Naskah Publikasi
Diajukan oleh :
FRISCA OCTAVIANA
F. 100 100 161
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
IMPLEMENTASI MAKNA SIMBOLIK PROSESI
SUAMI ISTRI
Naskah Publikasi
Diajukan oleh :
FRISCA OCTAVIANA
F. 100 100 161
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
IMPLEMENTASI MAKNA SIMBOLIK PROSESI
SUAMI ISTRI
Naskah Publikasi
Diajukan Oleh :
FRISCA OCTAVIANA
F. 100 100 161
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
iii
iv
Implemantasi Makna Simbolik Prosesi Pernikahan Adat Jawa Tengah
Pada Pasangan Suami Istri
ABSTRAKSI
Frisca Octaviana
Wiwien Dinar Prastiti
Friscaoctaviana@gmail.com
wiwienprastiti@yahoo.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
2
berasal dari kata widodari yang timbang dan dhahar saklimah Ini
berarti bidadari. Paginya diadakan sebagai simbol bahwa kedua orang
upacara ijab kabul (Negoro, 2001). tua calon mempelai wanita telah
Menurut Hariwijaya (2008) mendudukan pasangan itu di tempat
adapun beberapa prosesi yang harus yang selayaknya. (g) Adicara
dijalankan oleh seorang pengantin sungkeman sebagai wujud bahwa
setelah melakukan Ijab Kabul : (a) kedua mempelai akan patuh dan
Bertemunya pengantin. (b) pasrah berbakti pada kedua orang tua
sanggan dan kembar mayang, Jika mereka baik terhadap kedua orang
seorang pria mau menikah dan telah tua mempelai putra maupun putri.
memiliki mas kawin atau mahar, Prof. Dr Mar’at berpendapat
maka pasangan mempelai yang ingin ada tiga komponen psikologi yang
mengikuti upacara Panggih mempengaruhi hubungan sikap
Pengantin dengan menggunakan dengan pola tingkah laku seseorang.
kembar mayang. (c) Adicara bucalan Tiga komponen psikologi tersebut
gantal, Makna yang terkandung di adaha kognitif , afektif, dan konatif
dalamnya adalah bahwa kedua yang bekerja secara komplek
mempelai secara lahir batin telah merupakan bagian yang menentukan
menyatukan tekat dan rasa yang utuh sikap seseorang terhadap sebuah
untuk menghadapi suka duka objek, baik yang berbentuk konkret
maupun pahit getirnya kehidupan maupun yang abstrak. Komponen
rumah tangga. (d) Ngidak tigan dan kognitif akan menjawab tentang apa
wijik sekar setaman memiliki makna yang dipikirkan atau dipersepsikan
Kewajiban suami-istri secara tentang objek. Komponen efekfif
biologis dalam melanjutkan dikaitkan tentang apa yang dirasakan
keturunan saling mencintai dan terhadap objek (senang atau tidak
menghormati. (e) Adicara sinduran senang). Sedangkan komponen
dan kacar kucur Maksudnya, walau konafif berhubungan dengan
balai kehidupan yang harus mereka kesediaan atau kesiapan untuk
hadapi sangat berat, kedua mempelai bertindak terhadap objek. Dengan
harus bersikap malu untuk mundur demikian sikap yang ditampilkan
kalau harus berpisah selain itu kemul seseorang merupakan hasil dari
sindur memiliki makna yang cukup proses berfikir, merasa, dan memilih
dalam, kedua mempelai menyatu motif-motif tertentu sebagai reaksi
lahir batin dalam satu tujuan hidup. terhadap suatu objek
Ibu yang berada di belakang merestui (Jalalludin,2012).
pasangan itu, tut wuri handayani
sementara sang ayah berada di depan
sebagai teladan semuanya, ing Tujuan
ngarsa sang tuladha. Acara Adapun tujuan penelitian ini adalah :
berikutnya adalah upacara Kacar- Untuk menggali implementasi makna
kucur. Upacara ini adalah lambang simbolik prosesi pernikahan adat
bahwa suami yang mencari nafkah Jawa Tengah pada pasangan suami
untuk keluarga secara simbolik istri.
tengah menyerahkan hasil jerih
payahnya pada istrinya. (f) Pangkon
6
2. Untuk masyarakat
a. Menghargai dan mendukung
Creswell, John W. (2010). Research
kelestarian Budaya Jawa
yang masih berkembang di Design Pendekatan
masyarakat kita, sebagai Kualitatif, kuantitatif, dan
bentuk rasa penghormatan Mixed. Edisi ketiga
kita kepada para pendahulu (Terjemahan Achmad
kita. Salah satunya dengan Fawaid). Yogyakarta: Pustaka
cara terus mengadakan Belajar.
prosesi-prosesi adat dalam
hal ini adalah prosesi Endraswara, S. (2003). Mistik
pernikahan adat Jawa Kejawen. Yogyakarta: Narasi.
Tengah agar terus dapat
dilihat dan dimaknai oleh Herusatoto, B. (2005). Simbolisme
masyarakat. Dalam Budaya Jawa.
b. Melestarikan Budaya Jawa Yogyakarta: Rineka Cipta.
dan mampu mengenalkan
kepada anak cucu dan Irmawati, W. (2013). Makna
keturunan kita untuk tidak Simbolik Upacara Siraman
melupakan dan Pengantin Adat Jawa. Jurnal
12