Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI MAKNA SIMBOLIK PROSESI PERNIKAHAN ADAT

JAWA TENGAH PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

Naskah Publikasi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi


Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh :

FRISCA OCTAVIANA
F. 100 100 161

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
IMPLEMENTASI MAKNA SIMBOLIK PROSESI

PERNIKAHAN ADAT JAWA TENGAH PADA PASANGAN

SUAMI ISTRI

Naskah Publikasi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta


Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh :

FRISCA OCTAVIANA
F. 100 100 161

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

i
IMPLEMENTASI MAKNA SIMBOLIK PROSESI

PERNIKAHAN ADAT JAWA TENGAH PADA PASANGAN

SUAMI ISTRI

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S-1

Diajukan Oleh :

FRISCA OCTAVIANA
F. 100 100 161

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii
iii
iv
Implemantasi Makna Simbolik Prosesi Pernikahan Adat Jawa Tengah
Pada Pasangan Suami Istri

ABSTRAKSI

Frisca Octaviana
Wiwien Dinar Prastiti
Friscaoctaviana@gmail.com
wiwienprastiti@yahoo.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Budaya Jawa penuh dengan simbol sehingga dikatakan Budaya Jawa


adalah budaya simbolis. Simbol-simbol yang digunakan sampai sekarang
mengandung nilai-nilai, budaya, etika, dan moral yang sangat penting dijelaskan
kepada generasi selanjutnya. Seperti halnya Budaya Jawa prosesi simbolik sering
dilakukan untuk menjadikan pernikahan tersebut sakral untuk kelanggengan
kehidupan rumah tangga.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menggali implementasi
makna simbolik prosesi pernikahan adat Jawa Tengah pada Pasangan suami istri.
Subjek yang digunakan adalah laki-laki ataupun perempuan yang sudah menikah
dengan prosesi pernikahan adat Jawa Tengah dan berjumlah empat orang dan
dipilih melalui teknik purposive sampling yang sudah ditentukan dari tolak ukur
pemahaman yang sudah ditentukan. Metode pengumpulan data dengan
wawancara dan observasi. Metode analisis data yang digunakan analisis diskriptif,
yaitu berupa paparan, uraian, dan gambaran dari data yang diperoleh (dalam
Bungin, 2003).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, dalam psikologi proses perilaku
ditunjukan melalui tiga tahapan pemahaman (kognitif), perasaan senang atau tidak
menjalankan prosesi adat (afektif), menerapkan atau tidak menerapkan (konatif).
Prosesi yang diimplementasikan dalam rumah tangga seperti halnya temu
(bucalan gantal,wijik sekar setaman, ngidak tigan, sinduran), kacar kucur,
sungkeman, pangkon timbang, dhahar saklimah. Individu yang menjalankan
implementasi tersebut memperlihatkan keharmonisan rumah tangga yang berjalan
hingga kurun waktu lebih dari dua puluh lima tahun lamanya, dengan alasan
pernikahan adat Budaya Jawa Tengah adalah budaya yang baik untuk dilakukan
dan diimplementasikan dalam rumah tangga. Sedangkan individu yang tidak
mengimplementasikan makna simbolik pernikahan Budaya Jawa terlihat dari
ketidakpahaman terhadap makna simbolik dan menganggap prosesi simbolik
sebagai hal yang ribet dan beralasan masih banyak cara membangun rumah tangga
tidak hanya menggunakan Budaya Jawa. Rumah tangga yang dijalankan tidak
hanya berdasarkan pada budaya, melainkan dapat bertolak ukur pada agama yang
dianut dan pengalaman pernikahan kedua orang tua. Sehingga di jaman sekarang
ini budaya adat dijadikan sebagai suatu tradisi pelestarian identitas daerah Jawa
Tengah.
Kata Kunci : Budaya Jawa, makna simbolik, pernikahan, proses perilaku,
implementasi.

1
2

A. PENDAHULUAN dengan siklus kehidupan masyarakat


Jawa Tengah
Budaya adalah salah satu (Koentjaraningrat,2000). Berbagai
identitas suatu daerah yang makna yang muncul dari setiap
menunjukan ciri khas daerah prosesi pernikahan adat Jawa Tengah
tersebut. Terutama Jawa Tengah yang sangat bermanfaat untuk
yang masih kental menganut budaya kelangsungan rumah tangga
adatnya. Barouwn berpendapat pengantin. Namun di era jaman yang
budaya sebagai sekumpulan sikap, semakin berkembang budaya
nilai, keyakinan dan perilaku yang pernikahan adat Jawa Tengah
dimiliki bersama oleh sekelompok dianggap sebagai hal yang sudah
orang yang dikomunikasikan dari tidak sesuai dan sebagai ritual yang
suatu generasi ke generasi berikutnya ribet, tanpa melihat manfaat yang
lewat bahasa atau beberapa sarana diperoleh dari setiap prosesinya.
komunikasi lain (David 2008). Fenomena yang terjadi di
Seperti halnya budaya kepercayaan masyarakat
merupakan paham yang bersifat meresmikan/memeriahkan
dogmatis yang terjalin dalam adat pernikahan dengan menggunakan
istiadat hidup sehari-hari dari perosesi budaya adat Jawa Tengah
berbagai suku bangsa yang masih banyak yang kurang mengerti
mempercayai apa saja yang tentang arti dari prosesi pernikahan
dipercayai adat nenek moyang yang dijalankan ketika mereka
(Endraswara, 2003). Seseorang yang menikah, padahal mereka
ingin mempelajari dan memahami menjalankan hal tersebut ketika
Budaya Jawa ibarat memasuki hutan melangsungkan pernikahan. Hal ini
simbol yang rimbun. Di dalamnya ditunjukan oleh data awal wawancara
penuh tantangan, keunikan dan kepada enam informan yang telah
sekaligus daya tarik yang menggoda. menikah menggunkan prosesi adat
Sadar atau tidak, banyak falsafah Jawa Tengah. Dua informan yang
dalam Budaya Jawa yang masih mengaku menikah dengan budaya
memiliki denyut aktualitas adat Jawa Tengah namun telah
(Irmawati, 2013). bercerai. Dari keempat yang masih
Salah satu hal yang penting berumah tangga informan pertama
dalam kebudayaan adat Jawa adalah dan kedua menikah kurang dari
pernikahan. Di dalam budaya Jawa sepuluh tahun, sedangkan informan
Tengah memiliki adat-adat yang ketiga dan keempat sudah menikah
harus dijalankan ketika seorang laki- selama lebih dari 10 tahun.
laki dan perempuan dipersatukan Perceraian yang dilakukan dua
dalam sebuah ikatan pernikahan yang informan awal disebabkan salah
dinamakan prosesi adat. Pernikahan satunya karena ketidak pahaman
yang dilaksanakan oleh masyarakat informan pada makna simbolik
Jawa Tengah adalah suatu prosesi pernikahan yang dilakukan ketika
yang dianggap penting yang penuh menikah dengan usia pernikahan tiga
makna dari semua tata caranya. taun dan 5 tahun lamanya.
Upacara-upacara yang dilakukan Beberapa informasi yang
masyarakat Jawa Tengah berkaitan diperoleh dari keenam informan
3

tersebut fenomena yang terjadi simbolik pernikahan adat Jawa


pernikahan yang mereka lakukan Tengah sehingga bagaimana
dengan menggunakan prosesi adat implementasi makna simbolik
Jawa Tengah dan pemahaman prosesi pernikahan adat Jawa Tengah
mereka tentang makna-makna pada pasangan suami istri? Dari sisi
simbolik pernikahan adat Jawa psikologi akan memperlihatkan
Tengah hanya sebatas setelah proses seseorang berperilaku setelah
menikah saja setelah waktu menkalankan prosesi pernikahan
berjalannya pernikahan sampai dapat dengan menggunakan adat Jawa
mencapai lebih dari sepuluh tahun Tengah. Maka dari itu penulis
sudah melupakan makna dari prosesi tertarik untuk melakukan penelitian
adat yang dilakukan dan bahkan ada dengan judul Implementasi Makna
yang bercerai walaupun sudah Simbolik Prosesi Pernikahan Adat
melakukan pernikahan dengan Jawa Tengah pada Pasangan
prosesi adat Jawa. Padahal kita hidup Suami Istri.
di tanah Jawa Tengah yang masih
kental dengan budayanya yang Landasan Teori
seharusnya dilestarikan walaupun Pernikahan sendiri adalah
ditengah-tengah perkembangan bersatunya dua orang sebagai suami
zaman yang semakin berkembang. istri dalam ikatan yang sah oleh
Dari budaya pernikahan itu sendiri agama maupun hukum negara
yang memiliki banyak makna yang marriage : the union of two persons
terkandung dalam prosesi adatnya as husband and wife. (wismanto,
dengan harapan pasangan yang 2005). Dalam penelitian Anjani dan
menjalani pernikahan dengan Suryanto (2006) menyatakan
menggunakan prosesi adat Jawa penyesuaian pernikahan seperti
Tengah akan dapat menerapkan halnya (a) mereka menginginkan
dalam kehidupan berumah kebahagiaan suami istri dalam
tangganya, namun dalam perkawinan serta menjaga hubungan
kenyataannya dari informan yang baik dengan dalam keluarga terutama
didapat mereka melakukan anak-anaknyanya. (b) kesediaan
pernikahan dengan prosesi adat Jawa masing-masing pasangan untuk
Tengah menggunakan simbol-simbol saling memberi dan menerima cinta.
pernikahan namun tidak faham akan (c) cara mengekspresikan dengan
makna-makna yang terkandung pasangan. (d) pasangan lebih
didalamnya, sehingga mereka kurang menanamkan rasa toleransi dan
dapat menerapkan dalam kehidupan saling terbuka. Seperti halnya
berumah tangganya. permasalahan konflik, menurut
Berdasarkan dari uraian di Duffy (2005) Komunikasi dan
atas, yang telah menjabarkan tentang managemen konflik (communication
ragam budaya, Budaya Jawa Tengah, and conflict) menjadi hal penting
dan pernikahan adat Budaya Jawa dalam sebuah perkawinan.
Tengah, serta fenomena yang terjadi Kegagalan dalam komunikasi
di masyarakat maka dalam ilmu cenderung sering terjadi kerena
psikologi akan menarik untuk dikaji rendahnya upaya yang dilakukan
tentang seberapa penting makna suami atupun istri untuk berbagi
4

perasaan. Harapan keinginan dan maksud dengan tujuan yang


kebutuhan pribadi, konflik muncul diinginkan. Kata simbol berasal dari
manakala komunikasi tidak berjalan bahasa Yunanai symbolos, yang
lancar. Intensitas terjadinya konflik berarti tanda atau ciri yang
akan lebih sedikit ketika seoarang memberitahuakan sesuatu hal kepada
suami-istri memahami esensi dari seseorang (Herusatoto,2005). Pierce
makna simbolik pernikahan adat (dalam Ucik, 2011) mengemukakan
Jawa yang dilakukan ketika menikah bahwa simbol adalah salah satu jenis
karena saling memahami dan berbagi tanda yang bersifat arbiter dan
perasaan dari suami maupun istri. konfensional. Berdasarkan
Upacara tradisional pengertian ini simbol merupakan
merupakan warisan budaya leluhur ekuivalen dari pengertian Saussure
yang dipandang sebagai usaha tentang tanda. sikap hidup orang
manusia untuk dapat berhubungan Jawa yang lebih suka mengatakan
dengan arwah para leluhur. Pada sesuatu secara tidak langsung hingga
umumnya mereka masih sukar diketahui seketika apa
mempunyai anggapan bahwa roh sesungguhnya yang dimaksud atau
para leluhur dianggap masih dapat dikehendaki (Irmawati, 2013). Pada
memberikan keselamatan dan hakekatnya pengetahuan manusia
perlindungan kepada keluarga yang adalah pengetahuan yang simbolis.
ditinggalkan (Muliyadi, 2009). Pada Fungsi utama dari simbol-
hakikatnya masyarakat Jawa selalu simbol itu adalah untuk
menjalankan budaya-budaya mempermudah berkomunikasi.
tersebut atas dasar ajaran agama Komunikasi manusia tidak hanya
yang selalu berjalan berdampingan. dengan sesamanya, melainkan juga
Masyarakat Jawa memiliki suatu dengan makhluk di luar dirinya yang
corak yang unik dari interkoneksi bersifat spiritual atau gaib, demi
dan ketergantungan fisik, psikologis, menjaga keseimbangan dalam alam
pengalaman, sosial dan aspek hidupnya. Ketika manusia
budayanya. Ikatan ini sudah sebagai berkomunikasi dengan sesama selalu
konsekwensi yang menghasilkan diungkapkan dengan kata-kata
suatu keadaan kolektif untuk sebagai salah satu tindakan
memelihara kondisi sosial budaya simbolik(Wayen,2009).
yang seimbang, harmonis dan indah, Prosesi pernikahan adat Jawa
hal ini mendorong masyarakat untuk banyak sekali serangkaian upacara
bekerja keras secara terus menerus yang dijalankan oleh calon
untuk temukan keselarasan di dalam mempelai. Upacara tradisional dari
sosial dan budaya hidup mereka. Ini ritual sangat penting untuk orang
jelas fakta bahwa Jawa masih Jawa yang masih melestarikan tradisi
digunakan oleh masyarakat hingga dan ritual leluhurnya (Desy, 2010).
hari ini (Sahid, 2012) Dari awar ritualnya Siraman yang
merupakan mandi ritual sudah
Sebagai halnya yang paling barang tentu dimaksudkan agar calon
melekat dengan kebudayaan adalah pengantin menjadi bersih secara
simbol-simbol yang menjadikan spiritual dan berhati suci. Kemudian
suatu lambang pemaknaan dari suatu malamnya berlangsung Midodareni
5

berasal dari kata widodari yang timbang dan dhahar saklimah Ini
berarti bidadari. Paginya diadakan sebagai simbol bahwa kedua orang
upacara ijab kabul (Negoro, 2001). tua calon mempelai wanita telah
Menurut Hariwijaya (2008) mendudukan pasangan itu di tempat
adapun beberapa prosesi yang harus yang selayaknya. (g) Adicara
dijalankan oleh seorang pengantin sungkeman sebagai wujud bahwa
setelah melakukan Ijab Kabul : (a) kedua mempelai akan patuh dan
Bertemunya pengantin. (b) pasrah berbakti pada kedua orang tua
sanggan dan kembar mayang, Jika mereka baik terhadap kedua orang
seorang pria mau menikah dan telah tua mempelai putra maupun putri.
memiliki mas kawin atau mahar, Prof. Dr Mar’at berpendapat
maka pasangan mempelai yang ingin ada tiga komponen psikologi yang
mengikuti upacara Panggih mempengaruhi hubungan sikap
Pengantin dengan menggunakan dengan pola tingkah laku seseorang.
kembar mayang. (c) Adicara bucalan Tiga komponen psikologi tersebut
gantal, Makna yang terkandung di adaha kognitif , afektif, dan konatif
dalamnya adalah bahwa kedua yang bekerja secara komplek
mempelai secara lahir batin telah merupakan bagian yang menentukan
menyatukan tekat dan rasa yang utuh sikap seseorang terhadap sebuah
untuk menghadapi suka duka objek, baik yang berbentuk konkret
maupun pahit getirnya kehidupan maupun yang abstrak. Komponen
rumah tangga. (d) Ngidak tigan dan kognitif akan menjawab tentang apa
wijik sekar setaman memiliki makna yang dipikirkan atau dipersepsikan
Kewajiban suami-istri secara tentang objek. Komponen efekfif
biologis dalam melanjutkan dikaitkan tentang apa yang dirasakan
keturunan saling mencintai dan terhadap objek (senang atau tidak
menghormati. (e) Adicara sinduran senang). Sedangkan komponen
dan kacar kucur Maksudnya, walau konafif berhubungan dengan
balai kehidupan yang harus mereka kesediaan atau kesiapan untuk
hadapi sangat berat, kedua mempelai bertindak terhadap objek. Dengan
harus bersikap malu untuk mundur demikian sikap yang ditampilkan
kalau harus berpisah selain itu kemul seseorang merupakan hasil dari
sindur memiliki makna yang cukup proses berfikir, merasa, dan memilih
dalam, kedua mempelai menyatu motif-motif tertentu sebagai reaksi
lahir batin dalam satu tujuan hidup. terhadap suatu objek
Ibu yang berada di belakang merestui (Jalalludin,2012).
pasangan itu, tut wuri handayani
sementara sang ayah berada di depan
sebagai teladan semuanya, ing Tujuan
ngarsa sang tuladha. Acara Adapun tujuan penelitian ini adalah :
berikutnya adalah upacara Kacar- Untuk menggali implementasi makna
kucur. Upacara ini adalah lambang simbolik prosesi pernikahan adat
bahwa suami yang mencari nafkah Jawa Tengah pada pasangan suami
untuk keluarga secara simbolik istri.
tengah menyerahkan hasil jerih
payahnya pada istrinya. (f) Pangkon
6

Manfaat dalam kehidupan berumah tangga


Pada tataran teoritis hasil bagi seorang suami maupun istri.
penelitian ini diharapkan dapat
memberi sumbangan bagi khasanah Devinisi operasional
ilmu pengetahuan tentang makna Makna simbolik dari prosesi
simbolik prosesi pernikahan budaya pernikahan adat Jawa Tengah adalah
adat Jawa Tengah bagi pasangan suatu perumpamaan perilaku dalam
suami istri khususnya di bidang mengarungi bahtera rumah tangga.
psikologi sosial dan indigenous. Banyak sekali nilai-nilai yang
Sedangkan pada tataran terkandung dalam prosesi pernikahan
praktis peneliti diharapkan dapat adat Jawa Tengah yang dilakukan
memberikan manfaat antara lain : ketika pasangan tersebut menikah
1. Pasangan suami istri, diharapkan yang bertujuan untuk pengaplikasian
dapat lebih memaknai simbolik dalam rumah tangga mereka agar
pernikahan budaya Jawa Tengah menjadi rumah tangga yang baik dan
dan menerapkannya dalam harmonis, menurut dari makna yang
kehidupan rumah tangga. Dapat disampaikan oleh pendahulu yang
juga sebagai salah satu rujukan menginginkan dapat dilestarikannya
implementatif bagi pasangan prosesi tersebut hingga akhir zaman
suami istri. dan pengharapan usia pernikahan
2. Masyarakat, penelitian ini yang lebih panjang dari penerapan
diharapkan dapat menjadi makna simbolik suatu prosesi
wacana yang bermanfaat kepada pernikahan adat Jawa. dari sisi
masyarakat yang selama ini psikologi proses prilaku seseorang
kurang mengerti tentang makna timbul berdasarkan tiga komponen
apa yang sebenarnya terkandung dasar, mulai dari kognitif tentang apa
dalam prosesi pernikahan yang dipikirkan seseorang, afektif
budaya adat Jawa Tengah tentang apa yang dirasakan terhadap
(terutama masyarakat Jawa suatu objek dengan keadaan senang
Tengah). ataupun sedih, kemudian komponen
3. Peneliti lain, untuk peneliti lain konatif yang berhubungan dengan
dapat digunakan sebagai kesediaan atau kesiapan untuk
tambahan informasi dan bertindak. Implementasi makna
pengetahuan serta perbandingan simbolik pernikahan adat Jawa
dalam melakukan penelitian Tengah lebih menekankan pada
dengan tema yang sama. penggalian implementasi setiap
individu untuk lebih peka terhadapa
makna simboliknya dan proses
kehidupan berumah tangga melalui
B. METODE PENELITIAN makna simbolik prosesi pernikahan
yang pernah dilakukan ketika
Identifikasi Gejala penelitian pasangan tersebut menikah.
Gejala penelitian yang
hendak diungkap dalam penelitian ini Informan Penelitian
adalah penerapan makna simbolik Teknik pengambilan data
prosesi pernikahan adat Jawa Tengah penelitian ini adalah puposive
7

sampling, yaitu memilih informan informasi, hal ini karena setidak–


yang dianggap tahu dan dipercaya tidaknya ada dua alasan, yaitu :
sebagai sumber data yang mantap (1) dengan wawancara peneliti
serta mengetahui permasalahan dapat menggali tidak saja apa
secara mendalam (Sutopo, 2002). yang diketahui dan dialami oleh
Kriteria pemilihan informan dalam informan yang diteliti, tetapi juga
penelitian ini adalah suami ataupun apa yang tersembunyi jauh
istri yang sudah menikah dan didalam diri informan (eksplisit
menggunakan prosesi adat Jawa knowledge). (2) apa yang
Tengah. ditanyakan kepada informan bisa
Informan dalam penelitian ini mencakup hal–hal yang bersifat
adalah 4 orang yang menikah dengan lintas waktu yang berkaitan
menggunakan prosesi adat Jawa dengan masa lampau, masa
Tengah, dengan ketentuan 1 orang sekarang dan masa yang akan
laki-laki dan 1 orang perempuan datang.
tidak paham prosesi pernikahan 2. Observasi, Observasi yang
namun menjalankan dalam rumah dilakukan adalah observasi
tangga, 1 orang laki-laki 1 orang diskriptif, yaitu pengamatan tidak
perempuan paham prosesi mencatat kesimpulan atau
pernikahan adat Jawa dan interpretasi, tetapi data konkrit
menjalankan dalam rumah tangga. berkenaan dengan fenomena yang
Cara menentukan paham atau diamati (Purwandari dalam
tidaknya seorang informan adalah Ernawati, 2005).
dengan pengetahuan implementasi 3. Dokumentasi, Dokumen adalah
memiliki tolak ukur berdasarkan setiap peranyataan tertulis ataupun
prosesi pernikahan yaitu: film. Dokumen sudah lama
a. Prosesi Temu (bucalan gantal, digunakan sebagai bahan
ngidak tigan, wijik sekar penelitian sebagai sumber data
setaman) karena dalam banyak hal
b. Prosesi kacar kucur dokumen sebagai sumber data
c. Prosesi sungkeman yang dimanfaatkan untuk
d. Prosesi dahar saklimah menguji, menafsirkan, bahkan
e. Prosesi pangkon timbang untuk meramalkan. Dokumen
Alasan pemilihan informan internal berupa memo,
dengan karakteristik tersebut adalah pengumuman, instruksi, aturan
karena pasangan yang sudah suatu lembaga masyarakat tertentu
menikah dengan prosesi adat Jawa yang digunakan dalam kalangan
Tengah dianggap mampu memahami sendiri (Moleong, 2007).
maksud dari peneliti dan mengalami Menurut Bogdan dan Biklen
prosesi adat pernikahan ketika (Moleong, 2007) analisis data
mereka menikah. kualitatif adalah upaya yang
Metode pengumpulan data : dilakukan dengan jalan bekerja
1. Wawancara, Menurut Faisal dengan data mengorganisasikan data,
(Sutikno, 2006) wawancara memilah-milahnya menjadi satuan
merupakan cara utama untuk uang dapat dikelola,
mengumpulkan data atau mensintesiskannya, mencari dan
8

menemukan pola menentukan apa dengan mengaitkan teori-teori yang


yang penting dan apa yang dipelajari, sudah ada mengenai proses
dan memutuskan apa yang dapat psikologi implementasi makna
diceritakan kepada orang lain. simbolik pernikahan budaya adat
Berdasarkan jenis data Jawa Tengah.
tersebut, maka analisis data yang
digunakan peneliti adalah analisis
deskriptif, yaitu berupa paparan, C. HASIL PEMBAHASAN
uraian, dan gambaran dari data yang
diperoleh (dalam Bungin, 2003). Berdasarkan hasil wawancara
observasi dan analisis data pada
Adapun langkah-langkah penelitian ni dapat diketahui hasil
penulis dalam melakukan analisis secara keseluruan bahwa Pernikahan
data adalah sebagai berikut : merupakan sumbu tempat
1. Membuat transkip wawancara, berputarnya seluruh hidup
laporan lapangan hasil observasi kemasyarakatan, peralihan dari
Metode pengumpulan data remaja ke masa berkeluarga.
yang dilakukan oleh penulis adalah Menutupi taraf hidup lama dan
wawancara. Hasil wawancara membuka taraf hidup baru. Proses ini
direkam dengan hand record tidak dialami oleh perorangan tapi
kemudian dibuat transkip secara tanggung Jawab bersama bagi
lengkap untuk mempermudah masyarakat Jawa (Desy, 2010).
penulis dalam menganalisa Pernikahan yang dianggap informan
2. Mencari Kategori sebagai suatu penyatuan dua insan
Transkip wawancara yang laki-laki dan perempuan yang
telah dibuat dicari kategori-kategori disahkan oleh negara maupun agama,
yaitu pengelompokan terhadap hal ini sesuai dengan tori yang
penerapan makna simbolik prosesi dikemukakan oleh Hornby (dalam
pernikahan adat Jawa. kategori Wismanto, 2005) yang
tersebut dilakukan dengan mengemukakan bahwa marriage :
pengambilan keputusan secara the union of two persons as husband
induksi yaitu kesimpulan ditarik dari and wife. Ini berarti bahwa
keputusan khusus untuk mendapat perkawinan adalah bersatunya dua
kesimpulan yang umum berdasarkan orang sebagai suami istri dalam
data yang diperoleh. ikatan yang sah oleh agama maupun
3. Mendeskripsikan kategori hukum negara.
Kategori yang diperoleh Budaya Jawa adalah suatu
kemudian didiskripsikan untuk budaya yang dianggap sebagai suatu
menggambarkan dan menjelaskan prosesi yang sakral yang diajarkan
penerapan-penerapan yang secara turun teurun. Upacara-
terkandung dalam prosesi makna upacara ini termasuk adat-istiadat
simbolik pernikahan budaya adat yang sifatnya sakral baik mengenai
Jawa Tengah. niat, tujuan dan bentuk upacara,
4. Pembahasan hasil penelitian perlengkapan upacara, maupun tata
Deskriptif ketegori yang laku pelaksanaannya sehingga
sudah diperoleh kemudian dibahas ketika akan melaksanakan suatu
9

upacara pernikahan maka dipertemukan di atas pelaminan.


membutuhkan persiapan yang Beberapa implementasi yang
benar-benar matang, bahkan dilakukan dalam rumah tangga
terkesan rumit (Irmawati,2013). subjek seperti halnya seorang istri
Masyarakat Jawa memiliki suatu yang dapat memahami suaminya dan
corak yang unik dari interkoneksi sebaliknya. Dapat mengelola rizky
dan ketergantungan fisik, psikologis, yang diberikan yang berupa materi
pengalaman, sosial dan aspek maupun kasih sayang, dan dapat
budayanya. Ikatan ini sudah sebagai mendididk anak-anaknya menjadi
konsekwensi yang menghasilkan baik. Menjaga kerukunan berumah
suatu keadaan kolektif untuk tangga dan saling menghargai satu
memelihara kondisi sosial budaya sama lain menjadikan alasan
yang seimbang, harmonis dan indah, pernikahan mereka berlangsung lebih
hal ini mendorong masyarakat untuk dari dua puluh tahun. Kepercayaan
bekerja keras secara terus menerus tentang budaya menjadikan salah
untuk temukan keselarasan di dalam satu alasan mempertahankan nilai-
sosial dan budaya hidup mereka. Ini nilaki simbolik yang pernah mereka
jelas fakta bahwa Jawa masih lakukan. Kepercayaan merupakan
digunakan oleh masyarakat hingga paham yang bersifat dogmatis yang
hari ini (Sahid, 2012). Oleh sebab terjalin dalam adat istiadat hidup
itu Informan yang memahami akan sehari-hari dari berbagai suku bangsa
makna prosesi pernikahan adat Jawa yang mempercayai apa saja yang
beranggapan budaya adat sebagai dipercayai adat nenek moyang
suatu hal yang patut dilestarikan, (Endraswara,2003). Anggapan
sebagai suatu pengalaman yang bahwa Upacara tradisional lebih dari
harus diturunkan. Dari harapan sebuah mitos yang fungsinya tidak
informan yang menginginkan hanya sekedar memberikan hiburan
adanya modifikasi budaya agar tetapi yang penting upacara tersebut
sesuai dengan jaman dan masih dapat mengukuhkan nilai-nilai tradisi
tetap dapat dilestarikan ini sesuai tentang kebaikan, kehidupan,
dengan teori yang dikemukakan kesuburan, juga penyucian
Negoro (2001) yang menyebutkan (Peusen,2007).
kemungkinan ada perubahan kecil Penelitian yang telah
dalam cara pelaksanaan upacara, dilakukan menunjukan hasil bahwa
untuk menyesuaikan diri dengan dijaman yang semakin maju seperti
keadaan dan demi alasan praktis, sekarang ini kebudayaan Jawa masih
tapi makna dan tujuan tetap sama. kental terjadi di masyarakat. Seperti
halnya pernikahan adat Jawa Tengah
Dua informan yang telah sendiri yang memiliki banyak sekali
menikah selama lebih dari sepuluh makna dan simbol untuk kebaikan
tahun ini masih tetap rumah tangga yang dibangun
menimplementasikan makna pengantin yang melakukan prosesi
simbolik pernikahan adat Jawa yang adat pernikahan. Namun kebudayaan
mereka pernah lakukan. Lengkap tidak menjadi tolok ukur yang
dari prosesi-prosesi adat sebelum sah mengharuskan seseorang keturunan
menjadi suami istri sampai Jawa asli harus menggunakan
10

pernikahan adat Jawa Tengah. Dari Jawa Tengah (kognitif), maka


penelitian tersebut pernikahan yang akan setengah hati melakukan
tidak menggunakan prosesi adat prosesi adat tersebut (afektif),
Jawapun masih bisa berjalan dengan akibat yang ditimbulkan tidak
baik dan harmonis. Informan yang implementasi simbolik yang
tidak paham akan makna simbolik dipahami dan dilakukan dalam
prosesi adat Jawa tetap menjalankan rumah tangga (konatif).
kehidupan rumah tangganya
berdasarkan pengalaman hidup orang Prosesi yang
tuanya dan berdasarkan agama yang diimplementasikan dalam rumah
menjadi panutannya, sehingga tangga seperti halnya temu (bucalan
budaya Jawa dianggap sebagai gantal,wijik sekar setaman, ngidak
pelengkap dan penambah rasa dari tigan, sinduran), kacar kucur,
suatu perayaan adat walaupun sungkeman, pangkon timbang, dahar
sebenarnya banyak sekali makna saklimah. Individu yang menjalankan
simbol yang baik untuk rumah implementasi tersebut
tangga pasangan suami istri. memperlihatkan keharmonisan
rumah tangga yang berjalan hingga
kurun waktu lebih dari dua puluh
lima tahun lamanya, dengan alasan
Budaya pernikahan adat Jawa adalah 103
D. KESIMPULAN & SARAN
SARAN budaya yang baik untuk dilakukan
dan diimplementasikan dalam rumah
Berdasarkan penelitian tangga. Sedangkan individu yang
terhadap implementasi makna tidak mengimplementasikan makna
simbolik pernikahan adat Jawa simbolik pernikahan Budaya Jawa
Tengah pada pasangan suami istri, terlihat dari ketidakpahaman
dapat ditarik kesimpulan bahwa : terhadap makna simbolik dan
menganggap prosesi simbolik
Proses psikologi yang terjadi sebagai hal yang ribet dan beralasan
pada individu terhadap suatu masih banyak cara membangun
tindakan perilaku berdasarkan pada rumah tangga tidak hanya
tiga tahapan kognitif (pikiran), menggunakan Budaya Jawa. Rumah
afektif (perasaan), konatif (tindakan). tangga yang dijalankan tidak hanya
 Ketika seseorang paham akan berdasarkan pada budaya, melainkan
makna simbolik pernikahan adat dapat bertolak ukur pada agama yang
Jawa Tengah (kognitif), karena dianut dan pengalaman pernikahan
suatu kepercayaan dan perasaan kedua orang tua. Sehingga di jaman
senang menjalankannya sekarang ini budaya adat dijadikan
(afektif), maka akan lebih sebahai suatu tradisi pelestarian
mudah untuk identitas daerah Jawa Tengah.
mengimplementasikan makna
simbolik prosesi pernikahan adat Saran
Jawa Tengah (konatif). Berdasarkan hasil
 Individu yang tidak paham pengamatan, wawancara dan
makna simbolik pernikahan adat kesimpulan yang telah dilakukan
11

terhadap suami atau istri, maka meninggalkannya. Salah


penulis akan memberikan satunya dengan cara
sumbangan saran untuk perbaikan memperlihatkan budaya-
dan diharapkan bermanfaat, antara budaya Jawa seperti
lain : mengunjungi keraton-
keraton memperlihatkan
1. Untuk pasangan suami dan istri prosesi-prosesi adat agar tau
peninggalan yang harus
Agar lebih bisa
terus dijaga.
memaknai suatu pernikahan
3. Untuk peneliti lain
yang menggunakan prosesi adat
Jawa Tengah yang mengandung Hasil penelitian ini agar
makna cukup dalam karena dapat dimanfaatkan sebagai referensi
prosesi pernikahan adat adalah atau tambahan informasi bagi para
ritual yang sakral yang peneliti lain yang ingin meneliti
didalamnya mengandung arti tentang implementasi makna
bekal bagi kehidupan rumah simbolik pernikahan adat Jawa
tangga yang akan dikayuh. Jadi sehingga informasi dan pengetahuan
diharapkan suami istri mampu tentang Budaya Jawa pada umumnya
menjalankan kehidupan berumah dan makna simbolik prosesi
tangganya dengan sebaik- pernikahan pada khususnya semakin
baiknya dengan tuntunan agama luas.
dan budaya agar bisa berjalan
beriringan sehingga dapat
memiliki usia pernikahan yang
panjang. DAFTAR PUSTAKA

2. Untuk masyarakat
a. Menghargai dan mendukung
Creswell, John W. (2010). Research
kelestarian Budaya Jawa
yang masih berkembang di Design Pendekatan
masyarakat kita, sebagai Kualitatif, kuantitatif, dan
bentuk rasa penghormatan Mixed. Edisi ketiga
kita kepada para pendahulu (Terjemahan Achmad
kita. Salah satunya dengan Fawaid). Yogyakarta: Pustaka
cara terus mengadakan Belajar.
prosesi-prosesi adat dalam
hal ini adalah prosesi Endraswara, S. (2003). Mistik
pernikahan adat Jawa Kejawen. Yogyakarta: Narasi.
Tengah agar terus dapat
dilihat dan dimaknai oleh Herusatoto, B. (2005). Simbolisme
masyarakat. Dalam Budaya Jawa.
b. Melestarikan Budaya Jawa Yogyakarta: Rineka Cipta.
dan mampu mengenalkan
kepada anak cucu dan Irmawati, W. (2013). Makna
keturunan kita untuk tidak Simbolik Upacara Siraman
melupakan dan Pengantin Adat Jawa. Jurnal
12

Indigenous , Vol 21, No 2, Ucik, F. (2011). Simbol dan Makna


310. Kebangasaan dalam Lirik
Lagu Dolanan di Jawa
Jalaluddin. (2012). Psikologi Agama Tengah Dan Implementasinya
edisi Revisi. Jakarta : Fajar dalam Dunia Pendididkan.
Interpratama Offset Lingua Jurnal Bahasa dan
Sastra , Volume VII, hal.17,1
Koentjaraningrat. (2000). Januari 2011.
Kebudayaan Jawa. Jakarta:
Balai Pustaka. V, Peusen (2007), op.cit, Hal 18

Moleong, L. J. (2005). Metodologi Wayen, n. s. (2009). Menggali Nilai


Penelitian Kualitatif Edisi Kearifan Lokal Budaya Jawa
Revisi. Bandung: Pemaja Lewat Ungkapan (Bebasan,
Rosdakarya. Saloka, Peribahasa). Ilmiyah
Bahasa dan Sastra , Vol 5,
Muliyadi, (2009). Upacara No 1, April 2009.
Tradisional Sebagai
Sosialisasi DIY. Yogyakarta. Wismanto, B. (2005, 17 10).
proyek P2NB Dekdikbud, hal Kepuasan Perkawinan.
2 Retrieved 4 22, 2014, from
kepuasan perkawinan
Negoro. (2001). Tata Cara diperoleh dari Komitmen
Pernikahan Adat Jawa Perkawinan:
Tengah. Yogyakarta : Pustaka http://www.unika.ac.id/warta/
Belajar 22082005.htm diakses 8
April 2014
Poerwandari, E. (1998). Pendekatan
Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi. Jakarta LPSP3 :
Universitas Indonesia.

Sahid, T. W. (2012). Petangan


Traditional In Javanese
Personal Naming Practice An
Ethnoliguistic Study. GEMA
Online Journal Of Language
Studies , Volume 12(4),
November 2012.
Sutikno. (2006). Orientasi Masa
Depan Korban Kekerasa
Seksulal. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta .

Anda mungkin juga menyukai