Anda di halaman 1dari 16

PENGKONDISI SINYAL

A. Tujuan

Tujuan dari modul ini adalah mempelajari karakteristik dari sebuah pengkondisi
sinyal. Rangkaian yang digunakan berbasis Op-Amp. Titik berat perhatian modul ini
adalah memilih daerah linear yang dihasilkan oleh sebuah sensor untuk dikuatkan
dalam rentang tertentu.

B. Alat dan Bahan

1. Komputer
2. Simulator elektronik Proteus

C. Langkah Percobaan

Gambar 1.

Gambar 2.
C.1 Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan referensi tegangan 0 Volt

1. Gunakan Gambar 1. untuk subpercobaan ini.


2. Membuat rangkaian pengkondisi sinyal Gambar 1. pada simulator proteus.

3. Menset tegangan referensi sebesar 0V, dengan cara mentrim resistensi


variabel.

4. Terminal Vout di hubungkan dengan Voltmeter digital


5. Terminal Vin di hubungkan dengan sumber tegangan DC variabel.
6. Setting sumber DC atau Vin, berturut-turut seperti table di bawah ini. Dan
isilah tegangan keluaran (Vout).

No Vin (volt) Vout (volt)


1 0.00
2 0.05
3 0.10
4 0.15
5 0.20
6 0.25
7 0.30
8 0.35
9 0.40
10 0.45
11 0.50
12 0.55
13 0.60
14 0.65
15 0.70

7. Gambarkan grafik hubungan Vout terhadap Vin dengan tegangan referensi


0Volt.
8. Silahkan dianalisa data hasil percobaan di atas.

C.2 Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan referensi tegangan 0.25 Volt

1. Gunakan Gambar 2. untuk subpercobaan ini.


2. Menset tegangan referensi sebesar 0.25V, dengan cara mentrim resistensi
variabel.
3. Terminal Vout di hubungkan dengan Voltmeter digital
4. Terminal Vin di hubungkan dengan sumber tegangan DC variabel.
5. Setting sumber DC atau Vin, berturut-turut seperti table di bawah ini. Dan
isilah tegangan keluaran (Vout).
No Vin (volt) Vout (volt)
1 0.00
2 0.05
3 0.10
4 0.15
5 0.20
6 0.25
7 0.30
8 0.35
9 0.40
10 0.45
11 0.50
12 0.55
13 0.60
14 0.65
15 0.70

6. Gambarkan grafik hubungan Vout terhadap Vin dengan tegangan referensi


0.25Volt.
7. Silahkan dianalisa data hasil percobaan di atas.

C.2 Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan input sinyal AC

1. Gunakan Gambar 1. untuk subpercobaan ini.


2. Hubungkan generator function pada Vin. Memberikan sebuah gelombang
sinusoidal 1 Khz dengan amplitudo 300 mV ke input Vin.
3. Hubungkan osiloskop chanel A pada input(Vin-Ground) dan chanel B pada
output (Vout-Groud). Sesuaikan volt/div untuk masing-masing chanel dan
catat.
4. Merekam input(Vin-Ground) dan tegangan output (Vout-Groud) di osiloskop
dan menyalinnya ke Grid 1.

Grid 1

5. Silahkan dianalisa data hasil/garfik percobaan di atas.

D. Data Hasil
D.1 Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan tegangan referensi 0 Volt

No Vin (volt) Vout (volt)


1 0.00 0,03
2 0.05 1,01
3 0.10 2,01
4 0.15 3,01
5 0.20 4,01
6 0.25 5,01
7 0.30 6,01
8 0.35 7,01
9 0.40 8,01
10 0.45 9,01
11 0.50 10
12 0.55 11
13 0.60 12
14 0.65 13
15 0.70 14

D.2 Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan tegangan referensi 0,25 Volt

No Vin (volt) Vout (volt)


1 0.00 -4,96
2 0.05 -3,98
3 0.10 -2,98
4 0.15 -1,98
5 0.20 -0,98
6 0.25 0,02
7 0.30 1,02
8 0.35 2,02
9 0.40 3,02
10 0.45 4,02
11 0.50 5,02
12 0.55 6,02
13 0.60 7,02
14 0.65 8,02
15 0.70 9,02

D.3 Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan input sinyal AC


E. Analisa Data
E.1. Analisa pengkondisi Sinyal dengan tegangan referensi 0
Volt

Gambar 3. Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan Vreff = 0V

Berdasarkan percobaan pada sub pertama, merangkai sebuah


pengkondisi sinyal dengan menggunakan Op-Amp seperti gambar 3, yang
disusun dari 3 buah Op-Amp yaitu 2 buah Op-Amp yang menjadi Buffer atau
penyangga dengan karakteristik yang memiliki penguatan satu kali dengan
nilai impedansi input yang besar dan sebuah Op-Amp Differential atau
penguat selisih yang mempunyai nilai penguatan yang besar. Sehingga
tegangan output yang dihasilkan sama dengan tegangan output pada penguat
selisih. Hal ini sesuai dengan rumus tegangan output penguat selisih yaitu :

Vo = ( RfRi +1 )( R 1+R 2R 2 V )− RfRi V


2 1

Rumus tersebut juga dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut :


Rf
Vo = (V −V 1 )
Ri 2

Ri Rf
Jika nilai pada penguat memenuhi syarat = , maka dapat
R1 R2
menggunakan rumus yang disederhanakan tersebut yang mana pada gambar 3
memenuhi syarat tersebut sehingga dapat digunakan untuk percobaan ini
dengan nilai Ri=R1=5kΩ dan Rf=R2 dan V1 bernilai 0 karena sesuai dengan
nilai tegangan referensi pada inputannya di op-amp Buffer dan V2 bernilai Vi
yang berubah-ubah sesuai dengan data yang diambil.
Berikut adalah data yang didapatkan pada percobaan ini :

No Vin (volt) Vout (volt)


1 0.00 0,03
2 0.05 1,01
3 0.10 2,01
4 0.15 3,01
5 0.20 4,01
6 0.25 5,01
7 0.30 6,01
8 0.35 7,01
9 0.40 8,01
10 0.45 9,01
11 0.50 10
12 0.55 11
13 0.60 12
14 0.65 13
15 0.70 14

Dengan menggunakan perhitungan matematisnya didapatkan hasil tegangan


output sebagai berikut :

Rf
1) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0−0)
5 kΩ
= 0 Volt
Rf
2) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,05−0)
5 kΩ
= 1 Volt
Rf
3) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,1−0)
5 kΩ
= 2 Volt
Rf
4) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,15−0)
5 kΩ
= 3 Volt
Rf
5) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,2−0)
5 kΩ
= 4 Volt
Rf
6) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,25−0)
5 kΩ
= 5 Volt

Rf
7) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,3−0)
5 kΩ
= 6 Volt
Rf
8) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,35−0)
5 kΩ
= 7 Volt
Rf
9) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,4−0)
5 kΩ
= 8 Volt
Rf
10) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,45−0)
5 kΩ
= 9 Volt
Rf
11) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,5−0)
5 kΩ
= 10 Volt
Rf
12) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,55−0)
5 kΩ
= 11 Volt
Rf
13) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,6−0)
5 kΩ
= 12 Volt
Rf
14) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,65−0)
5 kΩ
= 13 Volt
Rf
15) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,7−0)
5 kΩ
= 14 Volt

Untuk menghitung persentase error antara data hasil yang didapatkan dengan
hasil perhitungan matematis, menggunakan persamaan sebagai berikut :

% error = |Vo hitung−Vo


Vo hitung
ukur
|100 %
1V −1,0 1V
=| |100 %
1V

= 1%

Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan menggunakan persamaan yang sama


sehingga didapatkan hasil seperti tabel di bawah :

Vin Vout ukur Vout hitung %error


No
(V) (V) (V) (%)
1. 0,00 0,03 0 1
2. 0,05 1,01 1 1
3. 0,10 2,01 2 0,50
4. 0,15 3,01 3 0,33
5. 0,20 4,01 4 0,25
6. 0,25 5,01 5 0,20
7. 0,30 6,01 6 0,17
8. 0,35 7,01 7 0,14
9. 0,40 8,01 8 0,12
10. 0,45 9,01 9 0,11
11. 0,50 10 10 0
12. 0,55 11 11 0
13. 0,60 12 12 0
14. 0,65 13 13 0
15. 0,70 14 14 0

Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa persentase error yang


didapatkan sangat rendah. Hal tersebut terjadi karen digunakannya software simulasi
yang mengurangi faktor human error, sehingga didapatkan nilai selisih antara nilai
Vout hitung dan nilai Vout ukur yang sangat rendah.
Grafik hubungan Vout terhadap Vin dengan tegangan referensi 0 V
16
14
14 13
12
12 11
10
10 9.01
8.01
V out (V)
8 7.01
6.01
6 5.01
4.01
4 3.01
2.01
2 1.01
0.03
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7

V in (V)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai Vout dan Vin berbanding
lurus, dimana semakin bertambahnya nilai Vin maka nilai Vout juga akan semakin
bertambah.

E.2. Analisa pengkondisi Sinyal dengan tegangan referensi 2,5


Volt

Gambar 4. Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan Vreff = 0,25V

Berdasarkan percobaan pada sub pertama, merangkai sebuah


pengkondisi sinyal dengan menggunakan Op-Amp seperti gambar 4, yang
disusun dari 3 buah Op-Amp yaitu 2 buah Op-Amp yang menjadi Buffer atau
penyangga dengan karakteristik yang memiliki penguatan satu kali dengan
nilai impedansi input yang besar dan sebuah Op-Amp Differential atau
penguat selisih yang mempunyai nilai penguatan yang besar. Sehingga
tegangan output yang dihasilkan sama dengan tegangan output pada penguat
selisih. Hal ini sesuai dengan rumus tegangan output penguat selisih yaitu :

Vo = ( RfRi +1 )( R 1+R 2R 2 V )− RfRi V


2 1

Rumus tersebut juga dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut :


Rf
Vo = (V −V 1 )
Ri 2

Ri Rf
Jika nilai pada penguat memenuhi syarat = , maka dapat
R1 R2
menggunakan rumus yang disederhanakan tersebut yang mana pada gambar 4
memenuhi syarat tersebut sehingga dapat digunakan untuk percobaan ini
dengan nilai Ri=R1=5kΩ dan Rf=R2 dan V1 bernilai 0 karena sesuai dengan
nilai tegangan referensi pada inputannya di op-amp Buffer dan V2 bernilai Vi
yang berubah-ubah sesuai dengan data yang diambil.

Berikut adalah data yang didapatkan pada percobaan ini :

No Vin (volt) Vout (volt)


1 0,00 -4,96
2 0,05 -3,98
3 0,10 -2,98
4 0,15 -1,98
5 0,20 -0,98
6 0,25 0,02
7 0,30 1,02
8 0,35 2,02
9 0,40 3,02
10 0,45 4,02
11 0,50 5,02
12 0,55 6,02
13 0,60 7,02
14 0,65 8,02
15 0,70 9,02

Dengan menggunakan perhitungan matematisnya didapatkan hasil


tegangan output sebagai berikut :
Rf
1) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0−0 ,25)
5 kΩ
= -5 Volt
Rf
2) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,05−0 ,25)
5 kΩ
= -4 Volt
Rf
3) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,1−0 , 25)
5 kΩ
= -3 Volt
Rf
4) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,15−0 ,25)
5 kΩ
= -2 Volt
Rf
5) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,2−0 , 25)
5 kΩ
= -1 Volt
Rf
6) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,25−0 ,25)
5 kΩ
= 0 Volt

Rf
7) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,3−0.25)
5 kΩ
= 1 Volt
Rf
8) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,35−0 ,25)
5 kΩ
= 2 Volt
Rf
9) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,4−0 , 25)
5 kΩ
= 3 Volt
Rf
10) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,45−0 ,25)
5 kΩ
= 4 Volt
Rf
11) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,5−0 ,25)
5 kΩ
= 5 Volt
Rf
12) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,55−0 ,25)
5 kΩ
= 6 Volt
Rf
13) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,6−0 ,25)
5 kΩ
= 7 Volt
Rf
14) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,65−0 ,25)
5 kΩ
= 8 Volt
Rf
15) Vo = (V −V 1 )
Ri 2
100 kΩ
= (0,7−0 ,25)
5 kΩ
= 9 Volt

Untuk menghitung persentase error antara data hasil yang didapatkan


dengan hasil perhitungan matematis, menggunakan persamaan sebagai berikut :

Vo hitung−Vo ukur
% error =| Vo hitung| 100 %

−5 V −(−4,96)V
=| |100 %
−5 V

= 0,01 %

Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan menggunakan persamaan


yang sama sehingga didapatkan hasil seperti tabel di bawah :
Vout
Vin Vout ukur %error
No hitung
(V) (V) (V) (%)
1. 0 -4,96 -5 0,8
2. 0,05 -3,98 -4 0,5
3. 0,1 -2,98 -3 0,7
4. 0,15 -1,98 -2 1,0
5. 0,2 -0,98 -1 2,0
6. 0,25 0,02 0 -
7. 0,3 1,02 1 2,0
8. 0,35 2,02 2 1,0
9. 0,4 3,02 3 0,7
10. 0,45 4,02 4 0,5
11. 0,5 5,02 5 0,4
12. 0,55 6,02 6 0,3
13. 0,6 7,02 7 0,3
14. 0,65 8,02 8 0,2
15. 0,7 9,02 9 0,2

Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa persentase error


yang didapatkan sangat rendah. Hal tersebut terjadi karen digunakannya
software simulasi yang mengurangi faktor human error, sehingga
didapatkan nilai selisih antara nilai Vout hitung dan nilai Vout ukur yang
sangat rendah dan ada nilai yang tidak dapat terhitung diikarenakan pembagi
bernilai 0.

Grafik hubungan Vout terhadap Vin dengan tegangan


referensi 0,25 V
9.02
10 8.02
7.02
8 6.02
5.02
6 4.02
3.02
V out (V)

4 2.02
1.02
2 0.02
-0.98
0 -1.98
-2.98
-2 0 -3.98
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7
-4.96
-4
-6
V in (V)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai Vout dan Vin
berbanding lurus, dimana semakin bertambahnya nilai Vin maka nilai Vout
juga akan semakin bertambah. Nilai yang didapatkan sesuai dengan kurva
karakteristik Input-Output detektor non-inverting, di mana saat Vi > Vref =
+Vsat dan Vi < Vref= -Vsat.

E.3. Rangkaian pengkondisi Sinyal dengan input AC


Channel A: div/pol = 1v, input, -
Channel B: div/pol = 1v, output, -

Berdasarkan hasil osiloskop di atas dapat dilihat bahwa gelombang


dengan warna kuning merupakan inputnya dan gelombang berwarna biru
merupakan outputnya karena menggunakan rangkaian pengkondisi sinyal
seperti pada gambar 1 yang menguatkan tegangan input sehingga gelombang
pada output tergambarkan lebih besar daripada gelombang inputnya yang
mana sesuai dengan teorinya bahwa penguat diferensial berfungsi untuk
menguatkan hasil operasi pengurangan terhadap dua sinyal masukan yang
diberikan
F. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa pada pengkondisi sinyal


yang digunakan adalah dua penguat non-inverting membentuk tahap input untuk
Op-Amp diferensial yang bertindak sebagai penguat buffer dengan gain 1.
Penguat diferensial memperkuat perbedaan tegangan pada kedua inputannya
yang memiliki impedansi input tinggi dan output tunggal. Penguat ini digunakan
untuk memperkuat sinyal diferensial yang sangat kecil sehingga cocok digunakan
pada sensor sebagai sakelar. Dengan mengatur nilai tegangan referensinya yang
bertindak sebagai sakelar. Ketika nilai inputan sensor melebihi tegangan
referensi, maka sensor tersebut on. Sebaliknya ketika nilai inputan sensor kurang
dari tegangan referensi maka sensor tersebut off.

Anda mungkin juga menyukai