macam Ikatan Kimia
Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua katagori besar: ikatan
ion dan ikatan kovalen. Senyawa ion dibentuk oleh perpindahan
electron diantara atom untuk membentuk partikel yang bermuatan
listrik dan mempunyai gaya tarik menarik. Gaya tarik menarik
diantara ion-ion yang bermuatan berlawanan merupakan suatu
ikatan ion. Ikatan kovalen terbentuk dari pemakaian bersama
electron diantara atom-atom. Dengan Kata lain gaya tarik menarik
inti atom pada electron yang dipakai bersama diantara electron itu
merupakan suatu ikatan kovalen.
1. Ikatan Ion
Suatu atom bergabung dengan atom lain melalui ikatan
kimia yang terbentuk diantara atom-atom tersebut. Ikatan ion
merupakan iakatan yang terjadi karena adanya gaya tarik
menarik antar ion negatif (anion) dengan ion positif (kation).
Gaya tarik menarik ini disebut juga sebagai gaya
elektrostatik. Pada suhu kamar senyawa ionik terdapat
dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion terdiri
atas ion positif dan ion negatif, dengan susunan/struktur
yang teratur dan ditentukan oleh muatan dan jari-jari ion
pembentuknya.
(Hasan, dkk., 2017)
3
1.1 Penggolongan dan Karakter Senyawa Ionik
Berdasarkan jenis ionnya, senyawa ionik terbagi menjadi 4
golongan.
1. Senyawa ionik sederhana, merupakan senyawa yang
terbentuk dari ion-ion sederhana. Contohnya : NaCl, KCl,
MgO, K2O, dan Na2O.
2. Senaya ionik yang terbentuk dari kation sederhana dan
anion politomik. Contohnya : Na2SO4, KNO3, K4[Fe(CN)6]
3. Senyawa ionik yang terbentuk dari kation poliatomik dan
anion sederhana. Contohnya : NH4Cl, N(CH3)4Br,
[Ag(NH3)2]Cl.
4. Senyawa ionik yang terbentuk dari kation poliatomik dan
anion poliatomik. Contohnya : NH4[Fe(CN)6], (NH4)2SO4
NH4NO3, [Co(NH3)6](NO3)3.
Ion-ion poliatomik adalah ion yang terdiri dari dua atau
lebih atom yang dapat merupakan ion kompleks seperti
[Fe(CN)6
Tidak ada senyawa ionik yang memiliki karakter ionik
100%. Senyawa biner yang mempunyai karakter ioniknya
lebih besar dari 50% dapat dianggap sebagai senyawa
ionik. Sedangkan apabila karakter ioniknya lebih kecil dari
50% dapat dianggap sebagai senyawa kovalen polar. Pada
senyawa biner, karakter ioniknya dapat diperkirakan
melalui selisih keelektronegatifan atom-atom penyusun
senyawa biner tersebut. Apabila selisih keelektronegatifan
antara atom penyusun senyawa memiliki nilai ≥ 1,7,
senyawa biner tersebut dapat dianggap sebagai senyawa
ionik. Akan tetapi jika selisih keelektronegatifan atom-
atomnya < 1,7 dapat dianggap sebagai senyawa kovalen.
4
2. Ikatan kovalen
5
BAB III
ATURAN OKTET
6
BAB IV
KEPOLARAN DAN KEELEKTRONEGATIFAN
IV.1 Kepolaran
Suatu molekul dapat bersifat polar atau non polar. Suatu
molekul bersifat polar apabila tersusun atas atom-atom yang
berbeda dan geometrinya tidak menyebabkan ia bersifat
nonpolar seperti H2O dan NH3. Suatu molekul yang tersusun atas
atom-atom yang sama juga dapat bersifat polar, misalnya ozon
(O3). Suatu molekul dapat bersifat nonpolar apabila: (1) tersusun
dari atom-atom yang sama seperti H2, P4,S8, dan C60 dengan
ikatan yang ada merupakan ikatan kovalen nonpolar dan (2)
tersusun atas atom-atom yang berbeda dengan ikatan-ikatan
yang ada merupakan ikatan kovalen polar akan tetapi
karena geometrinya maka ia bersifat nonpolar seperti molekul CO2,
CH4, PCl5dan SF6.
Kepolaran suatu molekul ditentukan oleh harga
momen dipolnya (μ). Suatu molekul bersifat polar bila μ>0
atau μ≠0 dan nonpolar bila μ=0. Adanya perbedaan
keelektronegativan antara dua atom yang membentuk ikatan
kovalen menyebabkan atom yang lebih elektropositf kekurangan
rapatan elektron, sebaliknya atom yang lebih elektronegatif
kelebihan rapatan elektron. Akibatnya pada atom yang lebih
elektropositif terjadi muatan parsial positif (δ+), sedang pada
atom yang lebih elektronegatif terjadi muatan parsial negatif
(δ-). Adanya perbedaan muatan parsial ini menyebabkan timbulnya
momen ikatan yang arahnya dari atom dengan muatan parsial
positif ke atom dengan muatan parsial negatif atau dari atom yang
lebih elektropositif ke atom yang lebih elekronegatif.
(Hasan, dkk., 2017)
IV.2 Muatan formal
Muatan formal merupakan muatan yang diberikan kepada
atom di dalam suatu molekul atau ion dengan anggapan bahwa
7
ikatan-ikatannya merupakan ikatan kovalen murni. Muatan formal
suatu atom dapat ditentukan dengan rumus:
8
meramalkan bentuk dari molekul dan ion poliatomik tersebut.
Bagian berikut ini akan memaparkan lebih detail tentang hal ini.
(Hasan, dkk., 2017)
BAB V
BENTUK MOLEKUL
V.1 Bentuk Molekul
Pada tahun 1940 N.V. Sidwick dan H. M. Powel
mengemukakan gagasan bahwa bentuk dari molekul-
molekul sederhana dapat diramalkan berdasarkan jumlah ikatan
atau banyaknya pasangan elektron ikatan yang terdapat di
sekitar atom pusatnya. Molekul yang atom pusatnya memiliki
empat ikatan berbentuktetrahedral seperti CH4; molekul yang
atom pusatnya memiliki lima ikatan berbentuk trigonal
bipiramidal misalnya PCl5; molekul yang atom pusatnya
memiliki enam ikatan berbentuk oktahedral misalnya SF6.
R. J. Gillespie dan R. S. Nyholm mengembangkan gagasan
yang dikemukakan oleh Sidgwick dan Powel untuk molekul-
molekul yang atom pusatnya memiliki pasangan elektron bebas
atau memiliki ikatan rangkap. Gillespie dan Nyholm
mempublikasikan gagasannya dalam Quarterly Reviewpada
tahun 1957 yang diberi nama teori tolakan pasanga elektron
pada kulit valensi (The Valence –Shell Electron-Pair Repulsion
(VSEPR) theory. Postulat dasar dari teori VSEPR adalah
bahwa untuk mencapai kestabilan molekul yang maksimum,
pasangan-pasangan elektron pada kulit terluar atom pusat
harus tersusun sedemikian rupa, sehingga berada sejauh
mungkin satu dengan yang lain agar tolakannya minimal.
Suatu molekul dapat digambarkan dengan rumus dasar
AXmEn, dimana A adalah atom pusat, X adalah atom atau
kelompok atom yang mengelilingi atom pusat, E mewakili
pasangan elektron bebas.
Pasangan-pasangan elektron kulit valensi atom pusat
suatu molekul yang terdiri dari dua atom atau lebih, dapat berupa
pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas
(PEB). PEB menolak lebih kuat dibandingkan pasangan PEI
sehingga dirumuskan bahwa urutan kekuatan tolakan antara
9
PEB-PEB > PEB-PEI > PEI-PEI. Tolakan antara pasangan-
pasangan elektron ini akan saling mempengaruhi
sehingga tolakan minimum dapat dicapai. Jumlah PEIan PEB
pada atom pusat dapat diketahui dari struktur Lewis molekul
tersebut.
Menurut teori ini, ikatan rangkap dua dan rangkap tiga
dianggap sebagai satu jenis ikatan (ikatan tunggal), tetapi
kekuatannya relatif lebih besar dari ikatan tunggal dan
mempengaruhi sudut ikatan. Selain itu, elektron tunggal dianggap
pula sebagai satu pasang elektron.
Molekul yang memiliki PEB diberi rumus umum dengan simbol
A untuk atom pusat, X untuk atom-atom yang terikat pada atom
pusat, dan E untuk PEB. Bila salah satu atom X pada molekul
AX3yang mempunyai bentuk segitiga datar diganti oleh satu
PEB, diperoleh molekul AX2EPada molekul AX2E, karena
kekuatan tolakan antara PEB-PEI > PEI-PEI, maka dapat
diramalkan bahwa sudut ikatan XAX < 120⁰.
Dengan cara yang sama dapat diramalkan sudut ikatan
pada molekul CH4, NH3, dan H2O. Molekul NH3 sebuah PEB
yangsaling tolak menolak. Karena tolakan PEB lebih besar,
maka < HNH lebih kecil dari 109,5⁰. Molekul H2O mempunyai 2
PEI dan 2 PEB yang juga saling tolak menolak. Karena tolakan
PEB-PEB lebih besar dari PEI-PEI, maka < HOH lebih kecil
dari 107,3⁰.
(Hasan, dkk., 2017)
V.2 Momen dipol
Jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan
elektron bebas dalam suatu molekul disebut dengan momen
dipol. Harga momen dipol suatu senyawa diperoleh berdasarkan
hasil eksperimen.Molekul NH3 danNF3 merupakan molekul polar.
Momen dipol NH3lebih besar dari momen dipol NF3. Hal ini
disebabkan pada molekul NH3, momen tiga ikatan H-Ndan
momen PEB searah, sedangkan pada NF3 momen ikatan tiga
ikatan N-F dan PEB arahnya berlawanan. Akibatnya, molekul
NH3 kepolarannya lebih tinggi dibanding NF3.Kekuatan gaya
dipol-dipol bergantung pada momen dipol suatu molekul. Makin
besar harga momen dipol suatu molekul, makin polar molekul
tersebut.Makin polar suatu molekul maka kekuatan gaya dipol-
10
dipolnya semakin besar. Gaya dipol-dipol molekul HF (μ=1,78)
lebih besar dibanding gaya dipol-dipol molekul HCl (μ=1,078).
(Hasan, dkk., 2017)
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
VI.2 Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik segi penulisan
dan isi makalah oleh sebab itu penulis mengkarapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca
11
DAFTAR PUSTAKA
12