2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pangan hewani memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahan
pangan nabati. Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek dari
pada bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya daya
simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani dimana bahan pangan hewani
tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat dan kokoh sebagaimana pada hasil tanaman.
Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor
tekanan dari luar. Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik
sehingga tidak bisa digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat telur.
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling
yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung berbumbu
(battered dan braded). Nugget dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam (deep fat
frying). Nugget dibuat dari daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat,
kemudian dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung
(batter) dan diselimuti tepung roti (breading). Nugget digoreng setengah matang dan
dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan .
Nugget dipilih karena mudah dalam proses pengolahannya yaitu melalui proses
pencampuran, pengukusan, dan penggorengan. Proses pencampuran melibatkan protein
sebagai emulgator dalam membentuk gugus matrik yang kompak. Proses pengukusan
yang dilakukan dalam pembuatan nugget dapat mempertahankan kandungan nutrisi pada
daging khususnya nutrisi yang mudah larut dalam air. Sehingga selain disukai banyak
orang kandungan gizi nugget ayam juga tetap terjaga. Pembuatan nugget ayam ini
merupakan suatu peluang untuk membuka pasar yang ada.
Oleh karena itu, kami tertarik untuk membuat produk Chicken Nugget serta untuk
mengetahui kerusakan yang terjadi selama penyimpanan produk.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses pembuatan chicken nugget
b. Untuk mengetahui mutu fisik, kimia, dan mikrobiologi produk
c. Untuk mengetahui kerusakan pangan yang terjadi akibat penyimpanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Produk beku siap saji ini memerlukan waktu pemanasan akhir yang cukup singkat
untuk siap disajikan karena produk tinggal dipanaskan hingga matang. Pembuatan nugget
mencakup lima tahap, yaitu penggilingan yang disertai oleh pencampuran bumbu, es,
bahan tambahan, pencetakan, pelapisan perekat tepung dan pelumuran tepung roti,
penggorengan awal (pre-frying) dan pembekuan. (Aswar dalam Dhevina, 2010)
Nugget merupakan salah satu olahan modern (breaded) yang sedang digemari
masyarakat. Produk ini disimpan dalam kondisi beku (frozen food). Nugget pada
umumnya dikenal luas dalam bentuk nugget ayam (chicken nugget). Produk nugget ini
umumnya mempunyai daya simpan selama 2 bulan pada suhu beku. (Tin, 2003)
Objek yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental)
berupa kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan, maka disebut juga penilaian sensorik.
Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin,
panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada waktu alat indra menerima rangsangan,
sebelum terjadi kesadaran prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan
pada susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan.
Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang
terdapat dalam pangan. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari
minyak yang digunakan.
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan
berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai
jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat
dalam 1 gram minyak.
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal
dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan atau pemanasan yang tinggi
pada produk pangan. Semakin tinggi bilangan asam, maka semakin rendah kualitas minyak,
sebaliknya. Semakin rendah bilangan asam, maka semakin tinggi kualitas minyak (Winarno,
2004).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen
untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi
makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung
berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan
serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Dirjen POM., 1979)
BAB III
METODOLOGI
3.1.1 Alat
a. Pisau
b. Talenan
c. Blender
d. Baskom
e. Sendok
f. Panci
g. Loyang
h. Kompor
i. Wajan
j. Sutil
k. Piring
3.1.2 Bahan
618 gram daging ayam, giling/ cincang halus
minyak goreng
1 bungkus penyedap rasa ayam
air matang
1 sdt garam
2 butir telur
½ sdt lada bubuk
5 siung bawang putih, haluskan
3 butir telur, kocok lepas
200 gram tepung roti
3.1.3 Cara Membuat
1. Campur daging ayam yang sudah di giling dengan bawang putih halus, bumbu dan telur.
Aduk hingga rata.
2. Olesi loyang dengan minyak goreng, lalu masukkan adonan tersebut secara merata ke
dalam loyang.
3. Kukus adonan selama 20 menit lalu angkat dan tunggu hingga dingin.
4. Setelah adonan cukup dingin, potong dengan bentuk sesuai selera dan celupkan ke dalam
telur lalu gulingkan ke dalam tepung roti.
3.5.2 Prosedur :
1. Siapkan empat buah cawan petri steril berisi agar beku
2. Siapkan sampel yang sudah dalam bentuk larutan
3. Ambil 1 mL larutan sampel dan pindahkan ke tabung pengenceran
pertama, homogenkan.
4. Ambil 1 ml larutan dari tabung pengenceran pertama, lalu pindahkan ke
tabung pengenceran ke tiga, homogenkan.
5. Lanjutkan proses pengenceran sampai mencapai faktor pengenceran
yang diinginkan
6. Teteskan 1 ml larutan hasil pengenceran dari dua tabung terakhir ke
dalam cawan petri yang sudah diisi media agar untuk metode cawan
sebar. Ratakan dengan batang L dengan cara memutar.
7. Sementara itu, untuk metode cawan tuang, teteskan 1 ml larutan hasil
pengenceran ke dalam cawan petri steril kosong, lalu tuangkan agar
yang masih hangat ke dalam cawan petri tersebut, lalu ratakan dengan
cara diputar dan dibiarkan sampai beku.
3.5.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah biakan dalam cawan petri diinkubasikan
selama 24 jam, 370C. Langkah-langkah pengamatan adalah sebagai berikut.
1. Keluarkan biakan dalam cawan dari incubator
2. Amati pertumbuhan biasakan secara makroskopis, lalu digambar
3. Letakka biakan cawan di dalam colony counter, lalu tutup dengan kaca
penutupnya
4. Nyalakan colony counter
5. Perkirakan jumlah koloni yang ada, bila sekiranya lebih dari 300 koloni,
jumlah koloni dinyatakan TBUD ( terlalu banyak untuk dihitung) dan
tidak dipakai dalam perhitungan. Gunakan biakan yang memenuhi
syarat saja.
6. Hitung koloni yang tumbuh mulai dari baris kiri paling atas ke kanan
begitu selanjutnya sampai baris berikutnya hingga ke baris paling
bawah.
7. Bila sulit menghitung jumlah koloni yang terlalu banyak, bagilah cawan
petri menjadi 4 sektor. Lalu hitung koloni pada salah satu bagian ¼
cawan petri tersebut, kalikan empat. Hasil yang diperoleh lebih dari
300, maka biakan tersebut tidak terpakai.
8. Hitung jumlah sel per ml atau per gram, jangan lupa memperhitungkan
faktor perbandingan larutan sampel untuk sampel padat
9. Bila ada lebih dari satu cawan yang mempunyai nilai memenuhi syarat,
hitung rata-ratanya.
= 2,139
ml KOH X N KOH X m
% FFA = x 100%
gram sampel x 1000
= 0,312 %
Gambar 1. Hasil titrasi dengan sampel sebelum penyimpanan
= 2,128
ml KOH X N KOH X m
% FFA = x 100%
gram sampel x 1000
= 0,310 %
Gambar 2. Hasil titrasi dengan sampel setelah penyimpanan
c) Mutu Mikrobiologis
1. Hitungan Cawan
Pengenceran 4 (1)
Pengenceran 4 (2)
Pengenceran 5 (1)
Pengenceran 5 (2)
2
Pengenceran 4 (1)
Pengenceran 4 (2)
Pengenceran 5 (1)
Pengenceran 5(2)
Kehadiran mikroba pada bahan pangan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.
Ada hasil metabolisme spesies mikroba tertentu pada makanan dibutuhkan dan digemari oleh
manusia. Akan tetapi, ada beberapa spesies yang dapat merusak makanan dengan pembusukan
atau menghasilkan toksin yang berbahaya bagi manusia. Setiap produk yang dihasilkan oleh
mikroba tergantung jumlah mikroba yang terkandung dalam suatu bahan atau lingkungan.
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan penting dilakukan untuk mengetahui mutu
bahan pangan, dan proses pengawetan yang akan ditetapkan pada bahan pangan tersebut. Dalam
praktikum kali ini, uji mikrobiologi pada chicken nugget dilakukan untuk mengetahui mutu dari
produk chicken nugget yang dibuat oleh kelompok kami.
Teknik hitung cawan yaitu jika sel mikroba yang masih dalam hidup ditumbuhkan pada
medium agar, maka sel mikroba akan berkembang biak dan membentuk koloniyang dapat dilihat
langsung dan dihitung menggunakan mata telanjang tanpa harus dengan menggunakan
mikroskop (Fardiaz,1992).
Metode Spread Plate (cawan sebar) dilakukan dengan menyeprotkan suspense keatas medium
agar kemudian menyebarkan secara merata dengan batang L. dengan ini diharapkan bakteri
terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh menjadi koloni tunggal. Metodi ini
digunakan ketika ingin mengumbuhkan bakteri aerob. Karena medium sudah ada terlebih dahulu
pada cawan kemudian ditunag kekultur sehingga menyebabkan kondisi aerob pada cawan peptri.
Kelebihannya yaitu koloni tersebar merata pada permukaan media, dan kontaminan mudah
dibedakan. Sedangkan kekuranganya yaitu harus dilakukan denga hati-hati, dan hanya dapat
menumbuhkan bakteri aerob.
Dalam uji mikrobiologi chicken nugget ini menggunakan uji kuantitatif mikroorganisme
dengan metode hitungan cawan yaitu metode cawan sebar. Uji kuantitatif mikrobiologi pada
bahan pangan bertujuan untuk mengetahui mutu pangan dan menghitung proses pengawetan
yang akan dilakukan. Dalam metode ini dilakukan pengenceran sampai 10 -5. Pengenceran
tersebut dilakukan supaya koloni yang tumbuh tidak terlalu banyak sehingga dapat dihitung.
Dalam percobaan kali ini, digunakan sampel yaitu chicken nugget dengan metode cawan
sebar. Chicken nugget yang sudah melalui proses pengolahan dan proses penggorengan
(pemasakan), diambil chicken nugget seberat 8 gram untuk dilakukan uji mikrobiologi.
Kemudian sisa chicken nugget disimpan pada suhu ruang.
Sebelum dilakukan uji mikrobiologi dengan metode cawan sebar, siapkan enam buah
tabung yang berisi aquadest dan siapkan juga empat buah cawan petri yang sudah berisi agar.
Kemudian ambil satu tabung yang berisi aquadest untuk meletakkan sampel chicken nugget yang
sudah dalam bentuk larutan. Kemudian ambil chicken nugget seberat 8 gram yang belum
disimpan pada suhu ruang. Setelah itu, chicken nugget terlebih dahulu dihaluskan atau ditumbuk
dengan menggunakan mortar serta alu agar bentuknya menjdai larutan. Setelah dihaluskan,
kemudian ditimbang seberat 1,0717 gram dalam tabung yang berisi aquadest. Selanjutnya,
dicampurkan dengan alat vortex agar tercampur rata antara aquadest dengan chicken nugget.
Setelah di vortex, sampel yang berada di dalam tabung tersebut diambil 1 mL dan dipindahkan
ke tabung pengenceran pertama, lalu homogenkan. Dilanjutkan dengan mengambil 1 mL larutan
dari tabung pengenceran pertama, lalu dipindahkan ke tabung pengenceran kedua, lalu
homogenkan. Lalu lanjutkan proses pengenceran sampai dengan pengenceran kelima. Kemudian
teteskan 1 mL larutan hasil pengenceran dari dua tabung terakhir ke dalam cawan petri yang
sudah diisi media agar. Terakhir ratakan dengan batang L dengan cara memutar. Setelah selesai
cawan petri tersebut diberi label 4 (1), 4 (2), pengenceran 5 (1), dan 5 (2) kemudian dan
diinkubasi selama 2 hari.
Setelah disimpan selama 2 hari, cawan petri dikeluarkan. Kemudian mulai menghitung
jumlah koloni yang tumbuh di dalam cawan petri yang berisi agar. Setelah dihitung didapatkan
hasil yaitu pada cawan petri dengan label 4 (1) jumlah koloninya sebanyak 738 (TBUD) dan
jumlah sel/mL s TBUD. Pada cawan petri dengan label 4 (2) jumlah koloninya sebanyak 190 dan
jumlah sel/mL sebanyak 1.900.00. Sedangkan pada cawan petri dengan label 5 (1) jumlah
koloninya sebanyak 1780 (TBUD) dan jumlah sel/mL TBUD. Pada cawan petri dengan label 5
(2) jumlah koloninya 1.812 (TBUD) dan jumlah sel/mL Kuadran.
Setelah selesai melelukan perhitungan pada chicken nugget yang belum disimpan pada
suhu ruang. Selanjutnya kami melakukan uji mikrobiologi pada chicken nugget yang telah
disimpan pada suhu ruang selama 4 hari. Proses perlakuan uji mikroba yang dilakukan sama
persis dengan uji mikroba yang dilakukan pada chicken nugget yang belum disimpan pada suhu
ruang.
Ambil chicken nugget seberat 8 gram yang telah disimpan pada suhu ruang. Setelah itu,
chicken nugget terlebih dahulu dihaluskan atau ditumbuk dengan menggunakan mortar serta alu
agar bentuknya menjdai larutan. Setelah dihaluskan, kemudian ditimbang seberat 1,0027 gram
dalam tabung yang berisi aquadest. Selanjutnya, dicampurkan dengan alat vortex agar tercampur
rata antara aquadest dengan chicken nugget. Setelah di vortex, sampel yang berada di dalam
tabung tersebut diambil 1 mL dan dipindahkan ke tabung pengenceran pertama, lalu
homogenkan. Dilanjutkan dengan mengambil 1 mL larutan dari tabung pengenceran pertama,
lalu dipindahkan ke tabung pengenceran kedua, lalu homogenkan. Lalu lanjutkan proses
pengenceran sampai dengan pengenceran kelima. Kemudian teteskan 1 mL larutan hasil
pengenceran dari dua tabung terakhir ke dalam cawan petri yang sudah diisi media agar.
Terakhir ratakan dengan batang L dengan cara memutar. Setelah selesai cawan petri tersebut
diberi label 4 (1), 4 (2), pengenceran 5 (1), dan 5 (2) kemudian dan diinkubasi selama 2 hari.
Setelah disimpan selama 2 hari, cawan petri dikeluarkan. Kemudian mulai menghitung
jumlah koloni yang tumbuh di dalam cawan petri yang berisi agar. Setelah dihitung didapatkan
hasil yaitu pada cawan petri dengan label 4 (1) jumlah koloninya sebanyak 380 (TBUD) dan
jumlah sel/mL TBUD. Pada cawan petri dengan label 4 (2) jumlah koloninya sebanyak 420
(TBUD) dan jumlah sel/mL TBUD. Sedangkan pada cawan petri dengan label 5 (1) jumlah
koloninya sebanyak 65 dan jumlah sel/mL sebanyak 6.500.000. Pada cawan petri dengan label 5
(2) jumlah koloninya sebanyak 340 (TBUD)dan jumlah sel/mL TBUD.
Menurut Hadioetomo (1993), jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu
indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Untuk
memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni adalah yang
mengadung antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sempel tidak diketahui
sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni
dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut harus dilakukan sederetan pengenceran dan
pencawanan
Menurut Megamii (2009) dan berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada
cawan sebar ditemukan adanya bakteri yang tumbuh. Tetapi banyak juga diperoleh hasil yang
kontaminan dan tidak tumbuh bakteri. Banyaknya kontaminan dan tidak tumbuhnya bakteri,
dimungkinkan terjadi karena batang penyebar yang kurang steril, kemudian saat penuangan atau
saat mengambil sampel yang kurang steril sehingga kontaminan dapat tumbuh
Tidak tumbuhnya bakteri pada metode cawan sebar dapat dikarenakan terlalu banyaknya
pengenceran. Menurut Fardiaz (1992), jika pada semua pengenceran dihasilkan koloni bakteri <
30 koloni pada cawan petri, maka pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. sedangkan jika
pada semua pengenceran dihasilkan koloni bakteri > 300 koloni pada cawan petri, maka
pengenceran yang dilakukan terlalu rendah.
Pengenceran digunakan karena untuk menumbuhkan bakteri pada media yang terbatas
tidak mungkin dilakukan penghitungan bakteri yang berjumlah puluhan ribu. Pengenceran ini
dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel (Pelchzar, 2006).
Hasil perhitungan koloni pada metode cawan sebar sebelum penyimpanan untuk
pengenceran 10-4 (1) hasilnya 738 koloni (TBUD), dan untuk pengenceran 10-4 (2) jumlah koloni
1.900.000 koloni, sehingga hasil rata-rata adalah sebanyak 1.900.000 koloni. Untuk pengenceran
10-5 (1) ada 1780 koloni (TBUD) dan untuk pengenceran 10-5 (2) ada 1.812 koloni (TBUD).
Sedangkan hasil perhitungan pada saat setelah penyimpanan (inkubasi) selama 4 hari untuk
pengenceran 10-4 (1) hasilnya 380 koloni (TBUD), dan untuk pengenceran 10-4 (2) jumlah koloni
420 koloni (TBUD), sehingga hasil rata-rata koloni adalah TBUD. Untuk pengenceran 10-5 (1)
ada 6.500.000 koloni dan untuk pengenceran 10-5 (2) ada 340 koloni (TBUD). sehingga hasil
keseluruhan koloni adalah TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung).
Total mikroba chicken nugget dalam uji ini adalah melebihi dari angka lempeng total
chicken nugget menurut SNI, hal ini disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya yaitu
suhu dan lama waktu penyimpanan.
Selain itu juga lama penyimpanan selama 4 hari dan suhu penyimpanan yang digunakan
yaitu suhu ruang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan koloni yang akan berakibat
pada penurunan mutu chicken nugget. Dari hasil perhitungan koloni, jumlah terbanyak ada pada
chicken nugget yang belum disimpan pada suhu ruang.
Pada praktikum kali ini, jumlah koloni antara chicken nugget yang sebelum disimpan pada suhu
ruang dengan chicken nugget yang telah disimpan pada suhu ruang mengalami perbedaan yang
significant. Setelah chicken nugget disimpan jumlah koloni malah berkurang atau lebih sedikit
daripada jumlah koloni pada chicken nugget yang belum disimpan pada suhu ruang. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan banyaknya kontaminan sehingga tidak tumbuhnya bakteri, dapat juga
dimungkinkan terjadi karena batang penyebar yang kurang steril, kemudian saat penuangan atau
saat mengambil sampel yang kurang steril sehingga kontaminan dapat tumbuh yang bias
menyebabkan mengecilnya jumlah koloni pada chicken nugget yang telah disimpan pada suhu
ruang.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa mutu produk
chicken nugget belum memenuhi mutu produk jika dillihat dari jumlah koloni yang telah
dihitung pada uji mikrobiologi yang telah kami lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Teknik dan Prosedur dasar dalam
Praktikum. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama