Anda di halaman 1dari 2

Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap orang, yaitu :

1. Respon Konstruktif
Respon konstruktif akan membuat individu termotivasi untuk belajar mengadakan
perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada
kelangsungan hidup. Contoh dari respon konstruktif adalah seseorang yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan.
2. Respon Destruktif
Respon destruktif akan membuat individu bertingkah laku maladaptive dan disfungsional.
Contohnya adalah individu yang menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung
diri, tidak mau mengurus diri, dan tidak mau makan.

Menurut … (jj) respon kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, yaitu:

1. Respon Fisiologis
Secara fisiologis tubuh akan merespon terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan
system syaraf otonom (baik simpatis maupun parasimpatis). Serabut syaraf simpatis akan
mengaktifkan tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan
pertahanan tubuh. Contohnya adalah pada anak-anak yang mengalami gangguan
kecemasan akibat perpisahan akan menunjukkan reaksi sakit perut, sakit kepala, mual,
muntah, demam ringan, gelisah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan mudah marah.
2. Respon Psikologis
Respon secara psikologis adalah tampak gelisah, tegang, tremor, reaksi terkejut, bicara
cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari
masalah, menghindar, dan sangat waspada.
3. Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir baik proses piker maupun isi pikir.
Contohnya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,
menurunnya lapang persepsi, bingung, sangat waspada, kehilangan objektifitas, takut
kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut pada cedera, kematian, atau mimpi
buruk.
4. Respon Afektif
Respon secara afektif adalah klien atau pasien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, khawatir, mati rasa, rasah
bersalah atau malu, dan curiga berlebihan.

Saputro, H., dan Intan Fazrin. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit. Ponorogo: FORIKES.

Anda mungkin juga menyukai