UAS BPM Kelas 4A FIKS
UAS BPM Kelas 4A FIKS
Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Belajar dan
Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELAS A
SEMESTER IV (EMPAT)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
Jl. HS Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat
41361; Telepon: (0267)641177, 641367, 642582; Fax: (0267) 641177, 641367, 642582
Website : http://www.unsika.ac.id Email : info@unsika.ac.id
2020
UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran Matematika
Semester/Kelas : IV/ A
Hari/ Tanggal : Rabu, 3 Juni 2020
Waktu : 14.00 s.d 15.30
Dosen : Dr. Rafiq Zulkarnaen, M.Pd.
1. Guru yang baik adalah guru yang menguasai bahan, dan selama proses belajar mengajar mampu
menyampaikan materi tanpa melihat buku pelajaran; guru yang selama 2 kali 45 menit dapat
menguasai kelas dan berceramah dengan suara yang lantang. Di lain pihak, Guru harus berfungsi
sebagai mediator dan fasilitator pembelajaran, yakni: menyediakan pengalaman belajar yang
memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
Karena itu memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru. Dari kedua hal tersebut,
apakah guru yang selama 2 kali 45 menit dapat menguasai kelas dan berceramah dengan suara
yang lantang gagal melakukan fungsinya sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran?
Kemukakan alasannya!
2. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka
ketahui dan pikirkan; dan, Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat
mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan
pengandaian yang tidak diterima guru. Berdasarkan uraian tersebut, bagaimana peran dan
tugas guru kaitanya dengan paradigma pembelajaran konstruktivisme? Sertakan alasannya!
3. Bahan ajar interaktif dapat mengakibatkan siswa mampu menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju
terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian
yang lain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil
pelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, buatlah bahan ajar (materi disesuaikan dengan
kompetensi dasar) yang dapat menghasilkan pembelajaran interaktif.
2
Hasil Analisis
Soal no. 1
Guru yang baik adalah guru yang menguasai bahan, dan selama proses belajar mengajar mampu
menyampaikan materi tanpa melihat buku pelajaran; guru yang selama 2 kali 45 menit dapat
menguasai kelas dan berceramah dengan suara yang lantang. Di lain pihak, Guru harus berfungsi
sebagai mediator dan fasilitator pembelajaran, yakni: menyediakan pengalaman belajar yang
memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena
itu memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru. Dari kedua hal tersebut, apakah guru
yang selama 2 kali 45 menit dapat menguasai kelas dan berceramah dengan suara yang lantang
gagal melakukan fungsinya sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran? Kemukakan
alasannya!
1. Ya, guru gagal dalam melakukan fungsinya sebagai mediator dan fasilitator sebab
pembelajaran ceramah atau konvensional merupakan suatu metode pembelajaran
yang saat ini masih banyak digunakan oleh guru/pendidik. Persiapan mengajar yang
mudah dan tidak menyulitkan membuat metode ini masih banyak dilakukan oleh
guru.
Pembelajaran konvensional yaitu metode pembelajaran yang mengganggap
siswa datang ke kelas dengan pemikiran yang kosong atau tanpa pengetahuan awal
tentang konsep-konsep, sehingga guru memberikan ceramah untuk menuangkan
materi dari pikiran guru ke pikiran siswa. Selanjutnya, siswa diminta menghafal
materi tersebut, dan jika telah hafal siswa dianggap sudah memahami materi tersebut.
Hal ini juga dipertegas oleh Dufresne et al. (dalam Dian, 2011:30) Metode
Pengajaran sains secara konvensional selama ini lebih ditekankan pada tugas seorang
guru untuk memberikan instruksi atau ceramah selama proses pembelajaran
berlangsung, sementara siswa mendengarkan secara pasif.
Nurhadi (dalam Kurnia, 2011) mengungkapkan beberapa karakteristik
pembelajaran konvensional, yaitu: (1) siswa adalah penerima informasi secara pasif,
(2) siswa belajar secara individual, (3) pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, (4)
rumus yang ada di luar diri siswa harus diterangkan, diterima, dihafalkan dan
dilatihkan, (5) siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca,
3
mendengarkan, mencatat dan menghafal), (6) keterampilan dikembangkan atas dasar
latihan-latihan, (7) guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, (8) hasil
belajar diukur dengan test dan, (9) pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman
siswa.
Berbanding terbalik dengan pandangan konstruktivisme, belajar bukanlah
suatu penambahan informasi baru secara sederhana tetapi melibatkan interaksi antara
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Proses
rekonsiliasi mungkin melibatkan penolakan terhadap beberapa konsepsi siswa.
Aliran informasi dalam dua arah perlu mendapat perhatian jika seorang guru
menginginkan model konstruktivis dalam pembelajaran. Jawaban siswa dari
pertanyaan yang diajukan oleh guru selalu diperhatikan dan dicermati secara
seksama, apakah jawaban itu masuk akal atau tidak. Guru yang mengatakan “salah”
pada jawaban yang dikemukakan siswa akan membawa efek yang kurang bagus pada
siswa. Siswa akan merasa kecewa dan itu mengganggu dirinya. Jawaban siswa yang
menurut guru “salah”, tetapi menurut siswa sendiri itu merupakan jawaban yang
masuk akal pada saat itu. Guru harus memberikan jalan pada siswa untuk
mendapatkan jawaban yang lebih baik dan benar.
Pandangan konstruktivisme tentang belajar menghendaki pemikiran penganut
konstruktivisme mengadakan pergeseran yang tajam. Pergeseran pemikiran seorang
guru dari mengajar, menjadi seorang guru sebagai fasilitator dan mediator yang
kreatif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan
bermakna bagi siswa. Pengetahuan yang dimiliki siswa dapat terbentuk secara
individu atau secara social. Menurut Driver et al (dalam Suparno, 1997)
konstruktivisme social menekankan bahwa belajar berarti dimasukannya seseorang ke
dalam suatu dunia simbolik. Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang
terlibat secara social dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan
pengalaman. Jadi kelompok belajar dianggap sangat membantu belajar karena
mengandung beberapa unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan
harga diri seseorang.
Menurut model belajar konstruktivis, guru dalam kapasitas sebagai fasilitator
atau mediator mempunyai ciri-ciri: (1) menyiapkan kondisi yang kondusif bagi
berlangsungnya proses pembelajaran dengan menyajikan problem-problem yang
menantang bagi siswa, (2) berupaya untuk menggali dan memahami pengetahuan
awal siswa, (3) pengetahuan awal siswa harus selalu diperhatikan dan digunakan,
4
baik dalam merancang maupun dalam mengimplementasikan program pembelajaran.,
(4) gagasan siswa dirancang dan diberi kesempatan untuk mengemukakannya saat
pembelajaran, (5) alasan dari jawaban siswa, bukan pada benar atau salahnya jawaban
siswa., (6) tidak melakukan upaya transfer pengetahuan pada siswa, (7) menggunakan
strategi pengubahan konseptual (conceptual change) dalam upaya mengubah
miskonsepsi-miskonsepsi yang dibawa siswa menuju konsep ilmiah, dan (8)
menyiapkan dan menyajikan pada saat yang tepat berbagai konflik kognitif dan
contoh tandingan yang dapat mengarahkan siswa dalam merekonstruksi gagasan-
gagasan menuju pengetahuan ilmiah, (dalam Sadia, 1996).
Kesimpulannya pembelajaran satu arah atau ceramah dan bersifat menyuapi,
hanya menjejali siswa dengan beragam informasi yang harus dihafal oleh siswa,
bertolak belakang dengan pandangan teori belajar konstruktivistik. Pembelajaran
perlu didesain agar siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna.
Soal no. 2
Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka
ketahui dan pikirkan; dan, Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat
mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan
pengandaian yang tidak diterima guru. Berdasarkan uraian tersebut, bagaimana peran dan
tugas guru kaitanya dengan paradigma pembelajaran konstruktivisme? Sertakan alasannya!
5
jawaban tu masuk akal atau tidak. Guru yang mengatakan “salah” pada jawaban
yang dikemukakan siswa akan membawa efek yang kurang bagus pada siswa. Siswa
akan merasa kecewa dan itu akan mengganggu dirinya. Jawaban siswa yang menurut
guru “salah”, tetapi menurut siswa sendiri itu merupakan jawaban yang masuk akal
pada saaat itu. Guru harus memberikan jalan pada siswa untuk mendapatkan jawaban
yang lebih baik dan benar.
Konsep paling utama dalam pemikiran para ahli konstruktivistik adalah
pandangan tentang belajar yang merupakan produk konstruksi dari individu yang
belajar.
Konstruktivisme memiliki keterkaitan yang erat dengan metode pembelajaran
penemuan (discover learning) dan konsep belajar bermakna (meaningful learning).
Kedua metode pembelajaran ini berada dalam konteks teori belajar kognitif.
Peran dan tugas guru dalam pembelajaran konstruktivisme adalah mendorong
dan mengarahkan agar siswa dapat memiliki makna baru terhadap pengalaman atau
informasi yang sedang dipelajari. Teknik belajar aktif perlu digunakan untuk
membantu siswa membangun pengetahuan yang sedang dipelajari. Teknik tersebut
meliputi kegiatan percobaan dan pemecahan masalah yang bersifat real atau nyata.
Berikut adalah table perbedaan praksis Pendidikan saat ini dan pendekatan
konstruktivistik
6
Untuk dapat membantu dan mengarahkan terjadinya proses konstruksi
pengetahuan dalam diri siswa, tugas guru perlu memiliki pemahaman yang baik
tentang pengetahuan yang telah dimiliki dan pengetahuan yang telah dipelajari oleh
siswa. Instruktur atau tutor yang bersikap konstruktif selalu mendorong siswa untuk
selalu konstan dalam menempuh proses belajar. Selain itu, dia senantiasa menilai
positif pemahaman siswa terhadap konsep dan pengetahuan yang tengah dipelajari.
Proses belajar berlangsung dalam suasana dialog antara sumber belajar dengan orang
yang belajar.
Siswa perlu dibiasakan untuk melakukan dialog diri sendiri. Dengan bertanya
pada diri sendiri, siswa akan menjadi pembangun pengetahuan yang senantiasa
melakukan proses belajar. Situasi kelas yang konstruktif perlu dirancang agar siswa
mampu melakukan aktivitas belajar how to learn. Pembelajaran pada dasarnya adalah
sebuah proses yang dapat membawa siswa agar mampu melihat sesuatu dari sudut
pandang yang baru.
Tugas seorang guru dalam menerapkan pendekatan konstruktivistik dalam
aktivitas pembelajaran yaitu :
Mendorong siswa sebagai pembelajar agar mampu memecahkan sebuah
masalah yang bersifat baru
Membantu siswa dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang telah
dipelajari dengan ilmu pengetahuan yang baru dan
Memotivasi siswa atau pembelajar untuk dapat menciptakan pengetahuan
baru bagi dirinya sendiri.
Implementasi pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran
memerlukan keaktifan siswa untuk selalu bertanya, menganalisis, menafsirkan,
memprediksi dan menguji pemahaman terhadap konsep-konsep yang sedang
dipelajari. Peran guru atau instruktur dalam hal ini adalah menjadi fasilitator yang
dalam mendorong terjadinya proses konstruksi pengetahuan dalam diri siswa.
Soal no. 3
Bahan ajar interaktif dapat mengakibatkan siswa mampu menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju
terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian
yang lain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil
7
pelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, buatlah bahan ajar (materi disesuaikan dengan
kompetensi dasar) yang dapat menghasilkan pembelajaran interaktif.
8
3.2.2Menentukan rumus suku ke-n dengan aturan
dikalikan atau dipangkatkan.
3.2.3Menentukan barisan bilangan, jika diketahui
rumus suku ke-n
3.3 Menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika
dan deret geometri
3.3.1Menjelaskan pengertian deret aritmatika dan
deret geometri naik atau turun
3.3.2Menentukan rumus jumlah suku n suku pertama
deret aritmatika dan deret geometri.
3.4 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
barisan dan deret
3.4.1Menggunakan sifat-sifat dan rumus pada deret
aritmatika dan deret geometri untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan deret.
4. Indikator
Siswa dapat
5.1 Menjelaskan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan barisan bilangan
5.2 Menjelaskan unsur-unsur barisan dan deret, misalnya; suku pertama, suku
berikutnya suku ke-n, beda, rasio.
5.3 Menentukan pola barisan bilangan.
5.4 Menjelaskan pengertian barisan aritmatika dan barisan geometri.
5.5 Menentukan rumus suku ke-n barisan aritmatika dan barisan geometri
5.6 Menjelaskan pengertian deret aritmatika dan deret geometri naik atau
turun.
5.7 Menentukan rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret
geometri.
5.8 Menggunakan sifat-sifat dan rumus pada deret aritmatika dan deret
geometri untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan deret.
6. Teknik Penilaian
9
Penilaian : Individu
Model/Strategi : Discover Learning
Pendekatan : Sientific
5) Menyampaikan metode pembelajaran yang akan digunakan
Metode : Diskusi Kelompok
6) Melakukan Pre-test
Diketahui barisan aritmatika sebagai berikut :
10,13,16,19,22,25, ...
Tentukan :
a. Jenis barisan aritmatikanya
b. Suku kedua belas barisan tersebut
Penyelesaian :
Langkah 1
10
Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan soal
Diketahui :
u1=12
u2=14
u3=16
Dijawab :
Langkah 2
u1=a+(n−1)b
u20=12+(20−1) 2
¿ 12+(19)2
¿ 12+38
¿ 50
13) Guru membimbing siswa untuk bekerja sama dengan kelompok selama
siswa mengerjakan
11
15) Guru memberikan penjelasan serta jawaban dalam setiap soal sehingga
mengetahui letak kesulitan siswa.
1) Barisan aritmatika
Dalam pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa barisan bilangan
dinyatakan dalam bentuk U 1 ,U 2 , U 3 , U 4 , … , U n . Barisan bilangan ini
disebut barisan bilangan aritmatika, jika selisih dua suku yang
berurutan selalu tetap. Selisih tersebut dinamakan beda dan
dilambangkan dengan “b”.
Jadi, b=U 2−U 1=U 3−U 2=U n−U n−1
Jika dalam barisan aritmatika tersebut suku pertama dinyatakan dengan
“a”, maka bentuk umum barisan aritmatika adalah :
a , a+ b , a+2 b , a+3 b , … , a+ ( n−1 ) b
Dengan demikian, suku ke-n barisan aritmatika dirumuskan sebagai
berikut.
U n =a+ ( n−1 ) b
Contoh :
Diketahui barisan aritmatika sebagai berikut :
10,13,16,19,22,25, ...
Tentukan :
c. Jenis barisan aritmatikanya
d. Suku kedua belas barisan tersebut
Jawab :
a. Untuk menentukan jenis barisan aritmatika, tentukan nilai beda
pada barisan tersebut.
b=U 2−U 1
b=13−10=3
Oleh karena b>0, barisan aritmatika tersebut merupakan barisan
aritmatika naik.
b. Untuk mencari suku kedua belas ( U 12), dilakukan cara sebagai
berikut.
U n =a+ ( n−1 ) b maka U 12=10+ ( 12−1 ) 3
¿ 10+11.3
¿ 10+33=43
12
2) Barisan Geometri
Suatu barisan U 1 ,U 2 , U 3 , … ,U n dinakaman barisan geometri apabila untuk
setiap n bilangan asli berlaku
U2 U3 U n
= = =rasio
U 1 U 2 U n−1
Jika suku pertama barisan geometri adalah a dengan rasio r maka barisan
geometri U 1 ,U 2 , U 3 , … ,U n dinyatakan dengan
a , ar , ar 2 , … , ar n−1
U 1 ,U 2 , U 3 , … ,U n
Sehingga rumus suku ke-n barisan geometri adalah sebagai berikut.
U n =a r n−1
Contoh :
Penyelesaian :
13
a+ ( a+b ) + ( a+2 b ) + ( a+3 b )+ …+¿
Jumlah suku hingga suku ke-n pada barisan aritmatika dirumuskan dengan :
1
Sn= (2 a+ ( n−1 ) b)
2
1
Sn= n(a+U n)
2
Contoh :
1. Hitunglah jumlah nilai dari suku ke-5 dari deret aritmatika berikut ini
4 + 8 +16 +24 + ... adalah ?
Jawab :
Diketahui :
ditanya :
dijawab :
U n =a+ ( n−1 ) b
U n =4+ ( 5−1 ) 4
U n =4+ 16
U n =20
1
Sn= n¿
2
1
Sn= .5 ( 4+20 )
2
5
Sn= ( 24 )=60
2
Jadi, jumlah nilai pada suku ke-5 dari deret aritmatik tersebut adalah 60.
4) Deret Geometri
Deret Geometri merupakan jumlah dari suku-suku barisan geometri. Deret
geometri bagi n suku pertama dinotasikan dengan penggunaan huruf Sn
serta mempunyai rumus seperti berikut
14
a ( r n−1 )
Sn= untuk r > 1
r−1
Sn=a ¿ ¿
16) Guru memberikan evaluasi dan menyuruh siswa secara kelompok untuk
mengerjakan
Soal
Misalnya, pada putaran pertama kejuaraan tenis meja nasional diikuti oleh 128 tim.
Putaran kedua diikuti oleh 64 tim, putaran ketiga diikuti oleh 32 tim dan seterusnya
pada putaran. Pada putaran ke berapakah kejuaraan tersebut akan mencapai final
(hanya diikuti oleh dua tim).
15